TINJAUAN PUSTAKA
Tyto alba pertama kali dideskripsikan oleh Giovanni Scopoli tahun 1769.
Nama alba berkaitan dengan warnanya yang putih. Tyto alba termasuk dalam
famili Tytonidae yang memiliki 25 genus yang terdiskripsi dan untuk species Tyto
Burung hantu sangat dikenal, tersebar diseluruh dunia. Ciri khasnya adalah
bermata besar. Burung yang bersifat nokturnal ini memiliki kepala besar dan
bulat, muka rata, dan mata mengawasi kedepan. Salah satu kelompok besar di
Serak adalah kelompok burung hantu dengan muka berbentuk hati dan
sangat bulat serta mata berwarna gelap. Piringan muka berukuran lebar dan
berfungsi untuk membesarkan suara ke telinga. Bulu sayap lembut sehingga tidak
terdengar ketika terbang. Salah satu jenis dalam anggota serak ini adalah serak
Serak jawa yang dikenal dengan Tyto alba ini berukuran besar (34 cm) dan
dominan berwarna putih. Muka berwarna putih, berbentuk hati dan lebar. Tubuh
bagian atas berwarna kuning dan bercorak secara merata. Tubuh bagian bawah
berwarna putih dengan bintik bintik hitam secara keseluruhan. Iris mata serak
jawa berwarna coklat gelap dan paruh serta kaki berwarna kuning kotor
(MacKinnon, dkk., 2010). Debus (2009) memyatakan bobot serak jawa dewasa
450 – 600 gram dengan bentang sayap 107-110 cm. Panjang kaki 11,45 cm,
panjang tubuh 30,75 cm, diameter kaki 1,14 cm, dan panjang ekor 10,85 cm.
Ukuran tubuh antara jantan dan betina hampir serupa, namun biasanya betina
Secara umum, serak jawa ini tersebar luas di dunia. Di Sumatera, dapat
dijumpai pada dataran rendah hingga ketinggian 800 mdpl. Dengan kebiasaan
dalam lubang yang gelap, baik di pohon, gua, karang, vegetasi yang rapat bahkan
pada bagian loteng atap bangunan. Serak jawa biasanya muncul pada sore hari
melewati daerah terbuka, terbang rendah dengan kepakan sayap tanpa suara
(MacKinnon, dkk., 2010). Tyto alba memiliki kemampuan memangsa tikus cukup
baik, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan cepat berkembang biak.
Burung ini dapat bertelur 2–3 kali setahun. Sekali bertelur bisa mencapai 6-12
teritorial, kenyataan ini akan nampak pada saat musim berbiak. Mereka dengan
sekuat tenaga mempertahankan sarang dan teritori makanan dari individu lain atau
jenis burung lain yang menjadi pesaing untuk sumber daya yang sama.
Mangsa Tyto alba berupa mamalia kecil terutama yang berada ditanah
seperti tikus, jenis marsupial, kelinci dan lain-lain. Selain itu ditemukan juga
yang lebih kecil. Namun mangsa spesifiknya adalah tikus (Debus, 2009). Hal ini
Tito Alba mampu mengkonsumsi tikus antara 3-5 ekor per hari dan mampu
berikutnya sekitar 2 jam menjelang fajar namun jika sedang mengasuh anak
Tyto alba tidak memiliki gigi, sehingga tidak dapat mengunyah makanan
seperti halnya mamalia. Tyto alba langsung menelan mangsa yang kecil seperti
kelelawar dan tikus secara utuh, sedangkan untuk mangsa yang besar Tyto alba
dengan paruhnya terlebih dahulu agar mudah dalam proses penelanan. Awalnya,
burung ini akan memotong leher tikus menggunakan paruhnya. Sasaran utama
yang menjadi santapan adalah kepala tikus yang akan ditelan bersama-sama kulit
serta bulunya. Bagian tubuh mangsa yang tidak bisa dicerna (tulang dan rambut)
proventrikulus, gizzard, usus halus, usus besar dan kloaka. Burung hantu tidak
yang masuk akan langsung menuju lambung dan diproses secara enzimatis. Proses
pencernaan pada Tyto alba yaitu tetap mempertahankan makanan yang masuk.
mekanik. Hasil pencernaan makanan akan diteruskan menuju usus halus melalui
adanya kontraksi tadi sehingga nutrisi dari makanan dapat diserap di usus halus,
sedangkan material yang tidak tercerna seperti tulang, bulu atau rambut, serta
Pellet akan dikeluarkan jika proses pencernaan telah selesai dan nutrisi
yang terkandung dalam makanan tersebut sudah diserap. Pada saat akan
mengeluarkan pellet, Tyto alba memperlihatkan perilaku yang khas, seperti leher
ditekuk sampai paruh mendekati dada, lalu leher diregangkan sampai kepala
menengadah ke atas. Proses ini dilakukan berkali-kali sambil menutup kedua mata
sampai pellet keluar melalui rongga mulut. Tyto alba tidak akan melakukan
Pellet merupakan massa padat berbentuk bulat lonjong yang terbentuk dari
material yang tidak dapat dicerna. Pellet Tyto alba memiliki ukuran panjang
sekitar 2-3 cm dan lebar 1-2 cm. Tyto alba betina menggunakan pellet untuk lantai
sebagai tempat bertelur dalam sarang yang ditempatinya. (Ramsden et al. 2010).
Ada 4 spesies tikus yang sering ditemukan di areal kelapa sawit, yaitu
padang (Rattus exulans) dan tikus rumah (Rattus diardi). Tapi tikus belukar
(Rattus tiomanicus) merupakan jenis tikus yang paling dominan dijumpai pada
hantu dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengendalikan hama tikus.