Anda di halaman 1dari 7

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.

Aktivitas Aspartate Aminotransferase (Ast) Dan Gamma


Glutamyltransferase (Ggt) Pada Sapi Pejantan Unggul
(The Activity of Aspartate Aminotransferase (AST) and Gamma
Glutamyltransferase (GGT) on Bulls)

Ida Zahidah Irfan1), Anita Esfandiari2)


1) Balai Inseminasi Buatan Lembang, Kementerian Pertanian
2)
Dep. Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB

Abstrak
Penentuan aktivitas Aspartate Aminotransferase (AST) dan Gamma
Glutamyltransferase (GGT) dapat digunakan sebagai alat diagnostik yang penting dalam
biokimia klinis. Beberapa faktor dapat mempengaruhi aktivitas AST dan GGT. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperoleh profil aktivitas AST dan GGT sapi pejantan bibit
berdasarkan bangsa, umur dan BCS (Body Condition Score) yang berbeda. Sampel darah dari
160 sapi pejantan bibit telah dikoleksi. Kimia darah dianalisis dengan prinsip fotometer
menggunakan kit komersial. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa bangsa, umur dan BCS
tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap aktivitas AST dan GGT.
Kata kunci: aktivitas Aspartate Aminotransferase dan Glutamyltransferase, sapi, bangsa,
umur, Body Condition Score

Abstract
Determination of Aspartate Aminotransferase (AST) and Gamma Glutamyltransferase
(GGT) activity can be used as an important diagnostic tool in clinical biochemistry. Several
factors can affect the activity of AST and GGT. The aim of this study is to obtain activity of AST
and GGTbased on breed, age and BCS (body condition score). Blood samples from 160 bulls
were collected. Blood chemistry were analyzed by photometer principle using a commercial kit.
There weren’t significant (P>0.05) breed, age and BCS variation on AST and GGT activity.
Key words: AST and GGT activity, bulls, breed, age, body condition score

Pendahuluan digunakan sebagai indikator adanya penyakit


Darah mengandung berbagai elemen hati akut atau kronis (Stojevic et al. 2008).
dan konstituen yang dapat memberikan Namun demikian, tidak seperti AST, sel hati
berbagai informasi mengenai status fisiologis, pada ruminansia tidak menunjukkan aktivitas
metabolisme dan homeostasis yang sedang ALT yang tinggi, dan peningkatan aktivitas
berlangsung di dalam tubuh. Beberapa elemen enzim ini pada kerusakan hati atau nekrosis
selain berpengaruh terhadap kesehatan, dapat hati tidak signifikan (Stojevic et al., 2005).
berpengaruh pula terhadap performa Aspartate aminotransferase merupakan enzim
reproduksi terutama kualitas semen dan yang terdapat di berbagai jaringan, terutama
produksi semen beku. Melalui berbagai jenis hati, otot lurik dan otot jantung. Peningkatan
analisis, level elemen dan konstituen darah aktivitas AST dapat menjadi penanda yang
tersebut dapat diketahui. Hasil analisis dapat baik adanya kerusakan jaringan lunak.
digunakan sebagai tolok ukur status metabolik Aktivitas GGT sering digunakan sebagai
dan status kesehatan sapi pejantan. Beberapa indikator adanya proliferasi epitel saluran
gangguan yang bersifat subklinis, dapat empedu, gangguan kolestasis. Davoudi (2013)
dideteksi lebih awal dengan analisis darah. melaporkan adanya pengaruh umur, bangsa
Salah satu panel pemeriksaan profil metabolik dan jenis kelamin terhadap aktivitas enzim
adalah pemeriksaan fungsi hati melalui hati pada kambing. Kajian aktivitas AST dan
aktivitas beberapa enzim. Aspartate GGT pada sapi perah, sapi potong, kambing
aminotransferase (AST), Alanine dan domba telah banyak dilakukan. Kajian
aminotransferase (ALT) dan Gamma tersebut pada sapi pejantan bibit yang
Glutamyl Transferase (GGT) sering digunakan sebagai bibit penghasil semen beku

11
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1

di Indonesia masih sangat terbatas. Oleh (Body Condition Score) terhadap aktivitas
karena itu penelitian ini bertujuan untuk AST dan GGT pada sapi pejantan unggul.
mempelajari pengaruh bangsa, umur dan BCS

Materi dan Metode tonjolan tulang pinggul belakang (tuber


Tempat penelitian ischii). Hasil pengamatan berupa skor 1-5
Pengambilan sampel darah sapi (skor 1 = sangat kurus, skor 3 = sedang, skor 5
pejantan bibit dilaksanakan di Balai = sangat gemuk).
Inseminasi Buatan Lembang dan pemeriksaan Koleksi, Preparasi dan Analisis Sampel
biokimia serum dilaksanakan di Laboratorium Darah
Patologi Klinik, Pusat Studi Satwa Primata Sapi Pejantan ditempatkan dalam
(PSSP) Institut Pertanian Bogor. kandang jepit atau bull crush. Sampel darah
Materi diambil dari vena coccygea menggunakan
Sebanyak 160 ekor sapi pejantan bibit jarum nomor 18-G. Sampel darah yang
terdiri dari bangsa Friesian Holstein (FH), diperoleh segera dimasukkan ke dalam tabung
Limousin, Simmental, Ongole dan Brahman vacutainer tanpa antikoagulan yang sudah
yang sehat secara klinis, umur 3-8 tahun diberi label kode sampel. Sampel kemudian
digunakan dalam penelitian ini. Sapi disimpan pada suhu ruang (25o C) selama 1-2
dikelompokkan berdasarkan bangsa, umur dan jam supaya membeku sempurna. Serum yang
BCS. terbentuk dipisahkan dari clot (bekuan darah)
Sapi pejantan di pelihara secara dan disimpan dalam tabung mikro, ditutup
individual, dengan komposisi ransum perhari rapat dan diberi identitas. Sampel dikemas
seragam berupa Hay rumput Afrika ±1 kg, sesuai standar dan dikirim ke laboratorium
konsentrat ± 4 kg, Feedmix® 15 g, Se 7 g, dan untuk dianalisis.
rumput Gajah ± 50 kg. Air minum disediakan Sampel darah dianalisis terhadap
secara ad libitum. aktivitas AST dan GGT dengan prinsip
Metode fotometer (Photometer 5010®) menggunakan
Pemeriksaan Kesehatan kit komersial. Prinsip dasar fotometri adalah
Pemeriksaan klinis kesehatan sapi pengukuran penyerapan sinar akibat interaksi
pejantan dilakukan oleh Dokter Hewan Balai sinar yang mempunyai panjang gelombang
Inseminasi Buatan Lembang. Sesuai Form tertentu dengan larutan atau zat warna yang
Sistem Manajemen Mutu ISO 9008/2001 dilewatinya.Penggunaan fotometer lebih
Bagian F-07/BIBL/01/Medik Veteriner Log sering digunakan untuk kebutuhan
Sheet Kondisi Perawatan Kesehatan Ternak laboratorium klinis (analisa darah).
Harian. Analisis Data
Penentuan Body Condition Score Data disajikan dalam bentuk rerata
Pengambilan data untuk menentukan dan standar deviasinya. Data diuji secara
nilai BCS dilakukan sesuai dengan metode statistik menggunakan metode analisis model
Edmonson et al., (1989). Evaluasi dilakukan linier untuk mengetahui pengaruh bangsa,
pada 8 titik pengamatan, yaitu (1) tonjolan umur dan BCS terhadap aktivitas AST dan
tegak tulang belakang (processus spinosus), GGT.Data dianalisis menggunakan software
(2) antara tonjolan tegak dengan tonjolan Minitab® versi 16.
datar tulang belakang (processus spinosus ke
processus transversus), (3) tonjolan datar Hasil dan Pembahasan
tulang belakang (processus transversus), (4) Berdasarkan Bangsa
legok lapar (flank), (5) tonjolan tulang pinggul Hasil analisis statistik, memperlihatkan
depan (tuber coxae) dan belakang (tuber bahwa pada penelitian ini bangsa sapi tidak
ishcii), (6) daerah antara tonjolan tulang berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap rerata
pinggul depan–belakang (tuber coxae-tuber aktivitas AST maupun GGT. Hal ini sesuai
ischii), (7) daerah antara tonjolan tulang dengan hasil penelitian Kucera dan Chladek
pinggul depan kiri dengan depan kanan (tuber (2004) pada sapi potong. Namun demikian,
coxae kanan dan kiri), dan (8) daerah antara hasil ini bertolak belakang dengan hasil
tulang ekor (vertebrae coccygea) dengan penelitian Mapiye et al. (2010a) bahwa

12
Ida Zahidah, dkk. Aktifitas

bangsa memengaruhi aktivitas enzim aktivitas AST bersamaan dengan peningkatan


aminotransferase pada sapi lokal Nguni dan konsentrasi NEFA dalam darah juga
sapi persilangan lokal (local crossbreed) di dilaporkan oleh Elitok et al. (2006) dan
Afrika. Sapi persilangan menunjukkan Cincovic et al. (2012) pada sapi perah periode
aktivitas AST yang lebih rendah dibandingkan partus. Stojevic et al. (2008) melaporkan
dengan sapi lokal Nguni. bahwa aktivitas AST pada sapi pejantan
Davoudi (2013) melaporkan adanya Simmental 103.68% lebih rendah bila
pengaruh umur, bangsa dan jenis kelamin dibandingkan dengan referensi standar pada
terhadap aktivitas enzim hati pada kambing. sapi perah yang digunakan. Namun demikian,
Peningkatan aktivitas enzim hati merupakan berbagai hal yang mengakibatkan peningkatan
indikasi adanya penurunan fungsi hati, aktivitas AST pada sapi perah dan sapi potong
gangguan, penyakit atau kegagalan fungsi hati sangat mungkin terjadi pada sapi pejantan.
oleh berbagai sebab (Davoudi 2013). Peningkatan aktivitas GGT dalam
Aktivitas enzim-enzim yang terkait dengan sirkulasi darah sering digunakan sebagai
metabolisme energi merupakan parameter indikator adanya proliferasi epitel saluran
biokimia yang penting untuk memprediksi empedu, gangguan kolestasis (Stojevic et al.
derajat kerusakan organ-organ parenkim 2005; Davoudi 2013), sirosis hati, hepatopati
(Dokovic et al. 2013). Peningkatan aktivitas kronis dan toksik (Krammer dan Hoffmann
dan beban metabolik organ-organ pencernaan 1997), fascioliasis (Molina et al. 2006),
dan kejadian asidosis ringan pada sapi yang gangguan metabolik dan ketosis (Rico et al.
digemukkan, dapat mengakibatkan kerusakan 1977). Aktivitasnya relatif tinggi pada hati
ringan sel parenkhim hati (Dokovic et al. sapi, kuda, domba dan kambing (Stojevic et
2010). Kerusakan sel parenkhim hati akibat al. 2005). Kebanyakan dari penyakit
induksi asidosis yang berlangsung terus hepatoseluler dan hepatobilier akan
menerus dapat mengakibatkan peningkatan meningkatkan aktivitas GGT dalam serum
aktivitas AST dan GGT dalam sirkulasi darah dan aktivitasnya akan tetap meningkat selama
pada sapi yang digemukkan (Mori et al. kerusakan sel berlangsung (Davoudi 2013).
2007). Disisi lain, kejadian Stojevic et al. (2005) melaporkan bahwa
lipolisis/ketogenesis dapat juga meningkatkan aktivitas GGT mengalami penurunan,
aktivitas AST akibat rusaknya hepatosit oleh sedangkan aktivitas AST mengalami
hadirnya badan keton (Cincovic et al. 2012). peningkatan pada masa akhir kebuntingan
Dokovic et al. (2013) melaporkan bahwa pada sapi perah. Namun Stojevic et al. (2008)
terdapat korelasi positif antara aktivitas AST juga melaporkan bahwa aktivitas GGT pada
dengan mobilisasi lemak (konsentrasi sapi pejantan Simmental 54.26% lebih tinggi
NEFA/Non esterified fatty acid) pada sapi bila dibandingkan dengan referensi standar
perah dimasa awal laktasi. Peningkatan pada sapi perah yang digunakan.

Tabel 1 Aktivitas AST dan GGT berdasarkan bangsa


Parameter
Bangsa
AST (U/L) GGT (U/L)
FH (n=16) 86.88±20.27a 18.87± 4.01a
Limousin (n=62) 88.34±21.79a 17.62± 4.19a
Simmental (n=63) 81.27±15.95a 18.88± 4.37a
Brahman (n=12) 76.48±17.54a 18.84± 3.27a
Ongole (n=7) 80.36±25.79a 19.17± 3.81a
Referensi standar *) 78-132 6.1-17.4
Huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0.05);
*) Referensi standar pada sapi potong (Radostits et al., 2007)

13
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1

Tabel 2 Aktivitas AST dan GGT berdasarkan umur


Parameter
Umur
AST (U/L) GGT (U/L)
3 tahun (n=6) 72.97±12.00a 18.50±1.88a
4 tahun (n=60) 82.87±22.11a 17.97±4.31a
5 tahun (n=33) 81.82±16.08a 17.85±4.57a
6 tahun (n=37) 86.21±18.77a 18.34±3.85a
7 tahun (n=18) 90.33±18.49a 19.54±4.35a
8 tahun (n=6) 90.28±21.80a 16.78±4.31a
Referensi standar *) 78-132 6.1-17.4
Huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0.05);
*) Referensi standar pada sapi potong (Radostits et al. 2007)

Aktivitas AST sapi pejantan pada peningkatan pada umur sapi yang lebih tua.
penelitian ini rata-rata 21.27% lebih rendah Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian pada
apabila dibandingkan dengan rerata referensi sapi potong (Doornenball et al. 1988; Mamun
standar pada sapi potong (Tabel 1). Yokus dan et al. 2013), domba (Ottesile dan Kasali
Cakir (2006) dan Ndlovu et al. (2007) 1992), sapi Bali (Kendran et al. 2012) dan
melaporkan bahwa aktivitas AST dapat kalkun (Ibrahim et al. 2012). Apabila
dipengaruhi oleh musim dan variasi fisiologis. dibandingkan dengan referensi standar yang
Aktivitas enzim pada sapi yang sehat rendah digunakan, rerata aktivitas AST berdasarkan
atau tidak ada (Ndlovu et al. 2007). Aktivitas umur sapi 19.92% lebih rendah. Stojevic et al.
GGT sapi pejantan pada penelitian ini rata- (2008) melaporkan bahwa aktivitas AST pada
rata 58.94% lebih tinggi apabila dibandingkan sapi pejantan Simmental 103.68% lebih
dengan rerata referensi standar yang rendah bila dibandingkan dengan referensi
digunakan (Tabel 1). Stojevic et al. (2008) standar pada sapi perah yang digunakan.
melaporkan bahwa aktivitas AST pada sapi Rerata aktivitas GGT pada penelitian
pejantan Simmental 103.68% lebih rendah ini 54.85% lebih tinggi bila dibandingkan
dan aktivitas GGT 54.26% lebih tinggi bila dengan referensi standar yang digunakan.
dibandingkan dengan referensi standar pada Tidak terdapat peningkatan maupun
sapi perah yang digunakan. Variasi tersebut penurunan aktivitas GGT dengan
diduga karena peruntukan ternak yang bertambahnya umur sapi. Stojevic et al.
digunakan untuk breeding dan faktor nutrisi (2008) melaporkan hasil penelitiannya pada
(Stojevic et al. 2008). sapi pejantan Simmental bahwa aktivitas GGT
Berdasarkan Umur 54.26% lebih tinggi bila dibandingkan dengan
Tabel 2 menunjukkan bahwa umur sapi tidak referensi standar pada sapi perah yang
berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap aktivitas digunakan.
AST dan GGT. Hal ini sesuai dengan laporan Berdasarkan BCS
Dokovic et al. (2010) dan Mamun et al. Hasil analisis statistik menunjukkan
(2013) bahwa aktivitas AST dan GGT pada bahwa BCS sapi tidak berpengaruh nyata
sapi potong tidak dipengaruhi oleh umur. (P>0.05) terhadap aktivitas AST dan GGT
Demikian pula pada kelinci New Zealand (Tabel 3). Rerata aktivitas AST pada
(Olayemi dan Nottidge 2007), dan pada unta penelitian ini menunjukkan kecenderungan
(Elrayah et al. 2012). Namun hasil ini bertolak adanya penurunan pada sapi dengan BCS
belakang dengan laporan Ottesile dan Kasali yang lebih tinggi. Apabila dibandingkan
(1992) yang melaporkan bahwa umur dengan referensi standar yang digunakan,
memengaruhi aktivitas AST pada domba, sapi rerata aktivitas AST pada penelitian ini
Abeerdeen Angus (Pavlik 2009), sapi Bali 19.60% lebih rendah sedangkan rerata
(Kendran et al. 2012), kuda (Mikniene 2014), aktivitas GGT 62.10% lebih tinggi dari nilai
monyet ekor panjang (Xie et al. 2013), dan tengah standar. Rerata aktivitas GGT pada
kalkun (Ibrahim et al. 2012). sapi dengan BCS 5, lebih tinggi 79% bila
Rerata aktivitas AST pada penelitian ini dibandingkan dengan rerata referensi standar
menunjukkan kecenderungan adanya yang digunakan (Tabel 3).

14
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1

Tabel 3 Aktivitas AST dan GGT berdasarkan BCS


Parameter
BCS
AST (U/L) GGT (U/L)
3 (n=33) 89.92±22.87a 18.06±3.96a
4 (n=118) 82.82±18.62a 18.00±4.21a
5 (n=9) 80.84±16.20a 21.00±3.92a
Referensi standar *) 78-132 6.1-17.4
Huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0.05);
*) Referensi standar pada sapi potong (Radostits et al., 2007)

West (1997) melaporkan bahwa dapat meningkatkan aktivitas GGT pada


pemeriksaan aktivitas GGT memiliki individu dengan indeks massa tubuh tinggi.
spesifisitas tinggi untuk membantu Diperlukan pemeriksaan lain yang
menegakkan diagnosis adanya gangguan hati mendukung untuk menegakkan diagnosa
kronis pada sapi dan sensitif untuk membantu adanya gangguan fungsi hati pada terhadap
mendiagnosis adanya gangguan hati akut sapi pejantan dengan BCS tinggi.
akibat fascioliasis pada sapi. Pemeriksaan
aktivitas GGT juga lebih sensitif untuk Kesimpulan
membantu mendiagnosis adanya fatty liver Bangsa, umurdan BCS sapi
dibandingkan dengan ketosis pada sapi, pejantantidak berpengaruh nyata terhadap
karena degenerasi lemak pada ketosis rerata aktivitas AST dan GGT.Aktifitas GGT
memiliki intensitas perlemakan sel hati yang pada sapi pejantan bibit berada diatas kisaran
yang lebih rendah (Steen 1997). Menurut referensi standar.
Moreira et al., (2012), untuk mendeteksi
adanya lesi kronis pada hati sapi yang sehat Ucapan Terima Kasih
secara klinis, AST memiliki spesifitas 78.8% Ucapan terima kasih diberikan kepada
dan sensitifitas 22.4% sedangkan GGT Balai Inseminasi Buatan Lembang yang telah
memiliki spesifisitas 90.4% dan sensitifitas memberikan bantuan dana penelitian sehingga
22.4%. Adanya variasi aktivitas enzim hati penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
sapi pejantan pada penelitian ini diduga
karena faktor nutrisi dan peruntukan sapi Daftar Pustaka
pejantan yang digunakan sebagai sumber Bernabucci U, Ronchi B, Lacetera N,
semen beku. Kecenderungan peningkatan Nardone A. 2005. Influence of Body
aktifitas GGT pada sapi pejantan dengan BCS Condition Score on Relationships
lebih tinggi dapat disebabkan oleh tingginya Between Metabolic Status and
metabolisme lemak dan protein pada sapi Oxidative Stress in Periparturient
pejantan dengan BCS tinggi Dairy Cows. J. Dairy Sci. 88:2017–
tersebut.Disamping itu, ternak dengan BCS 2026
tinggi memiliki resiko mengalami stres Cincovic R, Branislava B, Biljana R, Hristov
oksidatif yang tinggi. Ozata et al., (2002), S, Dokovic R. 2012. Influence
Higdon dan Frei (2003) dan Keaney et al., oflipolysisand ketogenesis to
(2003) melaporkan bahwa terdapat hubungan metabolic and hematological
yang erat antara stres oksidatif, indeks massa parameters indairy cowsduring
tubuh dan kehilangan berat badan pada periparturient period. Acta
manusia. Para peneliti menduga terdapat veterinaria. 62(4): 429-444
hubungan erat antara stres oksidatif dan kasus doi:10.2298/AVB1204429C
gangguan metabolik pada manusia (Higdon Davoudi SM. 2013. Study of Hepatic
dan Frei 2003; Morrow 2003). Bernabucci et Problems in livestock, Euro J Zool
al., (2005) jugamelaporkan bahwa sapi perah Res. 2 (4):124-132
dengan BCS yang tinggi lebih sensitif Dokovic R, Zoran I, Vladimir K, Vladimir D,
terhadap kemungkinan terjadinya mobilisasi Boban J. 2010. Blood biochemical
lemak dan stres oksidatif.Hingga akhirnya parameters and enzyme activity in
mobilisasi lemak dan stress oksidatif tersebut

15
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1

beef cattle. Acta agriculturae Serbica. Mamun MA, Hassan MM, Shaikat AH, Islam
15(29) : 47-54 SKMA, Hoque MA, Uddin M,
Dokovic R, Kurcubic V, Ilic Z, Cincovic M, Hossain MB. 2013. Biochemical
Petrovic M, Fratric N, Jasovic B. analysis of blood of native cattle in
2013. Evaluation of metabolic statu in the hilly area of Bangladesh. Bangl. J.
Simmental dairy cows during late Med. Vet. 11(1):51-56
pregnancy and early lactation. Vet. Mapiye C, Chimonyo M, Dzama K, Marufu
Akrhiv. 83: 893-602. MC. 2010a. Seasonal Changes in
Edmonson AJ, Lean IJ, Weaver LD, Farver T, Energy-related Blood Metabolites and
Webster G. 1989. A Body Condition Mineral Profiles of Nguni and
Scoring Chart for Holstein Dairy Crossbred Cattle on Communal
Cows. Journal of Dairy Rangelands in the Eastern Cape,
Science.72(1): 68–78. South Africa. Asian-Australasian J.
Elitok B, Kabu M, Elitok OM. 2006. Anim. Sci. 23(6): 708-718. Tersedia
Evaluation of liver function tests in pada
cows during periparturient period. http://dx.doi.org/10.5713/ajas.2010.90
FU. Saglik. Bil. Dergisi. 20(3):205- 419
209. Mikniene Z, Maslauskas K, Kerziene S,
Elrayah HA, Barri MES, Abdelrahman SH. Kucinskiene J, Kucinskas A, 2014.
2012. Preliminary Information of The effect of age and gender on blood
Some Biochemical Parameters in haematological and serum
Sudanese Camel (Camelus biochemical parameters in Zemaitukai
Dromedarius). Journal of Animal horses. ISSN 1392-2130. Vet Med
Scientist. 1(1): 5-7. Zoot. 65 (87).
Higdon JV, Frei B. 2003. Obesity and Molina EC, Lozano SP, Barraca AP. 2006.
oxidative stress. A direct link to The Relationship between
CVD? Arterioscler. Thromb. Vasc. haematological indices, serum
Biol. 23:365–367 gamma-glutamyl transferase and
Ibrahim AA, Aliyu J, Abdu MI, Hassan AM. glutamate dehydrogenase, visual
2012. Effects of age and sex on serum hepatic damage and worm burden in
biochemistry values of turkeys cattle infected with Fasciola
(Meleagris gallopavo) reared in the gigantica. J. Helminthol. 80, 277-279
semi-arid environment of Nigeria. Moreira CN, Souza SN, Barini AC, Araujo
World Appl Sci J. 16 (3): 433-436. EG, Fioravanti MCS. 2012. Serum γ-
ISSN 1818-4952. glutamyltransferase activity as an
Keaney JF, Larson MG, Vasan RS, Wilson indicator of chronic liver injury in
PWF, Lipinska IL, D. Corey D, cattle with no clinical signs. Arq.
Massaro JM, Sutherland P, Vita JA, Bras. Med. Vet. Zootec. 64(6):1403-
Benjamin EJ. 2003. Obesity and 1410.
systemic oxidative stress. Clinical Mori A, Urabe S, Asada M, Tanaka Y, Tazaki
correlates of oxidative stress in the H, Yamamoto I, Kimura, Ozawa T,
Farmingham study. Arterioscler. Morris ST, Hickson R, Kenyon P,
Thromb. Vasc. Biol. 23:434–439. Blair H, Choi CB, Arai T. 2007.
Kendran AAS , Damriyasa IM , Dharmawan Comparison of plasma metabolite
NS, Ardana IBK, Anggreni LD. 2012. concentrations and enzyme activites
Profil Kimia Klinik Darah Sapi Bali. in beef cattle raised by different
Jurnal Veteriner. 13 (4): 410-415. feeding systems in Korea, Japan and
ISSN : 1411 – 8327. New Zealand. J. Vet. Med. Physiol.
Kucera J, Chladek G. 2004. The effect of Pathol. Clin. Med., 54 (7) : 342-5.
year, season, breed and reproduction Morrow JD. 2003. Is oxidant stress a
cycle on some plasma parameters in connection between obesity and
cows and heifers. Zooticae. 501:149- atherosclerosis? Arterioscler. Thromb.
155. Vasc. Biol. 23:368–370

16
Ida Zahidah, dkk. Aktifitas

Ndlovu T, Chimonyo M, Okoh AI, of cattle, sheep, pigs, goats, and


Muchenje V, Dzama K, Raats JG. horses. Ed ke 10, Elsevier Health
2007. Assessing the nutritional status Sciences, Philadelphia, PA, USA.
of beef cattle: current practices and Rico AG, Braun JP, Benard P, Thouvenot JP.
future prospects. African Journal of 1977. Blood and tissue distribution of
Biotechnology. 6 (24):2727-2734. gamma glutamyl transferase in the
ISSN 1684–5315 diakses dari cow. J. Dairy Sci. 60, 1283-1287.
http://www.academicjournals.org/ Stojevic Z, Filipovic N, Bozic P, Tucek Z,
AJB Daud J. 2008. The metabolic profile
Olayemi FO, Nottidge HO. 2007. Effect of of Simmental service bulls. Vet Arhiv.
Age on the Blood Profiles of the New 78 (2): 123-129.
Zealand Rabbit in Nigeria. African Stojevic Z, Pirsjin J, Milinkovic-Tur S,
Journal of Biomedical Research, Vol. Zdelar-Tuk M, Ljubic BB. 2005.
10; 73 – 76. ISSN 1119 – 5096 Activities of AST, ALT and GGT in
Ottesile EB, Kasali OB. 1992. Effects of age clinically healthy dairy cows during
and sex on serum proteins, urea lactation and in the dry period. Vet
nitrogen and transaminase Arhiv 75 (1): 67-73
concentrations in Ethiopian highland West HJ. 1997. Clinical and pathological
sheep. Bull of Anim Health and Prod studies in cattle with hepatic disease.
in Afr. 40 (3): 181-184. Vet. Res. Commun. 21:169-185.
Ozata M, Mergen M, Oktenly C, Aydin A, Xie L, Xu F, Liu S, Zhou Y, Wu Q, Gong W,
Sanisoglu SY, Bolu E, Yilmaz MI, Cheng K, Li J, Li L, Fang L, Zhou L,
Sayal A, Isimer A, Ozdemir IC. 2002. Xie P. 2013. Age and sex based
Increased oxidative stress and hematological and biochemical
hypozincemia in male obesity. Clin. parameters for Macaca fascicularis.
Biochem. 35:627–631. Plos One. 8(6). Tersedia di
Pavlik A. 2009. Changes of internal www.plosone.org
environment indicators of Aberdeen Yokus B, Cakir UD. 2006. Seasonal and
Angus heifers during rearing. Slovak physiological variations in serum
J. Anim. Sci. 42 (1): 76-80. chemistry and mineral concentrations
Radostits OM, Gay CC, Hinchcliff KW, in cattle. Biol. Trace Elem. Res. 109:
Constable PD. 2007. Veterinary 255-266.
Medicine: A textbook of the diseases

17

Anda mungkin juga menyukai