1: 39-45
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2021
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2021.v13.i01.p07
Terakreditasi Nasional Peringkat 3, DJPRP Kementerian Ristekdikti
No. 21/E/KPT/2018, Tanggal 9 Juli 2018
I Gede Agus Eva Prawira Adinata1*, Ni Ketut Suwiti2, Anak Agung Sagung Kendran3
1
Mahasiswa Program Profesi Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali; 2Laboratorium Histologi Veteriner, Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali; 3Laboratorium
Diagnosa Klinik, Patologi Klinik, dan Radiologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana, Jl. Raya Sesetan Gg. Markisa No. 6, Denpasar, Bali.
*Email: agusevap22@gmail.com
Abstrak
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui nilai hematologi MCHC (Mean Corpuscular
Hemoglobin Concentration), MCV (Mean Corpuscular Volume) dan MCH (Mean Corpuscular
Haemoglobin) darah sapi bali yang dipelihara berbasis organik. Sistem pemeliharaan berbasis organik
adalah manajemen pemberian pakan yang berasal dari lingkungan serta tidak menggunakan pestisida
atau zat kimia lainnya. Nilai MCV, MCH dan MCHC darah sapi bali diukur dengan Veterinary
hematology analyzer. Hasil penelitian menunjukan, nilai dari MCHC sebesar 39,17%/dl, MCV sebesar
48,44 fl dan nilai dari MCH sebesar 18,69pg. Dapat disimpulkan rerata nilai tersebut masih dalam batas
normal nilai indeks eritrosit sapi pada umumnya.
Kata kunci: Sapi bali; pemeliharaan berbasis organic; MCHC; MCV; MCH.
Abstract
Research has been done to find out the hematological value of MCHC (Mean Corpuscular
Hemoglobin Concentration), MCV (Mean Corpuscular Volume), and MCH (Mean Corpuscular
Haemoglobin) of Bali cattle with organic-based maintenance. An organic-based maintenance system is
the management of feeding that comes from the environment and does not use pesticides or other
chemicals. The method used by checking the value of MCV, MCH, and MCHC bali cattle blood is
measured using a Veterinary hematology analyzer. The result showed that the value of MCHC was
39,71%dl, the value of MCV was 44,48 fl, and the MCH’s value was 18,69pg. It can be concluded that
the average value is still within the normal range based on the index value of cattle’s erythrocytes in
general.
Keywords: Bali cattle; organic breeding; MCHC; MCV; MCH
39
Buletin Veteriner Udayana Volume 13 No. 1: 39-45
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2021
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2021.v13.i01.p07
40
Buletin Veteriner Udayana Adinata et al.
Tabel 1. Nilai MCV, MCHC dan MCH Sapi Bali yang Dipelihara Berbasis Organik.
No Sampel MCV MCHC MCH
(fl) (%/dl) (pg)
Sp 1 42,7 40,7 17,3
Sp 2 51,8 38,9 17,8
Sp 3 53,1 38,9 20,5
Sp 4 54,3 39,5 21,5
Sp 5 54,6 39,3 21,4
Sp 6 46,7 36,6 17,1
Sp 7 45,2 39,5 17,9
Sp 8 49,5 37,1 18,3
Sp 9 43,8 40,5 17,8
Sp 10 42,7 40,7 17,3
Rata-rata 48,44 39,17 18,69
Standart Deviasi 4,8000 1,4032 1,7407
Rata-rata Coles (1980) 46,7 32,9 15,3
Rata-rata Siswanto (2011) 56,2 29,8 16,7
Gambar 1. Hasil Nilai MCHC, MCH, dan MCV Sapi Bali yang Dipelihara Berbasis Organik.
Gambar 1. Menunjukan nilai MCHC MCH dan nilai MCV dari keseluruhan
bervariasi sehingga pada grafik garis nilai sampel nilainya tidak jauh berbeda.
MCHC tidak konstan, sedangkan pada nilai
41
Buletin Veteriner Udayana Volume 13 No. 1: 39-45
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2021
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2021.v13.i01.p07
42
Buletin Veteriner Udayana Adinata et al.
yaitu 30.0 sampai dengan 40,0 %/dl sampel nomor 4, tingginya nilai MCH pada
(Lumsden et al. 1980). Terjadi kenaikan sapi nomor 4 disebabkan oleh faktor stres
atau penurunan ukuran rata-rata eritrosit yang dialami sapi nomor 4 tersebut. Dan
yang disertai kenaikan atau penurunan rata- untuk nilai terendah adalah 17,3pg yang
rata hemoglobin. Namun MCHC-nya ditunjukan pada sampel nomor 1 dan 10,
masih dalam batas-batas normal. Pada hasil rendahnya nilai MCH pada sampel nomor 1
pemeriksaan nilai MCHC sapi bali berbasis dan 10 kemungkinan disebabkan oleh
organik yang tertinggi mencapai 40,7%/dl rendahnya daya cerna terhadap nutrisi
yang ditunjukan pada sampel nomer 10 dan dalam pakan yang diberikan.
1, tingginya nilai MCHC pada sapi nomor Tinggi dan rendahnya nilai MCHC dan
10 dan 1 mungkin disebabkan oleh faktor MCH pada setiap hewan berbeda-beda
stres yang dimana kan meningkatkan kadar antara satu sama lain. Perbedaan
hemoglobin apabila sapi dalam keadaan konsentrasi hemoglobin dalam setiap
stress, hal ini disebabkan karena eritrosit (MCHC) dan banyaknya
dilepaskannya ketakolamin hemoglobin pada rata-rata eritrosit (MCH)
(epineprin/neropineprin) akibatnya ini dipengaruhi oleh jumlah zat besi di
tekanan darah meningkat dan disertai dalam tubuh. Zat besi dalam bentuk Fe2+
kontraksi dari limpa (Suwandi, 2002). Dan yang terdapat pada pusat heme akan
untuk nilai terendah adalah 36,6%/dl yang mengikat atom oksigen. Pada hewan
ditunjukan pada sampel nomer 6. normal, kadar hemoglobin berhubungan
Sapi bali yang dipelihara berbasis dengan jumlah eritrosit (Swenson, 1993).
organik memiliki nilai rata-rata yakni Temperatur lingkungan pada sistem
39,17%/dl lebih tinggi dibandingkan pemeliharaan yang terletak didataran tinggi
sampel sapi bali yang berada dirumah menyebabkan laju aliran darah dalam tubuh
potong hewan Pesanggaran yang memiliki tersebut lebih cepat membawa cairan tubuh
rata- rata nilai MCHC 29,8%/dl (Siswanto, sampai di permukaan yang selanjutnya
2011). Pada nilai MCHC pada sapi (Bos dilepaskan ke lingkungan, sehingga kadar
Taurus) dengan memiliki nilai rata-rata hemoglobin mengalami peningkatan. Hal
32.9%/dl (Coles, 1980) lebih rendah ini dikarenakan fungsi dari kadar
dibandingkan dengan nilai rata-rata sapi hemoglobin dalam eritrosit adalah sebagai
bali yang dipelihara berbasis organik. pembawa oksigen ke dalam sel tubuh
Pada pemeriksaan nilai MCH pada sapi ternak, alat transportasi zat nutrisi ke
bali yang dipelihara berbasis organik seluruh tubuh, serta menjaga keseimbangan
memiliki nilai rata-rata yakni 18,69 pg. asam basa cairan tubuh (Sonjaya, 2012).
Nilai rata-rata tersebut masih dalam nilai Sistem perkandangannya yang terbuka juga
normal. Nilai normal MCH pada sapi yaitu berpengaruh terhadap kadar hemoglobin.
14.0 pg sampai dengan 20.0 pg. (Lumsden Kondisi kandang yang terbuka sepanjang
et al. 1980). Sapi bali yang dipelihara hari menyebabkan hewan mendapatkan
berbasis organik memiliki nilai rata-rata oksigen yang cukup sehingga kadar
lebih tinggi dibandingkan sampel sapi bali hemoglobin meningkat dan berpengaruh
yang berada dirumah potong hewan dimana terhadap konsentrasi rata-rata hemoglobin
memiliki rata-rata nilai MCH 16.7pg dalam eritrosit (MCHC) dan jumlah
(Siswanto, 2011), dan pada nilai MCH pada hemoglobin pada rata-rata eritrosit (MCH).
sapi (Bos Taurus) yang memiliki nilai rata- Menurut Weiss dan Wardrop (2010) kadar
rata 15.3 pg (Coles, 1980) lebih rendah hemoglobin dipengaruhi oleh kadar
dibandingkan dengan nilai rata-rata sapi oksigen dan jumlah eritrosit sehingga ada
bali yang dipelihara berbasis organik. kecenderungan jika jumlah eritrosit rendah,
Pada hasil pemeriksaan nilai MCH sapi maka kadar hemoglobin akan rendah dan
bali berbasis organik yang tertinggi jika oksigen dalam darah tinggi, maka
mencapai 21,5pg yang ditunjukan pada tubuh terangsang meningkatkan produksi
43
Buletin Veteriner Udayana Volume 13 No. 1: 39-45
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2021
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2021.v13.i01.p07
eritrosit dan hemoglobin. Hemolisis in vivo Mean Corpuscular Haemoglobin sapi bali
atau in vitro diduga dapat menyebabkan yang dipelihara berbasis organic berturut-
tingginya nilai MCHC. Hal ini karena turut sebesar: 39,17 %/dl, 48,44 fl dan 18,69
sejumlah sel eritrosit yang lisis akan pg.
melepaskan hemoglobin ke dalam cairan Saran
darah, sedangkan pada penghitungan nilai Perlu dilakukan penelitian untuk
MCHC, hemoglobin diasumsikan berada di mengetahui system imunitas sapi bali yang
dalam eritosit (Meyer dan Harvey 2004). diberikan pakan organik.
Faktor berikutnya adalah umur hasil
penelitian memperlihatkan bahwa nilai UCAPAN TERIMAKASIH
MCHC pada sapi perah umur dibawah dua
belas bulan berkisar antara 36,06 –39,98 Penulis mengucapkan terimakasih
g/dl memilii kisaran yang lebih tinggi kepada Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
dengan kelompok umur di atas dua bulan Universitas Udayana serta Bapak I Wayan
yang berkisar antara 31,7 - 40,4 g/dl (Mohri Kantra pemilik peternakan sapi bali organik
et al. 2007). Sedangkan pada nilai MCH yang telah memfasilitasi penelitian ini.
pada sapi perah umur dibawah tiga bulan
berkisar antara 18,41 – 21,21 pg memiliki DAFTAR PUSTAKA
kisaran lebih tinggi dibandingkan sapi Coles EH. 1980. Veterinary Clinical
diumur diatas tiga bulan yakni 14,1-20,1 Pathology 3rd Ed. WP Sanders CA
(Mohri et al. 2007). Hasil penelitian ini Philadelphia, London, Toronto.
memperlihatkan nilai MCH sapi di bawah Darmadja SDND. 1980. Setengah Abad
umur tiga bulan lebih tinggi dibandingkan Peternakan Sapi Tradisional dalam
dengan nilai MCH sapi diatas umur tiga Ekosistem Pertanian di Bali. Bandung:
bulan. Universitas Padjadjaran
Tinggi dan rendahnya nilai indeks Frandson RD. 1992. Anatomi Dan Fisiologi
eritrosit juga disebabkan oleh keadaan Ternak. Edisi Ke-4. Gadjah Mada
fisiologis hewan. Keadaan fisiologis sapi University Press. Yogyakarta.
dapat ditentukan berdasarkan profil Gandasoebrata R. 2013. Penuntun
darahnya, yaitu jumlah eritrosit dan kadar Laboratorium Klinis. Edisi 15. Dian
hemoglobin. Adanya perbedaan jumlah Rakyat. Jakarta.
eritrosit, kemungkinan disebabkan oleh Jain NC. 1986. Schalni’s Veterinery
banyak faktor diantaranya pakan, umur, hematology 4th Ed. Lea and Febiger.
pola pemeliharaan, temperatur lingkungan, Philadelphia.
ketinggian dan faktor iklim lainnya Mahardika AA. 2016. Pengaruh stres
(Siswanto, 2011). akutterhadap jumlah neutrofil darah -
Dengan dilakukannya penelitian sapi studi eksperimental pada tikus putih
bali organik yang berada di desa Bulian jantan galur wistar. Vet. Med. 4(3):187-
Kecamatan Kubutambahan Kabupaten 192.
Buleleng, yang dimiliki oleh bapak Wayan Moran JB. 1978. Growth and carcass
Kantra sudah mencukupi asupan nutrisi development of Indonesian beef breeds.
ternak sapi bali. Indikator nya dapat Proc. Seminar Penelitian dan
diketahui dari indeks eritrosit yang masih Penunjang Pengembangan Peternakan.
dalam rentang nilai normal. Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor.
Mohri M, Sharifi K, Eidi S. 2007.
SIMPULAN DAN SARAN Hematologi and serum biochemistry
Simpulan ofholstein dairi calve: ages related
changes and comparison with
Nilai Mean Corpuscular Hemoglobin
Concentration, Mean Corpuscular Volume, dan
44
Buletin Veteriner Udayana Adinata et al.
bloodcomposition in adult. Res. Vet. Seminar Nasional Sapi Bali. Bali, 20-22
Sci. 80:30-39. September 1990
Meyer DJ. Harvey JW. 2004. Veterinary Siswanto. 2011. Gambaran sel darah merah
Laboratory Medicine Interpretation sapi bali (studi rumah potong). Buletin
and Diagnosis. Philadelphia: Saunders. Veteriner Udayana. 3(2): 99-105.
Muridi Q, Ahmad NP. 2011. Studi Sonjaya H. 2012. Dasar Fisiologi Ternak.
manajemen pemberian pakan pada IPB Press. Bogor.
ternak sapi potong di kelompok tani Swenson MJ. 1984. Duke’s Physiology of
ternak mekar sari desa tambak rigadung Domestic Animals. 10th Ed. Cornell
kecamatan Tikung kabupaten University Press, Ithaca and London.
Lamongan. J. Ternak, 02(1): 21-23. Pp. 128
Lumsden JH, Mullen K, Rowe R. 1980. Suwandi. 2002. Manfaat pemeriksaan
Hematology and biochemistry gambaran darah umum pada ternak
reference values for female holstein ruminansia. temu teknis fungsional non
cattle. J. Can. Comp. Med. 44: 24-31. peneliti. Balai Penelitian Ternak.
Omonona A.O, Ekpenko V. 2011. Bogor.
Haematology and prevalence of blood Weiss DJ, Wardrop JK. 2010. Schalm’s
parasites of the common frog (Rana Veterinary Hematology 6th Ed.
temporaria) in the tropical environment. Blackwell Publishing, Iowa
J. Vet. Med. Anim. Health. 3(2):14-20. Williamson G, Payne WJA. 1993.
Pane I. 1990. Upaya peningkatan mutu Pengantar Peternakan di Daerah
genetik sapi Bali di P3 Bali. Proc. Tropis. Edisi ketiga. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
45