PENDAHULUAN
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu usaha peternakan seperti usaha
pemeliharaan ternak, rumah potong hewan (RPH), proses pengolahan produk ternak,
dll. Pada usaha pemeliharaan ternak potong, limbah yang yang paling utama dihasilkan
adalah manure, disusul urine, sisa pakan, serta alas (bedding). Semakin
berkembangnya suatu usaha ternak, limbah yang dihasilkan akan semakin meningkat.
Masalah penanganan limbah menjadi hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
Apabila tidak ditangani secara tepat, limbah ternak potong dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara). Manure mengadung gas methan (CH4)
yang berpotensi dalam pemanasan global dan merusak ozon dengan laju 1 % per tahun
dan terus meningkat. Pada peternakan di Amerika Serikat, limbah dalam bentuk feces
yang dihasilkan tidak kurang dari 1.7 milyar ton per tahun atau 100 juta ton feces
dihasilkan dari 25 juta ekor sapi yang digemukkan per tahun dan seekor sapi dengan
berat 454 kg dapat menhasilkan 30 kg feces dan urine per hari (Dyer, 1986). Sedangkan
menurut Crutzen (1986), kontribusi emisi methan dari peternakan mencapai 20-35%
dari total emisi yang dilepaskan ke atmosfer. Di Indonesia, emisi methan per unit pakan
atau laju konversi methan lebih besar karena kualitas pakan yang diberikan rendah.
2
Semakin tinggi jumlah pemberian pakan dengan kualitas rendah, semakin tinggi
produksi methan.
limbah ternak potong juga mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media
kondisi paling bagus untuk berkembangnya larva lalat, sementara kandungan air 65%-
85% dalam manure merupakan kondisi paling optimal untuk bertelurnya lalat.
Kehadiran limbah ternak potong dalam bentuk kering pun dapat menimbulkan
II
ISI
Limbah ternak sapi potong adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha
peternakan sapi potong. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti
feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit, lemak, darah, kuku, tulang, tanduk, isi rumen,
dll (Sihombing, 2000). Namun, limbah peternakan sapi potong umumnya berupa feses.
Feses sapi potong merupakan buangan dari usaha peternakan sapi potong yang bersifat
padat dan dalam proses pembuangannya sering bercampur dengan urine dan gas seperti
metana dan amoniak. Kandungan unsur hara dalam feses sapi bervariasi tergantung
pada keadaan tingkat produksinya, macam, jumlah makanan yang dimakannya, serta
individu ternak sendiri (Abdulgani 1988). Kandungan unsur hara dalam feses sapi
antara lain nitrogen (0,29 %), P2O5 (0,17 %), dan K2O (0,35%) (Hardjowigeno 2003).
meningkat. Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak,
besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan
urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure
dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya
setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat
(feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses (Sihombing, 2000).
dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan,
4
gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk
padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari
pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau
dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat). Sedangkan limbah
Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi
lingkungansekitar. Gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak ruminansia.
Gas metan iniadalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global
dan perusakanozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat. Apalagi di
Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena
kualitas hijauan pakan yang diberikanrendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan
Usaha peternakan sangat banyak mulai dari hulu hingga hilir. Oleh karena aitu
banyak produk yang terpakai dan banyak pula produk sisa atau yang tidak terpakai
seperti limbah. Menurut Soehadji (1992), limbah peternakan meliputi semua kotoran
yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan
cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang
berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi
perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk
cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat).
Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
5
berkualitas, misalnya daging ataupun susu merupakan bahan baku industri pengolahan
pangan, di mana dapat menghasilkan abon, dendeng, bakso, sosis, keju, mentega
ataupun krim dan juga dapat menghasilkan kerajinan-kerajinan kulit tanduk ataupun
tulang. Jadi dari semua kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan pertanian dan
(Sofyadi, 2005).
Limbah peternakan yang paling banyak ialah limbah dari sektor peternakannya
itu sendiri. Seperti dari ternak ataupun dari limbah kandang,limbah kandang seperti air
1978, Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah
Selain itu, limbah cair dari peternakan dari termak itu sendiri ialah urine.
Menurut Soeharsoni 2002,tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana
penularan penyakit, misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka
atau tergores. Spora anthrax dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum
6
dimasak yang mengandung spora. Kasus anthrax sporadik pernah terjadi di Bogor
tahun 2001 dan juga pernah menyerang Sumba Timur tahun 1980 dan burung unta di
penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada
saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat
ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3)( Triatmojo,2016)
oleh karena itu limbah harus di tangani agar limbah memiliki manfaat dan tidak
selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang
potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti
protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau
biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat
dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media pelbagai
Berdasarkan sistem tersebut, ada tiga cara mendasar pengumpulan limbah, yang
disebut :
7
1. Scraping
menyapu atau mendorong/menarik (dengan sekop atau alat lain) limbah. Scraping
diduga merupakan cara pengumpulan limbah yang paling tua dilakukan oleh para
Dasarnya, kedua cara tersebut menggunakan alat yang terdiri atas plat logam yang
fungsinya untuk mendorong atau menarik limbah sepanjang lantai dengan maksud agar
limbah terlepas dari lantai dan dapat dikumpulkan.
untuk membersihkan limbah yang melekat di jeruji lantai kandang atau di tempat-
tempat fasilitas kandang yang lain. Cara ini juga dilakukan untuk membersihkan
limbah yang terdapat di sepanjang parit dan bak pengumpul terutama limbah padat
yang melekat di dinding dan sukar larut dalam air sehingga tidak dapat dialirkan. Cara
ini digunakan terutama untuk pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja banyak dan
Sistem mekanik memiliki cara kerja yang sama dengan sistem manual, hanya
saja pada sistem ini menggunakan kekuatan traktor atau unit kekuatan yang tetap.
Sebagai contoh alat yang disebut Front-end Loader, yaitu mesin yang alat pembersih
atau penyodoknya terletak di bagian depan. Alat jenis ini biasanya digunakan untuk
untuk disebar ke ladang rumput. Contoh lain adalah disebut Tractor Mounted Scraper
Blade, yaitu mesin yang alat pembersih atau penyodoknya terletak di bagian depan dan
8
belakang berupa pisau. Mesin pembersih ini biasanya dipakai bersama dengan jalur
digunakan untuk kandang feedlots juga digunakan untuk membersihkan kandang sapi
perah yang limbahnya langsung jatuh di lantai dan terakumulasi di tengah alley (jalan
akses) kandang. Tractor Mounted Scraper Blade ini juga dapat digunakan untuk
membersihkan litter pada kandang ayam pedaging atau dari lubang penampung
limbah ayam petelur sistem batere.
Keuntungan menggunakan mesin ini adalah biaya awalnya lebih murah. Sedangkan
2. Free-fall
jatuh bebas melewati penyaring atau penyekat lantai ke dalam lubang pengumpul di
bawah lantai kandang. Teknik ini telah digunakan secara ekstensif dimasa lampau
untuk peternakan hewan tipe kecil, seperti ayam, kalkun, kelinci dan ternak jenis lain.
Baru-baru ini juga digunakan untuk ternak besar, seperti babi dan sapi. Pada dasarnya
Lantai kandang sistem ini dapat dibuat menggunakan kawat kasa atau besi gril
yang berukuran mes lebih besar dan rata. Mes kawat kasa yang digunakan biasanya
berukuran 1,6 cm2 (0,025 in2) untuk anak ayam sampai 6,45 cm2 (1in2) untuk ayam
dewasa. Kawat dapat dipasang dengan direntangkan seluas lantai kandang agar limbah
langsung jatuh ke lantai atau tempat penampungan. Selain itu, juga dapat digunakan
pada kandang batere (cage) yang bentuknya diatur agar limbah langsung jatuh ke lantai
kandang atau tempat penampungan. Penggunaan plat besi yang berbentuk gril dan
ukurannya lebih besar dan rata diperuntukkan hewan yang lebih besar seperti babi dan
pedet. Penggunaan kawat kasa sangat memungkinkan untuk tempat pijakan hewan
Slotled floor merupakan salah satu bentuk lantai bersekat (jeruji) yang dipasang
dengan jarak yang teratur dan rata sehingga ukuran dan jumlahnya mencukupi untuk
keluarnya limbah dari lantai. Selain itu juga mudah dibersihkan dari kemungkinan
menempelnya limbah pada lantai. Lubang di bawah lantai merupakan tempat untuk
pengumpulan dan penampungan sementara untuk kemudian limbah diolah dan atau
digunakan. Slotled floor dapat dibuat dari bermacam bahan, seperti kayu, beton atau
besi plat.
Kayu yang digunakan sebaiknya jenis yang keras karena dapat bertahan 2 – 5
tahun. Sekat yang berasal dari kayu biasanya dibuat dengan ukuran lebar bagian atas
8 cm dan bagian bawah 6cm, ketebalan 9 cm. Jarak antara sekat biasanya 2 cm. Apabila
menggunakan bahan beton sekat dibuat dengan ukuran lebar bagian atas 12,7 cm dan
10
bagian bawah 7,5 cm dengan ketebalan 10 cm, agar tidak mudah patah. Jarak antara
sekat dibuat sesuai dengan panjang kandang dan ukuran ternak yang dipelihara.
Sekat dari logam biasanya buatan pabrik yang telah dilapisi stainles atau
aluminium untuk mencegah terjadinya karat. Penggunaan sekat logam lebih mudah
dibandingkan dengan sekat beton. Penggunaan lantai sistem sekat dapat meningkatkan
sanitasi dan mengurangi tenaga kerja untuk membersihkan kandang. Penggunaan sekat
juga memisahkan ternak dari limbahnya sehingga lingkungan menjadi bersih.
Keuntungan lain dari penggunaan sekat ini adalah mengurangi biaya gabungan antara
3. Flushing
limbah tersebut dalam bentuk cair. Sisitem ini telah digunakan sejak tahun 1960-an dan
menjadi cara yang makin populer digunakan oleh peternak untuk pengumpulan limbah
ternak. Hal ini dikarenakan lebih murah biayanya, bebas dari pemindahan bagian,
sama sekali tidak atau sedikit sekali membutuhkan perarawatan dan mudah dipasang
pada bangunan baru atau bangunan lama. Disebabkan frekuensi flushing, limbah
ternak yang dihasilkan lebih cepat dibersihkan, mengurangi bau dan meningkatkan
kebersihan kandang. Hal ini menjadikan sirkulasi udara dalam kandang lebih baik,
yang menghasilkan sistem efisiensi penggunaan energi. Dua hal penting yang harus
harus dapat berfungsi untuk mengumpulkan limbah yang terdapat di seluruh bagian
kandang. Pada unit pertumbuhan dan penggemukan babi, parit dapat ditempatkan di
bagian belakang ruang penyekat sepanjang kandang. Secara alami babi sangat tertarik
dengan aliran air dan dapat dikondisikan berak di parit, oleh karena itu lantai kandang
kondisinya tetap bersih. Untuk babi yang sedang menyusui, parit pembersih (pembilas)
memindahkan limbah yang terkumpul di tengah alley kandang. Alley dapat dibuat
cm yang terletak di dua sisi alley untuk mengalirkan air flushing. Parit pembersih
b) Desain parit harus rata dan menggunakan jenis perlengkapan yang memadai
Panjang parit yang efektif untuk flushing didasarkan pada asumsi bahwa bila
kedalaman aliran kurang dari 1,27 cm (0,5 in) dan kecepatan aliran kurang dari 0,46
m/detik, maka limbah tidak dapat terangkut. Berdasarkan hasil perhitungan matematis
Nye dan John (1975) disimpulkan bahwa desain parit yang memenuhi syarat adalah
sebagai berikut :
1) Parit pembersih dapat dibuat dari bahan tembok dengan ukuran kemiringan
3) Gunakan durasi yang tinggi dan kecepatan aliran yang tinggi pula agar
mudah dioperasikan dan tahan karat. Selain itu, akan lebih baik bila perlengkapan
tersebut mudah pemasangannya pada bangunan, tidak memakan tempat dan harus
dapat dipakai juga untuk mengangkut air pada kapasitas tertentu untuk setiap durasi
flushing.
Ada 3 perlengkapan yang umumnya digunakan untuk flushing, yaitu :
biasanya diangkut untuk diolah dan atau dibuang ke ladang rumput. Cara pengangkutan
limbah. Karakteristik aliran limbah bergantung pada umur dan jenis ternak serta sistem
Limbah yang berbentuk semipadat jelas tidak dapat dialirkan tanpa bantuan
penggerak secara mekanik. Limbah terletak kuat pada lantai (lengket) dan sangat berat
untuk dipindahkan dan membutuhkan periode waktu yang lama. Pada umumnya
berpendapat bahwa lebih tepat limbah ini dikategorikan sebagai limbah segar.
13
Limbah semicair adalah limbah yang telah mengalami pengenceran dengan air
tanpa bantuan mekanik yang dapat dengan mudah dilihat dengan mata
pada umumnya mengandung bahan kering (total solid concentrasions) kurang dari 5
% dan berasal dari aliran kandang feedlot, efluen dari sistem pengolahan dan kamar
susu. Karakteristik alirannya hampir sama dengan aliran air dan susu. Ada dua sistem
padat dan atau semipadat dan pengangkutan dengan air (hydraulic transport) untuk
Limbah peternakan yang berbentuk padat atau semipadat dapat diangkut secara
mekanik menggunakan alat konveyor atau pompa penyedot. Ada beberapa macam
conveyor. Konveyor ini sangat cocok untuk limbah peternalan karena selian biayanya
murah juga sederhana, mudah dibuat, dan sangat operasional untuk berbagai kondisi.
conveyor. Alat jenis ini sering digunakan untuk membersihkan parit dan alley
kandang.
menggunakan pompa penyedot yang terdiri atas pipa penghisap berukuran besar yang
penampungan. Ada dua tipe pompa penyedot, yaitu hollow piston pump, digunakan
untuk mengangkut (memindahkan) limbah peternakan cair sedangkan dan solid piston
pump, digunakan untuk mengangkut (memindahkan) limbah peternakan semipadat.
Pada pengangkutan sistem aliran dikategorikan ada beberapa tipe aliran, yaitu :
1) Steady flow, tipe aliran yang terjadi tidak mengalami perubahan karena waktu
2) Varied flow, tipe aliran yang kecepatan berubah-ubah bergantung kondisi pada
waktu tertentu.
3) Uniform flow, tipe aliran ini terjadi apabila tidak ada perubahan kecepatan
4) Nonuniform flow, tipe ini terjadi apabila kecepatan aliran bervariasi antara
a. Konveyor
b. Pompa penyedot
15
a. Secara aliran
b. Bentuk saluran
limbah juga memidahankan peternak dan usaha peternakan dalam mengelola limbah.
Pemisahan ini tergantung dari sifat fisik limbah ,seperti gas, padat, dan cair. Menurut
Markel 1981, Secara fisik karakteristik limbah peternakan dapat diketahui berdasarkan
bentuk (padat, semi padat dan cair), tekstur (kekompakan) dan jumlah (kg per unit
ternak) yang dihasilkan. Secara kimiawi sifat limbah ditentukan oleh komposisi zat
kimia yang terkandung dan tingkat keasaman (pH). Secara biologis sifat limbah
yang biasanya dicerminkan oleh jenis dan populasi yang terdapat di dalam sistem
pencernaan hewan ternak yang menghasilkan limbah tersebut. Secara umum, ketiga
sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis dan umur ternak, pakan yang diberikan, tipe
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Limbah ternak merupakan hasil metabolism dari ternak itu sendiri. Limbah
ternak ini meliputi feces, urine, dan zat sisa lainnya. Kotoran yang dihasilkan
pencemaran pada air maupun pencemaran di udara yang disebakan oleh gas
metan (CH4).
dengan cara scraping, free fall, dan flushing ; tahap pengangkutan dan tahap
pemisahan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, I. K. 1988. Seluk Beluk Mengenai Kotoran Sapi serta Manfaat Praktisnya.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Dyer K. R.1986. Coastal and Estuarine Sediment Dynamics. John Wiley & Sons:
London.
Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik Lain
Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah
Eisenia foetida savigry. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. IPB,
Bogor.
Sofyadi Cahyan, 2003. Konsep Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa Depan.
Badan Litbang Departemen Pertanian. Bogor.
Triatmojo Suharjono, Yuny Erwanto, NanungAgusFitriyanti.2016. Penanganan
Limbah Industri Peternakan. Gadjah Mada University Press.