Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH DIET TINGGI LEMAK HEWANI DAN NABATI TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA PADA TIKUS JANTAN STRAIN WISTAR

Prirama Diska*, Yanwirasti**, ElizaAnas*** *Program Studi Ilmu Biomedik, Universitas Andalas, Padang ** Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang *** Bagian Biologi Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang Abstrak: Diet tinggi lemak akan menyebabkan pembentukan ROS (Reactive Oxygen Spesies) secara berlebihan yang mengakibatkan stres oksidatif, keadaan ini akan berpotensi terhadap berkurangnya kualitas spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh diet tinggi lemak hewani dan nabati terhadap kualitas spermatozoa pada tikus jantan strain wistar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Sampel berjumlah 27 ekor tikus berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Kelompok perlakuan dikandangkan secara terpisah dan masing-masing diberikan asam lemak jenuh rantai panjang (ALJP) lemak sapi dan asam lemak jenuh rantai sedang (ALJS) VCO, secara oral sebanyak 2,5 ml/hr selama 2 bulan, setelah itu tikus diterminasi/ dikorbankan dan selanjutnya saluran vas deferen di ambil dan di tampung pada cawan penampung yang terbuat dari kaca dan di periksa. Data yang diperoleh meliputi kecepatan spermatozoa, persentase motil spermatozoa dan morfologi spermatozoa. Dari hasil penelitian didapatkan rerata kecepatan spermatozoa tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan kontrol negatif (diet normal) yaitu 0,51 0,08 m /dt dan terendah P2 (VCO) yaitu 0,39 0,07 m/dt

(p=0,011). Tingkat kemaknaan dari hasil uji bonferroni antara kontrol negatif (diet normal) dengan P2 (VCO) yaitu 0,11(*) m/dt (p=0,009)dan antara kontrol negatif (diet normal) dengan P1 (Lemak Sapi) yaitu 0,066 m/dt (p=0,21). Rerata persentase motil spermatozoa tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan P2 (VCO) yaitu 20,6610,21(%) dan terendah pada kontrol negatif (diet normal) yaitu 5,461.95 (%) (p=0,001). Tingkat kemaknaan dari hasil uji bonferroni antara kontrol negatif (diet normal) dengan P2 (VCO) yaitu 15,21(*) (%) (p=0,0001) dan antara kontrol negatif (diet normal) dengan P1 (Lemak Sapi) yaitu -4,34 (%) (p=0,43). Rerata morfologi spermatozoa tertinggi terdapat pada kontrol negatif (diet normal) yaitu 54,685,51 (%) dan terendah terdapat pada kelompok perlakuan P2 (VCO) yaitu 44,055,54 (%) (p=0,001). Tingkat kemaknaan dari hasil uji bonferroni antara kontrol negatif (diet normal) dengan P2 (VCO) yaitu 10,63(*) (%) (p=0,0001) dan antara kontrol negatif (diet normal) dengan P1 (Lemak Sapi) yaitu 3,00 (%) (p=0,66). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lemak hewani tidak mempengaruhi kecepatan spermatozoa dan morfologi spermatozoa namun pada persentase motil spermatozoa sangat berpengaruh, sedangkan lemak nabati mempengaruhi kecepatan spermatozoa, dan morfologi spermatozoa tetapi persentase motil lebih baik dibandingkan dengan lemak hewani. Kata Kunci : Lemak Hewani (Lemak Sapi) dan Lemak Nabati (VCO), Kualitas Spermatozoa (Kecepatan, Persentase Motil, Morfologi) PENDAHULUAN Masalah infertilitas merupakan masalah

pasutri (pasangan suami istri). Data menunjukkan bahwa 30-40% penyebab infertilitas adalah akibat faktor suami-isteri, dimana faktor isteri sekitar 55%, sedangkan faktor pria sekitar 45%. Infertilitas pria merupakan masalah yang perlu perhatian serius, karena kenyataannya infertilitas yang disebabkan oleh gangguan pada pihak pria (faktor pria) mencapai presentase yang cukup besar yang salah satunya adalah gangguan potensi seksual. Selain itu penanganan infertilitas pria merupakan masalah yang cukup kompleks dan rumit (89,50). Beberapa penyebab masalah-masalah kesuburan yang terjadi pada laki-laki yaitu meliputi: gangguan genetik (kelainan pada kromosom seks), gangguan hormonal yang terjadi dapat menghalangi produksi spermatozoa, merokok dapat menambah risiko kemandulan dan disfungsi ereksi pada pria, alkohol dalam jumlah besar dapat menurunkan kadar hormon testoteron sehingga mengganggu produksi spermatozoa, radiasi akan memberikan efek negatif terhadap konsentrasi dan kualitas spermatozoa selain itu spermatozoa yang terkena pengaruh radiasi akan memiliki gerakan berenang yang kurang baik yang akan mengurangi kesempatan untuk pembuahan, beberapa jenis obat bisa mempengaruhi tingkat kesuburan dan berat badan yang tidak seimbang juga dapat mengganggu kesuburan pada laki-laki maupun perempuan, karena pada laki-laki dibutuhkan untuk pembentukan hormon testosteron begitu juga pada perempuan dimana tubuh memerlukan 17% dari

lemak tubuh di awal masa siklus haid, dan 22% di EFFECT OF DIET ANIMAL FAT AND VEGETABLE FAT AGAINST QUALITY OF SPERMATOZOA IN MALE RATS OF WISTAR STRAIN *Biomedical Study Program, Andalas University, Padang ** Patology Anatomy Department, Faculty of Medicine, Andalas University, Padang *** Biology Department, Faculty of Medicine, Andalas University, Padang High dietary animal fatty and vegetable fatty will lead to the formation of ROS (Reactive Oxygen Species) in excess resulting in oxidative stress, this situation will potentially decrease the quality of spermatozoa. This study aims to determine the effect of a diet high in animal fatty and vegetable fatty on the quality of spermatozoa in male rats of wistar strain. This study is an experimental research. The sample amounted to 27 rats on the basis of inclusion and exclusion criteria. Treatment groups were caged separately and each given Long Chain Fatty Acids (LCFA) is beef tallow and Medium Chain Fatty Acids (MCFA) is VCO, orally as much as 2.5 ml/day for 2 months, after which the rats terminated/ sacrificed and subsequently taken deferen vase channels and at capacity, the reservoir cup made of glass and in check. Data obtained include the speed of spermatozoa, the percentage of motile spermatozoa and spermatozoa morphology. From the results of research available highest average speed of spermatozoa present in the negative control treatment group (normal diet) is 0.51 0.08 m/ mt and the lowest P2 (VCO) is 0.390.07 m/ mt (p = 0.011). Level of significance of the results of Bonferroni test between the negative control (normal diet) and P2 (VCO) is 0.11 (*) m/ mt (p = 0.009) and between the negative

control (normal diet) with P1 (Fat Cows) is 0.066 m/ mt (p = 0.21). The highest average percentage of motile spermatozoa present in the treated group P2 (VCO) that is 20,6610.21 (%) and lowest in the negative control (normal diet) that is 5,461.95 (%) (p = 0.001). Level of significance of the results of Bonferroni test between the negative control (normal diet) and P2 (VCO) is 15.21 (*) (%) (p = 0.0001) and between the negative control (normal diet) with P1 (Fat Cows) that is -4.34 (%) (p = 0.43). The highest average abnormal morphology of spermatozoa contained in the treated group P2 (VCO) that is 44,055,54 (%) and lowest negative control (normal diet) 54,685,51 (%) (p = 0.001). Level of significance of the results of Bonferroni test between the negative control (normal diet) and P2 (VCO) is 10.63 (*) (%) (p = 0.0001) and between the negative control (normal diet) with P1 (Fat Cows) that is 3.00 (%) (p = 066). From the results of research can be concluded that animal fat does not affect the speed of spermatozoa and morphology of spermatozoa in the percentage of motile spermatozoa but highly influential, while vegetable fat affects the speed of spermatozoa, and morphology of the percentage of motile spermatozoa but better than animal fats. Keywords: Animal fatty (Fat Cows) and and vegetable fatty (VCO), quality of spermatozoa (Speed, Percentage of motile, Morphology) sepanjang siklus haid karena lemak tubuh mengandung enzim aromatase yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon estrogen (82). Pola penyakit yang berkembang saat ini,

telah sangat berbeda dengan beberapa abad yang lalu. Saat ini adalah era penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan hiperlipidemia. Hal itu disebabkan terjadinya perubahan gaya hidup yang berdampak pada perubahan pola makan (1). Berdasarkan data yang didapatkan dari BPS tentang rata-rata konsumsi kalori per kapita per hari untuk tahun 2009 dengan berbagai indikator kelompok makanan, diketahui bahwa Indikator minyak dan lemak didapatkan sebesar 228,35 Kal/Kapita/Hari, menempati urutan ketiga setelah indikator makanan jadi (278,46 Kal/Kapita/Hari). Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pola makan sebagai akibat dari perubahan gaya hidup (life style) (13). Ada 2 macam lemak di dalam makanan yaitu lemak jenuh & lemak tidak jenuh. Lemak tidak jenuh terdiri dari lemah tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Lemak jenuh ada yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan, contoh: lemak sapi dan lemak yang berasal dari VCO. Sehingga semua makanan yang mengandung lemak berisi campuran jenis lemak tersebut (53). Aplikasi penggunaan asam lemak dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah pemakaian minyak di dalam proses pengolahan makanan. Minyak yang digunakan berbeda di beberapa tempat, misalnya penggunaan minyak jagung di masyarakat barat khususnya Amerika, minyak zaitun pada masyarakat Timur Tengah, minyak sapi digunakan oleh masyarakat Malaysia,

minyak kelapa pada masyarakat Indonesia khususnya Padang. Minyak yang digunakan tersebut tentu saja memiliki komposisi tidak hanya asam lemak jenuh atau tidak jenuh saja tetapi merupakan kombinasi antara keduanya dan juga zat gizi lainnya (Hu et al., 1999). Liputo et al (2001) melaporkan bahwa etnik Minangkabau mengkonsumsi lemak 10,6-21,7% dari energi total dengan asam lemak jenuh (ALJ) 18% (42), sedangkan Hatma (2001) melaporkan konsumsi lemak adalah 30,1% energi dengan ALJ 35,3% (32). Sulastri et al (2005) melaporkan asupan lemak pada etnik Minangkabau di Jakarta adalah 36% dengan ALJ 22%. Semua penelitian menunjukkan bahwa asupan ALJ pada etnik Minangkabau lebih tinggi dari yang dianjurkan (80). Perubahan pola makan berakibat terjadinya hiperlipidemia dan kolesterolemia. Hiperlipidemia akan menyebabkan peningkatan produksi radikal oksigen yang dapat menimbulkan lipid peroksidasi pada membrane sel, Peroksidasi lipid merupakan proses yang bersifat kompleks akibat reaksi asam lemak penyusun fosfolipid membran sel dengan senyawa oksigen reaktif (ROS), membentuk hidroperoksida (Robles et al.,2001). Pembentukan ROS (Reactive Oxygen Spesies) secara berlebihan juga dapat memicu stres oksidatif yang berpotensi mengakibatkan toksik dan merupakan mediator penting terhadap berkurangnya fungsi pada kualitas spermatozoa. Pembentukan ROS yang berlebihan dapat dihubungkan dengan mortalitas, morfologi

abnormalitas, penurunan kapasitas penetrasi spermatozoa dengan oosit serta penurunan fertilisasi (kecepatan, morfologi, motilitas dan viabilitas) (82). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh diet tinggi lemak hewani dan nabati terhadap kualitas spermatozoa pada tikus jantan strain wistar. Minyak, seperti halnya makanan lain, mengandung komposisi zat gizi yang cukup beragam, terutama asam lemak. Asam lemak yang terkandung di dalam minyak, seperti asam lemak jenuh dan tak jenuh memiliki persentase yang berbeda-beda. Pada lemak sapi, kandungan asam lemak didominasi oleh asam lemak tak jenuh tunggal yaitu asam oleat (C18:1;9), diikuti asam lemak jenuh yaitu asam palmitat (C16:0) dan asam palmitoleat (C16:1), kemudian diikuti asam-asam lemak yang lain. Sedangkan minyak virgin coconut oil (VCO) memiliki kandungan asam lemak jenuh seperti, asam laurat (C12:0), asam miristat (C14:0) dan asam palmitat (C16:0) serta asam lemak yang lain. METODE Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium (experimental research) dengan rancangan penelitian true experimental designpostest only control group design. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi dan Fisiologi Fakultas Farmasi UNAND untuk persiapan bahan dan sampel serta pengkondisian

dan adaptasi hewan percobaan yang dilanjutkan ke tahap intervensi dan perlakuan. Pemeriksaan Kualitas Spermatozoa (Kecepatan Spermatozoa, Persentase motil Spermatozoa dan Morfologi Spermatozoa) dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Fisiologi Fakultas Farmasi UNAND. Populasi pada penelitian ini adalah tikus putih jenis Rattus novergicus Strain Wistar yang diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) Surabaya. Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi penelitian dengan kriteria inklusi, seperti: berjenis kelamin jantan, berumur 3,5 bulan, memiliki berat 100-150 gram, sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu: tikus yang tidak mau makan dan tikus yang mengalami penurunan keadaan fisik atau mati. Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30 ekor yang didapatkan dengan menggunakan rumus Abo Crombi. Tikus percobaan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol negatif, dan 2 kelompok perlakuan, yang dikandangkan secara terpisah. Tiap kelompok, kecuali kontrol negatif diberi perlakuan sesuai dengan prosedur ALJP asam palmitat (C16:0) dari lemak sapi, ALJS asam laurat (C12:0) dari VCO secara oral sebanyak 2,5 ml/hr selama 2 bulan. Data yang diperoleh meliputi karakteristik sampel, kualitas spermatozoa (kecepatan spermatozoa, persentase motil spermatozoa dan morfologi spermatozoa). HASIL

Setelah di dapat data hasil penelitian, selanjutnya dilakukan uji normalitas data sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal. Tabel 5.1 Distribusi rata-rata Pengaruh Diet Tinggi Lemak Hewani dan Nabati terhadap Kualitas Spermatozoa pada tikus jantan strain wistar Variabel N Mean SD Min Max p Kecepatan Spermatozoa 27 0.45 0.09 0.30 0.66 0.10 Persentas Motil Spermatozoa 27 11.97 8.74 3.10 47.06 0.05 Morfologi Spermatozoa 27 50.14 6.67 34.28 63.41 0.20(*) * This is a lower bound of the true significance. Dari uji statistik didapatkan bahwa seluruh variabel yang di uji terdistribusi secara normal. Tabel 5.2 : Nilai rerata kecepatan spermatozoa (m/detik) pada tikus yang di beri diet normal, lemak sapi dan VCO KELOMPOK KECEPATAN SPERMATOZOA (MEAN SD)

p Kontrol Negatif 0,51 0,08 P1 (Lemak Sapi) 0,44 0,07 0,011 P2 (VCO) 0,39 0,07 Keterangan : Kontrol Negatif = Diet Normal, P1 = Diet Normal + Lemak Sapi 2,5 ml/hr, P2 = Diet Normal + VCO 2,5 ml/hr. Rerata kecepatan spermatozoa tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan kontrol negatif (diet normal) yaitu 0,51m/dt dengan standar deviasi 0,08 sedangkan rerata kecepatan spermatozoa terendah terdapat pada kelompok perlakuan P2 (VCO) yaitu 0,39m/dt dengan standar deviasi 0,07. Dari hasil analisis statistik anova one way didapatkan nilai p=0,01(p<0,05), dapat disimpulkan ada perbedaan rerata kecepatan spermatozoa di antara ketiga kelompok perlakuan. Untuk menelusuri lebih lanjut kelompok mana saja yang berhubungan signifikan, maka dilakukan analisis multiple comparisons post hoc bonferroni. Dari hasil uji bonferroni ternyata terjadi penurunan kecepatan spermatozoa pada kelompok yang di beri perlakuan, dimana kelompok yang di beri VCO mempengaruhi penurunan kecepatan spermatozoa yang berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatife ataupun yang di beri lemak sapi. Walaupun tidak berbeda secara bermakna tetapi ternyata juga terjadi penurunan kecepatan spermatozoa pada kelompok yang di beri lemak sapi dibandingkan dengan kontrol negatife. Tabel 5.3: Nilai rerata persentase motil

spermatozoa (%) pada tikus yang di beri diet normal, lemak sapi dan VCO KELOMPOK PERSENTASE MOTIL SPERMATOZOA (MEAN SD) p Kontrol Negatif 5,461,95 0,0001 P1 (Lemak Sapi) 9,801,49 P2 (VCO) 20,6610.21 Keterangan : Kontrol Negatif = Diet Normal, P1 = Diet Normal + Lemak Sapi 2,5 ml/hr, P2 = Diet Normal + VCO 2,5 ml/hr, Rerata persentase motil spermatozoa tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan P2 (VCO) yaitu 20,66% dengan standar deviasi 10,21 sedangkan rerata persentase motil spermatozoa terendah terdapat pada kelompok kontrol negatif (diet normal) yaitu 5,46% dengan standar deviasi 1,95. Adapun dari hasil analisis statistik anova one way didapatkan nilai p=0,0005, berarti dapat disimpulkan ada perbedaan rerata persentase motil spermatozoa di antara ketiga kelompok perlakuan. Untuk menelusuri lebih lanjut kelompok mana saja yang berhubungan signifikan, maka dilakukan analisis multiple comparisons post bonferroni. Dari hasil uji Bonferroni ternyata tidak terjadi penurunan persentase motil spermatozoa pada kelompok yang di beri perlakuan, dimana kelompok yang di beri VCO (P2) tidak mempengaruhi penurunan persentase motil

spermatozoa yang berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatife (diet normal) ataupun yang di beri lemak sapi (P1). Walaupun tidak berbeda secara bermakna tetapi ternyata juga terjadi penurunan persentase motil spermatozoa pada kelompok yang di beri lemak sapi dibandingkan dengan kontrol negative. Tabel 5.5 : Nilai rerata kelainan morfologi spermatozoa (%) pada tikus yang di beri diet normal, lemak sapi dan VCO KELOMPOK MORFOLOGI SPERMATOZOA (MEAN SD) P Kontrol Negatif 54,685,51 0,001 P1 (Lemak Sapi) 51,683,98 P2 (VCO) 44,055,54 Keterangan : Kontrol Negatif = Diet Normal, P1 = Diet Normal + Lemak Sapi 2,5 ml/hr, P2 = Diet Normal + VCO 2,5 ml/hr, Rerata morfologi spermatozoa tertinggi terdapat pada kontrol negatif (diet normal) yaitu 54,68% dengan standar deviasi 5,51 sedangkan rerata morfologi spermatozoa terendah terdapat pada kelompok perlakuan kelompok P2 (VCO) yaitu 44,05% dengan standar deviasi 5,54. Adapun dari hasil analisis statistik anova one way didapatkan nilai p=0,01(p<0,05), berarti dapat disimpulkan ada perbedaan rerata morfologi spermatozoa di antara ketiga kelompok perlakuan.

Untuk menelusuri lebih lanjut kelompok mana saja yang berhubungan signifikan, maka dilakukan analisis multiple comparisons post hoc bonferroni.Dari hasil uji Bonferroni ternyata terjadi penurunan morfologi spermatozoa pada kelompok yang di beri perlakuan, dimana kelompok yang di beri VCO(P2) mempengaruhi penurunan morfologi spermatozoa yang berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatife (diet normal) ataupun yang di beri lemak sapi (P1). Walaupun tidak berbeda secara bermakna tetapi ternyata juga terjadi penurunan morfologi spermatozoa pada kelompok yang di beri lemak sapi dibandingkan dengan kontrol negatife. Berikut gambar morfologi yang di dapat dari masing-masing perlakuan: Gambar5.1 Morfologi spermatozoa pada kelompok kontrol negatif (diet normal) 400x Keterangan: 1. Kepala Spermatozoa normal 2. Badan Spermatozoa normal 3. Ekor Spermatozoa normal Gambar 5.2 Morfologi spermatozoa pada kelompok P1 (lemak Sapi) 400x Keterangan: 1.Spermatozoa normal terdiri dari: kepala, leher dan ekor 2.Minyak/ senyawa kolesterol yang terdapat pada cairan semen Gambar 5.3 Morfologi Spermatozoa pada kelompok P2 (VCO) 400x 1. Spermatozoa berekor pendek 2. Spermatozoa tanpa kepala

3. Spermatozoa normal terdiri dari: kepala, leher dan ekor 4. Spermatozoa berkepala kecil Diskusi 1. Kecepatan Spermatozoa Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan rata-rata diantara kelompok kontrol negatif (diet normal), P1 (lemak sapi), P2 (VCO). Analisis lebih lanjut dengan menggunakan post hoc bonferroni diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata pada kelompok P1 (lemak sapi) dengan P2 (VCO). Selisih nilai rata-rata dari hasil analisis kecepatan spermatozoa yang paling besar terdapat antara kelompok kontrol negatif (diet normal) dengan P2 (VCO) yaitu 0.11(*) m/dt dengan nilai p value adalah 0,009 (p<0,05). Pada kelompok kontrol negatif (diet normal) ini hanya diberikan makanan standar tanpa pemberian minyak jenis apapun. Sedangkan pada kelompok P2 (VCO) disamping diberikan makanan standar, juga diberikan VCO sebagai intervensinya. VCO memiliki kandungan asam lemak dengan nilai tertinggi yang paling banyak adalah asam laurat C12:0 (asam lemak jenuh/ saturated fatty acid). selanjutnya yang paling kecil terdapat antara kelompok kontrol negatif (diet normal) dengan P1 (lemak sapi) yaitu 0,07 m/mt dengan nilai p value adalah 0,21 (p>0,05). Pada kelompok kontrol negatif (diet normal) ini hanya diberikan makanan standar

tanpa pemberian minyak jenis apapun. Sedangkan pada kelompok P1 (lemak sapi) disamping diberikan makanan standar, juga diberikan lemak sapi sebagai intervensinya. Lemak sapi memiliki komposisi berbagai jenis asam lemak dengan nilai tertinggi terdapat pada asam lemak jenuh rantai panjang yaitu asam palmitat (C16:0). Akibat dari rantai panjang ini adalah radikal bebas. Penyebab penurunan kecepatan spermatozoa disebabkan oleh karena akibat radikal bebas yang dapat menimbulkan terjadinya kerusakan protein dan lipid peroksidase pada membrane sel spermatozoa 1 4 3 2 1 3 2 1 2 Keterangan: sehingga kecepatan pada spermatozoa berkurang. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Herdini (1995) dengan memberikan diet tinggi lemak akan menimbulkan gangguan peningkatan kadar lipid peroksidasi sehingga dapat menyebabkan spermatozoa kehilangan

kecepatan gerak secara total (34).. Penelitian lain juga membuktikan bahwa hasil peroksidasi lipid membrane oleh radikal bebas berefek langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain dengan mengubah fluiditas (kestabilan), struktur dan fungsi membran sehingga memperlambat pergerakan pada spermatozoa, dalam keadaan fatal akhirnya menyebabkan kematian pada sel spermatozoa(70). 2. Persentase Motil Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan rata-rata diantara kelompok kontrol negatif (diet normal), P1 (lemak sapi), P2 (VCO). Analisis lebih lanjut dengan menggunakan post hoc bonferroni diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata pada kelompok P1 (lemak sapi) dengan P2 (VCO). Selisih nilai rata-rata dari hasil analisis persentase motil spermatozoa yang paling besar terdapat pada kelompok kontrol negatif (diet normal) dengan P2 (VCO) yaitu 15,21(*)% dengan nilai p value adalah 0,0001 (p<0,05). Pada kelompok K- ini hanya diberikan makanan standar tanpa pemberian minyak jenis apapun. Sedangkan pada kelompok P2 disamping diberikan makanan standar, juga diberikan VCO sebagai intervensinya. VCO memiliki kandungan asam lemak dengan nilai tertinggi yang paling banyak adalah asam laurat C12:0 (asam lemak jenuh/ saturated fatty acid)

selanjutnya yang paling kecil terdapat antara kelompok kontrol negatif (diet normal) dengan P1 (lemak sapi) yaitu -4.34% dengan nilai p value adalah 0.43(p>0,05). Pada kelompok kontrol negatif (diet normal) ini hanya diberikan makanan standar tanpa pemberian minyak jenis apapun. Sedangkan pada kelompok P1 (lemak sapi) disamping diberikan makanan standar, juga diberikan lemak sapi sebagai intervensinya. Lemak sapi memiliki komposisi berbagai jenis asam lemak dengan nilai tertinggi terdapat pada asam lemak jenuh rantai panjang yaitu asam palmitat (C16:0). Akibat dari rantai panjang ini adalah radikal bebas. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Sopia (2009) menyebutkan diet tinggi lemak pada tikus dapat menyebabkan hiperkolesterolemia yang berperan penting dalam peningkatan produksi radikal bebas dan peroksidasi lipid yang berlebihan pada tingkat jaringan yang bersifat oksidan terhadap sel-sel sel gonad sehingga menyebabkan degenerasi sel-sel gonad tersebut. Di lain pihak pada keadaan hiperlipidemia terjadi penurunanan aktivitas enzim 17-beta hydroxysteroid dehydrogenase serta menurunnya enzim antioksidan (SOD, Catalse, GSH, glutathione peroxidase), hal ini semakin mendukung terjadinya penurunan kualitas maupun kuantitas spermatozoa. Rusaknya sel-sel sertoli

mengakibatkan gangguan pada proses spermiogenesis maupuan proses spermatogenesis sedangkan rusaknya sel-sel leydig menyebabkan gangguan pada proses sintesis hormon testosteron yang mengakibatkan penurunan kadar hormon testosteron plasma, di mana penurunan hormon testosteron ini akan mengganggu proses spermatogenesis (79). Pada penelitian Bashandy., 2007 juga menyebutkan bahwa adanya reduksi yang signifikan dari konsentrasi sperma dan persentasi spermatozoa motil, karena pada kondisi hiperkolesterolemia juga berhubungan dengan kecacatan fungsi sekresi sel sertoli dan sel Leydig yang membuat ketidaksempurnaan spermatogenesis dan maturasi spermatozoa di epididimis, sehingga terjadi penurunan motilitas sperma dan peningkatan abnormalitas morfologi sperma (11). Kelainan vaskuler tersebut dapat mengganggu maturasi spermatozoa karena akibat terganggunya pasokan nutrisi dari pembuluh darah. Kondisi hiperlipidemia kronik yang terjadi juga akan mengubah biokimiawi sel dan menyebabkan terganggunya metabolisme sel melalui jalur reduktase aldosa, jalur stess oksidatif sitoplasmik, jalur pleiotropik protein kinase yang akan meningkatkan kadar reactive oxygen species (ROS) dan pembentukan Advanced Glycation

Endproduct (AGE) yang dapat mengubah sifat protein baik secara langsung maupun tidak langsung. ROS yang terbentuk akan merusak struktur lipid pada membran sel serta membran mitokondria, dan hal itu yang mengakibatkan rendahnya persentase motilitas (34). Penelitian yang dilakukan oleh Titisari et.al., 2003 menunjukkan bahwa lemak peroksidasi dapat menurunkan kecepatan Spermatozoa. Hal ini disebabkan karena kecepatan spermatozoa ditentukan oleh gerakan ekornya. Sementara itu gerakan ekor dipengaruhi oleh keasaman dalam tubuh. Semakin rendah suasana asam dalam tubuh maka sperma akan bergerak lebih cepat. Kemungkinan juga penurunan kecepatan gerak spermatozoa disebabkan oleh peningkatan kolesterol yang terdapat pada cairan semen yang dapat mengganggu kontraksi fibril-fibril yang berada dalam ekor spermatozoa sehingga gerakan ekor spermatozoa menjadi berkurang maka geraknya menjadi lebih lambat (87). 3. Morfologi Spermatozoa Pada penelitian ini didapatkan kelainan morfologi, dimana pemeriksaan morfologi spermatozoa normal pada tikus dengan pengamatan pada bagian: kepala spermatozoa yang berbentuk sabit, adanya badan dan ekor. Perbedaan rata-rata diantara kelompok (diet normal), P1 (lemak sapi), P2 (VCO). Analisis lebih lanjut dengan menggunakan post hoc

bonferroni diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata pada kelompok P1 (Lemak sapi) dengan P2 (VCO). Selisih nilai rata-rata dari hasil analisis penurunan morfologi spermatozoa yang paling besar terdapat antara kelompok (diet normal) dengan P2 (VCO) yaitu 10,63(*)% dengan nilai p value adalah 0,0001 (p<0,05). Pada kelompok (diet normal) ini hanya diberikan makanan standar tanpa pemberian minyak jenis apapun. Sedangkan pada kelompok P2 (VCO) disamping diberikan makanan standar, juga diberikan VCO sebagai intervensinya. VCO memiliki kandungan asam lemak dengan nilai tertinggi yang paling banyak adalah asam laurat C12:0 (asam lemak jenuh/ saturated fatty acid) selanjutnya terdapat penurunan morfologi spermatozoa antara kelompok (diet normal) dengan P1 (lemak Sapi) yaitu -3,00% dengan nilai p value adalah 0,66 (p>0,05). Pada kelompok (diet normal) hanya diberikan makanan standar tanpa pemberian minyak jenis apapun. Sedangkan pada kelompok P1 (lemak sapi) disamping diberikan makanan standar, juga diberikan lemak sapi sebagai intervensinya. Lemak sapi memiliki komposisi berbagai jenis asam lemak dengan nilai tertinggi terdapat pada asam lemak jenuh rantai panjang yaitu asam palmitat (C16:0). Tingginya spermatozoa yang abnormal dapat menyebabkan rendahnya fertilitas, seperti

penelitian yang dilakukan oleh Siti Sopia., 2009, menunjukkan bahwa pada keadaan hiperlipidemia terjadi kelainan morfologi spermatozoa dikarenakan terjadinya gangguan pematangan dan gangguan pada proses sintesis hormon sehingga menyebabkan gangguan pada proses pembentukan spermatozoa di mana dengan adanya kelainan morfologi tersebut juga akan berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa (79). Penelitian yang dilakukan oleh Hendaru Pramudito, 2009 menunjukkan bahwa tikus dengan hiperlipidemia dapat menurunkan morfologi spermatozoa. Hal ini disebabkan karena penurunan kemampuan defens antioksidan melalui jalur reduktase aldosa, perubahan sifat protein karena pembentukan AGE dan peningkatan reactive oxygen species (ROS) mengakibatkan kerusakan DNA dan memodifikasi ekspresi genetik yang pada akhirnya mengakibatkan kelainan morfologi spermatozoa yang hebat (33). KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet tinggi lemak hewani dan nabati terhadap kualitas spermatozoa perlu ditinjau kembali karena tidak semua lemak hewani jelek dan lemak nabati baik untuk kesehatan begitu juga sebaliknya seperti hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lemak hewani tidak mempengaruhi kecepatan spermatozoa dan

morfologi spermatozoa namun pada persentase motil spermatozoa sangat berpengaruh, sedangkan lemak nabati mempengaruhi kecepatan spermatozoa, dan morfologi spermatozoa tetapi persentase motil lebih baik dibandingkan dengan lemak hewani. Oleh karena itu dianjurkan untuk dilakukan pernyebarluasan informasi tentang alternatif penggunaan bahan makanan yang mengandung asam lemak yang bermanfaat bagi kesehatan sehingga masyarakat dapat memilih bahan makanan yang terbaik untuk kesehatannya. DAFTAR PUSTAKA 1. Adam, John M.F. 2006. Dislipidemia. Dalam: Sudoyo, A.W., B. Setiyobadi, I.Alwi, M. Simadibrata.K, S. Setiyati (ed.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Vol 3. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp.1948-1954 2. Adnan, 2009. Gamet, Jurusan Biologi FMIPA UNM, Malang; Hal 1-3. 3. Agarwal A, Said TM. 2005. Oxidative stress, DNA damage and apoptosis in male infertility:a clinical approach. BJUI;95:503-7 4. Aitken RJ, Harkiss D, Buckingham DW 1993, Analysis of lipid peroxidation mechanism in human spermatozoa, Molec.Reprod. and develop 35; 302-315. 5. Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 6. Almatsier, sunita. 2003. Prinsip Dasar ILMU

GIZI. Jakarta: PT.gramedia Pustaka Umum 7. Arief, Mochammad. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Solo: Sebelas Maret University Press 8. Asmarinah. 2010, Peran molekul Kanal Ion pada fungsi Spermatozoa, Departemen Biologi FKUI, Jakarta. Maj Kedokt Indon, Volume:60, Nomor: 8, Agustus 2010 9. Bardin, J. 1986, Pituitary-Testicular-Axis dalam Reproduksi Endocrinology. Saunders, Philadelphia 10. Barlian, dkk. 2009. Gametogenesis. SITH ITB : Bandung. 11. Bashandy, AES. 2007. Effect of fixed oil Nigella on male fertility in normaland hiperlipidemic rats. (Int. J Pharmacol) hal 3:27-33 12. Berne, Robert M, 1983 . Endocrine System, dalam Physiology^ Philadelphia. Bohmer, T, Johansen L (1980). Cernitine In The Epididimisand in the Spermatozoa : Physiology Aspoet and Clinical Application, dalam Animal Model In Human .Reproductive, Raven Presss, New York. 13. BPS. 2010. Rata-rata Konsumsi per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan. Survei Sosial Ekonomi Nasional 2002-2009; 2010: 1. 14. Buriro MA, Tayyab M. 2007. Effect of Nigella sativa on lipid profile in albino rat. Gomal J. Med. Sci, January June 2007, Vol. 5, No. 128.

15. Carnerro and Kelly, 1998. Sistem Reproduksi Pria, Alih Bahasa Tambayong J, dalam Histology Dasar, Edisi ke-8, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 16. DEPKES. 2008. Ringkasan Hasil Prevalensi Penyakit Tidak Menular. Riset Kesehatan Dasar 2007; hal 14. 17. Dorfman, S.E., Shu Wang, Sonia V., Matti J., Alice H.L. 2005. Dietary Fatty Acids and Cholesterol Differentially Modulate HDL Cholesterol Metabolism in Golden-Syrian Hamsters. Journal of Nutrition; 135: 492-498. 18. Dorland, WA Newman. 2000. Kamus Kedokteran Dorland. Ed.29, Editor : Huriawati Hartanto. Jakarta : EGC. 19. Duenholter, J.H. 1988. Ginekologi Greenhill, (alih bahasa: CandraSanusi) EGC; Jakarta 20. Fin G. 1994. Text book Histology. Diterjemahkan oleh Gunawijaya A. Buku text Histologi jilid 2. Binapura Aksara, Jakarta. 21. Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Judul asli Anatomy and Physiology of Farm Animals. Edisi 4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. hal. 395-396, 402, 411, 865-866. 22. French,C.R., A.Black and R.W.Swift.1947. Further experiment on the relation of fat to economy of food utilization. J.Nutr. 35:8388. 23. Ganong. WF. 1995. Review of medical Physiologi, 14 th. Diterjemahkan oleh Andrianti P. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran

EGC. Jakarta. 24. Garrow J.S. dan W.P.T. James, 1993. Human Nutrition and Dietetics. hal. 83 25. Guyton, A.C., and Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Judul asli Textbook of Medical Physiology, alih bahasa oleh Irawati Setiawan, Ariata Tengadi, dan Alex Santoso. Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. hal. 1234-1236 26. Hafez,E,S.E 1996. Human Semen and Fertility Regulation in Men. The CV.Mosbyuni 27. Hanafiah, K.A. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 28. Handayani, D. dan Bambang P. 2007. Pengaruh Pasta Tomat terhadap Jumlah Sel Busa Aorta Tikus dengan Diet Aterogenik. Jurnal Kedokteran Brawijaya; 23: 93-99. 29. Haqiqoh, H., Sri N., Nurul M. 2008. Pengaruh Pemberian VCO (Virgin Coconut Oli) terhadap Gambaran Histologi Tiroid Tikus Putih (Rattus norvegicus). Majalah Mutiara Medika; 8 (1): 30-39. 30. Hart H. 1983. Organic Chemistry, a Short Course, 6th Edition. Michigan State University, Houghton Mifflin Co.Page 87-88. 31. Hastono, Sutanto Priyo. 2007. Analisis Data Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Jakarta 32. Hatma RD. 2001. Nutrient intake and their relation to lipid profiles in diverse ethnic

population. [Dissertation]. Jakarta: Post Graduate Program University of Indonesia. 33. Herdaru. P. 2009. Perbandingan Kualitas Spermatozoa pada kondisi Diabetes Melitus dan Hiperlipidemia Arifisial, Universitas Diponegoro, Semarang. 34. Herdini S, 1995. Kadar Peroksidasi lipid dan kualitas spermatozoa pada kelompok pria Astenozoospermia ingin anak dibandingkan dengan kelompok pria punya anak. Universitas Indonesia, Jakarta. 35. Herlina N dan Ginting MH, 2002, Lemak dan Minyak, Jurusan Teknik Kimia Universitas Sumatra Utara. 36. Hess, R.A. 1999. Spermatogenesis, Overview in Encyclopedia of Reproduction 4 : 539-545 37. Hull, A. 1996. Penyakit Jantung, Hipertensi dan Nutrisi. W. Ali (Penterjemah). Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. 38. Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO. 1997. Judul Asli Textbook of Basic Hystology. 8th ed. Diterjemahkan oleh dr. Jan Tambajong. Histologi dasar Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 39. Junqueira,L.C.1998 Fertility & Infertility in Domestic Animals. Balliere Tindall Ltd : 64 40. Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 41. Lestiani, Lanny. 2009. Pengaruh Lemak Terhadap Kesehatan. www.Ilmugiziui.com.

Di akses tanggal: 6 Desember 2009 42. Liputo NI, Agus Z, Oenzil F, Masrul M. 2001. Contemporary Minangkabau food culture in West Sumatera, Indonesia. Asia Pacific J Clin Nutr;10(1):10-6. 43. Louis J.G. Goore and Kaas H. 1990. Polderman, Safety Aspect of Androgen Therapy, springler-Verlag, Berlin; 182-203 44. Lutfiana, Surfa. 2006. Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil terhadap Kadar Kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) Serum Tikus Wistar Setelah Diinduksi Aterogenesis. Semarang: FK UNDIP;hal 1-12. 45. Mahan, Kathleen and Sylvia Escott. 2000. Krauses Food, Nutrition and Diet Therapy 10th Edition. Philadelphia, WB. Saunders Company, 46. Majumdar, N.M. 1985. Texbook of vertebrates Embryology. Mc. Graw Hill Publ. Co. New Delhi. 47. Mansjoer.A,Kuspuji.T,Rakhmi.S,Wahyu.I.W, WiwiekS.2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculapius: Jakarta. 48. Mateos, G.G and J.L. Sell. 1980. Influence of carbohydrate and supplemental fat source on the metabolizable energy of the diet. Poult. Sci. 59 : 2129 2135. 49. Matthan, N.R., Alice D., Jaime L.L., Blanche I., Alice H.L. 2009. Effects of Dietary Palmitoleic Acid on Plasma Lipoprotein Profile and Aortic Cholesterol Accumulation

Are Similar to Those of Other Unsaturated Fatty Acids in the F1B Golden Syrian Hamster. Journal of Nutrition; 139: 215-221. 50. Moeloek N. 1990. Beberapa perkembangan mutakhir di bidang andrologi. Maj Kedok Indon. Jakarta. 8 :445-453 51. Moeloek N. 1994. Reproduksi Dan Embriologi: Dari Satu Sel Menjadi Organisme. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 52. Montgomery RB & Pangkahila JA. 1978. Management Of Sexual Disfunction In Medical Practice. 53. Murray, R.K., Daryl K.G., Victor W.R. 2009. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta: EGC. 54. Nasution, A.W, 1999. Andrologi. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; Padang. 55. Nasution, A.W, 2005. Biologi Kedokteran (Reproduksi). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; Padang. 56. Panghiyangani R.2001. Kualitas Spermatozoa Mencit Jantan (Mus musculus L.) Setelah Perlakuan Kafein. Berkala Indonesia SeptemberDesember 2001,Vol.1,N0.1. 57. Partodihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara: Jakarta 58. Petrucci. 1989. Kimia Dasar : Prinsip-Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga, Jakarta. 59. Prasetyo, D. 2007. Kadar Glukosa Darah Tikus (Rattus norvegicus) Diabetik yang Diobati Dengan Minyak Kelapa Murni

(Virgin Coconut Oil). Skripsi 2007. Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Yogyakarta. 60. Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS. CetakanI. Mediakom, Yogyakarta.hal.79-108. 61. Ridwan, Achmad. 1999. Modul Mata Kuliah Statistik. AKZI DEPKES Palembang. 62. Rudolf Stromberg,1986. The Anatomy Of Laboratory Rat. Baltimore: The Williams and Wilking Company. 63. Rugh. 1997. The Mouse is Reproduction and Development Mineopolis. Burgess Sabri, Luknis dan Sutanto Priyo Hastono. Statistik Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada; 2006. 64. Rusdiana. 2004. Metabolisme Asam Lemak. USU Digital Library; hal 1-8 65. Rusli dan M. Nur Salim. 2007. Pengaruh Lemak Sapi dan Minyak Kelapa terhadap Kadar Kolesterol LDL Darah Ayam Buras. Jurnal Kedokteran Hewan; 1 (1): 6-10. 66. Santoso, S. 2010. Statistik non parametrik: konsep dan aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo 67. Santoso, S. 2010. Statistik parametrik: konsep dan aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo 68. Sarwono, Jonathan. 2006. Analisa Data Penelitian. Andi Press: Jakarta. 69. Sastroasmoro, S dan Sofyan I. 1995. Dasardasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa Aksara; Jakarta

70. Schegel RA. Hammerseid R, Cofer GP, Kozar K, Fredius D, Williamson P. 1985. Change in the organizaion of the lipid bilayerof the plasma membrane during spermaogenesis and epididymal mauation. Bio Reprod, 34;379-391 71. Scott, M.L., M.C. Nesheim and R.J. Young. 1982. Nutrition of the Chickens. Publ. By M.L. Scott Assoc., Ithaca, N.Y. 72. Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari dari sel ke sistim, Edisi 2, EGC; Jakarta. 73. Sies,H.,Wilhelm.S.,Alex.S. 2005. Nutritional, Dietary and Postprandial Oxidative Stress. Journal of Nutrition;135:969-972. 74. Sloalen E. 2003. Anatomy dan Phsyology An Easy Leaner. Diterjemahkan oleh Veldam J. AnatomiFisiologiUntukPemula. EGC, Jakarta. 75. Smith,Mangkoewijoyo.S,1998.Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Edisi 1. UI Press, Jakarta. 76. Soehadi, K. dan Arsyad K.M. 1983. Analisis Sperma AirLanggaUniversityPress; Surabaya. 77. Soehadi, K. 1996. Diabetes mellitus pria profil spermiogram, hormone reproduksi dan potensi seks. Airlangga University Press: Surabaya 78. Soeradi O. 2000. Gangguan Spermatogenesis pada Pasangan Infertil. Simposium Sehari Kesehatan Reproduksi Pria. Aula FKUI Jakarta, 7 Nopember 2000.

79. Sopia, S. 2009. Pengaruh pemberian minyak jintan hitam (nigella sativa) terhadap motilitas spermatozoa tikus wistar Hiperlipidemia. FK Universitas Diponegoro: Semarang. 80. Sulastri D, Rahayuningsih S, Purwantyastuti, 2005. Pola Asupan Lemak, serat dan Antioksidan serta hubungannya dengan Profil Lipid pada Laki-laki Etnik Minangkabau. Majalah Kedokt Indon, Volum: 55, Nomor 2 Pebruari 2005: hal 61-66. 81. Supangat, A. 2007.Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Non Parametrik. Kencana Prenada Media Group: Jakarta. 82. Sutarina, N., Edward, T. 2004. Pemberian Suplemen pada Olahraga. Majalah Giz. Mindo vol.3 No. 9 September 2004. p:1415. 83. Tadjudin, M.K. 1998. Penuntun Laboratorium WHO Untuk Pemeriksaan Semen Manusia dan Interaksi Semen dengan Getah Servik, Balai Penerbit FKUI; Jakarta. 84. Tadjudin MK. 1985. Peranan Biologi Dalam Pendidikan Kedokteran Dan Pembangunan Nasional. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 85. Tambun, Rondang, ST, MT. 2006. buku ajar teknologi oleokimia, Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan 86. TBF, Geurts, HIT Coelingh Bennik, 2002.

Testosteron Replacement therapy,testosterone Undecanoate (Andriol) Journal Fur Urologie Und Urology, Special Edition I/2002 87. Titisari N, Okid PA, Tetri W. 2003. Pengaruh Vitamin C terhadap Perbaikan Spermatogenesis dan Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Biofarmasi 1 (1): 13-19, Pebruari 2003, ISSN: 1693-2242 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta. 88. Tjitrosomo and sugiri, 1996. Biologi, Jakarta: Erlangga. 89. Tjokronegoro A. 2000. Problema Seks Pada Pria Pasangan Fertil Dan Infertil. Simposium Sehari Kesehatan Reproduksi Pria. Aula FKUI Jakarta, 7 Nopember 2000. 90. Tjokronegoro,A dan Sumedi,S. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kedokteran. Balai Penerbit FKUI:Jakarta 91. Uauy,R.,A.Aro, R. Clarke, R. Ghafoorunissa, M. LAbbe, D. Mozaffarian et al. 2009. WHO Scientific Update on Trans Fatty Acids: Summary and Conclusions. European Journal of Clinical Nutrition; 63: S68-S75. 92. Verit.FF,Verit.A,Ciftci.H,Erel.O,elik.H.200 6. Paroxonase-1 activity in subfertile men and relationship to sperm parameter.Int. J.Androl, 93. Vermeulen A, Kaufman JM. 1995. Aging of the hypothalamus-pituitary-testicular axis in men. Horm Res ; 42 : 25-8.

94. Who. 1994. Penuntun Laboratorium WHO untuk Pemeriksaan Semen Manusia dan Interaksi Sperma-Getah Serviks, Jakarta : Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 95. Widmann, F.K. 1995. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 9. EGC: Jakarta. 96. Winarsi H, 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. hal : 105 109. 97. Winarno. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 98. World Health Organization. 2006. WHO Laboratory Manual for The Examination of Human Semen and Sperm-Cervical Mucus Interaction.4th ed. dalam Mortality Country Fact Sheet 2006. World Health Statistics 2006; Cambrige University Press 1-2. 99. Yanwirasti, 2008. Langkah-langkah Pokok Penelitian Biomedik. FK.UnandPress;Padang. 100. Yatim. Wildan .1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito: Bandung. 101. Zulia R, 2008. Hubungan Likuifaksi Semen dengan Kecepatan Gerak Spermatozoa Pria Pasangan ingin punya anak yang datang ke Laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Periode Januari 2003Desember 2004; Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; Padang.

Anda mungkin juga menyukai