Anda di halaman 1dari 6

Stock Peternakan Vol. 3 No.

1 , 2021 ISSN 2599-3119

http://ojs.universitasmuarabungo.ac.id/index.php/Sptr/index

MASASE UTERUS UNTUK MEMPERCEPAT BERAHI POSTPARTUM DAN


MENINGKATKAN HORMON PGF2α PADA TERNAK SAPI BALI

Supriyono (Peternakan, Pertanian, Universitas Muara Bungo)


Supriyono_mp@yahoo.com
Akhyarnis febrialdi (Agroteknologi, Pertanian, Universitas Muara Bungo)

Abstrak
Kesuburan ternak sapi Bali yang optimal tercermin oleh rendahnya Service per Conception, angka kebuntingan
yang tinggi, berahi postpartum yang pendek. Maka, produksi anak sapi yang dilahirkan setiap tahun akan meningkat,
sehingga populasi dan kesuburan sapi menjadi tinggi. Tingginya populasi sapi tersebut akan menyebabkan protein
hewani asal sapi cukup tersedia sehingga agroindustri peternakan meningkat
Beberapa alternatif untuk memperpendek selang waktu pascalahir ke estrus pertama setelah melahirkan antara lain
yang secara tidak langsung adalah perbaikan pakan, baik kualitas maupun kuantitas agar organ-organ reproduksi
berfungsi secara optimal, sedangkan yang secara langsung antara lain adalah dengan penyuntikan PGF2α dan masase
uterus untuk mempercepat involusi uterus. Pemberian PGF2α pada sapi milik rakyat perlu dipertimbangkan, karena
harganya yang cukup mahal untuk ukuran peternak dan pemberiannya harus di bawah pengawasan dokter hewan.
Perlakuan yang berdampak menyerupai injeksi PGF2α adalah masase uterus, masase uterus lebih praktis dan lebih
ekonomis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh masase uterus terhadap kecepatan timbulnya berahi
postpartum dan hormon PGF2α pada ternak sapi bali. Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial RAL 3x2 dengan
perlakuan Faktor A masase uterus selama 0 menit (a0), 1 menit (a1) dan 2 menit (a2), perlakuan faktor B induk sapi Bali
primipara (b1) dan multipara (b2), yang masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali.
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dan dikandang peternak. Penelitian dengan metode survei
bertujuan untuk mengidentifikasi ternak yang akan dijadikan sampel penelitian. Penelitian berikutnya dilakukan di
kandang peternak dengan melakukan masase uterus yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
angka kesuburan ternak. Peubah yang diamati adalah : jumlah sampel yang dipergunakan untuk perlakuan, estreus
pertama potpartum dan hormon PGF2α
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : Hasil seleksi status ovarium sapi Bali yang dijadikan sampel
sebanyak 94,52%, masase uterus selama 1 menit dapat mempercepat estrus pertama postpartum (39,51 hari) dan kadar
hormon PGF2α dalam darah induk sapi Bali sesaat setelah perlakuan tertinggi terdapat perlakuan 2 menit masase pada
induk primipara.

Kata kunci : masase uterus, berahi postpartum, sapi Bali


.

PENDAHULUAN involusi uterus. Pemberian hormon pada sapi milik rakyat


Kesuburan ternak sapi Bali yang optimal tercermin perlu dipertimbangkan, karena harganya yang cukup
oleh rendahnya Service per Conception, angka mahal untuk ukuran peternak dan pemberiannya harus di
kebuntingan yang tinggi, berahi postpartum yang pendek. bawah pengawasan dokter hewan. Dijelaskan oleh
Maka, produksi anak sapi yang dilahirkan setiap tahun Majestika (1992), bahwa perlakuan yang menyerupai
akan meningkat, sehingga populasi dan produktivitas sapi injeksi PGF2α adalah manipulasi uterus. Manipulasi
menjadi tinggi. Tingginya populasi sapi tersebut akan uterus pada sapi FH mempunyai selang waktu postpartum
menyebabkan protein hewani asal sapi cukup tersedia. ke estrus pertama lebih pendek dari kontrolnya dibanding
Beberapa alternatif untuk memperpendek selang dengan injeksi PGF2α, manipulasi uterus lebih praktis dan
waktu postpartum ke estrus pertama antara lain yang lebih ekonomis.
secara tidak langsung adalah perbaikan pakan, baik Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui status
kualitas maupun kuantitas agar organ-organ reproduksi reproduksi, sapi postpartum yang tidak mempunyai
berfungsi secara optimal, sedangkan yang secara langsung korpus luteum, untuk mengetahui pengaruh manipulasi
adalah dengan penyuntikan sejenis hormon reproduksi uterus terhadap involusi uterus, keberadaan PGF2α,
(PGF2α) dan manipulasi uterus untuk mempercepat

1
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume …. Nomor …… Tahun 2015, 0 - …….

estrus pertama postpartum dan perbedaan paritas 1. Status ovarium


terhadap timbulnya estrus pertama postpartum. Sapi Bali 30 hari setelah melahirkan status
ovariumnya dibagi atas 2 kategori, yaitu mempunyai
METODE korpus luteum dan tidak mempunyai korpus luteum.
Materi penelitian Besarnya persentase sampel yang ada di lapangan yaitu
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bungo Propinsi sapi Bali betina postpartum yang tidak memiliki korpus
Jambi, tahun pertama dilaksanakan dari tanggal 15 Maret luteum.
tahun 2013 sampai dengan tanggal 5 Desember tahun 2. Kadar PGF2α dalam darah
2013. Materi penelitian ini berupa sapi Bali betina milik Kadar PGF2α dalam darah diamati 20 menit setelah
peternak yang ada di Kabupaten tersebut. Sapi yang perlakuan dengan interval 20 menit sekali sampai 300
disertakan adalah sapi yang baru melahirkan dan untuk menit setelah perlakuan (sesuai petunjuk Wann dan
menambah jumlah sampel di data sapi-sapi yang sedang Randel, 1990) dengan cara mengambil sampel darah
bunting yang diambil dari Kabupaten Bungo Kecamatan melalui vena jugularis sebanyak 3 ml dimasukkan ke
Pelepar Ilir Unit 16 dan Unit 17. Sampel yang digunakan dalam tabung reaksi yang telah diberi tanda, kemudian di
diambil secara purposive sampling dengan kriteria sapi sentrifus di tempat petani dengan kecepatan 60 rpm lalu
yang telah beranak 30 hari postpartum dan tidak serumnya setelah itu dimasukkan ke tempat yang telah
mempunyai korpus luteum dengan kondisi badan yang disediakan oleh labor yang berisi es batu dan dikirim ke
sedang dengan kisaran bobot badan 250 – 300 kg, yang Padang untuk dianalisis di laboraturium biomedik
dipelihara secara intensif, dengan hijauan kinggras di Fakultas Kedokteran Unand Padang. Pengambilan darah
tanam di sekitar kandang, pemberian hijauan kinggras dan ini dilakukan mulai dari jam 12.00 sampai dengan jam
rumput lapangan dengan perbandingan 3 : 1 diberikan 25 18.00. Jumlah sapi yang diambil darahnya sebanyak 6
– 30 kg/ekor/hari dan konsentrat diberikan ampas tahu ekor, masing-masing perlakuan diambil 1 ekor dalam
campur dedak dengan perbandingan 1 : 1 diberikan 0,5 sehari dengan interval untuk perlakuan berikutnya satu
kg/ekor/hari. Jumlah sampel keseluruhan 69 ekor. minggu pada sapi yang lainnya.
Skema pengambilan darah : Pengambilan darah
Prosedur Penelitian dilakukan 20 menit setelah perlakuan dengan interval 20
Sebelum perlakuan dilaksanakan, dilakukan studi menit se kali selama 5 jam sebanyak 3 ml seperti terlihat
awal untuk melihat status reproduksi sampel berupa dibawah ini.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
pengambilan data di lapangan, dengan cara melakukan
pendataan populasi lalu diambil sampel sehingga
didapatkan sapi yang bisa dijadikan sampel, sehingga P 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300
didapatkan hasil sapi Bali betina postpartum 30 hari yang
mempunyai korpus luteum dan tidak mempunyai korpus 3. Estrus Pertama Postpartum
luteum. Dilakukan dengan cara menghitung lamanya (hari)
Ada 6 kombinasi perlakuan, dengan faktor A adalah jarak setelah beranak sampai dengan memperlihatkan
waktu manipulasi (0, 1 dan 2 menit), sedangkan faktor B gejala estrus yang diamati secara visual, dengan tanda-
adalah status paritas (primipara dan multipara) yang tanda gelisah, menaiki sapi lain, diam bila dinaiki
masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali, jadi pejantan, vulva bengkak dan keluar lendir, kemerahan dan
jumlah keseluruhan ada 24 unit percobaan, masing- hangat bila dipegang.
masing unit terdiri dari 2 - 3 ekor sapi Bali yang
tergantung dari jumlah populasi yang ada di lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun kombinasi perlakuannya adalah : 1. Status Ovarium
- a0b1 : Waktu Manipulasi 0 menit Primipara Hasil penelitian tahap pertama yaitu seleksi sampel
(Kontrol Primipara) dengan melihat status ovariumnya. Sebahagian besar sapi
- a0b2: Waktu Manipulasi 0 menit Multipara Bali 30 hari postpartum belum memiliki korpus luteum.
(Kontrol Multipara) Hasil penelitian seleksi sampel terlihat pada Tabel 1
- a1b1 : Waktu Manipulasi 1 menit Primipara Tabel 1. Status Ovarium Induk Sapi Bali
- a1b2: Waktu Manipulasi 1 menit Multipara Perla- Tidak ada AdaKL Jumlah Persentase
- a2b1 : Waktu Manipulasi 2 menit Primipara kuan KL (ekor) ( ekor ) ( ekor) sampel
- a2b2 : Waktu Manipulasi 2 menit Multipara
a0b1 12 1 13 92,31
Peubah yang diamati adalah : a0b2 12 1 13 92,31
Stock Peternakan Vol. 3 No. 1 , 2021 ISSN 2599-3119

http://ojs.universitasmuarabungo.ac.id/index.php/Sptr/index

a 1b 1 11 0 11 100,00
a 1b 2 11 1 12 91,67
a 2b 1 11 0 11 100,00
a 2b 2 12 1 13 92,31
Jumlah 69 4 73 94,52

Dari Tabel 2. terlihat bahwa pada umumnya induk


sapi Bali 30 hari sesudah beranak tidak memiliki
korpus luteum, induk sapi Bali pada perlakuan a0b1
terdapat 12 ekor (92,31%) yang tidak memiliki korpus
luteum, yang berarti bahwa terdapat 1 ekor (7,69%)
induk sesudah beranak terdapat korpus luteum, a0b2
terdapat 12 ekor (92,31%) yang tidak memiliki korpus
luteum, yang berarti bahwa terdapat 1 ekor (7,69%)
induk sesudah beranak terdapat korpus luteum, a 1 b 1
terdapat 11 ekor (100,00%) yang tidak memiliki korpus
Gambar 1. Kadar PGF2α dalam darah sesuai perlakuan
luteum, yang berarti bahwa terdapat 0 ekor (0%) induk
sesudah beranak terdapat korpus luteum, a1b2 terdapat 11 Pada Gambar 1 terlihat bahwa kadar PGF2α induk
ekor (91,67%) yang tidak memiliki korpus luteum, yang kontrol baik primipara maupun multipara terlihat sangat
berarti bahwa terdapat 1 ekor (8,33 %) induk sesudah rendah dibanding dengan induk-induk yang mendapat
perlakuan 1 menit maupun 2 menit baik induk primipara
beranak terdapat korpus luteum, a2b1 terdapat 11 ekor
maupun multipara. Sejak 20 menit setelah perlakuan
(100,00%) yang tidak memiliki korpus luteum, yang
berarti bahwa terdapat 0 ekor (0%) induk sesudah sampai 300 menit setelah perlakuan a2b1 menunjukkan
beranak terdapat korpus luteum dan a2b2 terdapat 12 ekor adanya kadar PGF2α yang tinggi berkisar antara 0,011-
(92,31%) yang tidak memiliki korpus luteum, yang 0,178 ng/ml. Hal ini memberi gambaran bahwa
perlakuan masase uterus berdampak positif terhadap
berarti bahwa terdapat 1 ekor (7,69%) induk sesudah
sekresi PGF2α dalam darah yang disekresi oleh uterus
beranak terdapat korpus luteum, dengan total
keseluruhan yang mempunyai korpus luteum sebanyak 4 karena fungsi masase uterus yang menyerupai fungsi
ekor (5,48%) dari keseluruhan induk sapi yang diamati. estrogen dan oxitocin yang menyebabkan kontraksi
Ini berarti telah terjadi ovulasi sebanyak 5,48% pada uterus sehingga involusi uteri dapat berjalan dengan
cepat. Selama kontraksi uterus terjadi reduksi ukuran
sapi Bali 30 hari postpartum. Menurut Djanuar (1985),
uterus disebabkan oleh kontraksi miometrium. Hal ini
waktu yang diperlukan untuk mencapai involusi uteri
yang sempurna sapi yang pertama kali beranak bertujuan untuk merangsang pelepasan (release) PGF2α
(primipara) pada hari ke-42 dan pluripara pada hari ke- meningkatkan ritme uterus sehingga mempercepat
50. Sapi-sapi yang memperlihatkan tanda-tanda estrus involusi uterus (Hafez dan Hafez, 2000). Dijelaskan oleh
Madej et al., (2003) bahwa kandungan PGF2α dalam
pada hari ke-30 atau lebih sesudah beranak hanya 6%
darah 3 hari postpartum 1,702 ng/ml dan menurun pada
Kadar PGF2α dalam darah induk sapi kontrol baik
primipara maupun multipara terlihat lebih rendah 21 hari postpartum menjadi 0,190 ng/ml. Selanjutkanya
dibanding dengan induk sapi perlakuan, dimana perlakuan Heuwieser et al., (1992) mengatakan bahwa kadar PGF2α
a0b1 kadar PGF2α lebih rendah dibanding a0b2 dan tertinggi tinggi pada 3 jam setelah partus yang placentanya sudah
keluar yaitu 0,46±0,26 ng/ml, lebih tinggi dibanding
terdapat pada a2b2, seperti terlihat pada Gambar 1.
dengan yang masih ada placentanya yaitu 0,26±0,11
ng/ml. Menurut Fairclough et al., (1975) bahwa kadar
PGF2α dalam darah dari 1 ng/ml dan kadar maksimum 4-9
ng/ml. Bervariasinya kadar PGF2α ini sesuai dengan
kondisi dan status reproduksi induk sapi. Pada saat estrus
postpartum induk sapi sudah mengalami involusi
sempurna.
3. Estrus Pertama Postpartum

3
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume …. Nomor …… Tahun 2015, 0 - …….

Hasil analisis ragam interaksi antara lama manipulasi Bungo Jambi atas kepercayaan dan bantuannya dalam
dengan paritas sapi tidak mempengaruhi estrus pertama melancarkan pelaksanaan penelitian ini, serta pihak-pihak
postpartum (P>0,05). Perlakuan faktor A lain yang tidak dapat kami sebut satu persatu, atas
bantuannya selama pelaksanaan kegiatan ini berlangsung.
berpengaruh sangat nyata (P<0,01), tetapi
perlakuan faktor B tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
PENUTUP
terhadap estrus pertama postpartum. Hal ini memberi
gambaran bahwa tidak terjadi interaksi antara waktu dan Simpulan
paritas sehingga pengaruhnya tidak terlihat. Pengaruh 1. Hasil seleksi status ovarium sapi Bali yang dijadikan
diperlihatkan hanya pada perlakuan waktu manipulasi, sampel sebanyak 94,52%,
dengan uji lanjut DMRT seperti terlihat pada Tabel 2. 2. Masase uterus selama 1 menit dapat mempercepat
Tabel 2. Hasil Analisis Estrus Pertama Postpartum estrus pertama postpartum (39,51 hari)
(hari) 3. Kadar hormon PGF2α dalam darah induk sapi Bali
sesaat setelah perlakuan tertinggi terdapat perlakuan 2
Faktor B
Faktor A Jumlah Rata-rata menit masase pada induk primipara.
b1 b2 Saran
a0 51,00 54,46 105,45 52,73 a Guna untuk mempercepat berahi postpartum
a1 40,02 39,01 79,02 39,51 b disarankan melakukan masase uterus hanya dengan 1
menit masase pada induk sapi Bali multipara yang
a2 39,83 40,23 80,06 40,03 b
merupakan salah satu alternatif untuk mempercepat
Jumlah 130,84 133,69 kebuntingan pada ternak induk sapi Bali yang
a
Rata-rata 43,61 44,56 a memungkinkan untuk dilaksanakan daerah-daerah sentra
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom atau baris ternak karena lebih ekonomis dibandingkan dengan
yang sama menunjukkan berbeda nyata menggunakan hormon PGF2α. Disarankan juga untuk
pada taraf 5% (P < 0,05) dicobakan pada induk-induk sapi yang lain selain induk
sapi Bali
Dari Tabel 2 terlihat bahwa, perlakuan manipulasi
waktu 1 menit (a1) dan 2 menit (a2) berbeda tidak nyata DAFTAR PUSTAKA
(P>0,05), tetapi berbeda nyata dengan kontrol (a0)
Acosta, T.J., N. Yoshizawa, M. Ohtani, and A.
(P<0,05). Manipulasi uterus mempunyai peran yang
Miyamoto. 2002. Local changes in blood flow within
hampir sama dengan peran estrogen dan oxitocin untuk the early and midcycle korpus luteum after
kontraksi uterus setelah beranak yang menyebabkan prostaglandin F2 injection in the cow. Biol Reprod.
PGF2α tinggi dalam darah, saluran reproduksi kembali 66; 651–658.
normal dan estrus pertama postpartum menjadi lebih Albaqerque, F.T. De. 1986. Effect of Cloprostenol on the
cepat. Perlakuan manipulasi baik 1 menit maupun 2 time required for uterine involution in Holstein
menit memberi pengaruh yang positif terhadap estrus Friesian X zebu crossbred cows. Arqivo Brasilerio de
Medicina Veterinaria Zootechia, 8: 796-798.
pertama postpartum dengan hasil yang relatif sama
sehingga untuk mempercepat estrus pertama postpartum Briit, J.H. 1975. Early Postpartum Breeding in Dairy
cukup dilakukan manipulasi selama 1 menit. Cows. A Review J. Dairy Sci. 58 : 266 – 271.
Penelitian tentang stimulasi pengeluaran PGF2α pada Budiyarto, A. 2012. Peningkatan Tingkat Kebuntingan
sapi betina untuk memperpendek selang pascalahir ke dan Kelahiran Sapi Di Indonesia dan Masalah-
estrus pertama telah dilakukan oleh Tolleson dan Randel Masalah yang Terkait. Bagian Reproduksi dan
(1987) Penelitian Majestika (1992) pada sapi perah Kebidanan FKH UGM, Yogyakarta
peranakan FH multipara dan primipara yang Carter, M.L. , D.J. Dierschke, J.J. Ruttledge and E.R.
mendapat perlakuan manipulasi uterus mempunyai Houser. 1980. Effect of Go-nadotropin-Releasing
selang pascalahir ke estrus pertama lebih pendek dari hormone and calf removal on pituitary-Ovarium.
tanpa manipulasi. Function and reproductive performance in postpartum
beef cows. J. Anim. Sci. 51 : 903-910.
Ucapan Terima Kasih Casida, L.E and E.R. Caird. 1977. Effect of injection of
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima progesterone into one ovary Of PMSG-treated
kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : anestrous ewes on follicle growth And ovarian
Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada estradiol-17β1,2 J. Anim. Sci. 44 : 84-88..
Masyarakat (DP2M) Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi atas dana yang diberikan; Rektor Universitas Clary, D. G., M. R. Putnam, J. C. Wright and J. L. Jr.
Muara Bungo dan Lembaga Penelitian Universitas Muara Sartin. 1989. Efficacy of early postpartum treatment
Stock Peternakan Vol. 3 No. 1 , 2021 ISSN 2599-3119

http://ojs.universitasmuarabungo.ac.id/index.php/Sptr/index

with PGF2α on subsequent fertility in dairy cows. F2 Analogue, ICI 80996 (Cloprostenol). Aust. J.
Theriogenology, 31: 565-570. Exp. Agr. And Anim. Husb. 16 : 437 - 444
Darmadja, S.G.N.D. 1980. Setengah Abad Peternakan Heuwieser W., H.O. Hoppen and E. Grunert. 1992. Blood
Sapi Tradisional Dalam Ekosistem Pertanian Di Bali . levels of prostaglandin metabolites (PGFM, PGEM)
Disertasi Universitas Padjadjaran, Bandung. after parturition in cows with and without retained
Deca, K.G., K.C. Nath and K.C. Rajkonwar. 1985. placenta considering spontaneous calving and
Postpartum changes of uterus and ovaries in relation dystocia. Journal of Veterinary Medicine Series A.
to uterine micro flora in cows. Indian Journal of Volume 39, issue 1-10. Pages 509-514
Anim. Reprod. 6: 122. Hunter, J. T., R.J. Fairclough, A.J. Peterson, and R.A.S.
Devendra, C.T., L.K. Choo and M. Pathmasingan. 1973. Welch. 1977. Foetal and maternal hormonal changes
The Productivity of Bali cattle in Malaysia. Agric. J. preceding normal bovine parturition. Actu Endocrin,
49 : 183 84; 653-662.

Djanuar, R. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Janszen, B. P. M., M.M. Bevers, S.J. Dieleman, G.C. van
Buatan pada Sapi (terjemahan dari Physiology of der Weijden, and M.A.M. Taverne. 1990.
reproduction and artificial insemination of cattle by Synchronized calvings after withdrawal of
Salisbury and Vandemark. 1961). Gajah Mada norgcstomct implants from cows treated near term
University Press, Yogyakarta with prostaglandin. Vet Record 127; 405-407.
Erna W. dan Supriyadi 2010. Penampilan Reproduksi Lindell, T. O, and H. Kindahl. 1983. Exogenous
Ternak Sapi Potong Betina di Daerah Istimewa Prostaglandins F2 promotes uterine involution in the
Yogyakarta. Seminar Nasional Teknologi Peternakan cow. Acta. Vet. Scand, 24; 269-274.
dan Veteriner. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Yogyakarta Ma, X., W.X. Wu, and P.W. Nathaniclsz. 1999.
Differential regulation of prostaglandin EP and FP
Espana E, F., R.O. Vivo, R. Driwez and A. Lopez
receptors in pregnant sheep myometrium and
Schostian. 1992. GnRH and PGF2α hormone treatment
endometrium during spontaneous term labor. Biol
during the puerpurium in the dairy cattle: Effect on
Reprod, 61; 1281-1286.
the length of the reproductive cycle. Archivs de
Zootechia, 41: 65-73. Majestika, 1992. Manipulasi Uterus pada Sapi FH untuk
Fairclough R.J., J.T. Hunter and R.A. Welch. 1975. Memperpendek Selang Pascalahir ke Estrus Pertama.
Periperal plasma progesterone and utero-ovarian Tesis. Universitas Gadjah Mada.
prostaglandin F concentrations in the cow around
parturition. PubMed – indexed for Medline. Jun, (6) : Majestika dan E. Sutrisno. 1997. Inovasi Experimentasi
901-14 Teknik Manipulasi Uterus untuk Meningkatkan
Produktivitas Ternak Sapi Bali di Kabupaten
Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Bengkulu Utara. Dinas Peternakan Propinsi Bengkulu.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
McDonal, 1980. Veterinary Endocrinology and
Hafez, E.S.E., and Jainudeen, M.R. 1987. Cattle and Reproduction. 3rd Lea and Febriger, Philadelphia.
Water Buffalo. In Reproductive in Farm Animal. 5 th
Ed. Lea and Febiger, Philadelphia. McDowell,R.E., R.G.Jonas, A.C.Pont, A.Roy,
E.J.Siegensales and J.R. Stonffer. 1972. Improvement
Hafez,E.S.E. 1972. Reproductive Life Cycles. In of Livestock Production in Warm Climates, W.H.
Reproduction In Farm Animals by Hafez,E.S.E. 2 nd. Freeman Co, San Fransisco.
Ed. Lea and Febiger. Philadelphia.
Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi Pada
Hafez, B dan E.S.E. Hafez. 2000. Reproduction In Farm Mamalia dan Unggas. Edisi Ketiga. Penerbit
Animals 7th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Kiawah Island, South Carolina USA.
Nenzhadanov, A.G. 1983. The postparturient involution
Hassan, S.G., K.A. El-Fathah El-Battawy, A.A. El- of genitalia in cows. Animal Breeding, 51:
Hamid El-Menofy, M. Younis and R.M. Khattab. 3591(Abstr)
2007. Values of Prostaglandin during pre and post-
partum and at Parturition in Buffaloes. Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Repoduksi Hewan. Cetakan
Ital.J.Anim.Sci. vol. 6, (2); 671-672. ketiga. Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Heranshaw, H. 1976. Synchronization of Oestrus and Peter, A.L., W.L.K. Bosu, and C.W. Kuker. 1987. Plasma
sub-sequent Fertility in Cattle using the Prostaglandin
endotoxin and concentration of stable metabolites of

5
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume …. Nomor …… Tahun 2015, 0 - …….

prostacyclin, thromboxane A2 and PGF2α in Tiwari, R.P., S. Jogi and S.K. Sahu. 2004. Effect of
postpartum dairy cows. Prostaglandins, 34: 15-28. prostaglandin administration after calving in
buffaloes on postpartum reproductive
Pinherin, I.E.I., J.D. Guimaacs and M. Grathora. (1990). performance. Buffalo Bulletin, (23), 3: 53-57.
Effect of PGF2α treatment during the early postpartum
period. Brasibira deReproducao Animal, 14: 65-71. Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak.
Penerbit Angkasa, Bandung.
Rasad, S.D. 2005. The Effect of GnRH and Prostaglandin
Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan Pada Ternak.
F2 application to progesteron profile of dairy cow
Penerbit Angkasa, Bandung.
during 60 days postpartum. Proceeding Mini
Workshop of Southeast Asia Germany Alumni Tolleson, D.R. and R.D. Randel, 1987. Physical
Network (SEAG). Bogor, April 25-26, 2005, p; 72-78. manipulation of postpartum bovine uterus and
the sub-sequenct release of prostaglandin F. J.
Reeves, J.J. 1987. Endocrinology of Reproduction. Fifth Anim. Sci. 65 (suppl. 1) : 414
Edition. Lea & Febriger, Philadelphia.
Tolleson, D.R. and R.D. Randel, 1988. Effects of
Reksohadiprodjo, S. 1984. Pengantar Ilmu Peternakan alfaprostol and uterine palpation on postpartum
Tropik. Edisi Pertama. Pe-nerbit BPFE, Yogyakarta. interval and pregnancy rate to embryo transfer in
Brahman influenced beef cows. Theriogenology
Shank, R.D., A.E. Freeman and P.J. Berger 1979. 29:555.
Relationship of reproductive factors with interval and
rate of conception. J. Dairy Sci. 62: 74-84. Tsai, S., and M. Wiltbank. 1998. Prostaglandin F2
regulates distinct physiological changes in early
Sinha, V.K., Balraj Singh and A.K. Sinha. 2002. and mid-cycle bovine corpora lutea. Biol
Management of postpartum reproduction in crossbred Reprod. 58:346–352
cows with Dinoprost. The Indian of Anim. Reproduc.
23(1): 21-24. Udin, Z. 1993. Peningkatan Produksi Peternakan Sapi
Potong di Daerah Padat Ternak Melalui Perbaiakan
Siwitri K. 2004. Performans Sapi Bali Berdasarkan Sarana dan Prasarana Pelayanan Reproduksi.
Ketinggian Tempat di Derah Transmigrasi Disertasi. Pascasarjana, IPB. Bogor.
Bengkulu. Jurnal Penelitian UNIB, Vol. X No. 2
Juli 2004. Hal 119 – 126 Wann, R.A. and R.D. Randel, 1990. Effect of uterine
Sudarmaji, A. Malik dan AAM Gunawan. 2004. manipulation 35 days-after parturition on plasma
Pengaruh Penyuntikan Prostaglandin Terhadap concentration of 13, 14 Dihydro-15-keto prostaglandin
Persentase Berahi dan Angka Kebuntingan Sapi F2α in multiparous and primiparous Brahman cows. J.
Bali dan PO di Kalimantan Selatan. Universitas Anim. Sci. 68 : 1388 - 1394
Islam Kalimantan Banjarmasin

Sumaryadi, M.Y., Haryati dan W. Manalu. 2000. Efek


penyuntikan PMSG terhadap konsentrasi
progesterone Kaitannya dengan pertumbuhan
pada fase luteal siklus berahi pada domba.
Proseding Seminar Peternakan dan Veteriner.
Puslitbangnak, Bogor. p; 111-115.

Sutan, S.M. 1988. Suatu Perbandingan Performans


Reproduksi dan Produksi Antara Sapi Brahman,
Peranakan Ongole (PO) dan Bali Di Daerah
Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan.
Disertasi Fakultas Pascasarjana Institut
Pertanian, Bogor.

Thun, R., H. Kundig, K. Zerobin, H. Kindahl, B.K.


Gustafsson, und W. Ziegler. 1993. Die
Uterusmotorik des Rindes wahrend
Spatgravidit& Geburt und Puerperium. TIT.
Anwcndung von Flunixin Mcglumin und
Endokrinc Vcrandcrungcn. Schweiz Arch
Tierheilk, 135; 333-344.

Anda mungkin juga menyukai