2022
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
menyertai saya sampai saat ini. Atas berkat kuasa dan penyertaan-Nya saya dapat
menyelesaikan proposal yang berjudul “Pengalaman Ibu Balita Dengan Stunting
di Posyandu Desa Cibunar Bogor Indonesia” dengan baik.
3. Segenap Dosen Skola Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus yang telah
mendidik dan memberikan ilmu selama kuliah dan staf yang selalu sabar
melayani segala administrasi selama proses penelitian.
4. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari
Tuhan yang Maha Esa. Dan saya menyadari bahwa proposal ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna perbaikan proposal ini yang telah saya susun. Demikian
proposal ini disusun agar bermanfaat bagi pembaca.
Rosalina Rumfaan
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Masa balita merupakan suatu periode penting dalam tumbuh kembang anak
karena masa balita akan menentukan perkembangan anak dimasa selanjutnya.
Pada masa tersebut adalah periode emas dalam tumbuh kembang fisik dan
kecerdasan. (Jamil & Subiyatin, 2020)
Usia dibawa lima tahun merupakan masa pertumbuhan yang cepat (growth
spurt), baik fisik maupun otak sehingga memerlukan kebutuhan gizi yang paling
banyak dibandingkan masa-masa berikutnya dan pada masa ini anak sering
mengalami kesulitan makan, apabila kebutuhan nutrisi tidak ditangani dengan
baik maka akan muda mengalami stunting. Kurang terpenuhinya gizi pada balita
dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik. (Sasongko, 2015)
Stunting atau balita pendek adalah balita dengan masalah gizi kronik, yang
memiliki status gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umur balita
jika dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicenter Growth
Reference Study) tahun 2005, memiliki nilai Z-score kurang dari -2SD dan
apabila nilai z-scorenyakurang dari-3SD dikategorikan sebagai balita sangat
pendek .(Ners & Kebidanan, 2018)
Stunting tidak haya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi disebabkan oleh
banyak faktor, dan faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Ada
tiga faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makanan tidak seimbang, faktor
kedua status gizi ibu hamil, faktor ketiga sosial ekonomi keluarga serta
pendidikan orang tua. Pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan keluarga dan
jumlah anggota keluarga secara langsung dapat dapat berhubungan dengan
kejadian stuntung. (Ramadhan, 2017)
Masalah stunting balita dapat menyebabkan beberapa efek yang serius. Akibat
masalah stunting tersebut seperti kegagalan dalam pertumbuhan fisik serta
kurangya optimal pertumbuhan dan kecerdasan, bahkan mengakibatkan kematian
pada balita. Efek jangka pendek gizi kurang terhadap perkembangan balita
diantaranya balita menjadi apatis, ganguan berbicara dan ganguan yang lainya.
Sedangkan efek jangka panjang seperti penurunan Intelligence Quotien (IQ),
penurunan perkembangan kognitif, integrasi sensori, pemusatan perhatian dan
penurunan percaya diri yang dapat menurunya prestasi akademik di sekolah.
(Husna and Izzah 2021)
Status stunting dapat diukur menggunakan indikator berat badan menurut umur
(TB/U). Tingi badan menurut umur TB/U mereflesikan TB brelatif dibandingkan
dengan umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai kemungkinan seorang
anak dengan tinggi kurang, sangant kurang atau lebih. (Pebrianti, Wiguna, and
Nurbaiti 2022)
Hal ini dapat diwujudkan dengan partisipasi masyarakat yang mau menjadi
kader posyandu dan ibu serta keluarga yang selalu memantau keadaan anaknya
serta dapat memanfaatkan adanya posyandu di desa. (Wahyuningsih and
Setiyaningsih 2018)
1. Bagi Institut
a) Menambah kepustakaan bagi STIK Sint Carolus sebagai bahan bacaan
dan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya.
2. Bagi Posyandu
a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk puskesmas
melakukan monitoring dan evaluasi faktor langsung dan tidak langsung
terhadap balita yang mengalami stunting supaya tepat sasaran.
4. Bagi Peneliti
a) Memahami pengalaman baru dalam melakukan penelitian di bidang
kesehatan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari
institusi dengan keadaan yang ada di masyarakat.
b) Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berinteraksi dan
berkomunikasi dalam masyarakat.
Balita adalah anak-anak yang telah berusia satu tahun atau lebi popular
dengan anak di bwah lima tahun. Anak-anak usia 1-3 tahun dan anak-anak
usia 3-5 tahun adalah dua kelompok utama di mana kerangka waktu ini
dapat dibagi. Kita sering menyebut rentang usia 1-3 tahun sebagi kelompk
pasif karena anak-anak dalam rentang usia ini masih sepenuhnya
bergantung pada orang tua atau pengasuh lainya untuk melakukan fungsi
dasar seperti makan, mandi, dan buang air kecil. (Setyaningsih & Agustini,
2014)
Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti.
(Mulyadi, 2012)
b. Sampel
Sample adalah keterbatasan volume dan jenis data yang akan digunakan
dalam penelitian. (Mulyadi, 2012) Sepuluh partisipan menjadi sampel atau
informan dalam prosedur fenomenologis kualitatif penelitian ini.
Pengambilan sample dalam penelitian ini didasarkan pada faktor-faktor
yang ditemukan oleh penelitian dan dianggap dapat mewakili ciri-ciri yang
ditemukan oleh peneliti dan dianggap dapat mewakili diari karakteristik
populasi. Waktu penelitian .
Ciri-ciri dalam penelitian ini :
a) Manfaat
b) Menghormati martabat
d) Bentuk Persetujuan
e) Kerahasiaan
Hasibuan, T. P., & Siagian, M. (2020). Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Lingkungan Vii Kelurahan
Sidorejo Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019. Jurnal Kebidanan Kestra
(Jkk), 2(2), 116–125. https://doi.org/10.35451/jkk.v2i2.229
Husna, L. N., & Izzah, N. (2021). Gambaran Status Gizi Pada Balita : Literature
Review. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, 1, 385–392.
https://doi.org/10.48144/prosiding.v1i.689
Jamil, S. N., & Subiyatin, A. (2020). Hubungan Riwayat Imunisasi dengan Status
Gizi Balita. Jurnal Bidan Cerdas, 2(3), 132–138.
https://doi.org/10.33860/jbc.v2i3.70
Kemenkes RI. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi. Buku Saku, 1–150.
Ners, J., & Kebidanan, D. A. N. (2018). Faktor penyebab anak Stunting usia 25-
60 bulan di Kecamatan Sukorejo Kota Blitar 1. 268–278.
https://doi.org/10.26699/jnk.v5i3.ART.p268
Purwanti, R., Wati, E. K., & Rahardjo, S. (2016). Karakteristik keluarga yang
berhubungan dengan status gizi balita umur 6- 59 bulan. Jurnal Gizi
Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 5(1), 50–54.
https://doi.org/10.14710/jgi.5.1.50-54
Setyaningsih, S. R., & Agustini, N. (2014). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu
dalam Pemenuhan Gizi Balita: Sebuah Survai. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 17(3), 88–94. https://doi.org/10.7454/jki.v17i3.451
Studi, P., Pendidik, B., Diploma, J., & Kesehatan, F. I. (2017). Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Tentang Status Gizi Balita Terhadap Pengetahuan ,
Sikap , Dan Perilaku Ibu Dalam Memberikan Status Gizi Balita Terhadap
Pengetahuan ,.