Anda di halaman 1dari 5

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

Nam-nama kelompok :
Elisa Junarti
Rosalina Rumfaan
Stephanie Magdalena
Zahra Diba
DEFENISI BUNUH DIRI

Bunuh diri merupakan upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mengakhiri kehidupan
secara sadar berupaya untuk mati (Muhith, 2015). Bunuh diri adalah ekspresi praktis
seseorang secara sadar dan sengaja untuk mati (Farhangdoost, 2010). Teori bunuh diri
disampaikan oleh Sigmund Freud (1970 dalam Kartono: 2000) adalah suatu gejala intrapsikis
yang berasal dari dalam jiwa manusia seperti ketidaksadaran dari individu itu sendiri yang
mendorong nya melakukan tindakan bunuh diri.
Kartono dan Freud memiliki pandangan berbeda. Kartono mengatakan bahwa orang yang
membunuh dirinya berdasar dari jiwanya karena ada rasa malu, ketergantungan, rasa
bersalah, loyalitas, sakit hati, bosan dan lainnya. Tidak ada penjelasan secara detail
bagiamana orang bisa melakukan bunuh diri karena bunuh diri terjadi atas masalah yang
rumit. Satu alasan saja tidak akan cukup membuat orang sanggup melakukan bunuh diri.
Menurut Maris(2000) menjelaskan bahwa individu dapat melakukan bunuh diri karena
melihat bunuh diri sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan masalahnya.

PENYEBAB BUNUH DIRI

Dalam teori Freud, bahwa bunuh diri dilakukan oleh orang yang mengalami gejala
intrapsikis. Di antarnya useless, hopelees, depresi, loss of interest, loss of energy dan
ambivalensi (perasaan terayun-ayun atara iya atau tidak) atas persoalan yang membelit
pelaku.
Menurut Neale, dkk., (1996: 462) beberapa faktor yang yang menjadi penyebab umum orang
melakukan bunuh diri adalah : sakit fisik yang serius, perasaan putus asa, tidak ada harapan,
tidak berguna, terisolasi secara sosial, kehilangan cinta seseorang, kebangkrutan financial,
dan depresi.
Kurang kepercayaan terhadap orang lain, menanggap dirinya lemah jika menceritakan suatu
masalah pada orang lain, rendahnya harapan atau alasan hidup seseorang akan
memungkinkan individu tersebut mengalami depresi sehingga dapat menyebabkan faktor
bunuh diri

TANDA DAN GEJALA BUNUH DIRI


Tanda dan gejala dapat dinilai dari ungkapan klien yang menunjukkan keinginan atau pikiran
untuk mengakhiri hidup dan didukung dengan data hasil wawancara dan observasi.
Data Subjektif
Klien mengungkapkan tentang :
 Merasa hidupnya tak berguna lagi
 Ingin mati
 Merasa bersalah, sedih, marah, putus asa, tidak berdaya
 Mengancam bunuh diri

Data Objektif :
 Ekspresi murung
 Tak bergairah
 Banyak diam

Tanda dan gejala risiko bunuh diri dapat ditemukan melalui wawancara dengan pertanyaan
sebagai berikut:
 Bagaimana perasaan klien saat ini?
 Bagaimana penilaian klien terhadap dirinya?
 Apakah klien mempunyai pikiran ingin mati?
 Berapa sering muncul pikiran ingin mati?

Tanda dan gejala lainnya yaitu:


 Membicarakan tentang bunuh diri
 Mengucilkan diri dari keluarga, teman dan sosial
 Kehilangan harapan, amarah dan dendam yang tidak terkontrol

FAKTOR PREDISPOSISI RESIKO BUNUH DIRI


 Rasa malu dan terhina :
Bunuh diri sebagai mekanisme untuk menyelamatkan muka. Sebuah cara yang
dirasakan klien dapat mencegahnya dari penghinaan publik menyusul adanya
kekalahan sosial, seperti kehilangan status, kehilangan materi yang tiba-tiba. Sering
kali orang-orang itu terlalu malu untuk mencari pengobatan atau sistem pendukung
lainnya (Townsend, 2009)

 Riwayat agresi dan kekerasan :


Dalam penelitian (Carroll-Ghosh, dkk dalam Townsend, 2009) menunjukan bahwa
perilaku kekerasann sering berjalan beriringan dengan perilaku bunuh diri. Pada
penelitian ini juga menghubungkan perilaku bunuh diri pada individu yang
mengalami kekerasan hingga kemarahan secara sadar. Pada penelitian ini juga
mengutip kemarahan sebagai faktor psikologis penting yang mendasari perilaku
bunuh diri.

 Bunuh diri anomik :


Bunuh diri anomik merupakan respon terhadap perubahan yang terjadi didalami
kehidupanseseorang, seperti perceraian, kehilangan pekerjaan yang mengganggu
perasaan keterkaitan dengan kelompok. Interupsi dalam norma kebiasaan perilaku
menanamkan perasan keterpisahaan dan ketakutan pada ketiadaan dukungan dari
kelompok kohesif sebelumnya.

 Kemarahan :
Menurut Freud dalam Townsend (2009) Bunuh diri merupakan respon terhadap
kebencian diri yang intens yang dimiliki seorang individu. Beliau juga menafsirkan
bahwa bunuh diri merupakan tindakan agresif terhadap diri sendiri yang seringkali
sebenarnya diarahkan pada orang lain.

 Keputuasaan dan rasa bersalah :


Seorang individu yang putus asa merasa tak berdaya untuk berubah, tapi dia tak
merasa bahwa hidup itu tidak mungkin tanpa perubahan semacam itu. Rasa bersalah
dan pembenaran diri adalah aspek lain dari keputusasaan. Komponen ini ditemukan
pada veteran Vietnam dengan gangguan pascatrauma yang menunjukan perilaku
bunuh diri (Carroll-Ghosh, dkk dalam Townsend, 2009).

FAKTOR PRESIPITASI RESIKO BUNUH DIRIH


 Kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti.
 Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
 Perasaan marah atau bermusuhan di mana bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
 Cara untuk mengakhiri keputuasaan.

MEKANISME KOPING
Mekanisme Koping Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping
yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression,
dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa
memberikan koping alternatif. Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme
koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan
koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.

Anda mungkin juga menyukai