Anda di halaman 1dari 37

Definisi tikus

Tikus adalah salah satu famili dalam ordo Rodentia (hewan pengerat) dengan lebih dari
1000 spesies. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus
norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme
model yang penting dalam biologi; juga merupakan hewan peliharaan yang populer.

Klasifikasi

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Mamalia

Ordo: Rodentia (Hewan pengerat)

Superfamili: Muroidea

Famili: Muridae

Illiger, 1811

Siklus hidup

5 – 6 bulan

Siklus Hidup Siklus hidupnya berlangsung sekitar 5 – 6 bulan, masa


inkubasi 2 minggu, masa Instar 3 minggu, masa pupa 3 minggu,
masa kelangsungan seksual 3 minggu, pra pupa 3 – 4 bulan.
Morfologi

Memiliki tubuh yang cenderung lebih tebal. Warna ekornya terlihat


lebih muda (pucat). Hidungnya tumpul. Telinganya berbulu dan
ukurannya kecil. Ukuran ekornya pendek dari pada panjang kepala
hingga tubuh. Berjalan dengan bantalan kaki sehingga ada jejak
yang terbentuk dari permukaan kulit secara terus menerus.

Alat kelamin jantan


Sistem reproduksi mencit jantan terdiri atas testis dan kantong
skrotum, epididimis dan vas deferens, sisa sistem ekskretori pada
masa embrio yang berfungsi untuk transport sperma, kelenjar
aksesoris, uretra dan penis. Selain uretra dan penis, semua struktur
ini berpasangan.

Alat kelamin betina


Tikus betina memiliki area kemaluan yang lebih dekat dengan
anus. Uretra biasanya berjarak sekitar 1/2 cm pada tikus dewasa.
Tikus betina memiliki lubang vagina di belakang uretra yang bisa
tampak seperti tonjolan.

  Indera Pengecap Tikus


Rasa mengecap pada tikus berkembang sangat baik. Tikus dan mencit
dapat mendekteksi dan menolak air minum yang mengandung
phenylthiocarbamide 3 ppm, pahit.

Indera Penciuman Tikus


 

Organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau


makanannya. Tikus jantan dapat mencium bau tikus betina yang
sedang birahi untuk dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau
anaknya yang keluar dari sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan
oleh anaknya.
 
  Indera Pendengaran Tikus

Pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara


dengan frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh manusia.
Berdasarkan suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi
menjadi beberapa suara, yaitu :
a.    Suara-suara pada saat akan melakukan perkawina
b.    Suara-suara menandakan adanya bahaya
c.     Suara-suara pada saat menemukan makanan
d.    Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan

Indera Penglihatan Tikus


 

Dilihat dari pengelihatannya menurut para ahli konon tikus ternyata


tikus mempunyai pengelihatan yang jelek, yaitu ternyata tikus adalah
hewan yang buta warna, artinya ia hanya dapat melihat benda-benda
berwarna hitam dan putih. Akan tetapi, tikus tampaknya tertarik pada
warna-warna hijau, kuning dan hitam. Warna hijau dan kuning diduga
merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang merupakan
makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam merupakan
warna gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam
melihat benda-benda yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter.

 Indera Peraba atau Penyentuh Tikus


Rasa menyentuh sangat berkembang dikalangan rodensia komensal,
ini untuk membantu pergerakannya sepanjang jejak dimalam hari.
Sentuhan badan dan kibasan ekor akan tetap digunakan selama
menjelajah, kontak dengan lantai, dinding dan benda lain yang dekat
sangat membantu dalam orientasi dan kewaspadaan binatang ini
terhadap ada atau tidaknya rintangan didepannya.

Tikus sawah
Tikus sawah, Rattus argentiventer, adalah tikus yang mudah dijumpai di pedesaan dan
perkotaan di penjuru Asia Tenggara dan Asia.

Klasifikasi
Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Mammalia

Ordo: Rodentia

Famili: Muridae

Subfamili: Murinae

Genus: Rattus

Spesies: R.  argentiventer

Nama binomial
Rattus argentiventer

Ciri”
Tikus berukuran sedang, cenderung lebih kecil daripada tikus got, dengan panjang 30–40cm
(termasuk ekor). Warna rambut cokelat kekuningan. Perutnya berambut kelabu dengan tepi
putih. Nama argentiventer berarti "berperut keperakan". Ekornya berwarna cokelat.

Habitat

Hewan pengerat ini menyukai persawahan, ladang, dan padang rumput, tempat ia memperoleh


makanan kesukaannya berupa bulir padi, jagung, atau rumput. Ia membuat sarang di lubang-
lubang tanah, di bawah batu, atau di dalam sisa-sisa kayu.

Morfologi tikus sawah


badan 100-230 gram, panjang kepala-badan antara 70-208 mm, panjang tungkai belakang 32-39 mm dan
panjang telinga 20-22 mm (Murakami, et al. 1992). Ekor biasanya lebih pendek dari panjang kepala-badan.
Tubuh bagian dorsal berwarna coklat dengan bercak hitam pada rambut-rambutnya, sehingga memberi kesan
seperti berwarna abu-abu. Daerah tenggorokan, abdominal, dan inguinal berwarna putih, dan sisa bagian
bawahnya dan sisa bagian bawah lainnya putih keperakan atau putih keabu-abuan. Warna permukaan atas kaki
sama dengan warna badan dan banyak yang berwana coklat gelap pada bagian karpal dan tarsal. Ekor berwarna
gelap pada bagian atas dan bawah (Aplin et al, 2003).

Tikus pohon

Tikus pohon (Rattus tiomanicus) adalah suatu spesies tikus dari


famili Muridae. Hewan ini ditemukan di Semenanjung Melayu,
Kalimantan, Palawan, Sumatra, Jawa, dan pulau-pulau kecil di
sekitarnya.

Ciri”
Hewan ini memiliki panjang sekitar 14 – 19 cm dengan panjang ekor 12 – 18 cm. Beratnya
berkisar antara 80 sampai 130 gr. Kulitnya berwarna cokelat pada bagian atas, putih atau agak
abu-abu pada bagian ventral, dan gelap pada bagian ekor.

Tikus got

Tikus got memiliki nama latin Rattus norvegicus. Hewan ini dikenal juga dengan
nama tikus jalanan atau norwegia karena memang hidupnya di jalanan. Dibanding
dengan jenis lainnya, hewan pengerat inilah yang sering ditemukan masuk ke area
perkotaan. Mereka tidak berdiam diri, melainkan mencari makan di rumah dan hidup
di sekitar selokan dan gorong-gorong.

Tak heran bila jenis pengerat inilah yang paling berpotensi menularkan penyakit
karena habitatnya yang kumuh tersebut.

klasifikasi

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Mammalia

Ordo: Rodentia

Famili: Muridae

Subfamili: Murinae

Genus: Rattus

Spesies: R.  norvegicus

Ciri”

1. Tubuhnya terlihat tebal atau gendut.


2. Bila diukur, total panjang kepala dan tubuhnya akan lebih panjang ketimbang
ekornya. Dengan kata lain, ekornya terlihat lebih pendek.
3. Bagian bawah ekornya memiliki warna yang cenderung lebih pucat.
4. Yang paling khas, hidungnya tumpul.
5. Telinganya kecil dan terlihat berbulu.

Morfologi

Mempunyai ukuran agak besar dan beratnya mencapai (150-600


gram). Tikus got memiliki ukuran mata yang kecil, hidung tumpul
dan lebar, badan besar berukuran 18-25 cm dan panjang total
sekitar 31-46 cm.
Habitat
Hewan pengerat ini sukanya tinggal di lokasi tertentu. Berikut ini cirinya:

1. Hidup di dalam tanah atau liang (contoh: gorong-gorong perkotaan, saluran


pembuangan, dll.).
2. Bila mereka menggali tanah, maka bisa menyebabkan kerusakan bangunan,
khususnya pada saluran pembuangan.
3. Saat berjalan, mereka menggunakan bantalan kaki dan meninggalkan noda
yang khas.

Karakteristik kotoran
Untuk mengenalinya lebih jauh, Anda bisa melihat dari kotoran yang mungkin
ditinggalkan di rumah Anda. Cirinya adalah berwarna coklat, lebar, dan
bentuknya menyerupai beras yang runcing di bagian ujung.

Perkembangbiakan
Hewan pengerat ini biasanya melahirkan 7 sampai 8 anak dan dalam satu tahun bisa
melahirkan sebanyak 3 sampai 6 kali. Bayangkan bila mereka di rumah Anda. Sangat
mudah sekali bagi mereka untuk membuat koloni dengan cepat.

Tikus ladang

Tikus ladang Ward (Apodemus pallipes) adalah sebuah spesies tikus dalam keluarga Muridae.


Spesies tersebut ditemukan di Kirgizstan, Tajikistan, Afghanistan, India, Iran, Nepal, dan Pakistan.

Klasifikasi

Kerajaan Animalia

Filum Chordata

Kelas Mammalia

Ordo Rodentia

Famili Muridae

Tribus Apodemini

Genus Apodemus
Spesies Apodemus witherbyi

Ciri”

Tikus ladang mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor 139-


365 mm, panjang ekor 108-147 mm, kaki belakang 24-35 mm dan
ukuran telinga 11-28 mm dan mempunyai rumus mamae 2+2=8.
Warna rambut badan atas coklat kelabu rambut bagian perut putih
kelabu.

Tikus mencit
dalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-
rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan
barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari.

Klasifikasi

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Mammalia

Ordo: Rodentia

Famili: Muridae

Subfamili: Murinae

Genus: Mus

Subgenus: Mus

Spesies: M. musculus

Ciri”
 Berat badan dewasa: 25 – 40 g (betina); 20-40 g (jantan)
 Masa hidup: 1.5 – 3 tahun
 Pernapasan rata-rata: 94-163 napas / menit
 Denyut jantung: 325-780 denyut / menit
 Suhu dubur rata-rata normal: 99,5 °F
 Rumus gigi adalah 2 (I 1 / 1, M 3 / 3) = 16. Terbuka di gigi seri-berakar dan tumbuh
terus menerus. Tikus akan menggigit atau “menjumput” dengan gigi seri tajam jika
terlepas.
 Perut dibagi menjadi bagian nonglandular proksimal dan bagian kelenjar distal.
Kedua bagian yang terlalu berbeda. Ini mirip dengan perut kuda.
 Paru-paru kiri terdiri dari satu lobus, sedangkan paru kanan terdiri dari empat lobus.
 Tikus memiliki lima pasang kelenjar susu. Distribusi jaringan mammae menyebar,
membentang dari garis tengah ventral atas panggul, dada, dan bagian leher.
 Sangat berkonsentrasi urin diproduksi; jumlah besar protein diekskresikan dalam
urin.
 Tikus memiliki zona thermoneutral sempit mamalia apapun sejauh diukur. Seekor
tikus menanggapi penurunan suhu oleh nonshivering thermogenesis, dan kenaikan
temperatur lingkungan dengan mengurangi laju metabolik dan meningkatkan
vascularization dari telinga. Nonshivering thermogenesis dapat menghasilkan
peningkatan tiga kali lipat tingkat metabolisme dasar, dan untuk sebagian besar
terjadi pada lemak cokelat. Konsentrasi tertinggi lemak cokelat ditemukan dalam
jaringan subkutan antara scapulae. Lemak cokelat juga disebut kelenjar
berhibernasi, walaupun tikus tidak berhibernasi.
 Alas kandang harus diganti dua kali seminggu. Tanah tongkol jagung yang paling
penyerap.

Morfologi

mencit juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan. Tikus ini


mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor kurang dari 175
mm, ekor 81 -108 mm, kaki belakang 12-18 mm, sedangkan
telinga 8- 12 mm, sedangkan rumus mamae 3+2=10. Warna
rambut badan atas dan bawah coklat kelabu.

Celurut
Klasifikasi

Kerajaan Animalia

Filum Chordata

Kelas Mammalia
Ordo Eulipotyphla

Famili Soricidae 
Fischer von Waldheim,

Gejala serangan tikus

a. Pada tanaman muda, bagian tengah petakan tampak gundul karena batang-
batang padi dipotong dan dimakan tikus.
b. Pada fase bunting, malai muda di bagian tengah petakan dimakan melalui
kelopak daun. Kadang-kadang bagian tanaman tidak diputuskan semuanya
sehingga tampak dari jarak jauh daun-daun berwarna kuning kecokelatan
seperti terserang sundep, wereng batang, atau terserang penyakit.
c. Saat bulir padi mendekati masak, tikus akan memotong dan meleng-kungkan
tanaman, kemudian memakan bulirnya. Bekas potongan biasa-nya bersudut
± 45° dengan sebagian kecil tanaman masih terlihat berdiri tegak dan dari
jarak jauh tampak tanaman di bagian tengah petakan seperti terbakar,
berwarna kecokelat-cokelatan.
d. Gejala serangan pada tanaman umbi-umbian dan ubi-ubian, terutama ubi
jalar ialah tampak adanya lubang-lubang pada guludan, dan di permukaan
lubang tersebut biasanya berserakan serpihan ubi sisa makan.
e. Pada buah kelapa, serangan tikus menyebabkan buah berlubang tidak rata,
terutama bagian pangkal buah.

Pengendalian Hama Tikus

1. Tanam Serentak

Berdasarkan daya jelajah migrasi tikus sampai 2 Km,


maka penanaman serentak hendaknya meliputi luas ± 300 ha.
Keserentakan diartikan sebagai serentak memasuki fase generatif,
dengan selang waktu kurang dari 10 hari. Dengan tanam serentak,
pertumbuhan populasi tikus dapat dideteksi lebih mudah.

2.Sanitasi Habitat Tikus


Sanitasi habitat sumber populasi tikus, bakar atau komposkan bekas-bekas
pembersihan agar tidak menjadi tempat bersembunyi tikus, lakukan setiap awal
musim/sebelum tanam

3.Gropyok Masal

Gropyokan masal perlu dilakukan terus menerus secara rutin

4.Fumigasi
Fumigasi terbukti efektif membunuh tikus sawah beserta anak-
anaknya di dalam lubang sarang. Disamping itu, metode tersebut
juga terjangkau petani, baik fumigator atau alat untuk fumigasi
maupun fumigan atau bahan untuk membuat asap racunnya.

5. LTBS ( Linear Trap Barrier System)


Linear trap barrier system berupa bentangan pagar plastik setinggi 60-70cm sepanjang
minimal 100m. Pemasangan bubu perangkap LTBS ini setiap 20m berselang-seling
supaya mampu menangkap tikus dari arah habitat & sawah. Rancangan LTBS ini
berdasarkan pergerakan harian tikus sawah yang selalu berpola pergi-pulang antara
lokasi bersarang dan tempat makan.

Tempat pemasangan LTBS ini diantara sawah dan habitat tikus, seperti tepi kampung,
tanggul irigasi, dan tanggul jalan. Metode ini juga cukup efektif mengendalikan migrasi
tikus, dengan membentangkan LTBS dan memasang bubu perangkap memotong jalur
migrasi.

6. Trap Barrier System


TBS Tanam Awal (Early Trap Crop)

TBS tanam awal terdiri:

a. Tanaman perangkap untuk menarik kedatangan tikus.


b. Pagar plastik untuk mengarahkan tikus masuk perangkap.
c. Bubu perangkap untuk menangkap dan menampung tikus.

Tiga komponen tersebut merupakan satu unit terpadu yang tak dapat dipisahkan dalam
penggunaannya di lapangan. Untuk tanaman perangkap pada TBS tanam awal ditanam
3 minggu lebih awal daripada tanaman padi di sekelilingnya. Ketika tanaman perangkap
ditanam, lahan di sekelilingnya masih olah tanah dan pesemaian, jadi tanaman padi
TBS akan lebih dahulu memasuki stadia generatif. Dengan perbedaan umur tanaman
tersebut mampu menarik tikus dari sekitarnya untuk mendatangi petak TBS.

7.Racun tikus
Pilihlah jenis racun tikus yang mudah digunakan. Anda bisa memilih racun
tikus cair, padat, atau bubuk.Melalui artikel ini kami akan membantu Anda
dalam memilih racun tikus paling ampuh. Kami pun akan memberikan
rekomendasi racun tikus terbaik dari berbagai merek, seperti Mao Wang,
Dora, dan Kurato.

8.perangkap tikus
Perangkap tikus adalah jenis perangkap hewan khusus yang utamanya dirancang untuk
menangkap dan, biasanya, membunuh tikus. Perangkap tikus biasanya dipasang di dalam
ruangan . Perangkap yang lebih besar dirancang untuk menangkap spesies hewan lainnya,
seperti tupai atau hewan kecil atau hewan besar lainnya.

Burung
Aves adalah hewan yang termasuk ke dalam salah satu kelas yang
terdapat dalam sub filum vertebrata atau hewan bertulang belakang.

Burung merupakan hewan berdarah panas yang berkembang biak


dengan cara bertelur. Ciri ciri burung secara umum yaitu memiliki
tubuh yang tertutup bulu.

Menurut Campbell, dalam buku Biologi tahun 2004, hampir setiap


anatomi aves punya ciri khas yang termodifikasi dalam beberapa hal
untuk meningkatkan kemampuan terbangnya.

Mereka memiliki struktur tulang yang menyerupai sarang lebah,


sehingga membuatnya kuat dan ringan saat terbang. Uniknya,
mereka nggak punya beberapa organ yang membuat berat badannya
berkurang.

Misalnya, aves betina yang hanya memiliki satu ovarium dan


beberapa spesies yang nggak punya gigi, sehingga dapat
mengurangi bobot kepalanya.

Ciri ciri
berikut ini merupakan ciri-ciri burung menurut Lilis Suhaerah, dalam
buku Zoologi Vertebrata tahun 2016:

 Sebagian besar tubuhnya tertutup oleh bulu dan sebagian


kaki bagian bawah ditutupi sisik seperti halnya reptil.
 Memiliki leher dengan ruas tulang leher 13-25 buah.
 Mampu menghasilkan suara yang berasal dari siring
(bagian trakea).
 Tidak memiliki gigi, namun memiliki paruh.
 Merupakan hewan homoioterm atau berdarah panas yang
suhunya sedikit di atas 40 derajat Celcius.
 Memiliki sayap hasil modifikasi kaki depan.
Selain itu, ciri-ciri lainnya dari burung yaitu:

 Memiliki bermacam tipe kaki.


 Jantungnya terdiri dari empat ruang.
 Mata lebar.
 Cerebellum (otak kecil) berkembang dengan sangat baik.

Morfologi

Morfologi Burung
kategori Flora dan Fauna  / tanggal diterbitkan 10 Maret 2023 / dikunjungi: 2.14rb kali

Burung adalah hewan yang termasuk dalam kelas Aves atau avian. Mereka
memiliki ciri-ciri khas seperti sayap yang memungkinkan mereka terbang,
paruh yang digunakan untuk makan dan memburu mangsa, serta bulu
yang melapisi tubuh mereka dan memiliki banyak fungsi, seperti menjaga
suhu tubuh, menarik pasangan, dan menunjukkan status sosial. Ada lebih
dari 10.000 spesies burung yang diketahui di seluruh dunia, dengan
beragam ukuran, bentuk, warna, dan perilaku. Beberapa spesies burung
hidup di lingkungan air, seperti bebek dan angsa, sedangkan yang lainnya
hidup di lingkungan darat seperti ayam dan merpati. Ada juga burung yang
hidup di lingkungan hutan, seperti burung hantu dan burung merak.

Taksonomi burung berdasarkan Arctos Collaborative Collection


Management Solution (2018) adalah:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Burung berdasarkan susunan taksonominya terdiri dari 38 ordo yaitu
Struthioniformes, Rheiformes, Tinamiformes, Apterygiformes,
Casuariiformes, Anseriformes, Galliformes, Phoenicopteriformes,
Podicipediformes, Columbiformes, Pteroclidiformes, Mesitornithiformes,
Eurypygiformes, Phaethontiformes, Caprimulgiformes, Apodiformes,
Opisthocomiformes, Cuculiformes, Gruiformes, Otidiformes,
Musophagiformes, Gaviiformes, Sphenisciformes, Procellariiformes,
Pelecaniformes, Charadriiformes, Accipitriformes, Strigiformes, Coliiformes,
Leptosomatiformes, Trogoniformes, Bucerotiformes, Piciformes,
Coraciiformes, Coraciiformes, Falconiformes, Psittaciformes, dan,
Passeriformes (Lepage et al., 2014).

Jumlah jenis burung di Indonesi pada tahun 2018 adalah 1.771 jenis. Pada
tahun 2019 jumlah jenis burung di Indonesia meningkat menjadi 1.777
jenis. Jumlah jenis burung ini mencangkup jenis-jenis burung penetap
maupun burung migran. Penambahan jumlah jenis ini disebabkan adanya
perubahan taksonomi dan adanya catatan baru untuk daftar burung
Indonesia. Enam jenis yang merupakan catatan baru di Indonesia di
antaranya salah satu jenis burung perancah Eurasian Oystercatcher
Haematopus ostralegus (), poksai kepala-botak (Garrulax calvus), jenis
burung sikatan Zappey’s Flycatcher (Cyanoptila cumatilis), sikatan-burik
sulawesi (Muscicapa sodhii), cikrak rote (Phylloscopus rotiensis), dan kedidi
paruh-sendok (Calidris pygmaea). Beberapa diantaranya adalah jenis
burung migran yang pertama kali tercatat di Indonesia (Junaid, 2019).

Karakteristik Burung
Burung merupakan kelompok hewan yang memiliki karakteristik khas yaitu
dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu. Seperti halnya mamalia, burung
termasuk golongan hewan homoiotermal yang dapat mengatur dan
mempertahankan suhu tubuhnya guna penyesuaian diri dengan
lingkungannya. Burung berkembang biak dengan cara bertelur. Sebagian
besar burung melakukan pergerakan dengan terbang, tetapi ada juga
burung yang berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan
melompat, berjalan, merayap, berenang, dan meluncur (Iskandar, 2017).

Burung memiliki beberapa karakteristik tubuh yang memungkinkannya


dapat terbang diantaranya yaitu memiliki tubuh yang ditutupi oleh bulu
yang menumpuk dan anti air, memiliki rahang yang kuat, tidak memiliki
gigi, memiliki kerangka tubuh banyak terreduksi dan didukung oleh tulang-
tulang berlubang dan tulang-tulang yang berbentuk pipih. Selain itu,
burung juga memiliki susunan organ dalam tubuh yang tersusun tepat
dibagian sentral abdomen tubuh sehingga burung memiliki keseimbangan
yang baik. Burung juga memiliki saluran pencernaan yang pendek dan
kantong kemih yang tereliminasi (Pettingill, 1970).

Morfologi Burung
Morfologi burung terdiri dari beberapa bagian utama yaitu kepala, badan,
sayap dan ekor. Pemahaman dari bagian-bagian tubuh burung sangat
diperlukan dalam proses identifikasi burung. Identifikasi jenis burung
umum dilakukan dengan menganalisis karakteristik morfologi tubuh bagian
luar burung, sehingga pada proses melakukan identifikasi jenis burung
diperlukan pengetahuan mengenai istilah (terminologi) bagian-bagian
tubuh burung. Terminologi burung secara keseluruhan dapat dilihat dari
Gambar 1.

Gambar 1. Morfologi Burung, MacKinnon et al., 2010

Selain terminologi burung, dalam melakukan identifikasi juga perlu melihat


beberapa morfologi dari beberapa tipe dari bagian-bagian tubuh burung.
Adapun beberapa bagian tubuh burung biasanya dijadikan karakter
identifikasi adalah paruh, sayap, ekor, dan kaki burung.
Paruh Burung
Paruh burung merupakan salah satu ciri khas dari hewan ini. Paruh terdiri
dari dua bagian yang kuat dan keras, yang digunakan untuk mencabik-
cabik dan memotong makanan, membangun sarang, dan juga sebagai alat
pertahanan. Berbagai jenis burung memiliki bentuk dan ukuran paruh yang
berbeda-beda, yang disesuaikan dengan jenis makanannya. Misalnya,
burung pemakan biji-bijian seperti burung pipit dan burung kenari memiliki
paruh kecil dan tajam untuk memotong biji-bijian kecil, sedangkan burung
pemakan ikan seperti burung camar dan pelikan memiliki paruh besar dan
kuat yang digunakan untuk menangkap ikan di air.

Selain itu, paruh juga dapat memberikan petunjuk tentang perilaku dan
karakteristik burung tertentu. Misalnya, burung pemakan serangga seperti
burung merpati memiliki paruh pendek dan lebar, sementara burung
predator seperti burung elang memiliki paruh panjang dan tajam. Paruh
juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi, dengan beberapa jenis
burung menggunakan bentuk dan gerakan paruh untuk mengekspresikan
perasaan seperti agresi, kecemasan, atau keterikatan. Berdasarkan jenis
makanannya burung dapat terbagi menjadi beberapa golongan
diantaranya yaitu burung pemakan daging (karnivor), pemakan serangga
(insektivor), pemakan buah-buahan, pemakan madu, pemakan ikan atau
binatang air, dan pemakan campuran (omnivor) (Iskandar, 2017).
Ga
mbar 2. Paruh burung, Ali (1979)

Terdapat beberapa istilah paruh burung yang berkaitan erat dengan jenis
pakan yang dimakan oleh burung, dianataranya yaitu paruh pemotong
(cutting), paruh pencabik dan penusuk (tearing dan pearcing flesh),paruh
penghancur biji (seed crushing), paruh pencari madu (probing), paruh
pencari serangga pahat kayu (wood chiseling), paruh pencarimakan di area
berlumpur (mud probing), paruh penepis makanan pada area lumpur (a
sieve for strining mud), serta paruh pematuk dan penyambar ikan (gripping
fish) (Iskandar, 2017).

Ekor Burung
Ekor burung adalah bagian tubuh burung yang terletak di belakang
badannya. Ekor burung terdiri dari rangka tulang yang dilapisi oleh bulu-
bulu yang membentuk ekor burung. Bentuk dan ukuran ekor burung juga
bervariasi tergantung pada spesies burungnya. Ekor burung memiliki
banyak fungsi dalam kehidupan burung, seperti membantu dalam terbang
dan keseimbangan tubuh saat sedang mendarat atau mematikan
kecepatan terbang. Selain itu, ekor juga dapat digunakan untuk
menunjukkan status sosial burung, dengan burung jantan biasanya
memiliki ekor yang lebih panjang dan indah daripada burung betina.

Beberapa jenis burung memiliki ekor yang dapat diatur dan diubah
bentuknya untuk membantu dalam penerbangan. Misalnya, burung
pemakan serangga seperti burung layang-layang memiliki ekor yang tipis
dan panjang yang dapat dilipat ke atas dan ke bawah saat terbang,
sementara burung merpati memiliki ekor yang lebar dan bulat yang
membantu dalam manuver saat terbang. Pada beberapa spesies burung,
ekor juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi atau penampilan saat
kawin. Misalnya, burung merak memiliki ekor yang indah dan berwarna-
warni yang mereka tampilkan pada saat kawin untuk menarik perhatian
pasangan.

Ekor merupakan salah satu karakter dalam identifikasi burung. Ekor burung
terdiri dari bermacam-macam bentuk (Gambar 3). Beberapa karakteristik
dari ekor burung adalah berbentuk square, notched, forked, elongated
outer feathers, elongated outer feathers with rackets, elongated
centralfeathers, rounded, wedge-shaped, graduated, dan pointed (Iskandar,
2017).
Gambar 3. Tipe ekor burung, King dan Dickinson (1975)

Kaki Burung
kaki merupakan salah satu karakter identifikasi burung yang dapat
membantu mengenali spesies burung tertentu. Setiap spesies burung
memiliki bentuk dan ukuran kaki yang berbeda-beda, yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan lingkungan tempat burung tersebut hidup. Bentuk
dan ukuran kaki burung juga berhubungan dengan perilaku dan cara
hidupnya. Burung predator seperti burung rajawali memiliki kaki yang besar
dan kuat dengan cakar yang tajam untuk menangkap dan membunuh
mangsa mereka. Sementara itu, burung pemakan biji-bijian seperti burung
pipit memiliki kaki yang kecil dan ramping untuk berjalan di atas tanah atau
di antara rerumputan.

Selain itu, warna dan bentuk sisik-sisik pada kaki burung juga dapat
membantu mengenali spesies burung tertentu. Misalnya, burung merak
memiliki sisik-sisik kaki yang khas berwarna biru kehijauan yang
memudahkan untuk mengidentifikasi spesies ini. Karakteristik kaki burung
juga dapat memberikan petunjuk tentang habitat dan lingkungan tempat
mereka hidup. Burung laut seperti albatros dan penguin memiliki kaki yang
berselaput, sehingga mereka dapat berenang dengan baik di dalam air.
Sementara itu, burung yang hidup di atas pohon seperti burung nuri
memiliki kaki yang kuat dan berkuku panjang untuk dapat memanjat dan
berpegangan pada ranting-ranting pohon

eberapa macam bentuk kaki burung yaitu perching, gasping and starking
prey, climbing, clinging, running, leaf-walking, dan swimming (Gambar 4).

Gambar 4. Tipe kaki burung, Ali (1979)

Menurut (Tamam,2016) kaki pada burung memiliki tipe yang berbagai


macam diantaranya:

 Kaki dengan tipe bertengger, dibedakan menjadi beberapa macam,


misalnya:?Passerine:hallux yang melekat dengan jari-jari lain. pada
Zygodactyla: terdapat 2 jari jari kedepan, dan 2 yang lain posisi ke
belakang
 Kaki dengan tipe?berjalan, pada hallux terangkat sehingga
kedudukannya lebih tinggi dari pada yang lainnya
 Kaki dengan tipe berenang: tipe kaki ini dibedakan atas berbagai
macam misalnya pada,Palmata: 3 jari depannya dihubungkan oleh
selaput ke 1 bebas. Pada Totipalmata: pada keempat jarinya
dihubungkan dengan selaput yang halus .

Kepala Burung
Menurut Tamam (2016) Kepala burung terdiri dari beberapa bagian organ
yang diantaranya:

 Terdapat Lubang atau nures yang terletak pada bagian paruh atas
 Terdapat sera atau cere , yang merupakan pangkal paruh atasnya
tidak berbulu, dan ini menjadi tempat hidung yang berupa tonojolan
kulit
 Kulit yang berbulu halus mengelilingi mata
 Disudut mata terdapat membran niktitans yang bisa di tarik ketika
menutup mata
 Terdapat lubang telinga yang tidak memiliki daun telinga dan
posisinya terletak dosdokaudal mata serta didalamnya terdapat
membran timpani.
 Terdapat paruh (rostum) yang terbagi menjadi dua bagian atas dan
bawah dan tanduk adalah bahan pembentukannya .

Pada paruh burung memiliki bentuk yang berkarakteristik dari kehidupan


spesies burung. Salah satu kegiatan Makan, membangun sarang, dan
mempertahankan diri adalah termasuk fungsi utama dari paruh tersebut .
(Corbeil dan archault, 2009). hal ini lah yang membuat”paruh-paruh burung
yang”beragam dapat membuat?burung hidup berdampingan”tanpa
persaingan besar terhadap makanan (Scott, 2010).

Burung memiliki bagian mulut yang terproyeksi sebagai”paruh (Rostrum)


hal ini terbentuk oleh Maxila di bagian mulut atas dan mandibula dibagian
mulut bawah. Bagian?luarnya dilapisi oleh pembungkus zat tadukkan salah
satunya pada jenis kelompok burung Neornithes yang tidak bergigi. kulit
melapisi tubuh ,”pada kulit terdapat bulu, bulu ini lah yang disebut derivat
epidermis bentuk yang ringan, fleksibel, dan sebagai pembungkus
tubuh”yang sangat resisten (Jasin, 1992).
Gambar 5. Tipe kepala burung, wikimedia.org

Sayap Burung
Kebanyakan burung tulang tulangnya memiliki struktur internal yang mirip
sarang lebah dan terisi dengan udara. Bulu pada burung terdiri dari batang
pusat yang terisi udara, bulu halus”(vane) adalah helaian tempat
tumbuhnya . helaian ini tersusun atas barbus yang memiliki cabang-cabang
kecil, atau bisa disebut barbula. Burung terdapat bulu kontur dan bulu
halus. Bulu pada kontur yaitu bulu yang kaku, dan berbentuk acrodinamis
pada sayap dan tubuhnya. Hal ini mengakibatkan barbulanya memiliki kait
yang terkait ke barbula pada barbus yang bersebelahan. Saat
membersihkan bulu, burung menyusuri setiap bulu kontur dengan
paruhnya, membetulkan posisi kait dan menyatukan barbus menjadi bentuk
yang tempat. Sedangkan pada bulu halus tidak memiliki kait, dan susunan
barbusnya bebas menghasilkan bulu yang sangat halus yang menyediakan
insulasi dengan memerangkap udara (Campbell, jilid 2, 2008)

Terbang adalah adaptasi pada burung yang paling jelas yang digerakkan
oleh sayap dan bulunya. Bulu pada burung terbuat dari protein β-keratin,
dan ditentukan juga pada sisik reptil lain. Bentuk dan?susunan bulu nya
membentuk sayap menjadi airfoil- permukaan inilah yang menghasilkan
gaya angkat di udara, dan ilustrasi nya seperti aerodinamika,sayap pada
bagian pesawat terbang. Energi untuk mengepakkan sayap nya berasal dari
kontraksi otot-otot pektoral (dada) yang besar dan terhambat di sternum
(tulang lunas dada). (Campbell, jilid 2, 2008)

Gambar 6. Sayap Burung, Mackinnon, 2010

Persebaran Burung
Burung secara umum dapat ditemukan tersebar di berbagai kawasan di
dunia. Burung dapat ditemukan di daerah pedesaan, kota, atas permukaan
laut, puncak-puncak gunung yang dingin, hingga di daerah-daerah yang
bersuhu panas (Iskandar, 2017). Berdasarkan pembagian zoogeografi
persebaran jenis-jenis burung di Indonesia dapat dibedakan menadi 3
kelompok besar, yaitu jenis-jenis burung khas di kawasan Indonesia Barat,
kawasan Indonesia Timur, dan daerah-daerah peralihan di Indonesia. Di
kawasan Indonesia bagian barat seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan
Bali memiliki jenis-jenis burung yang hampir sama dengan jenis-jenis
burung di daratan Asia. Sementara itu, di kawasan Indonesia bagian timur
seperti Papua memiliki jenis-jenis burung yang hampir serupa dengan
burung-burung yang ada di Australia. Sedangkan, di daerah-daerah
peralihan seperti Sulawesi dan Maluku memiliki jenis-jenis burung khas
yang berbeda dengan jenis-jenis burung yang ditemukan di kawasan
Indonesia bagian barat dan kawasan Indonesia bagian timur (Iskandar,
2017).
Siklus

Habitat Burung
Habitat burung adalah lingkungan atau tempat tinggal alami di mana
burung tersebut dapat ditemukan dan hidup. Setiap spesies burung
memiliki preferensi habitat yang berbeda-beda, yang ditentukan oleh
kebutuhan makanan, perlindungan dari predator, tempat berkembang biak,
dan faktor lingkungan lainnya.

Berikut adalah beberapa contoh habitat burung:

1. Hutan: Beberapa spesies burung hidup di hutan atau hutan tropis


seperti burung merpati, burung hantu, dan burung kakatua.
2. Pantai dan lautan: Burung pelikan, camar, dan bangau sering
ditemukan di dekat pantai dan laut.
3. Padang rumput dan padang gurun: Burung pemakan serangga
seperti burung layang-layang dan burung kicau seperti burung pipit
sering hidup di padang rumput dan padang gurun.
4. Danau dan sungai: Burung air seperti angsa, bebek, dan burung
camar biasanya hidup di sekitar danau dan sungai.
5. Perkotaan: Beberapa spesies burung seperti burung merpati dan
burung gagak dapat ditemukan di kota dan area perkotaan.
Habitat burung dapat pula diartikan sebagai suatu alamat tempat burung
tersebut dapat ditemukan. Pada umumnya habitat burung berkaitan
dengan relung (niche) burung tersebut pada habitatnya (Iskandar, 2017).
Pada umumnya habitat burung merupakan suatu tempat yang sesuai
dengan persyaratan untuk hidup jenis burung tersebut. Habitat burung
dapat berupa tempat untuk mencari makan, tempat untuk berbiak, dan
tempat untuk bersarang seerta tempat perlindungan diri dari amcaman
bahaya (Iskandar, 2017).

Daerah untuk mencari makan bagi anekaragam jenis burung dapat


bermacam-macam. Hal terrsebut antara lain tergantung dari jenis pakan,
kebiasaan makan, dan cara makan burung tersebut. Selain itu kebiasaan
makan dan pemilihan pakan burung biasanya berkaitan erat dengan bentuk
bagian-bagian tubuh burung, terutama bagian paruh dari burung (Iskandar,
2017). Daerah untuk berbiak bagi jenis-jenis burung sangat khas. Hal
tersebut berkaitan erat dengan tempat dimana burung membuat sarang
atau tempat burung menyiapkan tempat berbiak. Selain itu, kebiasaan
burung dapat juga menentukan tempat berbiaknya (Iskandar, 2017).

Klasifikasi

Superkerajaan Eukaryota

Kerajaan Animalia

Filum Chordata

Superkelas Tetrapoda

Kelas Aves 

Galliformes (Unggas)

Ordo pertama yang akan gue bahas adalah Galliformes atau


perunggasan. Ciri-ciri burung jenis ini adalah memiliki kemampuan
terbang yang terbatas. Mereka memiliki tubuh yang bulat.
Contoh Galliformes: Meleagris gallopavo (kalkun).

Casuariiformes (Kasuari)

Kedua, ada ordo Casuariiformes. Dari


namanya udah kelihatan nih kira-kira anggotanya siapa, iya gak?
Anggota ordo ini merupakan burung-burung yang berukuran besar.

Contoh Casuariiformes: Casuarius casuarius (burung kasuari)


dan Dromaius novaehollandiae (emu).

Passeriformes (Aves Penyanyi)

Selanjutnya, ada ordo Passeriformes yang anggotanya suka banget


bernyanyi atau berkicau nih. Kicauannya udah pasti merdu banget!
Hampir 60% aves masuk dalam ordo ini.

Mereka memiliki perkembangan organ vokal dengan baik, mereka


juga suka bertengger dan saat masih muda, burung ini sangat
tergantung pada induknya.

Contoh Passeriformes: Gracula religiosa (beo).

Strigiformes (Aves Hantu)

Waduh, apa itu aves hantu? Jadi, ordo yang satu ini beranggotakan
burung hantu. Mereka termasuk hewan nokturnal (aktif pada malam
hari) dan memiliki kaki serta paruh yang kuat.

Bulu mereka juga sangat halus lho, guys. Selain itu, ekornya juga
pendek, kepala besar dengan mata besar yang mengarah ke depan,
dan cakar tajam.

Contoh Strigiformes: Strix sp (burung hantu hutan).

Psittaciformes (Aves Nuri)


Anggota dari ordo Psittaciformes memiliki ciri-ciri bertubuh besar,
memiliki paruh yang kuat untuk memecah biji bijian dan organ vokal
yang baik.

Contoh Psittaciformes: Cacatua galerita (kakatua berjambul)


dan Pionus menstruus (betet kepala biru).

Falconiformes (Aves Pemangsa)

Nah, buat yang dari tadi menunggu burung pemangsa, ini dia nama
ordonya. Ciri-ciri burung pemangsa ini yaitu memiliki paruh bagian
atas dan ujung yang tajam serta melengkung ke bawah, pada
pangkalnya terdapat cera.

Selain itu, mereka termasuk hewan pemakan daging (karnivora) dan


aktif pada siang hari.

Contoh Falconiformes: Haliaeetus leucocephalus (elang kepala


botak) dan Aquila chrisaetos (rajawali emas).

Columbiformes (Aves Merpati)

Ordo yang satu ini merupakan ordo para burung merpati atau dara.
Mereka memiliki ciri ciri bertengger, tubuh yang bulat dan gemuk.

Contoh Columbiformes: Goura cristata (dara mahkota elok)


dan Geopelia striata (perkutut).

Ciconiiformes (Aves Bangau)

Terakhir, ada ordo Ciconiiformes. Anggota ordo ini memiliki ciri-ciri


berkaki panjang dan tubuh yang besar.

Contoh Ciconiiformes: Mycteria leucocephala (bangau) dan Egretta


alba (kuntul putih besar).

Burung gereja
Burung gereja disebut juga burung pingai adalah jenis burung pipit kecil yang berasal dari
keluarga Passeridae. Burung gereja mendiami kota-kota dalam jumlah yang sangat besar.
[1]
 Sparrow merupakan burung yang jinak dari semua burung liar dan memiliki tingkat adaptasi
yang tinggi terhadap lingkungannya seperti perubahan kondisi cuaca, ketersediaan pakan
maupun predator. Oleh karena itu, burung gereja dianggap sebagai burung yang tidak takut
didekat manusia atau disebut human dominated ecosystem.[2] Tak heran, jika jenis ini paling
banyak dijumpai di kota-kota besar Indonesia.Pada umumnya, burung gereja berbentuk kecil,
berwarna cokelat-kelabu, gemuk, berekor pendek, dan memliki paruh yang kuat.[1] Makanan
burung ini adalah biji dan serangga kecil.[1] Pada awalnya, sparrow berasal dari Eropa, Afrika,
dan Asia, kemudian burung ini disebarkan ke Australia dan Amerika oleh penduduk.[1] Saat
ini House Sparrow (jenis burung gereja) lebih banyak ditemukan Amerika Utara, Australia,
dan Amerika Selatan.[1]

. Burung gereja (Passer


montanus)
Burung gereja memiliki ciri-
ciri ukurannya yang mini
sekitar 10 - 19 cm,
ukuran burung jantan lebih
besar daripada burung
betina, warna burung jantan
lebih coklat tua. Warna mata
yaitu kecoklatan sedangkan
warna keabu-abuan pada
paruh. Terdapat warna hitam
dan putih di pipi dan
kakinya berwarna coklat.
Biasanya burung gereja
banyak ditemukan di bangunan
rumahdan pepohonan
. Burung gereja (Passer
montanus)
Burung gereja memiliki ciri-
ciri ukurannya yang mini
sekitar 10 - 19 cm,
ukuran burung jantan lebih
besar daripada burung
betina, warna burung jantan
lebih coklat tua. Warna mata
yaitu kecoklatan sedangkan
warna keabu-abuan pada
paruh. Terdapat warna hitam
dan putih di pipi dan
kakinya berwarna coklat.
Biasanya burung gereja
banyak ditemukan di bangunan
rumahdan pepohonan
. Burung gereja (Passer
montanus)
Burung gereja memiliki ciri-
ciri ukurannya yang mini
sekitar 10 - 19 cm,
ukuran burung jantan lebih
besar daripada burung
betina, warna burung jantan
lebih coklat tua. Warna mata
yaitu kecoklatan sedangkan
warna keabu-abuan pada
paruh. Terdapat warna hitam
dan putih di pipi dan
kakinya berwarna coklat.
Biasanya burung gereja
banyak ditemukan di bangunan
rumahdan pepohonan
Burung gereja (Passer montanus) Burung gereja memiliki ciri-ciri ukurannya yang
mini sekitar 10 - 19 cm, ukuran burung jantan lebih besar daripada burung
betina, warna burung jantan lebih coklat tua. Warna mata yaitu kecoklatan
sedangkan warna keabu-abuan pada paruh. Terdapat warna hitam dan putih di
pipi dan kakinya berwarna coklat. Biasanya burung gereja banyak ditemukan di
bangunan rumahdan pepohonan

cara Pengendalian

Cara pengendalian terhadap hama dari burung-burung tersebut diatas pada


tanaman padi di sawah yaitu menggunakan burung elang yang merupakan
predator daripada burung-burung tersebut. Biasanya juga para petani
menggunakan orang-orangan sawah yang dipasang di beberapa sisi sawahnya.
Selain itu, para petani juga biasanya menggunakan kaleng-kaleng bekas. Kaleng
bekas berguna untuk menghasilkan suara yang membuat burung takut. Ada pula yang
menggunakan plastik bekas yang dirobek sehingga plastic bergerak-gerak ketika
diterpa angin, atau juga memasang penangkap jarring di sekeliling sawah. Dengan
bersorak-sorak atau berjalan mengelilingi sawah untuk mengusir sekolompok
burung juga biasanya dilakukan para petani untuk melindungi padi di sawahnya.

Siput
Siput adalah nama umum yang diberikan untuk anggota kelas moluska Gastropoda (hewan
berkaki perut). Dalam arti sempit, "siput" adalah gastropoda yang memiliki cangkang bergelung
pada tahap dewasa. Dalam arti luas, yang juga menjadi makna "Gastropoda", mencakup siput
dan siput telanjang (siput tanpa cangkang, dalam bahasa Jawa dikenal sebagai resrespo). Kelas
Gastropoda menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesies anggotanya
setelah Insecta (serangga). Habitat, bentuk, tingkah laku, dan anatomi siput pun sangat
bervariasi di antara anggota-anggotanya.
Siput dapat ditemukan pada berbagai lingkungan yang berbeda: dari parit hingga gurun, bahkan
hingga laut yang sangat dalam. Sebagian besar spesies siput adalah hewan laut. Banyak juga
yang hidup di darat, air tawar, bahkan air payau. Kebanyakan siput merupakan herbivora,
walaupun beberapa spesies yang hidup di darat dan laut dapat
merupakan omnivora atau karnivora predator. Beberapa contoh Gastropoda
adalah bekicot (Achatina fulica), siput kebun (Helix sp.), siput laut (Littorina sp.) dan siput air
tawar (Limnaea sp.)

Siklus hidup Siput


Siput berkembang biak dengan kawin dan bersifat hemaprodit, tetapi tidak mempu melakukan
autofertilisasi. Alat reproduksinya disebut ovotestis, yaitusuatu badan penghasil ovum dan
sperma. Sperma yang dihasilkan akan diteruskanke saluran sperma., ditampung dalam kantung
sperma dan dikeluarkan melaluialat kawin. Sedangkan sel telur yang dihasilkan akan diteruskan
ke saluran telur,reseptakel seminal, dan akhirnya keluar melalui lubang kelamin. Kemudian untuk
telur yang dibuahi akan terlindung oleh cangkang kapur, diletakkan di atas bebatuan atau
sampah. Karena pengaruh suhu lingkungan, telur akan menetas.Telur akan menetas dalam
jangka waktu satu hingga dua minggu sejak dikeluarkan. Ketika menetas anak-anak siput yang
masih kecil akan langsung jatuh, pada fase ini sebenarnya kondisi siput dalam keadaan lemah.
Selai belum bisamencari makanan, meraka juga belum dapat berpindah tempat sendiri, dan
jugasangat mudah untuk di mangsah oleh binatang yang lain. Akan tetapi yang perludi ingat,
meskipun secara fisik mereka belum bisa berpindah tempat sndiri, justrufase itulah siput bisa
menyebar ke berbagai wilayah dengan cepat dalm jumlahyang banyak

Morfologi

Siput mempunyai bentuk morfologis cukup kecil dengan panjang 3-


5 mm, warna coklat tua agak kehitaman, bersifat amfibi dan
merupakan hospes perantara dari cacing shistosoma. Tingkat
prevalensi schistosomiasis pada manusia masih cukup tinggi yaitu
>2%.
Gejala
Gejala serangan hama siput adalah munculnya lubang bulat di
tengah daun. Populasi siput mencapai 8,21 – 44,90 individu.
Intensitas serangan hama siput bervariasi, dari serangan ringan
(21-40%) ke serangan sedang (41-60%). Pola sebaran hama siput
adalah mengelompok.
Cara pengendalian
ara Pengendalian Hama Siput
Untuk menghindari hal tersebut, perlu dilakukan pengendalian secara tepat.  Teknik pegendaliannya
bisa dilakukan secara organik, dengan bahan-bahan alami yang sudah tersedia dirumah. Minfarm
bakal kasih tau cara pengendalian siput yang efektif.

1. Pindahkan Dengan Tangan

Cara yang paling mudah agar tanaman tidak terserang hama siput adalah dengan memindahkan
siput ke tempat yang jauh dari tanaman. Caranya kalian dapat memasukkan siput dalam wadah,
kemdian buang menjauhi tanaman dan rumah. Cara ini memang sedikit menjijikan bagi sebagain
orang, namun teknik ini paling sederhana.

2. Penyemprotan Larutan Bawang Putih

 
Untuk membasmi hama siput kalian dapat menyemprotnya menggunakan larutan bawang putih.
Cara pembuatanya yaitu dengan menghancurkan 3 siung bawang putih dan rendam ke dalam 1
sendok makan minyak sayur selama satu malam. Setelah itu saring cairan yang dihasilkan bawang
putih dan minyak sayur, kemudian campur dalam 1 lter air. Jangan lupa untuk menambahkan air
sabun sebanyak 1 sendok teh, lalu aduk hingga merata.

3. Menaburkan Cangkang Telur


Penggunaan cangkang telur pada media tanam bisa menjadi penghalang kedatangan hama siput.
Tekstur cangkang telur yang kasar dan tajam akan membuat siput merasa kurang nyaman ketika
melewatinya.

4. Menaburkan Garam

Cara mudah menyingkirkan siput adalah dengan menaburkan garam pada bagian tubuh siput. Hal ini
Karen siput yang terkena garam dapat membuat air dari sel kulitnya keluar dalam jumlah banyak,
sehingga siput akaan kekurangan cairan. Saat kekurangan cairan tersebut siput perlahan akan mati.

5. Memasang Predator
Ternyata banyak hewan lain tertarik untuk menjadikan siput sebagai makanannya. Siput merupakan
makan lezat bagi predator seperti kadal, kodok, burung, unggas. Kalian dapat memancing predator
tersebut untuk masuk ke dalam kebun. Pastikan predator yang kalian undang dalam pengawasan.

Keong mas

Keong mas (Pomacea canaliculata L) berasal dari amerika selatan


tropis dan subtropics, keong mas ini merupakan hama padi yang
serius di asia tenggara dan asia timur karena merusak bibit padi
muda.
Klasifikasi

Morfologi

bentuk cangkang keong mas hampir mirip dengan siput sawah


yang disebut gondang, bedanya cangkang keong mas berwarna
kuning keemasan hingga coklat transparan serta lebih tipis.
Ciri Morfologi keong mas. Bentuk cangkang keong mas hampir mirip dengan siput sawah yang
disebut gondang, bedanya cangkang keong mas berwarna kuning keemasan hingga coklat
transparan serta lebih tipis. Dagingnya lembut berwarna krem keputihan sampai merah keemasan
atau oranye kekuningan, besarnya kurang lebih 10 cm dengan diameter cangkang 4-5 cm. Bertelur di
tempat yang kering 10-13 cm dari permukaan air, kelompok telur memanjang dengan warna merah
jambu seperti buah murbai karena itu disebut siput murbai, panjang kelompok telur 3 cm lebih,
lebarnya 1-3 cm, dalam kelompok besarnya 4,5-7,7 mg ukuranya 2,0 mm (Balai Informasi Pertanian,
1990/1991). Menurut Halimah dan Ismail (1989), ciri-ciri keong mas secara garis besar adalah
sebagai berikut: cangkangnya berbentuk bulat mencapai tinggi lebih dari 10 cm, berwarna
kekuningan. Pada mulut cangkang keong mas terdapat operculum yang bentuknya bulat berwarna
coklat kehitaman pada baian luarnya dan coklat kekuningan pada bagian dalamnya. Pada bagian
kepala terdapat dua buah tentakel sepasang terletak dekat dengan mata lebih panjang dari pada
dekat mulut. Kaki lebar berbentuk segitiga dan mengecil pada bagian belakangnya, mereka dapat
hidup pada perairan yang deras dengan komponen utama tumbuhan air dan bangkai.

Keong Mas (P. canaliculata) memiliki rumah siput besar, bundar, tebal, dengan menara
pendek. Pada rumah siput terdapat lima hingga enam putaran di dekat menara dengan
kanal yang dalam. Memiliki mulut yang besar dengan betuk bulat hingga oval. Operculum
tebal dan rapat menutupi bagian mulut, berwarna cokelat hingga kuning muda tergantung
pada tempat berkembangnya. P. canaliculata memiliki daging yang lunak, berwarna putih
krem atau merah jambu keemasan, atau kuning oranye. Genitalia jantan juga dapat
dipergunakan untuk menentukan spesies keong mas dengan lebih akurat. Operculum betina
permukaannya cekung dengan tepi mulut rumah siput melengkung ke bagian dalam.
Sebaliknya operculum jantan permukaannya cembung dan bagian tepi rumah siput
melengkung ke bagian luar.

Gejala serangan

Gejala gerigitan pada tepi daun seperti gerigitan akibat serangan belalang.

Siklus hidup keong mas tergantung pada temperatur, curah hujan, serta ketersediaan air
dan makanan. Siklus hidup P. canaliculata relatif pendek, yaitu sekitar tiga bulan dan dapat
bereproduksi sepanjang tahun. Jika makanan kurang, siklus hidupnya menjadi panjang dan
hanya bereproduksi pada musim semi atau awal musim panas. P. canaliculata dapat hidup
sekitar 2-6 tahun dengan tingkat keperidian yang tinggi. Telur P. canaliculata diletakkan
secara berkelompok pada tumbuhan, pematang, ranting, dsb. Kelompok-kelompok telur
tersebut berwarna merah muda menyerupai buah murbai. Warna kelompok telur tersebut
akan berubah menjadi lebih muda pada saat menjelang menetas. Stadium telur berlangsung
selama 8-14 hari. Daya tetas telur biasanya akan berkurang jika telur terkena air.
Siklus hidup

Anda mungkin juga menyukai