Anda di halaman 1dari 5

I.

   PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kedelai atau soybean merupakan tanaman yang sangat dibutuhkan sebagai

bahan pangan yang bersumber protein nabati bagi manusia, dan sangat diperlukan

diberbagai industri serta pakan ternak, sehingga dari waktu ke waktu cenderung

terjadi peningkatan permintaan kedelai, terutama di Indonesia (Rukmana, R &

Yunarsih, Y.2013). Kedelai (Glycine max) adalah komoditas tanaman pangan

terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein

nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman

bagi kesehatan dan murah harganya. Kedelai dapat diolah sebagai bahan industri

olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack dan sebagainya

(Wahyudin, dkk. 2017).

Tanaman kedelai saat ini tidak hanya berguna sebagai sumber protein saja,

tetapi juga dapat digunakan sebagai pencegah timbuknya penyakit degeneratif, seperti

jantung koroner dan hipertensi. Zat isoflavon yang terdapat pada kedelai ternyata

berfungsi sebagai antioksidan, sehingga dengan beragamnya manfaat dari tanaman

kedelai tentu akan meningkatkan konsmsi pada komoditas ini (Adisarwanto, 2008).

Berdasarkan data produksi tanaman kedelai di Provinsi Riau dari tahun 2013

hingga tahun 2015 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2013 produksi

tanaman kedelai adalah 2212 ton, lalu pada tahun 2014 sedikit meningkat yaitu 2332

ton, dan pada tahun 2015 turun kembali yaitu 2145 ton (Badan Pusat Statistik, 2015).

1
Luas lahan tanaman kedelai di Kabupaten Kuantan Singingi tercatat

mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Luas panen tanaman kedelai pada tahun

2013 adalah 18 ha dengan produksi 22 ton, pada tahun 2014 luas areal panen tanaman

kedelai mengalami peningkatan dengan luas panen 22 ha dengan produksi 26,62 ton

dan yang paling rendah terjadi penurunan pada tahun 2015 dengan luas areal panen

seluas 9 ha dengan produksi 10,89 ton (Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten

Kuantan Singingi, 2016).

Kabupaten Kuantan Singingi merupakan salah satu kabupaten yang ada di

Propinsi Riau yang rawan pangan karena sebagian besar luas lahannya didominasi

tanah Podzolik Merah Kuning yang termasuk kedalam ordo ultisol, sehingga

didominasi oleh komoditi perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit, sehingga

lahan pertanian untuk tanaman pangan sangat sempit.. Selain itu, secara umum tanah

di kabupaten Kuantan Singingi berdasarkan laporan Dinas tanaman pangan tahun

2013 Kuantan Singingi didominasi oleh tanah podsolik merah kuning atau dalam

klasifikasi taxonomi dikenal dengan nama ultisol. Berdasarkan penyebaran group

tanah, kabupaten kuantan singingi didominasi oleh dataran tanah masam yakni sekitar

31,80 % dan sebagian besar memiliki tingkat kemasaman tanah sekitar 4,7 -5.

Menurut Hakim (2006) PMK merupakan tanah yang memiliki pH dan kandungan

bahan organik rendah, keracunan Al, defisisensi P, dan miskin unsur hara makro

lainnya.

Saat ini produktivitas kedelai nasional masih sangat rendah, yaitu 1,3 ton/ha

(Atman, 2009). Potensi produktivitas kedelai masih dapat ditingkatkan sampai 2,5

ton/ha melalui pemanfaatan teknologi maju dan pemeliharaan yang intensif (Efendi,

2
2010). Ada beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan untuk meningkatkan

produktivitas kedelai, misalnya penggunaan pupuk secara efisien, waktu tanam yang

tepat, daya dukung lahan yang sesuai, serta penggunaan varietas unggul yang

memiliki daya adaptasi yang tinggi/luas pada berbagai agroekosistem (Martodireso

dan Suryanto, 2001).

Berdasarkan data laporan Dinas Kabupaten Kuantan Singingi didominasi oleh

tanah podsolik merah kuning, atau dalam klasifikasi taxonomi dikenal dengan nama

ultisol. Kendala yang terdapat di tanah ultisol/PMK adalah adanya kelarutan Al yang

tinggi, sehingga ion-ion fosfat (P) terfiksasi, dan ketika pH tanah kurang dari 5,0

oksidasi Al akan memfiksasi ion-ion fosfat (P) sehingga ketersediaaan hara akan

menurun. Kelarutan Al pada pH kurang dari 4,5 banyak didominasi bentuk Al3+ yang

dapat menghambat pertumbuhan hara (Duaja & Saputra, 2009). .

Perbaikan produktivitas dan kesuburan tanah PMK dapat dilakukan dengan

pengapuran, pemupukan NPK dan penambahan bahan organik yang cukup. Selama

ini petani di kabupaten Kuantan Singingi hanya menggunakan pupuk buatan saja

dalam memupuk tanaman pangan mereka, namun produksi belum juga meningkat

karena penggunaan pupuk buatan terus menerus menyebabkan tanah keras, serta

kekurangan bahan organik dan unsur hara. Oleh karena itu, harus ada upaya mencari

sumber bahan organik yang dapat mengatasi masalah tersebut tanpa menurunkan

produksi, misalnya penggunaan bahan organik yang mudah didapatkan. Berdasarkan

Hasil analisis yang dilakukan di Laboratorium Central Plantations Service (2017)

kandungan unsur hara pupuk kompos jerami jagung antara lain pH (H2O) 5,45, N

0,90 %, P 1,32 %, K 1,25 %, Mg 0,29 %, Ca 2,39 %, Kadar Air 23,1 %.

3
Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar tanaman Kedelai dapat tumbuh

subur dan berproduksi dengan baik di tanah PMK ini adalah dengan pemberian pupuk

kompos limbah jagung dan pemberian pupuk berimbang. Selama ini limbah tanaman

jagung kurang dimanfaatkan atau pemanfaatan tongkol jagung masih terbatas.

Kebanyakan limbah tanaman jagung hanya digunakan untuk bahan tambahan

makanan ternak atau sebagai pengganti kayu bakar. Limbah jagung yang diolah

menjadi kompos diupayakan dapat mengembalikan bahan organik ke dalam tanah

yang akan berpengaruh pada kesuburan tanah, sehingga terjadi peningkatan produksi

tanaman. Pemanfaatan dengan menggunakan pupuk organik dan mengurangi pupuk

Anorganik atau bahkan sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia diharapkan

dapat diperoleh manfaat jangka panjang untuk menjaga kelestarian kesuburan tanah

dan meningkatkan produksi pertanian

I.2. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respon pemberian pupuk kompos jagung manis terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai ditanah PMK.

1.3 Hipotesis Penelitian

: Tidak ada pengaruh pupuk kompos jagung manis terhadap


H0
pertumbuhan dan produksi kedelai ditanah PMK
: Ada pengaruh pupuk kompos jagung manis terhadap pertumbuhan
H1
dan produksi kedelai ditanah PMK

4
5

Anda mungkin juga menyukai