Anda di halaman 1dari 4

Tugas Legislasi

RESUME PANGAN

OLEH:

NURUL PATIMA RUSDI


O11116307

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
RESUME UU NO.7 TAHUN 1996, PP NO.28 TAHUN 2004, dan SNI 01 - 6366-2000
UU No.7 Tahun 1996 tentang Pangan terdiri atas 14 BAB dan 65 pasal. BAB 1
Ketentuan umum yang terdiri atas 3 pasal. Pada BAB 1 pasal 1 menjelaskan mengenai beberapa
pengertian terkait pangan meliputi pangan olahan, sistem, keamanan, produksi, pengangkutan,
peredaran, sanitasi, kemasan, iradiasi, rekayasa genetika, mutu, gizi, label, iklan dan ketahanan
pangan. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Pada pasal 2
mengenai pembangunan pangan yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia yang memberikan manfaat secara adil berdasarkan kemandirian dan tidak bertentangan
dengan keyakinan masyarakat. Pada pasal 3 mengenai tujuan pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan pangan yaitu tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan
gizi; terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab; dan terwujudnya
tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Pada BAB 2 Keamanan Pangan yang terdiri atas 20 pasal. Pada BAB 2 terbagi menjadi 6
bagian yaitu sanitasi pangan, bahan tambahan pangan, rekaya genetika dan iridiasi pangan,
kemasan pangan, jaminan mutu pangan dan pemeriksaan, dan pangan tercemar. Pada bagian
pertama membahas tentang sarana dan prasarana, perseorangan yang terlibat dalam kegiatan atau
proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib memenuhi
persyaratan sanitasi yang selanjutntnya dijabarkan dalam PP No. 28 Tahun 2004, pemen uhan
persyaratan sanitasi di seluruh kegiatan rantai pangan dilakukan dengan cara menerapkan
pedoman yang meliputi cara budidaya yang baik, cara produksi pangan segar yang baik, cara
produksi pangan olahan yang baik, cara distribusi pangan yang baik, cara ritel pangan yang baik,
dan cara produksi pangan siap saji yang baik. Bagian kedua membahas tentang bahan tambahan
pangan yang dijabarkan pada PP No. 28 Tahun 2004, bahan tambahan pangan tidak mencakup
cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempertahankan atau
meningkatkan nilai gizi. Yang termasuk bahan tambahan pangan antara lain pewarna, pengawet,
pemanis, penyedap rasa, anti kempal, pemucat dan pengental. Bahan tambahan pangan harus
diuji keamanan dan dampaknya bagi kesehatan manusia. Bagian ketiga membahas mengenai
rekayasa Genetika dan iradiasi Pangan. Bahan baku, bahan tambahan pangan, dan/atau bahan
bantu lain dalam kegiatan atau proses produksi pangan yang dihasilkan dari proses rekayasa
genetika wajib diperiksakan keamanan pangan bagi kesehatan manusia sebelum diedarkan.
Keamanan pangan informasi rekayasa genetika dijabarkan dalam pasal 2 PP No. 28 Tahun 2004
antara lain deskripsi umum pangan produk rekayasa genetika dan deskripsi inang serta
penggunaanya sebagai pangan; deskripsi organisme donor; deskripsi modifikasi genetika;
karakterisasi modifikasi genetika; dan informasi keamanan pangan, antara lain kesepadanan
substansial, perubahan nilai gizi, alergenitas dan toksisitas. Penyelenggaraan kegiatan atau
proses produksi pangan yang dilakukan dengan menggunakan teknik dan atau metode iradiasi
wajib memenuhi persyaratan kesehatan, penanganan limbah dan pe-nanggulangan bahaya bahan
radioaktif untuk menjamin keamanan pangan, keselamatan kerja, dan kelestarian lingkungan.
Pada bagian keempat membahas mengenai ketentuan penggunaan bahan kemasan pangan yang
aman bagi kesehatan manusia dan tata cara pengemasan pangan. Pada bagian kelima membahas
mengenai pangan yang diproduksi wajib menyelenggarakan jaminan mutu sesuai persyaratan
dan diujui secara laboratoris sebelum diedarkan. Bagian keenam membahas mengenai bahan dan
metode yang dilarang untuk digunakan pada proses produksi pangan yang dapat merugikan atau
membahayakan kesehatan manusia.
BAB 3 Mutu dan Gizi Pangan terbagi menjadi 2 bagian yang terdiri dari 6 pasal. Pada
bagian pertama membahas pemenuhan standar mutu pangan yang ditetapkan berdasarkan
ketentuan. Bagian kedua membahas pangan harus memenuhi kandungan gizi sesuai persyaratan
khusus mengenai komposisi pangan. Pada PP No. 28 Tahun 2004, dibahas mengenai angka
kecukupan gizi, jenis dan jumlah zat gizi yang akan ditambahkan serta jenis-jenis pangan yang
dapat ditingkatkan nilai gizinya melalui pengayaan dan/atau fortifikasi.
BAB 4 Label dan Iklan Pangan terdiri dari 6 pasal yang membahas mengenai pangan
yang dikemas wajib mencantumkan label yang memuat keterangan antara lain nama produk,
daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang
memproduksi, keterangan halal, keterangan kedaluwarsa. Label yang ditulis menggunakan
bahasa Indonesia, Arab dan Latin.
Bab V Pemasukan dan Pengeluaran Pangan ke Dalam dan Dari Wilayah Indonesia terdiri
atas 6 pasal yang membahas mengenai ekspor dan impor pangan. Pangan yang diimpor wajib
memenuhi persyaratan ketentuan yaitu pangan telah diuji dan atau diperiksa serta dinyatakan
lulus dari segi keamanan, mutu, dan atau gizi oleh instansi yang berwenang di negara asal;
pangan dilengkapi dengan dokumen hasil pengujian dan atau pemeriksaan; dan pangan terlebih
dahulu diuji dan atau diperiksa di Indonesia dari segi keamanan, mutu, dan atau gizi sebelum
peredarannya. Pangan yang diekspor wajib diuji dan atau diperiksa dari segi keamanan, mutu,
persyaratan label, dan atau gizi pangan.
Bab VI Tanggung Jawab Industri Pangan terdiri dari 4 pasal yang membahas mengenai
Pasal Badan usaha yang memproduksi pangan olahan untuk diedarkan bertanggung jawab atas
keamanan pangan yang diproduksinya. Konsumen yang kesehatannya terganggu atau meninggal
akibat mengkonsumsi pangan olahan yang diedarkan berhak mengajukan gugatan ganti rugi
terhadap badan usaha, dan badan usaha wajib mengganti segala kerugian. Besarnya ganti rugi,
setinggi-tingginya sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Hal ini berlaku pada
Badan Usaha yang mengedarkan pangan ke dalam wilayah Indonesia.
Bab VII Ketahanan Pangan terdiri dari 6 pasal yang membahas mengenai upaya
mewujudkan ketahanan pangan Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,
pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Cadangan
pangan nasionalterdiri atas cadangan pangan Pemerintah dan cadangan pangan masyarakat.
Pemerintah mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka mengendalikan harga pangan.
BAB VIII Peran Serta Masyarakta membahas mengenai kesempatan untuk mewujudkan
perlindungan bagi konsumen. BAB IX Pengawasan membahas mengenai pengawasan terhdap
produksi, penyimpanan, pengangkutan, perdagangan dan peredaran pangan. BAB X Ketentuan
Pidana membahas mengenai sanksi terhadap pelanggaran proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak memenuhi persyaratan
sanitasi, mutu dan gizi, bahan pangan, keamanan pangan dan label pangan dikenakan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus
juta rupiah). BAB XI Penyerahan Urusan Dan Tugas Pembantuan membahas mengenai
penyerahan urusan di bidang pangan kepada Pemerintah Daerah. BAB XII Ketentuan Lain-Lain
membahas mengenai keadaan kekurangan pangan yang sangat mendesak, Pemerintah dapat
mengesampingkan untuk sementara waktu ketentuan Undang-undang tentang persyaratan
keamanan pangan, label, mutu, dan atau persyaratan gizi pangan. BAB XIII KETENTUAN
PERALIHAN membahas berlakunya Undang-undang dan peraturan perundang-undangan
tentang pangan sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang. BAB XIV Ketentuan
Penutup.
SNI 01 - 6366-2000 mengenai batas cemaran mikroba dan batas maksimum residu dalam
bahan makanan asal hewan menetapkan batas cemaran mikroba yang boleh terkandung dalam
bahan makanan meliputi daging, susu dan telur. Daging segar/beku batas cemaran mikroba TPC
1x104, E.coli 5x101, Coliform, Enterococci, S.aureus yaitu 1x102, Clostridium sp.,
Camphylobacter sp. dan Listeria sp. yaitu 0 dan Salmonella sp. negatif. Susu segar batas
cemaran mikroba TPC 1x106, E.coli (patogen), Clostridium sp., Camphylobacter sp. dan Listeria
sp. yaitu 0, Coliform 2x101, Enterococci dan S.aureus yaitu 1x102, dan Salmonella sp. negatif.
Telur segar batas cemaran mikroba TPC 1x105, Clostridium sp., Camphylobacter sp. dan
Listeria sp. yaitu 0, E.coli 1x101, Coliform, Enterococci dan S.aureus yaitu < 1x102, dan
Salmonella sp. negatif.
REFERENSI:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu Dan
Gizi Pangan.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01 - 6366-2000 Tentang Batas Cemaran Mikroba dan Batas
Maksimum Residu dalam Bahan Makanan Asal Hewan.

Anda mungkin juga menyukai