PENDAHULUAN
Wilayah memiliki 129 gunung api aktif, atau dikenal dengan ring of fire, serta
terletak berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, Lempeng Indo-
Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ring of fire dan berada di pertemuan tiga lempeng
tektonik menempatkan negara kepulauan ini berpotensi terhadap ancaman bencana
alam. Di sisi lain, posisi Indonesia yang berada di wilayah tropis serta kondisi
hidrologis memicu terjadinya bencana alam lainnya, seperti angin puting beliung,
hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Tidak hanya bencana alam
sebagai ancaman, tetapi juga bencana non alam sering melanda tanah air seperti
kebakaran hutan dan lahan, konflik sosial, maupun kegagalan teknologi(Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, 2011).
1
2
angkut dan buang. Perlu sosialisasi terus menerus tentang paradigma pengelolaan
sampah, yang sesuaiUndang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, yaitu kumpul-pilah-olah-angkut-buang(Harnowati, 2010).
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
4
5
Kategori sampah organik (food waste) atau yang bisa diurai (terdegradasi)
meliputi antara lain : sisa makanan, kertas, sisa ikan dan duri ikan, kulit buah-buahan,
potongan sayuran, kain bahan katun, dan lain-lain. Jadi bahan organik dapat juga
diartikan semua material yang berasal dari makhluk hidup meliputi hewan, manusia
dan tumbuhan. Merubah sampah organik menjadi sesuatu produk baru dan
bermanfaat seperti kompos, akan berguna dalam memelihara kesuburan tanah,
menambah lapisan humus tanah, mengikat tanah berderai dan sebagai pasokan hara
atau nutrisi bagi tanaman. Kompos akan berguna bagi semua tanaman di sekitar
lingkungan sendiri seperti taman di perumahan, taman lingkungan hotel, restoran, dan
lingkungan RW. Kompos dapat juga dijual ke petani, atau konsinyasi ke pedagang
tanaman hias sepanjang jalan di perkotaan, dijual ke pemilik tanah, kepada kalangan
hobies tanaman dan bunga serta kepada para pengusaha perkebunan (Ginting, 2004).
Hasil sampah organik ini dapat dibuat menjadi kompos, biogas dan juga
menyuburkan kolam ikan.Hal ini karena sampah mengandung nutrisi untuk plankton
dan plankton ini kemudian menjadi makanan ikan hal ini terbukti di Bandung, India,
Pakistan (Sastrawijaya, 1991).
2.2 Kompos
Pupuk yang diberikan untuk menambah unsur hara pada tanaman apabila
ditinjau dari bahan bakunya ada dua macam, yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik atau disebut pula kompos adalah pupuk yang terbuat dari
bahan-bahan organik seperti daun-daun, batang, ranting yang melapuk, atau kotoran
ternak. Adapun pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan kimia,
seperti ure, ZA, TSP, SP-36, maupun KCL.
melakukan dekomposisi bahan organik, antara lain meliputi: rasio C/N, ukuran
partikel yang akan didekomposisi, aerasi, porositas, kandungan air, suhu, pH,
kandungan hara dan kandungan bahan-bahan berbahaya (Isroi, 2008). Kondisi
optimum proses pengomposan disajikan pada tabel 2.1.
partikel bahan yang lebih kecil hanya sesuai apabila dilakukan sirkulasi udara secara
buatan (Sutanto, 2002).
Semakin kecil ukuran bahan, proses pengomposan akan lebih cepat dan lebih
baik karena mikroorganisme lebih mudah beraktivitas pada bahan yang lembut dari
pada bahan dengan ukuran yang lebih besar. Ukuran bahan yang dianjurkan pada
pengomposan aerob antara 1-7,5 cm. Sedangkan pada pengomposan anaerobik,
sangat dianjurkan untuk menghancurkan bahan sehingga menyerupai bubur atau
lumpur. Hal ini untuk mempercepat proses penguraian oleh bakteri dan
mempermudah pencampuran bahan dalam proses pengomposan (Yuwono, 2006).
Penguraian akan semakin cepat dan hasilnya lebih banyak apabila ukuran
bahan semakin kecil. Bidang permukaan bahan yang terkena bakteri pengurai akan
semakin luas sehingga proses pengomposan dapat lebih cepat. Sebaliknya apabila
bahan baku berukuran besar, permukaan yang terkena bakteri lebih sempit sehingga
proses pengomposan lebih lama. Itulah sebabnya harus dilakukan pencacahan bahan
baku yang digunakan (Murbandono, 2000).
Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya
karena semakin luas bidang yang tersentuh dengan bakteri, untuk itu bahan organik
perlu dicacah hingga berukuran kecil. Bahan yang keras sebaiknya dicacah hingga
berukuran 0,5-1 cm sedangkan bahan yang tidak keras dicacah dengan ukuran yang
agak besar, sekitar 5 cm. Pencacahan bahan yang tidak keras sebaiknya tidak terlalu
kecil karena bahan yang terlalu hancur (banyak air) kurang baik (kelembabannya
menjadi tinggi) (Indriani, 2001).
2.4 Komposter
utama, unit pengumpan, unit pencacah, unit penyaluran hasil dan sistem penerusan
daya. Alat-mesin pencacah jerami ini digerakkan oleh motor diesel dengan panjang
hasil cacahan 2 – 5 mm.
Mesin pencacah bahan baku dalam pembuatan kompos ada beberapa model
yakni (Sofian,2006) :
1. Model MPO-100 dilengkapi dengan penggerak (electric motor/listrik 2-3 kw
atau atau mesin tempel 5-7 Hp) yang berkapasitas produksi sekitar 1 ton/hari.
1) Motor Listrik
2) Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran.Peranan utama dalam
transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros dapat dibedakan kepada 2 macam,
yaitu:
12
Poros dukung dapat dibagi menjadi poros tetap atau poros terhenti dan poros
berputar. Pada umumnya poros dukung itu pada kedua atau salah satu ujungnya
ditimpa atau sering ditahan terhadap putaran. Poros dukung pada umumnya dibuat
dari baja bukan paduan (Stolk and Kros, 1981).
3) Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penumpu poros yang
berbeban dan berputar.Dengan adanya bantalan, maka putaran dan gerakan bolak-
balik suatu poros berlangsung secara halus, aman dan tahan lama.Bantalan harus
mempunyai ketahanan terhadap getaran maupun hentakan. Jika suatu sistem
menggunakan konstruksi bantalan, sedangkan bantalannya tidak berfungsi dengan
13
baik maka seluruh sistem akan menurun prestasinya dan tidak dapat bekerja secara
semestinya (Pardjono dan Hantoro, 1991).
Bantalan dalam peralatan usaha tani diperlukan untuk menahan berbagai suku
pemindah daya tetap ditempatnya. Bantalan yang tepat untuk digunakan ditentukan
oleh besarnya keausan, kecepatan putar poros, beban yang harus didukung, dan
besarnya daya dorong akhir (Smith and Wilkes, 1990).
4) Mata Pisau
5) Kemiringan Pisau
6) V-belt
Sabuk bentuk trapesium atau bentuk V dinamakan demikian karena sisi sabuk
dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V.Kontak
gesekan yang terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan
berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang lebih
kecil dari pada sabuk yang pipih. Dalam kerjanya, sabuk V mengalami
pembengkokan ketika melingkar melalui roda transmisi. Bagian sebelah luar akan
mengalami tegangan, sedangkan bagian dalam akan mengalami tekanan. Susunan
khas sabuk V terdiri atas(Smith and Wilkes, 1990):
1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi.
2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya
rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut.
Pada perpindahan sabuk, gerak putarnya dipindahkan dari pulley sabuk yang
satu ke pulley sabuk yang lain. Supaya terdapat suatu gesekan yang cukup kuat antara
sabuk dan pulleynya, sabuk dipasang sekencang-kencangnya pada pulley-pulleynya,
15
atau diberi pulley pengencang, tetapi pada sabuk bentuk V tidak perlu dipasang
sekencang sabuk rata. Sabuk V dibelitkan disekeliling alur pulley yang berbentuk V.
Bagian sabuk yang sedang membelit pada pulley ini mengalami lengkungan sehingga
lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah
karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi daya yang besar
pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk V
dibandingkan dengan sabuk rata (Sularso dan Suga, 1997).
Syarat yang harus dipenuhi untuk bahan sabuk adalah kekuatan dan
kelembutan, yang berguna untuk bertahan terhadap kelengkungan yang berulang kali
disekeliling pulley. Selanjutnya yang penting ialah koefisien gesek antara sabuk dan
pulley, massa setiap satuan panjang dan ketahanan terhadap pengaruh luar seperti uap
lembab, kalor, debu, dan sebagainya (Stolk and Kros, 1981). Adapun faktor yang
menentukan kemampuan sabuk untuk menyalurkan tenaga tergantung dari:
1. Regangan sabuk pada pulley.
2. Gesekan antara sabuk dan pulley.
3. Lengkung persinggungan antara sabuk dan pulley.
4. Kecepatan sabuk (makin cepat sabuk berputar makin kurang terjadi
regangan dan singgungan).
7) Pulley
Pulley sabuk dibuat dari besi-cor atau dari baja. Pulley kayu tidak banyak lagi
dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan aluminium. Pulley
sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (diatas 35 m/det)
Nama Keterangan
Penelitian Primadia, 2015
Nama Keterangan
Tabel 2.4 Referensi Mesin Komposter Listrik Skala Industri Kecil Sebagai
Pendegradasi
Nama Keterangan
Penelitian Abdul Wahab,dkk, 2010
nPondokPesantrenDaarulMuttaqien.Keduamitrainime
nyatakanpuasterhadapteknologimesininidanberharapd
apatmembelinya.
(a) (b)
Gambar 2.5 Komponen Pisau Pencacah (a) Pisau Pencacah sampah basah,
(b) Pisau Pencacah Sampah Kering(Sumber : Abdul Wahab, 2015)
21
Tabel 2.5 Referensi Rancangan dan Uji Performasi Alat Pencacah Tandan
Buah Kelapa Sawit Dalam Proses Pembuatan Pupuk Kompos
Nama Keterangan
Penelitian R. Bintarso, 2011
Gambar 2.7 Desain Alat Pencacah Tandan Buah Kelapa Sawit Dalam
Proses Pembuatan Pupuk Kompos Pendegradasi
23
(a) (b)
(c)
Gambar 2.8 Komponen Alat Pencacah Kelapa Sawit Dalam Proses
Pembuatan Pupuk Kompos Pendegradasi, (a) Hopper atas, (b) Pisau
Pencacah Sampah Kering, (c) Pengepres(Sumber : Bintarso, 2011)
METODOLOGI PENELITIAN
24
25
Mulai
Studi literatur
Rancang Bangun
Kualitas Kuantitas
Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
Selesai
Pada Gambar 3.2 perencanaan gambar smart composter skala rumah tangga
yang akan dibuat :
1. Rangka
(a) (b)
Gambar 3.3 Kerangka Alat (a) Kerangka atas tabung pencacah, (b) kerangka
bawah tabung pengadukan
29
2. Tabung Pencacah
Tabung ini berfungsi menutup bagian pisau penghancur, tabung ini ditempatkan
diatas pisau serta mencegah sampah organik keluar saat dihancurkan oleh pisau-pisau
tersebut.tabung ini terbuat dari plat baja setebal 1 mm. pada bagian ini pula terdpat
hopper yang berfungsi sebagai penampung sampah organik saat akan dicacah.
Tabung ini merupakan tahapan pembuatan setelah dari tabung pencacah atas
jadi, tabung ini mempunyai diameter 30 cm dan panjang 60 cm, tabung bagian ini
juga berfungsi sebagai pisau penahan selain pisau poros,mekanisme kerja dari pisau
tabung tidak bergerak melainkan hanya menahan gesekan yang dilakukan pisau
poros.
30
Pisau ini terbuat dari poros diameter 30mm.bagian permukaan dilas dengan
pipa baja atau As Pemutar dari baja dan kemudian ditambahkan plat strip dengan
ukuran 12 cm, lebar 3 cm, dan ketebalan ¼ inch menjadikan sebagai pisau
penghancur sampah organiknya. Mekanisme kerja dari pisau ini bermula dari motor
listrik yang dihidupkan kemudian poros dari motor listrik menghubungkan ke pully
13 inch 2B, pully 13 inch 2B kembali menghubungkan ke poros pisau penghancur
dengan perantara pully 8 inch.
4. Tabung Pengadukan
5. Besi Pengadukan
Besi pengadukan ini berfungsi sebagai alat untuk mencampurkan hasil cacahan
dengan bioaktivator didalam tabung pengadukan dengan ukuran yang telah
disesuaikan. Pengadukan ini menggunakan besi yang berdiameter 1,5 cm yang
dibentuk sedemikian rupa.
32
6. Motor Listrik
Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas
digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja
berdasarkan induksi medan magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor ini
bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai
akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating
magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator (Zuriman,2014)
Jenis penggerak yang sering dipakai adalah motor listrik. Pada kerangka
dipasang motor penggerak dengan empat buat baut pengencang. Mesin penggerak ini
dihubungkan ke tabung pencacah dan pengaduk dengan menggunakan V-belt yang
disesuaikan dengan ukuran yang digunakan.
7. Pully
8. V-belt
9. Ban Roda
Roda pada smart composter ini memiliki 4 buah sebagai penunjang atau
konstruksi dari mesin komposter untuk dapat berjalan. Pada ban roda yang digunakan
34
dapat dikunci agar bantidak terus berjalan saat mesin sedang dijalankan
(Calvien,2014).
3.5 Kualitas
- Pengujian Alat
Alat smart composter ini nantinya akan diuji kelayakan mulai dari alat
pencacah, pewadahan, sirkulasi udara, kecepatan pengadukan kompos
- Identifikasi Kualitas Sampah
Mengidentifikasi kualitas sampah organik didaerah pengungsian dan jumlah
kadar air dari sampah sisa makanan yang dihasilkan di daerah pengungsian
- Menguji Hasil Kompos
Tabel Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (SNI
19-7030-2004)
Tabel 3.1 Standar Kualitas Kompos
35
………………………………………………………………………..(3.1)
Dimana :
k = Kapasitas mesin (ton/jam)
W = berat bahan yang akan dicacah (ton)
t = waktu yang dibutuhkan untuk pencacahan (jam)
…………………………………………...……………………….(3.2)
Dimana :
P = daya motor (Watt)
V = tegangan listrik (Volt)
I = arus listrik yang dihasilkan (Ampere)
Transmisi Daya
Penyaluran daya dari motor ke mesin dilakukan dengan menggunakan
pully dan sabuk V. Secara teoritis kecepatan putar dapat dihitungdengan
menggunakan rumus (Bintarso,2011) :
s
36
Dimana :
n1 = kecepatan putar motor penggerak (m/s)
n2 = kecepatan putar pisau penggerak (m/s)
D1 = Diameter pully motor penggerak (m)
D2 = Diameter pully pada pisau penggerak (m)
V = Kecepatan linier sabuk V (m/s)
(Bintarso, 2011)