Anda di halaman 1dari 5

Buletin Veteriner Udayana Volume 8 No.

2: 117-121
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2016

Frekuensi Pulsus Sapi Bali Pada Masa Kebuntingan Trimester Pertama


Di Sentra Pembibitan Sapi Bali, Desa Sobangan, Mengwi Badung
(PULSUS FREQUENCY OF BALI CATTLE IN THE FIRST TRIMESTER OF GESTATION
AT BALI CATTLE BREEDING CENTER SOBANGAN VILLAGE, MENGWI BADUNG)

Kristiana Yoaltiva Jinorati1, I Nyoman Suartha2,I Ketut Gunata3


1
Praktisi dokter hewan di Kupang, Nusa Tenggara Timur,
2
Laboratorium Diagnosa Klinik Veteriner Universitas Udayana,
3
Sentra Pembibitan Sapi Bali Dinas Peternakan Kabupaten Badung
Email: jinoratialtiv@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi pulsus sapi bali pada kebuntingan
trimester pertama. Kebuntingan trimester pertama merupakan periode rawan kematian fetus. Salah
satu upaya mengurangi tingkat kegagalan produksi akibat gangguan reproduksi pada masa
kebuntingan trimester pertama yaitu melakukan pemeriksaan status praesen. Parameter status
praesen adalah frekuensi pulsus. Penelitian yang mengkhususkan nilai standar normal status
praesen pada sapi bali bunting khususnya frekuensi pulsus belum ada. Penelitian ini menggunakan
15 ekor sapi bali pada kebuntingan trimester pertama yang secara klinis dinyatakan sehat.
Frekuensi pulsus dilakukan dengan cara palpasi arteri di daerah koksigeal. Hasil penelitian rata-rata
frekuensi pulsus sapi bali pada kebuntingan trimester pertama adalah 76,66±7,88 kali/menit.
Frekuensi pulsus sapi bali pada kebuntingan trimester pertama dapat digunakan sebagai salah satu
indikator untuk mengetahui status kesehatan sapi bali bunting.
Kata kunci: sapi bali, frekuensi pulsus, kebuntingan trimester pertama

ABSTRACT

This study aim was to determine pulsus frequency of bali cattle in first trimester of gestation.
The first trimester of gestation is a vulnerable periods of fetal death . One effort to reduce the
failure rate of production due to reproductive disorders during the first trimester of gestation by
conducting praesen status. Things that include of praesen status are pulsus frequency. The specific
study of normal standard values of bali cattle praesen status during gestation, especially frequency
pulsus is not yet available.This research used fifteen bali catlle with first trimester of gestation with
clinically health. Pulsus frequency determined by palpating the artery at coccygeal area. The result
showed that pulsus frequency 76.66±7.88 times/minute. The result can be used as an indicator to
determine bali cattle gestation of health.
Keywords: bali cattle, pulsus frequency, first trimester of gestation

PENDAHULUAN india (Bos indicus) (Guntoro, 2002).


Pada usia pedet, sapi bali mempunyai
Sapi bali (Bos sondaicus) adalah sapi rambut warna merah bata baik pedet
asli Indonesia hasil domestikasi banteng jantan maupun pedet betina, sedangkan
liar (Bibos banteng). Pulau Bali setelah dewasa rambut sapi jantan
merupakan daerah asal domestikasi berubah warna menjadi hitam. Warna
sekaligus pusat penyebaran sapi bali di rambut pada bagian belakang kedua
Indonesia. Sapi bali memiliki kekhasan pahanya berwarna putih yang dikenal
tertentu jika dibandingkan dengan bangsa dengan white mirror, sedangkan warna
sapi eropa (Bos taurus) dan bangsa sapi rambut dibawah persendian loncat

117
Buletin Veteriner Udayana Jinorati et al.

keempat kakinya berwarna putih yang uterina mediana, dan pada ligamentum
dikenal dengan white stocking. Pada pelvis dan symphisis pubis terjadi
bagian punggung terdapat garis berwarna relaksasi sejak awal kebuntingan dan
hitam (alae stipe), serta ujung ekor meningkat secara progresif menjelang
berwarna hitam (Darmadja, 1980). partus (Toelihere, 1985).
Sapi bali merupakan kekayaan Kebuntingan trimester pertama
plasma nutfah Indonesia yang perlu merupakan periode rawan kematian fetus.
dipertahankan kelestariannya. Tingkat Tingkat kegagalan reproduksi bagi ternak
kesuburan (fertilitas) sapi bali termasuk betina produktif yang telah dikawinkan
amat tinggiyaitu mencapai 83% mengalami kematian pada awal periode
(Darmadja, 1980) tanpa terpengaruh oleh kebuntingan. Adapun faktor yang
mutu pakan. Sapi bali memiliki daya mempengaruhi kematian fetus adalah
adaptasi tinggi pada daerah dataran faktor lingkungan yang buruk, stres,
tinggi, berbukit dan dataran rendah defisiensi pakan, dan penyakit reproduksi
(Kadarsih, 2004). Sapi bali memiliki (Widiyono et al., 2003). Penyakit hewan
potensi sebagai bahan baku atau sumber yang umumnya diderita oleh sapi pada
genetik bagi program pemuliaan ternak masa kebuntingan trimester pertama
nasional, mempunyai peran sebagai adalah bovine viral diare, brucellosis,
penghasil daging serta sebagai ternak abortus akibat trichomoniasis, dan
kerja dalam mendukung peternak. pyometra (Toelihere, 1985).
Indonesia perlu mempertahankan Salah satu upaya mengurangi tingkat
keunggulan genetik plasma nutfah sapi kegagalan produksiakibat gangguan
bali terutama dalam menghadapi era reproduksi pada masa kebuntingan
bioteknologi yang semakin maju. trimester pertama yaitu melakukan
Kebuntingan merupakan proses pemeriksaan pulsus. Untuk
bersatunya sel kelamin jantan mengintepretasikan hasil pemeriksaan
(spermatozoa) dan sel kelamin betina kebuntingan harus dibandingkan dengan
(ovum) menjadi sel baru yang dikenal nilai standar normal. Penelitian yang
dengan zigot (Nancarrow, et al., 1981, mengkhususkan dengan standar normal
McDonald, 1989). Kebuntingan pada sapi sapi bali hingga saat ini belum ada,
bali sekitar 280-294 hari (Devendra et al., khususnya sapi bali pada masa
1973). Pada sapi yang mengalami kebuntingan trimester pertama. Hal-hal
kebuntingan akan terjadi perubahan status tersebut sebagai indikator untuk melihat
pada hewan baik secara anatomi, keberhasilan dalam melewati masa-masa
fisiologis, maupun biologis. Sapi yang kritis kebuntingan trimester pertama.
bunting akan menunjukkan ciri-ciri yang Penelitian ini mencatat frekuensi pulsus
berbeda jika dibandingkan dengan sapi sapi bali pada masa kebuntingan trimester
yang tidak bunting. Pada kebuntingan pertama. Frekuensi pulsus ditentukan dari
terjadi perubahan-perubahan organ pemeriksaan fisik yang akan dilakukan
reproduksi yaitu vulva semakin oleh peneliti.
edematous dan vaskuler, mukosa vagina
terlihat kering dan pucat, os ekterna METODE PENELITIAN
servik tertutup rapat, uterus membesar
secara progresif sesuai usia kebuntingan Materi Penelitian
serta mengalami perubahan berupa Penelitian ini menggunakan 15 ekor
vaskularisai endometrium setelah sapi bali dengan status kebuntingan
fertilisasi, adanya korpus luteum trimester pertama yang secara klinis
kebuntingan (verum) sehingga siklus dinyatakan sehat. Keseluruhan sapi
estrus terhenti, adanya fibrasi arteri penelitian dipelihara di Sentra Pembibitan
118
Buletin Veteriner Udayana Volume 8 No. 2: 117-121
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2016

Sapi bali di Desa Sobangan, Kecamatan pulsus selanjutnya dianalisis


Mengwi, Kabupaten Badung. menggunakan analisis deskriptif dan
pengujian statistik dilakukan dengan uji
Metode Penelitian T.
Pemeriksaan frekuensi pulsus sapi
bali. Pengumpulan data frekuensi pulsus HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan sebanyak tiga kali pengukuran
yaitu pada pagi hari pukul 06.00-08.00 Frekuensi pulsus
Wita dengan suhu lingkungan rata-rata Rataan pulsus pada umur
25oC, pada siang hari pukul 12.00-14.00 kebuntingan satu bulan adalah
Wita dengan suhu lingkungan rata-rata 74,93±7,67 kali/menit, pada umur
32oC dan pada sore hari pukul 16.00- kebuntingan dua bulan adalah 76,86±7,57
18.00 Wita dengan suhu lingkungan rata- kali/menit, dan pada umur kebuntingan
rata 29oC. Pemeriksaan pulsus ditentukan tiga bulan adalah 78,20±8,55 kali/menit.
dengan melakukan palpasi pada arteri Frekuensi pulsus pada masa kebuntingan
koksigeal (arteri di daerah ventral ekor) trimester pertama yaitu 76,66±7,88
(Kelly 1984). Hasil pengukuran frekuensi kali/menit (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata frekuensi pulsus sapi bali pada kebuntingan trimester pertama
Umur kebuntingan Waktu pemeriksaan Rata-rata Rata-rata±SD
pulsus ±SD
1 Bulan Pagi 65,20±0,45a
Siang 76,80±1,64b 74,93±7,67a
Sore 82,80±1,64c
2 Bulan Pagi 67,20±0,84a
Siang 78,60±0,55b 76,86±7,57b
Sore 84,80±0,45c
3 Bulan Pagi 67,40±0,55a
Siang 80,20±1,64b 78,20±8,55c
Sore 87,00±1,58c
Rataan 76,66±7,88
Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda pada masing-masing umur kebuntingan
menunjukkan berbeda nyata (P<0,05), sedangkan nilai dengan huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05).
Pembahasan Pada umur kebuntingan satu bulan,
Rataan total frekuensi pulsus pada pemeriksaan pulsus di pagi hari adalah
masa kebuntingan trimester pertama yaitu 65,20±0,45 kali/menit, kemudian
76,66±7.88 kali/menit. Berdasarkan meningkat sebesar 12 kali/menit menjadi
waktu pemeriksaan, hasil pengukuran 76,80±1,64 kali/menit pada siang hari,
pulsus pada umur kebuntingan satu dan pada sore hari kembali meningkat
bulan, dua bulan, dan tiga bulan sebesar 6 kali/menit menjadi 82,80±1,64
mengalami peningkatan yang signifikan kali/menit.Pada umur kebuntingan dua
bulan, pemeriksaan di pagi hari adalah
(P<0,05) pada pemeriksaan pagi ke siang
hari, pagi ke sore hari, dan siang ke sore 67,20±0,84 kali/menit, kemudian
hari. meningkat sebesar 11 kali/menit menjadi
78,60±0,548 kali/menit pada siang hari
dan pada sore hari kembali meningkat
119
Buletin Veteriner Udayana Jinorati et al.

sebesar 6 kali/menit menjadi 84,80±0,45 untuk memperbaiki kondisi tubuh


kali/menit. Pada umur kebuntingan tiga menjelang beranak, hal ini akan
bulan, pemeriksaan di pagi hari adalah berpengaruh terhadap peningkatan
67,40±0,55 kali/menit, kemudian kebutuhan pakan sesuai dengan
meningkat sebesar 13 kali/menit menjadi bertambahnya umur kebuntingan
80,20±1,64 kali/menit pada siang hari (Subhagiana, 1998). Adanya fetus dalam
dan pada sore hari kembali meningkat rahim induk akan meningkatkan
sebesar 7 kali/menit menjadi 87,00±1,58 kebutuhan metabolisme untuk mensuplai
kali/menit. gizi ke fetus. Hal ini berpengaruh
Beberapa peneliti mengatakan bahwa terhadap perubahan peningkatan
faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi pulsus.
peningkatan Peningkatan frekuensi
pulsus pada siang hari berhubungan SIMPULAN DAN SARAN
dengan meningkatnya suhu lingkungan,
adanya fetus dalam rahim serta aktivitas Simpulan
makan. Pemberian pakan yang dilakukan Berdasarkan penelitian yang telah
2 kali yaitu menjelang siang dan sore hari dilakukan dapat disimpulkan bahwa rata-
pada sapi–sapi penelitian akan rata frekuensi pulsus sapi bali umur
menyebabkan aktivitas metabolisme di kebuntingan satu bulan adalah
dalam tubuh meningkat sehingga 74,93±7,67, umur kebuntingan dua bulan
berpengaruh terhadap frekuensi pulsus adalah 76,86±7,57, dan umur
pada siang hari yang lebih tinggi kebuntingan tiga bulan adalah
dibandingkan pada pagi hari. 78,20±8,55. Rataan total frekuensi pulsus
Pulsus dipengaruhi oleh aktivitas sapi bali pada masa kebuntingan trimester
setelah makan, terpapar suhu lingkungan pertama adalah 76,66±7,88.
yang tinggi, umur, jenis kelamin, waktu
pengukuran, serta adanya fetus dalam Saran
rahim induk (Beatty et al., 2006) Hasil data pemeriksaan frekuensi
(Upadhyay dan Madan 1985; Pieterson pulsus sapi bali pada masa kebuntingan
dan Foulkes, 1988; Dwatmadji et al., trimester pertama di Desa Sobangan,
2000) serta sebagai upaya termoregulasi Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
yang berfungsi untuk mempercepat diharapkan dapat dijadikan acuan dalam
penyaluran darah sebagai transportasi menentukan pemeriksaan status fisiologis
oksigen dan panas (Mullick et al., 2002). normal sapi bali pada masa kebuntingan
Pada kebuntingan trimester pertama trimester pertama, sehingga dapat
terjadi perubahan fisiologis dalam tubuh mengurangi tingkat kegagalan reproduksi
sapi baik secara anatomi maupun bagi betina produktif.
hormonal (Feradis, 2010). Pemeliharaan
kebuntingan pada sapi tergantung dari UCAPAN TERIMA KASIH
kontinuitas sekresi progesteron yang
berasal dari sel luteal dan plasenta (Mann Penulis mengucapkan terimakasih
et al., 1995). Selama bunting hormon kepada Kepala Dinas Peternakan,
progesteron merangsang terbentuknya Perikanan, dan Kelautan Kabupaten
sel-sel alveoli dalam meningkatkan Badung, Kepala Sentra pembibitan Sapi
tumbuh kembang kelenjar ambing dan bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi,
juga merangsang pertumbuhan uterus Kabupaten Badung beserta Staff atas
untuk memelihara fetus (Subhagiana, bantuan penggunaan sapi bali dan
1998). Secara alami induk sapi juga fasilitas lainnya.
mengalami pertambahan berat badan

120
Buletin Veteriner Udayana Volume 8 No. 2: 117-121
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2016

DAFTAR PUSTAKA McDonald LE. 1989. Reproductive


Pattern of Horse. In: Veterinary
Beatty DT, Barnes A, Taylor E, Pethick Endocrinologi and Reproduction . 4th
D, McCarthy M, Maloney SK. 2006. Ed. LE McDonald dan MH Pineda
Physiological responses of Bos (Ed.). Lea dan Febiger, Philadelphia.
taurus and Bos indicus cattle to
prolonged, continuous heat and Mullick DN, Murty VN, Kehar ND.
humidity. J Anim Sci, 84: 972-985. 2002. Seasonal variation in the feed
and water intake of cattle. J Anim
Darmadja D. 1980. Setengah Abad Sci, 11: 43.
Peternakan Sapi Tradisional dalam
Ekosistem Pertanian di Bali. Nancarrow CD, Wallace ALC, Grewal
Disertasi : Universitas Padjadjaran, AS. 1981. The early pregnancy
Bandung. factor of sheep and catlle. J Reprod
Fertil Suppl, 30: 191-199.
Devendra CT, Lee KC, Pathmasingam.
1973. The Productivity Of Bali Pieterson R, Foulkes D. 1988.
Cattle In Malaysia. J Agric, 49: 183- Thermoregulatory responses in
197. working buffalo with and without
covers of wet hessian sacking. DAP
Dwatmadji, Suteky T, Soetrisno E, Bejo, Project Bull 5: 23-28.
Manurung BP. 2004. Kemampuan
Kerja Sapi Bali pada Sistem Subhagiana IW. 1998. Keadaan
Integrasi Sapi-Kepala Sawit di konsentrasi progesteron dan estradiol
Bengkulu. Seminar Nasional Sistem selama kebuntingan, bobot lahir dan
Integrasi Tanaman-Ternak. jumlah anak pada kambing
peranakan etawah pada tingkat
Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. produksi susu yang berbeda. Thesis
Alfabeta, Bandung. Pascasarjana, IPB Bogor.
Guntaro. 2002. Membudidayakan Sapi Toelihere MR. 1985. Ilmu Kebidanan
Bali . Kanisius, Jogjakarta. pada Ternak Sapi dan Kerbau.
Kadarsih S. 2004. Performance sapi bali Universitas Indonesia Press : Jakarta.
berdasarkan ketinggian tempat di Upadhyay RC, Madan ML. 1985.
daerah transmigrasi Bengkulu. Physiological responses to work in
Performance Pertumbuhan Ilmu bullocks. Indian J Comp Anim
Pertanian Indonesia, 6(1): 50-56. Physiol, 3: 43-49.
Kelly WR. 1984. Veterinary Clinical Widiyono I, Wuryastuti H, Indarjulianto
Diagnosis. London: Bailliere S, Purnamaningsih H. 2003.
Tindall. Frekuensi nafas, pulsus, dan gerak
Mann GE, Lamming GE, Fray MD. rumen serta suhu tubuh pada
1995. Plasma oestradiol and kambing peranakan ettawa selama 3
progresteron during early pregnancy bulan pertama kehidupan pasca lahir.
in cow and effects of treatment with J Saint Vet, 21(2): 39-42.
buserelin. J Anim Reprod Sci, 37:
121-131.

121

Anda mungkin juga menyukai