Anda di halaman 1dari 17

PENGALAMAN IBU BALITA DENGAN STUNTING DI POSYANDU DESA

CIBUNAR BOGOR INDONESIA

2022

Oleh : Rosalian Rumfaan


Nim : 201911050

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Sint Carolus PROGRAM STUDI


KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
Jakarta
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
menyertai saya sampai saat ini. Atas berkat kuasa dan penyertaan-Nya saya dapat
menyelesaikan proposal yang berjudul “Pengalaman Ibu Balita Dengan Stunting
di Posyandu Desa Cibunar Bogor Indonesia” dengan baik.

Proposal ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan proposal di Skolah


Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus. Tidak dapat disanggal bahwa butuh usaha
yang keras dalam penyelesaian pengerjaan proposal ini namun, karya ini tidak
akan selesai tanpa orang-orang tercintadi sekeliling saya yang mendukung dan
membantu saya. Terima kasih saya sampaikan kepada :

1. Ns.Ch. Indriati Kusumaningsih,Mkep.,Sp,Kep.Kom.,DNSc selaku Dosen


pembimbing materi yang telah memberikan bimbingan dan berbagai
pengalaman kepada saya.

2. Fr. Dewi Prabawati, MAN,DNc selaku Dosen pembimbing metodologi


yang telah memberikan bimbingan dan berbagai pengalaman kepada saya.

3. Segenap Dosen Skola Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus yang telah
mendidik dan memberikan ilmu selama kuliah dan staf yang selalu sabar
melayani segala administrasi selama proses penelitian.

4. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari
Tuhan yang Maha Esa. Dan saya menyadari bahwa proposal ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna perbaikan proposal ini yang telah saya susun. Demikian
proposal ini disusun agar bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta 23 Agustus 2022

Rosalina Rumfaan
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


(pengertian balita + stunting)

Masa balita merupakan suatu periode penting dalam tumbuh kembang anak
karena masa balita akan menentukan perkembangan anak dimasa selanjutnya.
Pada masa tersebut adalah periode emas dalam tumbuh kembang fisik dan
kecerdasan. (Jamil & Subiyatin, 2020)

Usia dibawa lima tahun merupakan masa pertumbuhan yang cepat (growth
spurt), baik fisik maupun otak sehingga memerlukan kebutuhan gizi yang paling
banyak dibandingkan masa-masa berikutnya dan pada masa ini anak sering
mengalami kesulitan makan, apabila kebutuhan nutrisi tidak ditangani dengan
baik maka akan muda mengalami stunting. Kurang terpenuhinya gizi pada balita
dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik. (Sasongko, 2015)

Stunting atau balita pendek adalah balita dengan masalah gizi kronik, yang
memiliki status gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umur balita
jika dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicenter Growth
Reference Study) tahun 2005, memiliki nilai Z-score kurang dari -2SD dan
apabila nilai z-scorenyakurang dari-3SD dikategorikan sebagai balita sangat
pendek .(Ners & Kebidanan, 2018)

Stunting tidak haya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi disebabkan oleh
banyak faktor, dan faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Ada
tiga faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makanan tidak seimbang, faktor
kedua status gizi ibu hamil, faktor ketiga sosial ekonomi keluarga serta
pendidikan orang tua. Pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan keluarga dan
jumlah anggota keluarga secara langsung dapat dapat berhubungan dengan
kejadian stuntung. (Ramadhan, 2017)

Hasil Rikesdas 2013 menunjukan bahwa kejadian stunting balita banyak


dipengaruhi oleh pendapatan dan pendidikan orang tua yang rendah. Keluarga
dengan pendapatan yang tinggi akan lebih mudah memperoleh akses pendidikan
dan akses kesehatan sehingga status gizi anak lebih baik. (Ramadhan, 2017)

Masalah stunting balita dapat menyebabkan beberapa efek yang serius. Akibat
masalah stunting tersebut seperti kegagalan dalam pertumbuhan fisik serta
kurangya optimal pertumbuhan dan kecerdasan, bahkan mengakibatkan kematian
pada balita. Efek jangka pendek gizi kurang terhadap perkembangan balita
diantaranya balita menjadi apatis, ganguan berbicara dan ganguan yang lainya.
Sedangkan efek jangka panjang seperti penurunan Intelligence Quotien (IQ),
penurunan perkembangan kognitif, integrasi sensori, pemusatan perhatian dan
penurunan percaya diri yang dapat menurunya prestasi akademik di sekolah.
(Husna and Izzah 2021)

Status stunting dapat diukur menggunakan indikator berat badan menurut umur
(TB/U). Tingi badan menurut umur TB/U mereflesikan TB brelatif dibandingkan
dengan umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai kemungkinan seorang
anak dengan tinggi kurang, sangant kurang atau lebih. (Pebrianti, Wiguna, and
Nurbaiti 2022)

Hal ini dapat diwujudkan dengan partisipasi masyarakat yang mau menjadi
kader posyandu dan ibu serta keluarga yang selalu memantau keadaan anaknya
serta dapat memanfaatkan adanya posyandu di desa. (Wahyuningsih and
Setiyaningsih 2018)

Posyandu merupakan salah satu bentuk swadaya masyarakat melalui kegiatan


gotong royong dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Kegiatan
posyandu di kelolah oleh kader yang menjembatani antara tenagah kesehatan dan
masyarakat dalam penyelesaian masalah kesehatan. (Wahyuningsih and
Setiyagningsih 2018)
1.2 Perumusan Masalah
Dari rumusan masalah yang ada maka, maka peneliti tertarik untuk meneliti “
Hubungan Pengetahuan Sikap dan Perilaku Tentang Gizi Seimbang Dengan
Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Usia 2-5 Tahun di posyandu desa cibunar
bogor parung panjang”.

Pokok pikiran masing-masing latar belakang disusun menjadi 1 paragraf


(tanpa referensi)
1.3 Tujuan Penelitian
Mengesplorasi pengalaman ibu balita dengan stunting di posyandu
cibunar

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institut
a) Menambah kepustakaan bagi STIK Sint Carolus sebagai bahan bacaan
dan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya.

b) Mewujudkan STIK Sint Carolus sebagai lembaga pendidikan yang


peduli terhadapt kesehatan masyarakat dan terbuka terhadap ilmu
pengetahuan.

2. Bagi Posyandu
a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk puskesmas
melakukan monitoring dan evaluasi faktor langsung dan tidak langsung
terhadap balita yang mengalami stunting supaya tepat sasaran.

3. Bagi Ibu Balita


a) Ibu balita dapat mengatur faktor tidak langsung (pengeluaran pangan)
dan faktor langsung (asupan zat gizi) dalam memenuhi kebutuhan zat
gizi anak.

b) Ibu balita memotivasi ankanya untuk mengonsumsi makanan yang


diberikan dan melakukan varyasi dalam penyajiannya.

4. Bagi Peneliti
a) Memahami pengalaman baru dalam melakukan penelitian di bidang
kesehatan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari
institusi dengan keadaan yang ada di masyarakat.
b) Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berinteraksi dan
berkomunikasi dalam masyarakat.

1.5 Ruang Lingkup


Penelitian mengenai “Pengalaman Ibu Balita Stunting di Posyandu Desa
Cibunar Bogor Indonesia. Sasaran responden adalah ibu yang mempunyai balita
dengan stunting pada balita usia 1-5 tahun. Alasan memilih penelitian ini adalah
ingin hubungan tingkat pengetahuan ibu terkait stunting pada balita dan mencegah
stunting pada balita di posyandu desa cibunar parung panjang.
BAB II
TINJAWAN PUSTAKA

1.6 Balita dengan Stunting

Balita adalah anak-anak yang telah berusia satu tahun atau lebi popular
dengan anak di bwah lima tahun. Anak-anak usia 1-3 tahun dan anak-anak
usia 3-5 tahun adalah dua kelompok utama di mana kerangka waktu ini
dapat dibagi. Kita sering menyebut rentang usia 1-3 tahun sebagi kelompk
pasif karena anak-anak dalam rentang usia ini masih sepenuhnya
bergantung pada orang tua atau pengasuh lainya untuk melakukan fungsi
dasar seperti makan, mandi, dan buang air kecil. (Setyaningsih & Agustini,
2014)

Balita mengalami masalah pertumbuhan dan perkembangan fisik,


intelektual, dan sosial yang cepat. Anak-anak membutuhkan nutrisi yang
cukup dari makanan sehari-hari mereka yang berkualitas tinggi. Untuk
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak, pemeliharaan
dan perbaikan kesehatan, dan pola makan yang sehat sangat penting.
(Setyaningsih & Agustini, 2014)

1.7 Pengalaman Ibu Gizi

1.8 Defenisi Stunting


Stunting adalah suatu bentuk keterbelakangan pertumbuhan linier
dimana tinggi badan anak untuk usia menunjukan bahwa mereka bertubuh
sangat kecil atau pendek. Sesuai dengan cutoff (z-score) (skor) 2 SD. (Olsa
et al., 2018)
Ketika seorang anak mengalami stunting, mereka memiliki bentuk
tubuh pendek atau sangat pendek tergantung pada tinggi badan dan usia
anak. (Olsa et al., 2018)

1.9 Penyebab Stunting

1.10 Tanda dan Gejala Stunting


BAB III
METODE PENELITIAN

1.11 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah pola atau bentuk penelitian yang diinginkan.
Penelitian menggunakan desain penelitian sebagai peta jalan yang
mengarahkan peneliti dalam melakukan penelitian. (Mulyadi, 2012)

Peneliti ingin mengetahui pengalaman pengetahuan,sikap dan perilaku


ibu terhadap stunting pada balita. Sebuah fenomena pengalaman yang
bersifat subyektif dan pada setiap individu berbeda-beda. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara mendalam.

1.12 Populasi dan Sempel


a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti.
(Mulyadi, 2012)

Populasi yang menjadi sasaran penelitian ini adalh balita stunting di


posyandu desa cibunar.

b. Sampel

Sample adalah keterbatasan volume dan jenis data yang akan digunakan
dalam penelitian. (Mulyadi, 2012) Sepuluh partisipan menjadi sampel atau
informan dalam prosedur fenomenologis kualitatif penelitian ini.
Pengambilan sample dalam penelitian ini didasarkan pada faktor-faktor
yang ditemukan oleh penelitian dan dianggap dapat mewakili ciri-ciri yang
ditemukan oleh peneliti dan dianggap dapat mewakili diari karakteristik
populasi. Waktu penelitian .
Ciri-ciri dalam penelitian ini :

a) Bisa berbicara dalam bahasa indonesia

b) Mau diajak berbicara tentang kejadian yang dialami saat balita


mengalami gizi kurang.

Tempat dan waktu penelitian :

a) Penelitian ini dilakukan di kabupaten Bogor pada bulan juli 2022


sampai juli 2023.

1.13 Etika Penelitian


Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan informan.
(Mulyadi, 2012) Untuk memperoleh data dalam penelitianya, peneliti
dapat melakukan langkah-langkah yang mendukung penelitian yaitu :

a) Manfaat

Penelitian ini harus memberikan keuntungan bagi iinforman


yaitu memberikan informasi yang tepat dan benar tentang topik
penelitian. Peneliti juga harus menjelaskan prosedur penelitian
kepada informan dan menjelaskan bahwa responden bebas dari
kerugian dan ketidak nyaman, memberikan informasi kepada
responden bahwa partisispasi atau informasi yang mereka berikan
hanya digunakan pada penelitian ini.

b) Menghormati martabat

Penelitian menghargai hak-hak informan karna informan berhak


untuk menentukan nasib sendiri dan berhak untuk mengungkapkan
sepenuhnya. Informan berhak untuk memutuskan mengambil
bagian penelitian ini, berhak untuk mengajukan pertanyaan.
c) Keadilan

Prinsip keadilan mencangkup hak mendapat perlakuan yang adil


dan hak akan privasi. Informan diyakinkan bahwa privasina
dipertahankan secara terus-menerus atau tidak akan dieksploitasi.
Contohnya dalam prosedur penelitian informan mendapatkan
perlakuan yang sama baik sebelum, selama atau setelah
berpartisipasi, tidak membedakan jenis kelamin, umur ataupun
tingkat pendidikan.

d) Bentuk Persetujuan

Bentuk persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara


responden dan peneliti dengan memberi lembar persetujuan.
Bentuk persetujuan diberikan pada informan untuk menjelaskan
tujuan penelitian, prosedur penelitian, dan waktu penelitian. Selain
itu bentuk persetujuan diberikan pada informan untuk menjelaskan
hak-hak informan antara lain hak untuk mendapatkan kebebasan
dari kekerasan dari ketidak nyamanan, dan hak untuk menentukan
nasib sendiri dimana responden berhak untuk menolak dan
mengundurkan diri menjadi responden. Responden juga berhak
atas pengungkapan sepenuhnya atas informasi (keterbukaan dari
penelitian dan berhak akan privasi.

e) Kerahasiaan

Dalam penelitian, peneliti tidak menampilkan identitas informan


(anonymity). Penelitian memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian informan maupun masalah-masalah lainya dengan cara
menggunakan kode informan. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaanna oleh penelitian dan disimpan
peneliti pada file pribadi, hanya kelompok data tertentuu yang
dilaporkan pada hasil penelitian.

1.14 Alat Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu
sendiri. Pada desain penelitian fenomenologi menjadi alat untuk
mengumpulkan data selama penelitian. Sebelum dilakukan penelitian,
penelitian diuji sebagai instrumen penelitian, alat ukur seperti pedoman
wawancara dan alat perekam diuji juga.

1.15 Prosedur Pengumpulan Data

1.16 Analisis Data

1.17 Keabsahan Data


Daftar Pustaka
DOI: https://doi.org/10.33024/jkpm.v4i4.3697. (2021). 4, 921–927.

Hasibuan, T. P., & Siagian, M. (2020). Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Lingkungan Vii Kelurahan
Sidorejo Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019. Jurnal Kebidanan Kestra
(Jkk), 2(2), 116–125. https://doi.org/10.35451/jkk.v2i2.229

Husna, L. N., & Izzah, N. (2021). Gambaran Status Gizi Pada Balita : Literature
Review. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, 1, 385–392.
https://doi.org/10.48144/prosiding.v1i.689

Jamil, S. N., & Subiyatin, A. (2020). Hubungan Riwayat Imunisasi dengan Status
Gizi Balita. Jurnal Bidan Cerdas, 2(3), 132–138.
https://doi.org/10.33860/jbc.v2i3.70

Kemenkes RI. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi. Buku Saku, 1–150.

Mulyadi, M. (2012). RISET DESAIN DALAM METODOLOGI PENELITIAN


Mohammad Mulyadi (. Studi Komunikasi Dan Media, 16(1), 71–80.

Ners, J., & Kebidanan, D. A. N. (2018). Faktor penyebab anak Stunting usia 25-
60 bulan di Kecamatan Sukorejo Kota Blitar 1. 268–278.
https://doi.org/10.26699/jnk.v5i3.ART.p268

Nindyna Puspasari, & Merryana Andriani. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu


tentang Gizi dan Asupan Makan Balita dengan Status Gizi Balita (BB/U)
Usia 12-24 Bulan. Amerta Nutrition, 1(4), 369–378.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1.i4.2017.369-378
Olsa, E. D., Sulastri, D., & Anas, E. (2018). Hubungan Sikap dan Pengetahuan
Ibu Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di
Kecamanatan Nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3), 523.
https://doi.org/10.25077/jka.v6i3.733

Pebrianti, M. Dela, Wiguna, P. A., & Nurbaiti, L. (2022). Hubungan Kelengkapan


Imunisasi Dasar dengan Status Gizi Bayi Usia 1-5 Tahun di Puskesmas
Labuhan Sumbawa. 1(1), 1–7.

Purwanti, R., Wati, E. K., & Rahardjo, S. (2016). Karakteristik keluarga yang
berhubungan dengan status gizi balita umur 6- 59 bulan. Jurnal Gizi
Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 5(1), 50–54.
https://doi.org/10.14710/jgi.5.1.50-54

Ramadhan, R. (2017). DETERMINASI PENYEBAB STUNTING DI PROVINSI


ACEH.

Sasongko, A. (2015). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健


康 関 連 指 標 に 関 す る 共 分 散 構 造 分 析 Title. Khatulistiwa Informatika,
3(2), 124–133.

Setyaningsih, S. R., & Agustini, N. (2014). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu
dalam Pemenuhan Gizi Balita: Sebuah Survai. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 17(3), 88–94. https://doi.org/10.7454/jki.v17i3.451

Studi, P., Pendidik, B., Diploma, J., & Kesehatan, F. I. (2017). Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Tentang Status Gizi Balita Terhadap Pengetahuan ,
Sikap , Dan Perilaku Ibu Dalam Memberikan Status Gizi Balita Terhadap
Pengetahuan ,.

Anda mungkin juga menyukai