Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK 9

ANIZA PUTRI. S
IMRAN MUHAMMAD FAJAR
NURUL PATIMA RUSDI
FITRIAH F. JAYA

BURUNG
HANTU
EKOLOGI DAN PERILAKU
Burung hantu merupakan burung raptor nokturnal karena kebiasaan alami Mereka berburu dan
memangsa hewan lain seperti tikus, kadal, ular, katak, serta serangga. Burung ini memiliki kemampuan
dalam menangkap tikus, sehingga sering dimanfaatkan oleh petani sebagai pembasmi hama tikus.
Proses reproduksi burung hantu pada umumnya yaitu berkembang biak diawali dengan jantan
yang menempati lubang-lubang pohon maupun gedung-gedung bangunan serta membawa pakan untuk
menarik perhatian betina. Burung hantu memiliki perilaku bersarang di lubang pohon, bangunan tua
yang tidak terpakai, atau sarang burung lain yang sudah tidak dihuni.
Burung hantu dianugerahkan kemampuan untuk memutar kepalanya hampir 180 derajat.
Sehingga ia dapat memaksimalkan kemampuan penglihatannya. Bukan hal yang baru lagi jika makhluk
menawan ini mampu melihat sampai 100x kemampuan manusia.
SALURAN PENCERNAAN BURUNG
Paruh
Burung hantu tidak memiliki gigi, sehingga
tidak dapat mengunyah makanan seperti
halnya mamalia. Burung hantu langsung Rongga Mulut
menelan mangsanya secara utuh jika
mangsanya berukuran kecil, atau dicabik
dengan paruhnya menjadi potongan yang Esofagus
lebih kecil jika mangsanya berukuran
Saluran
besar sehingga dapat ditelan. Proventikulus
Pencernaan

Gizzard
Burung hantu tidak memiliki tembolok
untuk menampung sementara makanan, Usus Halus dan
sehingga makanan yang masuk akan Usus Besar
langsung menuju lambung dan diproses
secara enzimatis. Kloaka
Proventrikulus berfungsi menerima makanan dari esofagus serta
mensekresikan mukus, HCl, dan pepsinogen yang dihasilkan oleh kelenjar
yang terdapat di dinding mukosa proventrikulus. Pepsinogen merupakan
enzim pencernaan yang disekresikan dalam bentuk inaktif dan akan
dirubah/ diaktivasi oleh HCl menjadi pepsin yang berfungsi sebagai enzim
proteolitik. Otot-otot proventrikulus terdiri atas otot sirkuler di bagian
profundal dan otot longitudinal di bagian superfisial. Proventrikulus memiliki
dua kelenjar, yaitu kelenjar proventrikulus superfisialis dan kelenjar
proventrikulus profundus yang berbentuk tubular. Kelenjar proventrikulus
superfisialis berfungsi menghasilkan mukus, sedangkan kelenjar proventrikulus
profundus menghasilkan HCl dan pepsinogen
Lapisan otot pada dinding gizzard terdiri atas otot sirkuler pada lapisan profundal dan otot
longitudinal pada lapisan superfisial serta tidak menunjukkan adanya hipertrofi otot yang membentuk
sphincter di daerah perbatasan antara proventrikulus dengan gizzard maupun antara gizzard dengan
duodenum. Proses pencernaan pada burung hantu yaitu tetap mempertahankan makanan yang masuk
dalam gizzard. Aktifitas kontraksi dan relaksasi gizzard akan menyebabkan makanan tercerna secara
mekanik. Hasil pencernaan makanan akan diteruskan menuju usus halus melalui adanya kontraksi dari
gizzard sehingga nutrisi dari makanan dapat diserap di usus halus, sedangkan material yang tidak
tercerna seperti tulang, bulu atau rambut, serta kuku, akan dikeluarkan kembali menjadi pellet. Pellet
akan dikeluarkan jika proses pencernaan telah selesai dan nutrisi yang terkandung dalam makanan
tersebut sudah diserap. Pada saat akan mengeluarkan pellet, burung hantu memperlihatkan perilaku
yang khas, seperti leher ditekuk sampai paruh mendekati dada, lalu leher diregangkan sampai kepala
menengadah ke atas. Proses ini dilakukan berkali-kali sambil menutup kedua mata sampai pellet keluar
melalui rongga mulut. Burung hantu tidak akan melakukan aktifitas makan lagi jika pellet belum
diregurgitasi.
Burung hantu dibagi menjadi 2 jenis,
yakni Tytonidae dan Strigidae. Ordo
Strigiformes terdiri dari dua suku (familia),
yakni suku burung serak atau burung-hantu
gudang (Tytonidae) dan suku burung hantu
sejati (Strigidae). Banyak dari jenis-jenis
burung hantu ini yang merupakan jenis
endemik (menyebar terbatas di satu pulau
atau satu region saja) di Indonesia, terutama
dari marga Tyto, Otus, dan Ninox Berdasarkan data dari Catalogue of Life,
di dunia ada 199 jenis burung hantu dan 55
jenis diantaranya adalah jenis burung hantu
asli indonesia. Semua jenis burung hantu
memiliki telur berwarna putih. Ordo burung
hantu (Strigiformes) dibagi menjadi dua
famili/suku, yakni Tytonidae (burung serak)
dan Strigidae (burung hantu sejati).
• Famili (suku) tytonidae adalah kelompok burung serak dengan ciri-ciri famili muka berbentuk
hati (love) dan sangat bulat serta mata gelap. Piringan muka lebar yang memiliki fungsi untuk
memfokuskan suara ke telinga saat berburu. Bulu sayap lembut sehingga tidak terdengar
ketika terbang. Suranya berupa pekikan parau (serak).
• Famili (suku) strigidae adalah kelompok burung hantu sejati dengan ciri-ciri mirip famili
tytonidae namun ukuran kakinya lebih pendek dan piringan muka lebih kecil. Beberapa jenis
memiliki bentuk berkas telinga yang tegak sehingga terkadang disebut jenis burung hantu
bertanduk. Sebagian besar bulu dari famili ini memiliki pola warna abu-abu, coklat, putih,
dan hitam yang berfungsi untuk kamuflase saat istirahat siang hari.
A. FAMILIA TYTONIDAE
Menurut spesiesnya, burung hantu ini sering terdapat di hutan, lahan pertanian, rawa-rawa,
pinggiran bakau, dataran rendah dengan pohon-pohon tersebar dan terutama di darah pemukiman
penduduk. Karena di tempat-tempat seperti itulah habitat yang cocok untuk berburu dan bersarang.
Keluarga burung tytonidae hampir semuanya merupakan burung malam, hidup sendirian atau
berpasangan. Mereka sering berpindah-pindah dan menempati wilayah mereka sepanjang tahun
atau selama beberapa tahun. Saat malam hari, mereka mengucapkan berbagai dencitan dan
jeritan, tetapi juga bersiul beberapa suara. Selama musim kawin, mereka memberikan suara yang
sangat riuh yang ditujukan untuk lawan jenisnya. Contoh spesies dari keluarga tytonidae adalah tyto
alba
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Strigiformes
Famili: Tytonidae
Subfamili: Tytoninae
Genus: Tyto
Spesies: T. alba
Tyto almae (Serak Seram / Tyto inexspectata (Serak Minahasa
Tyto alba / Minahassa Masked Owl)
Seram Masked Owl)
Tyto longimembris (Serak
Padang / Eastern Grass-Owl)

Tyto rosenbergii (Serak


Tyto novaehollandiae (Serak
Tyto nigrobrunnea (Serak Sulawesi / Sulawesi
Australia / Australian Masked
Taliabu / Taliabu Masked Owl) Masked Owl) Tyto sororcula (Serak
Owl)
Kecil Moluccan / Masked
Owl)
B. FAMILIA STRIGIDAE
Familia strigidae merupakan kelompok burung hantu sejati. Kelompok burung hantu ini
dapat di temui menyebar di seluruh dunia, kecuali daerah antartika dan pulau-pulau di sekitarnya.
Untuk daur kehidupannya, antara family tytonidae dan family strigidae pada umumnya sama.
Contohnya, pada waktu siang, burung hantu duduk dengan senyapnya dan tidak bergerak-gerak di
celah-celah daun yang tebal di atas pohon. Pada waktu senja, burung itu terbang ke kawasan
pemburuannya. Biasanya burung itu bertenggek pada dahan yang rendah yang berjuntai di atas
permukaan air. Mangsanya yaitu ikan, katak, udang, dan serangga air. Biasanya, mangsanya
berada hampir dengannya dan burung itu menyerang dan menangkap mangsanya. Burung hantu
dari family strigidae ini pun dapat melihat dalam cahaya yang samar-samar.
Pendengarannya juga tajam hingga dapat mencari mangsanya dalam keadaan yang gelap gulita.
Burung hantu dari keluarga strigidae bersarang dan bertelur di dalam lubang di batang pokok.
Burung ini bertelur sekali sebiji dan terus mengeramkan telur itu selama satu atau dua hari hingga
menetas. Kemudian burung hantu bertelur lagi, sebiji juga, dan proses yang sama berulang. Telur
burung hantu berwarna putih. Yang menariknya, kedua-dua burung jantan dan burung betina
menjaga telur dan anak. Di indonesia, khususnya di sunda besar (sumatra, jawa, bali dan
kalimantan) dari falimy stringidae terdapat sekitar dua puluh jenis, diantaranya beluk jampuk (bubo
sumatranus), beluk ketupa (ketupa ketupu), celepuk reban (otus lempiji), kukuk seloputu (strix seloputo)
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Strigiformes
Famili: Strigidae
Genus: Otus
Spesies: O. lempiji
Bubo Sumatranus Ketupat-Ketupat
Ortus Lempiji

Glaucidium brodiei (Beluk-


watu Gunung / Collared Glaucidium castanopterum (Beluk-
Owlet) watu Jawa / Javan Owlet)
POLA BERTELUR
• Dalam satu tahun, burung hantu mampu bertelur sebanyak dua kali, yakni pada bulan mei sampai juli.
• Telur-telurnya ditempatkan di dalam lubang pohon yang tinggi, bekas sarang burung pemangsa yang
lain, atau pada bangunan.
• Jumlah telur bervariasi antara 5-11 butir/induk/musim kawin. Ukuran telur jenis burung hantu ini lebih
kecil seikit daripada telur ayam kampung dan cangkang telur berwarna putih.
• Telur sejumlah 5-11 butir tersebu dihasilkan dalam jangka waktu 2-3 minggu karena tidak setiap
burung ini bertelur. Masa peletakkan telur berlangsung setiap 1-3 hari sekali.
ORGAN REPRODUKSI

Sebagian besar spesies burung hantu berkembang


biak di musim semi. Perkawinan biasanya terjadi
ketika jantan mengesankan betina dengan
panggilan khusus, menari dan memamerkan
pundaknya yang kuat, dan dalam kebanyakan
kasus kedua burung itu akan bersama untuk seumur
hidup. Sebagian besar burung jantan tidak memiliki
organ seksual eksternal tetapi burung hantu
memiliki testis yang membesar selama musim kawin
untuk menghasilkan sperma (gamet jantan).
ORGAN REPRODUKSI

Betina biasanya memiliki satu ovarium fungsional yang


terhubung ke saluran telur. Kedua jenis kelamin memiliki
kloaka (seperti yang ditunjukkan dalam diagram) yang
mereka sentuh bersama-sama dengan menjadi sangat
dekat atau oleh salah satu dari mereka memasang
yang lain. Dua sentuhan kloaka untuk jangka waktu
yang cukup lama agar sperma dipindahkan ke betina.
Sperma kemudian disimpan di betina hingga 100 hari.
Telur-telur (gamet betina) akan dibuahi secara
individual kemudian mereka akan meninggalkan
ovarium. Burung hantudapat bertelur antara 1 dan 13
telur. Inkubasi berlangsung selama sekitar 30 hari.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai