GLUKOSA
OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
A. Pengertian
Glukosa merupakan salah satu karbohidrat penting yang digunakan sebagai sumber
tenaga. Glukosa dapat diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat. Glukosa
berperan sebagai molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Glukosa tersebut
akan diserap oleh usus halus kemudian akan dibawa oleh aliran darah dan didistribusikan ke
seluruh sel tubuh. Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapat berupa glikogen yang disimpan
pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose). Fungsi glukosa dalam tubuh
adalah sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme dan juga merupakan sumber utama bagi
otak (Subiyono et al., 2016).
Glukosa dihasilkan dari makanan yang mengandung karbohidrat yang terdiri dari
monosakarida, disakarida dan juga polisakarida. Karbohidrat akan konversikan menjadi
glukosa di dalam hati dan seterusnya berguna untuk pembentukan energi dalam tubuh.
Glukosa tersebut akan diserap oleh usus halus kemudian akan dibawa oleh aliran darah dan
didistribusikan ke seluruh sel tubuh. Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapat berupa
glikogen yang disimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose).
Fungsi glukosa dalam tubuh adalah sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme dan juga
merupakan sember utama bagi otak (Subiyono et al., 2016).
B. Kepentingan/manfaat dalam medis
- Sumber Energi
Glukosa merupakan suatu bahan bakar pada sebagian besar makhluk hidup. Penggunaan
glukosa antara lain adalah sebagai respirasi aerobik, respirasi anaerobik, atau fermentasi.
Melalui respirasi aerob, dalam satu gram glukosa mengandung sekitar 3,75 kkal (16 kilo
Joule) energi. Pemecahan karbohidrat menghasilkan monosakarida dan disakarida, dengan
hasil yang paling banyak adalah glukosa.melalui glikolisis dan siklus asam sitrat, glukosa
dioksidasi membentuk CO2 dan air, menghasilkan sumber energi dalam bentuk ATP.
Glukosa merupakan sumber energi utama untuk otak. Kadar glukosa yang rendah akan
mengakibatkan efek tertentu (Firgiansyah, 2016).
- Analit dalam tes darah
Glukosa merupakan analit yang diukur pada sampel darah. Glukosa dalam darah dapat
bertambah setelah memakan makanan berkarbohidrat, namun 2 jam setelah itu, jumlah
glukosa akan kembali pada keadaan semula. Pada penderita diabetes mellitus atau kencing
manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 mL darah.
Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan. Sebagian glukosa
ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan yang lainnya menuju hati
dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati hewan") dan sel lemak, yang
menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan sumber energi cadangan yang akan
dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun
lemak simpanan dapat juga menjadi sumber energi cadangan, lemak tak pernah secara
langsung dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari
pemecahan karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa
(Firgiansyah, 2016).
C. Metabolisme dalam tubuh
Metabolisme glukosa sebagian besar menghasilkan energi bagi tubuh. Glukosa yang
berupa disakarida, dalam proses pencernaan di mukosa usus halus akan diuraikan menjadi
monosakarida oleh enzim disakaridase, enzim–enzim maltose, sukrose, laktase yang bersifat
spesifik untuk satu jenis disakarida. Dalam bentuk monosakarida, gula akan diserap oleh usus
halus (Firgiansyah, 2016).
Metabolisme glukosa menghasilkan asam piruvat, asam laktat, dan asetil-coenzim A. Jika
glukosa dioksidasi total maka akan menghasilkan karbondioksida, air, dan energi yang akan
disimpan didalam hati atau otot dalam bentuk glikogen. Hati dapat mengubah glukosa yang
tidak terpakai melalui jalur-jalur metabolik lain menjadi asam lemak yang disimpan sebagai
trigliserida atau menjadi asam amino untuk membentuk protein. Hati berperan dalam
menentukan apakah glukosa langsung dipakai untuk menghasilkan energi, disimpan atau
digunakan untuk tujuan struktural (Subiyono et al., 2016).
Glukosa dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis, yang dapat terjadi secara
anaerob, dengan produk akhir yaitu laktat. Jaringan aerobic metabolisme piruvat menjadi
asetil-KoA, yang dapat memasuki siklus asam sitrat untuk oksidasi sempurna menjadi CO2
dan H2O, berhubungan dengan pembentukan ATP dalam proses fosforilasi oksidatif
(Firgiansyah, 2016).
Glukosa dan metabolitnya juga berperan dalam beberapa proses lain, seperti konversi
menjadi polimer glikogen dalam otot rangka dan hepar, jalur pentosa fosfat yang merupakan
jalur alternaltif dalam glikolisis untuk biosintesis molekul pereduksi (NADPH) dan sumber
ribosa bagi sintesis asam nukleat , triosa fosfat membentuk gugus gliserol dari triasilgliserol,
serta piruvat dan zat-zat antara dalam siklus asam sitrat yang menyediakan kerangka karbon
untuk sintesis asam amino dan asetil-KoA sebagai prekursor asam lemak dan kolesterol
(Firgiansyah, 2016).
Sebagian kecil dari glukosa tersebut disimpan dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen
sebagai cadangan energi. Kapasitas pembentukan glikogen ini terbatas, sehingga sebagian
kelebihan glukosa tersebut akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan lemak
(adiposa) . Glikogen dalam hati atau otot akan dipecah menjadi glukosa apabila kebutuhan
glukosa dalam tubuh akan melebihi ketersediaan glukosa dalam darah. Metabolisme glukosa
selain dipengaruhi enzim-enzim, juga diatur oleh hormon tertentu. Hormon insulin dan
glukagon yang di produksi oleh pankreas mempunyai peranan penting dalam metabolisme
glukosa (Triana dan Salim, 2017).
Bila kadar glukosa darah meningkat, maka sel-sel β-pankreas akan melepaskan insulin.
Hormon ini akan bekerja dalam meningkatkan kecepatan masuknya glukosa ke dalam sel-sel
jaringan, meningkatkan kecepatan pemecahan glukosa melalui proses glikolisis,
meningkatkan sintesis glikogen dari glukosa di dalam hati dan otot, dan meningkatkan
sintesis lipida dan protein dari glukosa (Triana dan Salim, 2017).
Bila kadar glukosa darah menurun, maka sel-sel α-pankreas akan melepaskan glukagon.
Hormon ini akan bekerja dalam memperlambat pemasukan glukosa kedalam sel-sel jaringan,
meningkatkan laju pemecahan glikogen menjadi glukosa di dalam hati, meningkatkan laju
pemecahan lemak dan protein menjadi turunannya untuk digunakan dalam proses
glukoneogenesis, dan meningkatkan laju reaksi glukoneogenesis, yaitu pembentukan glukosa
dari asam lemak atau asam amino (Triana dan Salim, 2017).
Gambar 1. Tabel ambang batas kadar glukosa pada ginjal di beberapa hewan domestik
(Kaneko, 2008).
D. Jenis sampel
Pemeriksaan kadar glukosa biasanya menggunakan sampel serum dan sampel plasma.
Serum lebih banyak mengandung air dari pada darah lengkap, sehingga serum berisi lebih
banyak glukosa dari pada darah lengkap. Kadar glukosa darah dapat ditentukan dengan
berbagai metode berdasarkan sifat glukosa yag dapat mereduksi ion-ion logam tertentu, atau
dengan pengaruh enzim khusus untuk menghasilkan glukosa, yaitu enzim glukosa oksidase.
Enzim glukosa oksidase merupakan senyawa yang mengubah glukosa menjadi asam glukonat
(Subiyono et al., 2016).
E. Alat diagnostik dan mekanisme kerjanya
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah adalah spektrofotomoter maupun
glukometer. Spektrofotometer menggunakan bahan pemeriksaan darah vena, sedangkan
glukometer menggunakan bahan pemeriksaan darah kapiler (Mariady et al., 2013).
Kadar glukosa darah dapat diperiksa dengan menggunakan spektrofotometer maupun
glukometer. Kedua alat tersebut menggunakan metode secara enzimatik. Metode tersebut
meliputi metode heksokinase, metode glukosa-oksidase, dan metode glukosa-dehidrogenase.
Spektrofotometer dan glukometer menggunakan enzim yang berbeda untuk memeriksa kadar
glukosa darah. Meskipun enzim yang digunakan berbeda, spektrofotometer dan glukometer
menggambarkan kadar glukosa darah yang sebanding dengan kadar glukosa darah pada
bahan pemeriksaan yang digunakan, yaitu darah vena untuk spektrofotometer dan darah
kapiler untuk glukometer (Mariady et al., 2013).
1. Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa
yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan.
Alat ini memiliki prinsip kerja hasil penggabungan dari alat spektrometer dan fotometer.
Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu. Sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau diabsorbsikan. Spektrometer memiliki alat pengurai seperti prisma yang dapat
menyeleksi panjang gelombang dari sinar putih. Pada fotometer terdapat filter dari berbagai
warna yang memiliki spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu
(Firgiansyah, 2016).
Amalia, F., Roslizawaty, Rusli, A. Sayuti, M.Hasan, Amiruddin dan Zuraida. 2017. Glucose
Levels of Canis Familiaris Urine In Lamposi Tigo Nagori Payakumbuh Using
Semiquantitative Striptest. Jurnal Medika Veterinaria, 11(1):10-14.
file:///C:/Users/VITARACOM/Downloads/3526-19553-1-PB.pdf
Fadhila, N. 2016. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Puasa Pembuluh Kapiler Antara Pekerja
Shift Pagi dan Shift Malam Pada Pekerja Mesin Maintenance Di Pt. Tunas Baru
Lampung: Lampung.
Http://Digilib.Unila.Ac.Id/24569/16/Skripsi%20tanpa%20bab%20pembahasan.Pdf
Idowu, O dan K. Heading. 2018. Hypoglycemia in dogs: Causes, management, and diagnosis.
Can Vet J,59: 642–649. https://sci-
hub.tw/https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5949948/
Kaneko, J. J. 2008. Carbohydrate Metabolism and Its Diseases. Clinical Biochemistry of
Domestic Animals, 45–80. https://sci-
hub.tw/https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780123704917000039
Mariady, F., C. Sugiarto dan L. Sadeli. 2013. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kadar
Glukosa Darah Sewaktu Menggunakan Glukometer dan Spektrofotometer Pada
Penderita Diabetes Melitus di Klinik Nirlaba Bandung. Universitas Kristen
Maranatha: Bandung. https://repository.maranatha.edu/12267/9/1010152_Jurnal.pdf
Meinisasti, R., S. Riyadi dan Krisyanella. 2017. Analisis Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Pada Darah Kapiler dan Vena Pasien DMT2 di Bengkulu Tahun 2016. Jurnal Sains
dan Teknologi Farmasi, 19(1): 20-22.
http://jstf.ffarmasi.unand.ac.id/index.php/jstf/article/view/92/75
Putri, S. D. 2016. Kejadian Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan
Di Poliklinik Endokrin Metabolik Rsup.Dr.M.Djamil Padang. Universitas Andalas:
Padang. http://scholar.unand.ac.id/5050/
Rahmatullah, A., Ieva B. Akbar dan Agung F. Sumantri. 2014. Hubungan Kadar Gula
Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode
Januari – Desember 2014. Prosiding Pendidikan Dokter Gelombang 2, Tahun
Akademik 2014-2015. http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/dokter/article/view/1471
Triana, L Dan M. Salim. 2017. Perbedaan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial. Jurnal
Laboratorium Khatulistiwa, 1(1): 51-57. https://ejournal.poltekkes-
pontianak.ac.id/index.php/JLK/article/view/97/pdf