Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. OPT dan Pengendalian OPT Pada Tanaman Padi

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting
dalam peradaban manusia. Padi merupakan sumber pangan utama, sebagian besar penduduk
Indonesia mengonsumsi olahan padi. Oleh karena itu budidaya tanaman padi dilakukan
secara besar-besaran di berbagai daerah di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan, ketahanan,
dan permintaan pangan. Usaha meningkatkan produksi padi secara nasional sudah berjalan
lebih dari 40 tahun dihitung sejak program Bimas Gotong Royong yang diterapkan di
kawasan pantura melalui teknologi tri usaha tani berupa penggunaan varietas unggul PB5 dan
PB8, pemupukan, dan penyemprotan hama dari udara. Usaha tersebut berhasil meningkatkan
produksi beras menjadi 11-12,5 juta ton pada era tahun 1960-an akhir sampai awal 1970-an
pada panca usaha tani. Sejak tahun 1989 dikembangkan program pengendalian hama terpadu
(PHT) dan program ini telah membawa Indonesia diakui oleh dunia internasional karena
berhasil mengembangkan pengendalian terpadu padi. Tahun 1998 Indonesia mengalami
reformasi politik sehingga pengendalian terpadu yang programnya di titipkan kepada
program Bimas seakan mati suri dan sampai sekarang (2013) tampaknya belum siuman. Hal
ini mengakibatkan kecenderungan pengendalian hama dan penyakit padi menjadi kurang
terkoordinasi.

Organisme pengganggu tanaman (OPT) yang mengganggu tanaman padi cukup


menonjol sejak awal masa pertumbuhan sampai dengan menjelang panen bahkan pasca
panen. Gangguan atau serangan pada setiap tahap pertumbuhan tanaman padi akan
berpengaruh pada tingkat yang berbeda-beda mulai dari penurunan hasil sampai puso. Oleh
karena itu kita mesti jeli dalam memperhatikan peran-peran OPT di daerah kita masing-
masing tentang status OPT-nya. Di dalam makalah ini saya hanya membatasi hama dan
organisme penyebab penyakit yang dibahas sebagai OPT tanaman padi, sedangkan gulma
sebagai OPT tanaman padi mungkin akan dibahas di lain makalah dan lain penulis.

Meskipun dalam satuan luasan yang relatif sempit, akhir-akhir ini di provinsi
Bengkulu muncul hama yang outbreak di pertanaman padi dan mungkin penyakit yang
kurang termonitor. Sebagai contoh bulan Juni 2012 hama wereng menyerang tanaman padi di
desa Tunggang kecamatan Lebong Utara warga mengeluh akibat racun yang disemprotkan

1
tidak mempan. Bulan Februari 2013 terdapat lebih dari 40 hektare padi sawah milik petani di
desa Taba Terunjam, Kecamatan Karang Tinggi, Kabupaten Bengkulu Tengah diserang ulat
gerayak dan tiga bulan yang lalu (Maret 2013) puluhan hektare tanaman padi di desa Kota
Baru Kecamatan Uram Jaya, Lebong diserang hama ulat putih. Sedikit contoh tersebut
mengingatkan kepada kita semua bahwa kita mesti waspada dan berkoordinasi untuk
mengendalikannya dengan prioritas mencegah kerugian petani. Menurut BPS pertanian tahun
2010, produksi padi di Bengkulu sebanyak 516 868 ton dari luasan panen hasil 133.629 ha.
atau rata-rata produksinya 3,9 ton/ha yang di bawah rata-rata produksi nasional 5 ton/ha.
Rendahnya rata-rata produksi padi di Bengkulu dapat juga diakibatkan oleh faktor
pengendalian OPT-nya.

Kalau boleh saya meminjam istilah epidemiologi penyakit tanaman, ada tiga
kelompok OPT yang sering kita tempatkan pada status OPT utama atau dijadikan sasaran
utama di dalam pelaksanaan pengendalian OPT. Kelompok pertama OPT yang terdapat
merata dan terjadi terus menerus di setiap musim tanam (endemik), kedua OPT yang hanya
terdapat di sana-sini dan kurang meningkat (sporadik)tetapi akan sangat meningkat
jika dipicu oleh lingkungan mencekam dan ketiga adalah OPT migran yang di daerah asal
menimbulkan outbreak (epidemi). Contoh OPT endemik misalnya Helmintosporium
oryzae atau Desclera oryzae penyebab penyakit bercak coklat dan wereng
coklat (Nilaparvata lugens), Contoh OPT sporadik misalnya jamur Pyricularia
oryzea penyebab penyakit blast, Ulat grayak (Spodoptera mauritia), ulat putih (Nymphula
depunctalis), tikus sawah (Rattus argentiventer), tikus semak (R exulans) dan walang
sangit (Leptocorisa acuta), sedangkan contoh OPT migran misalnya keong mas (Pomace
canaliculata), bakteri daun bergaris (Leaf streak Xanthomonas oryzae pv. oryzicola).

Pengendalian yang ditujukan kepada adanya keseimbangan umum merupakan


jawaban dari segala permasalahan yang kompleks dalam masalah hama dan penyakit
tanaman padi yang selama ini pengendaliannya masih banyak mengandalkan pestisida kimia
yang merusak alam. Pengendalian menuju keseimbangan umum merupakan suatu sistem
pengendalian yang baik dimana tidak dari segi keampuhan membunuh atau mengusir OPT
saja melainkan juga memperhatikan aspek ekologis. Pertanyaan petani yang berhubungan
dengan “racun apa yang dapat mengendalikan hama X dan penyakit Y ?’ atau rekomendasi
PPL yang menganjurkan penggunaan pestisida tertentu untuk menjawab pertanyaan petani
tersebut merupakan bukti bahwa pengendalian hama dan penyakit sampai sekarang masih
mengandalkan aspek membunuh pengganggu yang kurang mempertimbangkan aspek

2
ekologisnya. Berikut ini adalah beberapa OPT yang sering dijadikan sasaran utama
pengendalian OPT tanaman padi:

1. Penyakit blas (Pyricularia grisea) gejalanya dapat timbul pada daun, batang, malai,
dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan pada leher malai. Gejala pada
daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing.
Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi
coklat atau coklat kemerahan. Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung
tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah
patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak
kecil yang bulat.Tingkat keparahan penyakit blas sangat dipengaruhi oleh kelebihan
nitrogen dan kekurangan air. Oleh karena itu pengendalian blast yang berkaitan
dengan pencegahan dapat dilakukan dengan pemupukan yang seimbang dan mengatur
kebutuhan air oleh tanaman. Patogen blast sangat mudah membentuk ras baru
sehingga pengendalian dengan penggunaan varietas yang semula tahan akan menjadi
rentan setelah ditanam beberapa musim dan varietas yang tahan di satu tempat
mungkin rentan di tempat lain.
2. Penyakit bercak daun coklat disebabkan oleh jamur Helminthosporium
oryzae atau Desclera oryzaebergajala khas yaitu bercak coklat pada daun berbentuk
oval yang merata di permukaan daun dengan titik tengah berwarna abu-abu atau
putih. Bercak yang masih muda berwarna coklat gelap atau keunguan berbentuk bulat.
Pada varietas yang peka panjang bercak dapat mencapai panjang 1 cm. Pada serangan
berat, jamur dapat menginfeksi gabah dengan gejala bercak berwarna hitam atau
coklat gelap pada gabah.Perkembangan penyakit sangat erat hubungannya dengan
keadaan hara tanah khususnya nitrogen, kalium, magnesium, dan mangan, sehingga
penyakit ini dapat lebih berkurang jika tanaman dipupuk dengan pupuk mikro.
3. Penyakit bercak daun cercospora sering disebut bercak coklat sempit (narrow brown
leaf spot) disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae. Penyakit bercak daun
cercospora merupakan penyakit yang sangat merugikan terutama pada sawah tadah
hujan. Gejala penyakit timbul pada daun berupa bercak-bercak sempit memanjang,
berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun, dengan ukuran panjang
kurang lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm. Banyaknya bercak makin meningkat pada
waktu tanaman membentuk anakan. Pada serangan yang berat bercak-bercak terdapat
pada upih daun, batang, dan bunga. Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat
mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat menyebabkan daun

3
mengering. Infeksi yang terjadi pada pelepah dan batang meyebabkan batang dan
pelepah daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah. Pengendalian penyakit bercak
daun cercospora diprioritaskan dengan penanaman varietas tahan dan perbaikan
kondisi tanaman melalui keseimbangan pemupukan N, P, dan K.
4. Wereng hijau (Nephotettix virescens) umumnya tidak langsung merusak tanaman
padi, tetapi bertindak sebagai penular atau vektor penyakit virus tungro.
5. Wereng coklat (Nilaparvata lugens) memiliki tingkat kemampuan reproduksi yang
tinggi jika keseimbangan populasinya terganggu oleh penanaman varietas peka,
perubahan iklim (curah hujan), maupun kesalahan aplikasi insektisida yang
menyebabkan resurjensi hama. Pengendalian wereng coklat harus dimulai sebelum
tanam. Di daerah endemis wereng coklat, pada musim hujan harus ditanam varietas
tahan wereng coklat. Gunakan berbagai cara pengendalian, mulai dari penyiapan
lahan, tanam jajar legowo dan penggunaan insektisida.
6. Walang sangit (Leptocorisa acuta) hanya menyerang tanaman yang sudah
berbulir dengan cara menghisab butir-butir padi yang masih sangat muda. Biji yang
sudah dihisap akan menjadi hampa atau agak hampa, yang kemudian kulit biji akan
berwarna kehitam-hitaman. Faktor yang mendukung yang mendukung populasi
walang sangit antara lain sawah sangat dekat dengan hutan atau semak dan populasi
gulma di sekitar sawah cukup tinggi.Pengendalian pencegahannya dilakukan
penangkapan menggunakan unmpan bangkai (kepithing, katak, tikus dll) pada saat
tanaman menjelang bunting.
7. Keong mas (Pomace canaliculata) merupakan hama baru yang penyebarannya cukup
luas. Kerusakan terjadi ketika tanaman masih muda karena mereka memotong
pangkal batang. Pengendalian yang efektif adalah dengan mengambilnya beserta
kumpulan telornya dari lahan selagi populasinya masih rendah.
8. Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan hama perusak daun yang mempunyai
kisaran inang yang luas. Tanaman inangnya antara lain jagung, tomat, kapas,
tembakau, padi, kakao, jeruk, ubi jalar, kacang tanah, jarak, kedelai, kentang, dan
kubis. Pengendalian ulat grayak agak sulit dilakukan karena seringkali serangan
terjadi secara mendadak dan tidak diduga sebelumnya. Untuk mengendalikan ulat
grayak diantaranya yaitu dengan pengendalian secara mekanis dan fisik yaitu dengan
mengumpulkan kemudian membinasakan kelompok telur dan ulat yang ada di
pertanaman. Pengambilan ini jangan sampai terlambat, sebab apabila ulat telah besar
mereka akan bersembunyi di dalam tanah.

4
9. Penggerek batang merusak tanaman padi pada berbagai fase pertumbuhan. Umumnya
ada 4 jenis penggerek batang padi, yaitu penggerek batang padi kuning (Tryporyza
incertulas), penggerak batang padi bergaris (Chilo suppressalis), penggerek batang
padi putih (Tryporyza innotata), dan penggerek batang padi merah jambu (Sesamia
inferens). Kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh semua jenis hama penggerek
batang adalah sama, yaitu matinya pucuk tanaman pada stadia vegetatif (sundep) dan
malai yang keluar hampa pada stadia generatif (beluk). Pengendalian mekanis dapat
dilakukan dengan penangkapan ngengat jantan dengan memasang perangkap
feromon, mengambil kelompok telur pada saat tanaman berumur 10-17 hari setelah
semai, karena hama penggerek batang sudah mulai meletakkan telurnya pada tanaman
padi sejak di pesamaian.
10. Serangan tikus sawah ( Rattus argentiventer) dan tikus semak (R exulans) dapat
terjadi sejak di pesemaian, pertanaman sampai pasca panen. Perkembangbiakan tikus
mulai terjadi saat primordial dan terus berlangsung sampai fase generatif. Tikus jantan
siap kawin pada umur 60 hari, sedangkan tikus betina siap kawin pada umur 8 hari.
Masa bunting berlangsung selama 19-23 hari. Dua hari setelah melahirkan, tikus
betina mampu kawin lagi. Untuk kelangsungan hidupnya, tikus memerlukan pakan,
air dan tempat persembunyian. Pengendalian tikus harus sudah dilaksanakan pada saat
tanaman padi di persemaian sampai anakan maksimum. Penanaman tanaman
perangkap yang dipasangi bubu merupakan usaha pencegahan (preventif) yang baik.
Untuk setiap + 10 ha dapat diwakili satu petak tanaman perangkap ukuran 20 m x 20
m.

Anda mungkin juga menyukai