Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah memiliki 129 gunung api aktif, atau dikenal dengan ring of fire, serta
terletak berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, Lempeng Indo-
Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ring of fire dan berada di pertemuan tiga lempeng
tektonik menempatkan negara kepulauan ini berpotensi terhadap ancaman bencana
alam. Di sisi lain, posisi Indonesia yang berada di wilayah tropis serta kondisi
hidrologis memicu terjadinya bencana alam lainnya, seperti angin puting beliung,
hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Tidak hanya bencana alam
sebagai ancaman, tetapi juga bencana non alam sering melanda tanah air seperti
kebakaran hutan dan lahan, konflik sosial, maupun kegagalan teknologi(Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, 2011).

Beberapa bencana yang pernah terjadi di Indonesia, sebagai contoh untuk


kasus meletusnya Gunung Merapi, DI Yogyakarta. Pada lokasi pengungsian di
Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Mengingat lokasi yang sangat luas dan
jumlah pengungsi yang sangat banyak, maka posko pengelolaan sampah hanya
melaksanakan pengelolaan sampah dapur umum, yang sebagian besar berupa sampah
organik. Dengan demikian, hasil yang dicapai adalah terkelolanya sampah dapur,
sehingga dapat mencegah berjangkitnya penyakit-penyakit yang diakibatkan sampah.
Selama 2 minggu pertama, sampah yang dapat dikelola mencapai 311 – 1.700 kg per
hari. Fluktuasi jumlah sampah bergantung pada menu makanan yang disajikan kepada
pengungsi. Karena jenis sampah yang cenderung homogen (organik dan plastik)
maka sampah dapur umum dapat terkelola secara keseluruhan. Persepsi bahwa
pengelolaan sampah pada kondisi darurat di pengungsian cukup dengan kumpul,

1
2

angkut dan buang. Perlu sosialisasi terus menerus tentang paradigma pengelolaan
sampah, yang sesuaiUndang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, yaitu kumpul-pilah-olah-angkut-buang(Harnowati, 2010).

Berbagai kasus permasalahan sampah yang terjadi di daerah pengungsian


adalah menggunungnya sampah, yang sebagian besar merupakan sampah organik
yang berasal sebagian besar dari dapur pengungsian. Jika sampah ini tidak dikelola
dengan baik maka akan menyebabkan kondisi para pengungsi rentan terjangkit
penyakit. Pengolahan sampah yang terjadi didaerah pengungsian dapat diketahui
terdiri dari proses pengumpulan, pencacahan, penggilingan, dan penguraian secara
manual hingga menjadi pupuk kompos. Namun, cara ini tidak efektif
dikarenakanmembutuhkan lahan yang luas dan waktu yang lama sementara untuk
lokasi pengungsian sendiri masih belum bisa mewadahi untuk pengungsi sendiri.
Salah satu cara untuk mengatasinya, perlu dirancang suatu alat komposter portable
untuk skala lokasi pengungsian yang bisa dibawa kemana saja (smart composter)
yang nantinya akan memudahkan para pengungsi melakukan komposter secara
mandiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan di


tinjau dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimanakah rancangan smart composter skala lokasi pengungsian.


2. Bagaimanakan proses smartcomposter skala pengungsian dalam proses
pengomposan sampah sisa hasil makanan
3. Bagaimanakah kuantitas kompos yang dihasilkan dari proses smart composter
3

1.3 Tujuan

Perencanaan ini bertujuan untuk :

1. Menghasilkan rancang bangun smart composter skala pengungsian


2. Merancang proses dari smart composterdalam pemanfaatan sampah organik
skala pengungsian.
3. Menghasilkan kompos dengan kualitas dan kuantitas standar.mengacu pada
pengujan C/N rasio berdasarkan Standar Mutu Permentan Nomor:
70/Permentan/SR.140/10/2011.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat sebagai pengembangan


teknologi pengolahan sampah pada lokasi pengungsian.

1.5 Ruang Lingkup

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka perlu dibuat batasan ruang


lingkupyaitu :

1. Percobaan pembuatan kompos tidak dilakukan pada saat bencana, namun


hanya percobaan skala rumah tangga yang dilakukan untuk membandingkan
dengan komposter lain.
2. Sampel sampah akan menggunakan sampah organik rumah tangga (sisa
makanan, sayur-sayuran, daun-daunan dan ranting).
3. Kapasitas alat smart composter untuk 100 jiwa yang berada di pengungsian
4. Digunakan bahan tambahan EM4 untuk proses pengomposan dan pengujian
C/N.
5. Perhitungan biaya operasional alat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah

Menurut UU No. 18 tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari


manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah umumnya dalam bentuk
sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting, pohon, kertas/karton, plastik,
kain bekas, kaleng-kaleng dan debu sisa penyapuan (Damanhuri, 2004).
Limbah padat atau yang lebih dikenal dengan sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. (UU No. 18 Tahun
2008).Jenis sampah di kawasan pengungsian tidak jauh berbeda dengan jenis sampah
yang dihasilkan rumah tangga yaitu organik dan anorganik.
Berdasarkan sumbernya sampah dapat digolongkan menjadi sampah domestik
misalnya sampah rumah tangga, pasar, sekolah dan sebagainya.Sampah organik
misalnya dihasilkan dari sampah pertanian, perikanan, kehutanan dan
sebagainya.Sampah rumah tangga sangat ideal dijadikan kompos selain karena dapat
memanfaatkan komposnya, lingkungan juga terhindar dari pencemaran. Selain
sampah rumah tangga, cara ini juga dapat diterapkan untuk sampah dari pasar yang
sebagian besar berupa sampah organik (Sastrawijaya, 2000).

2.1.1 Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan


(dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering
disebut dengan kompos). Bahan yang termasuk sampah organik diantaranya sisa
sayuran dari dapur atau pasar, sisa tanaman yang dipanen dan dedaunan yang
berguguran (Sofian,2006).

4
5

Kategori sampah organik (food waste) atau yang bisa diurai (terdegradasi)
meliputi antara lain : sisa makanan, kertas, sisa ikan dan duri ikan, kulit buah-buahan,
potongan sayuran, kain bahan katun, dan lain-lain. Jadi bahan organik dapat juga
diartikan semua material yang berasal dari makhluk hidup meliputi hewan, manusia
dan tumbuhan. Merubah sampah organik menjadi sesuatu produk baru dan
bermanfaat seperti kompos, akan berguna dalam memelihara kesuburan tanah,
menambah lapisan humus tanah, mengikat tanah berderai dan sebagai pasokan hara
atau nutrisi bagi tanaman. Kompos akan berguna bagi semua tanaman di sekitar
lingkungan sendiri seperti taman di perumahan, taman lingkungan hotel, restoran, dan
lingkungan RW. Kompos dapat juga dijual ke petani, atau konsinyasi ke pedagang
tanaman hias sepanjang jalan di perkotaan, dijual ke pemilik tanah, kepada kalangan
hobies tanaman dan bunga serta kepada para pengusaha perkebunan (Ginting, 2004).

Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos itu


adalah(Lintauditomo,2007) :

a. Sampah sayur baru


b. Sisa sayur basi, tapi ini harus dicuci dulu, peras, lalu buang airnya
c. Sisa nasi
d. Sisa ikan, ayam, kulit telur
e. Sampah buah (anggur, kulit jeruk apel dll). Tapi tidak termasuk kulit buah
yangkeras seperti kulit salak.
Sampah organik yang tidak bisa diolah :
a. Protein seperti daging, ikan, udang, juga lemak, santan, susu karena
mengundang lalat sehingga tumbuh belatung.
b. Biji-bijian yang utuh atau keras seperti biji salak, asam, lengkeng, alpukat
dan sejenisnya. Buah utuh yang tidak dimakan karena busuk dan berair
seperti pepaya, melon, jeruk, anggur.
c. Sisa sayur yang berkuah harus dibuang airnya, kalau bersantan harus
dibilas air dan ditiriskan.
6

Hasil sampah organik ini dapat dibuat menjadi kompos, biogas dan juga
menyuburkan kolam ikan.Hal ini karena sampah mengandung nutrisi untuk plankton
dan plankton ini kemudian menjadi makanan ikan hal ini terbukti di Bandung, India,
Pakistan (Sastrawijaya, 1991).

2.2 Kompos

Pupuk yang diberikan untuk menambah unsur hara pada tanaman apabila
ditinjau dari bahan bakunya ada dua macam, yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik atau disebut pula kompos adalah pupuk yang terbuat dari
bahan-bahan organik seperti daun-daun, batang, ranting yang melapuk, atau kotoran
ternak. Adapun pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan kimia,
seperti ure, ZA, TSP, SP-36, maupun KCL.

Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan


organik, hewan atau limbah organik. Banyak sekali bahan dasar yang bisa digunakan
seperti jerami sekam, rumput-rumputan, sampah kota dan limbah pabrik.
Menumpuknya limbah organik membutuhkan penanganan agar tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan seperti bau tak sedap atau menjadi sarang lalat. Jalan pintas
yang sering dijumpai adalah dengan membakar. Pembakaran limbah organik tersebut
selain tidak memberi manfaat juga menimbulkan polusi udara. Pembuatan kompos
akan terasa manfaatnya untuk daerah pertanian yang jauh dari peternakan, karena
selain bermanfaat juga mempunyai nilai ekonomi (Sutejo, 2002).

Kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan(Indriani,


2001)antara lain:

a. Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan


b. Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai
c. Menambah daya ikat air pada tanah
7

d. Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah


e. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara
f. Mengandung hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit
g. Membantu proses pelapukan bahan mineral
h. Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba
i. Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan

Prinsip pembuatan kompos skala industri umumnya sama dengan proses


pembuatan kompos yang lainnya. Bahan baku dicacah, lalu ditambah dengan
bioaktivator dan fermentasi selama 5-7 hari. Selanjutnya kompos dikeringkan dengan
temperatur kurang dari 60⁰C. Proses pengeringan ini bertujuan untuk mempermudah
proses penggilingan (Sofian, 2006).

Jenis kompos yang akan diproduksi sebaiknya dibuat berdasarkan klasifikasi


harga, mulai yang paling murah sampai harga yang paling mahal. Tujuannya agar
setiap kebutuhan segmen pasar bisadipenuhi. Contoh variasi jenis kompos tersebut
adalah (Sudradjat,2006) :

a. Kompos tanpa tambahan hara pupuk lainnya.


b. Kompos dengan tambahan hara dari pupuk kimia seperti NPK.
c. Kompos dengan tambahan mikro organisme dari pupuk biologi, seperti
rizobium(biofertilzer).
d. Kompos dengan tambahan arang atau soil conditionerlain.
e. Kompos yang diberi tambahan hara dengan kombinasi yang lengkap atau
tidak lengkap.
f. Kompos granular.

Perlu mendapat perhatian adalah bahwa pembuatan kompos merupakan proses


yang melibatkan organisme yang ada di dalam tanah. Dan kita tahu bahwa setiap
organisme membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda, untuk itu
harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan organisme dalam
8

melakukan dekomposisi bahan organik, antara lain meliputi: rasio C/N, ukuran
partikel yang akan didekomposisi, aerasi, porositas, kandungan air, suhu, pH,
kandungan hara dan kandungan bahan-bahan berbahaya (Isroi, 2008). Kondisi
optimum proses pengomposan disajikan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kondisi Optimum Proses Pengomposan

Sumber : UNUS, 2002


Sementara kadar air kompos menurut SNI adalah kurangdari 50% atau kurang
dari 20% menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 02/Pert/HK.060/2/2006.

2.3 Ukuran Bahan


Penghalusan bahan dapat meningkatkan permukaan spesifikasi bahan kompos
dengan demikian mempunyai pengaruh yang positif terhadap
dekomposisi.Penghalusan juga menghasilkan ukuran partikel yang lebih seragam
sehingga membuat bahan lebih homogen pada saat dilakukan pencampuran. Proses
pengomposan ditinjau dari aspek sirkulasi udara yang kemungkinan terjadi partikel
yang sangat kecil mendorong kemungkinan terjadinya pemadatan bahan. Ukuran
9

partikel bahan yang lebih kecil hanya sesuai apabila dilakukan sirkulasi udara secara
buatan (Sutanto, 2002).
Semakin kecil ukuran bahan, proses pengomposan akan lebih cepat dan lebih
baik karena mikroorganisme lebih mudah beraktivitas pada bahan yang lembut dari
pada bahan dengan ukuran yang lebih besar. Ukuran bahan yang dianjurkan pada
pengomposan aerob antara 1-7,5 cm. Sedangkan pada pengomposan anaerobik,
sangat dianjurkan untuk menghancurkan bahan sehingga menyerupai bubur atau
lumpur. Hal ini untuk mempercepat proses penguraian oleh bakteri dan
mempermudah pencampuran bahan dalam proses pengomposan (Yuwono, 2006).
Penguraian akan semakin cepat dan hasilnya lebih banyak apabila ukuran
bahan semakin kecil. Bidang permukaan bahan yang terkena bakteri pengurai akan
semakin luas sehingga proses pengomposan dapat lebih cepat. Sebaliknya apabila
bahan baku berukuran besar, permukaan yang terkena bakteri lebih sempit sehingga
proses pengomposan lebih lama. Itulah sebabnya harus dilakukan pencacahan bahan
baku yang digunakan (Murbandono, 2000).
Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya
karena semakin luas bidang yang tersentuh dengan bakteri, untuk itu bahan organik
perlu dicacah hingga berukuran kecil. Bahan yang keras sebaiknya dicacah hingga
berukuran 0,5-1 cm sedangkan bahan yang tidak keras dicacah dengan ukuran yang
agak besar, sekitar 5 cm. Pencacahan bahan yang tidak keras sebaiknya tidak terlalu
kecil karena bahan yang terlalu hancur (banyak air) kurang baik (kelembabannya
menjadi tinggi) (Indriani, 2001).

2.4 Komposter

Komposter adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengolah sampah


organik menjadi kompos.Komposter dapat dibuat dari tong bekas,tong
plastik,keranjang buah, tumpukan batu bata yang disusun seperti bak atau langsung
dibuat dengan melubangi tanah secara langsung.
10

Komposter sebagai media pengkomposan sampah organik telah terbukti


bermanfaat untuk masyarakatsebagai pengganti tempat sampah organik, baik tipe
holding unitmaupun turning unit, sehingga pemisahan sampah semakin mudah,
tempat sampah organik tidak perlu dibeli, dan penampilan alat ini lebih unik.

Smart Composter dikembangkan karenaakan kebutuhan solusi alternatif


sampah organik dari rumah tangga dengan mengembangkan bakteri kompos aerob,
membuat sirkulasi udara dan menampung sampah organik itu sendiri. Hasilnya
sebuah portabel komposter dengan fungsi yang baik. Desain yang dilakukan
merupakan produk varian baru komposter, dikembangkan berdasarkan pengamatan
akan kebutuhan alat pengolahan sampah skala rumah, mengatasi masalah tempat
pembuangan akhir sampah (Harsokoesoemo, 2004).

2.4.1 Mesin Pencacah


Alat pencacah sampah tersebut bentuknya seperti mesin selep (penggilingan)
padi pada umumnya.Cara kerjanya adalah begitu sampah dimasukkan, beberapa mata
pisau di dalam mesin langsung bekerja menghancurkan.Sehingga, saat keluar dari
mesin, sampah itu sudah menjadi serpihan halus.Semua jenis sampah organik, baik
basah maupun kering, bisa dihaluskan menggunakan alat tersebut.Sampah kering
umumnya berupa daun berguguran di sekitar kampung.Sementara sampah basah,
wujudnya bisa berupa sampah sayuran hingga sisa nasi (Astuti, 2008).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jerami padi yang akan diolah
harus dicacah sepanjang 2-5 cm agar pengaruh mikroorganisme dapat lebih cepat dan
merata. Struktur batang jerami yang berserat terutama jerami kering menyebabkan
proses pencacahannya agak susah dilakukan dengan sistem pemotongan pisau
gunting. Rancang bangun alat mesin pencacah jerami yang dikembangkan adalah
sistem pemotongan pisau vertikal dengan arah gerak batang jerami.Hasil rancang
bangun alat-mesin pencacah jerami terdiri dari 5 komponen utama yaitu rangka
11

utama, unit pengumpan, unit pencacah, unit penyaluran hasil dan sistem penerusan
daya. Alat-mesin pencacah jerami ini digerakkan oleh motor diesel dengan panjang
hasil cacahan 2 – 5 mm.
Mesin pencacah bahan baku dalam pembuatan kompos ada beberapa model
yakni (Sofian,2006) :
1. Model MPO-100 dilengkapi dengan penggerak (electric motor/listrik 2-3 kw
atau atau mesin tempel 5-7 Hp) yang berkapasitas produksi sekitar 1 ton/hari.

2. Model MPO-500 dilengkapi dengan penggerak (eletric motor/listrik 10 kw atau


mesin tempel 12-16 Hp) yang berkapasitas produksi 3-5 ton/hari.

3. Model MPO-1000 dilengkapi dengan penggerak (electric motor/listrik 15 kw atau


mesin tempel 20-22 Hp) yang berkapasitas produksi 7-10 ton/hari.

2.4.2 Elemen Mesin Komposter

1) Motor Listrik

Mesin-mesin yang dinamakan motor listrik dirancang untuk mengubah energi


listrik menjadi energi mekanis, untuk menggerakkan berbagai peralatan, mesin-mesin
dalam industri, pengangkutan dan lain-lain. Setiap mesin sesudah dirakit, porosnya
menonjol melalui ujung penutup (lubang pelindung) pada sekurang-kurangnya satu
sisi supaya dapat dilengkapi dengan sebuah pulley atau sebuah generator ke suatu
mesin yang akan digerakkan (Daryanto, 2002).

2) Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran.Peranan utama dalam
transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros dapat dibedakan kepada 2 macam,
yaitu:
12

1. Poros dukung; poros yang khusus diperuntukkan mendukung elemen mesin


yang berputar.

2. Poros transmisi / poros perpindahan; poros yang terutama dipergunakan untuk


memindahkan momen puntir.

Poros dukung dapat dibagi menjadi poros tetap atau poros terhenti dan poros
berputar. Pada umumnya poros dukung itu pada kedua atau salah satu ujungnya
ditimpa atau sering ditahan terhadap putaran. Poros dukung pada umumnya dibuat
dari baja bukan paduan (Stolk and Kros, 1981).

Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut ini perlu


diperhatikan,misalnya kekuatan poros. Suatu poros dapat mengalami beban puntir
atau lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat
beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin,dan lain-lain.
Kelelahan, tumbukan, atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros
diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros
harus cukup kuat untuk menahan beban-beban diatas (Sularso dan Suga, 1991).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suastawa(2003), bahwa kecepatan


putaran poros akan berpengaruh terhadap hasil. Semakin cepat atau tinggi putaran
poros, maka presentase bahan yang akan terpotong juga akan semakin besar. Hal ini
telah diujicobakan pada alat pemotong rumput.

3) Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penumpu poros yang
berbeban dan berputar.Dengan adanya bantalan, maka putaran dan gerakan bolak-
balik suatu poros berlangsung secara halus, aman dan tahan lama.Bantalan harus
mempunyai ketahanan terhadap getaran maupun hentakan. Jika suatu sistem
menggunakan konstruksi bantalan, sedangkan bantalannya tidak berfungsi dengan
13

baik maka seluruh sistem akan menurun prestasinya dan tidak dapat bekerja secara
semestinya (Pardjono dan Hantoro, 1991).
Bantalan dalam peralatan usaha tani diperlukan untuk menahan berbagai suku
pemindah daya tetap ditempatnya. Bantalan yang tepat untuk digunakan ditentukan
oleh besarnya keausan, kecepatan putar poros, beban yang harus didukung, dan
besarnya daya dorong akhir (Smith and Wilkes, 1990).

Bantalan berguna untuk menumpu poros dan memberi kemungkinan poros


dapat berputar dengan leluasa (dengan gesekan yang sekecil mungkin) (Daryanto,
1993).

4) Mata Pisau

Mata pisau berfungsi untuk mencacah bahan organik menjadi potongan-


potongan kecil. Pencacahan yang baik harus menggunakan mata pisau yang tajam.
Hal ini dapat mempercepat pemotongan bahan dan membutuhkan tenaga yang lebih
kecil. Disain rangkaian pisau yang spiral memungkinkan mesin pencacah sampah
organik mampu mengolah jenis limbah basah dan kering sekaligus. Pada mesin
konvensional, yang memiliki rangkaian pararel, biasanya kerap macet jika disodori
limbah basah. Rangkaian batang pembabat itu (pisau) terbuat dari baja tahan aus yang
kokoh. Disain rangkaian pisau sengaja dibuat berjejer secara spiral, tidak paralel, agar
cakupan gerakannya lebih luas dan daya babatnya lebih kuat.

5) Kemiringan Pisau

Model pisau miring dapat memperkecil gesekan yang terjadi antara


permukaan pisau dengan bahan yang akan dipotong, serta dapat memberikan efek
hembusan yang dapat mendorong potongan bahan ke arah lubang pengeluaran.
Namun, kondisi pemotongan yang terbaik adalah pada saat bahan dalam keadaan
cukup kering (Suastawa,dkk,2003).
14

6) V-belt

Sabuk/belt berfungsi untuk memindahkan putaran dari poros satu lainnya,


baik putaran tersebut pada kecepatan putar yang sama maupun putarannya dinaikkan
maupun diperlambat, searah dan kebalikannya. Sabuk V terbuat dari karet dan
mempunyai penampang trapesium. Sabuk V dibelitkan di sekeliling alur pulley yang
berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan
mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya
dan mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Transmisi
tersebut telah digunakan dalam semua bidang industri, misalnya mesin-mesin pabrik,
otomobil, mesin pertanian alat kedokteran, mesin kantor dan alat-alat listrik.
Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya slip antara sabuk dan pulley
sehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang
tetap (Daryanto, 1993).

Sabuk bentuk trapesium atau bentuk V dinamakan demikian karena sisi sabuk
dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V.Kontak
gesekan yang terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan
berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang lebih
kecil dari pada sabuk yang pipih. Dalam kerjanya, sabuk V mengalami
pembengkokan ketika melingkar melalui roda transmisi. Bagian sebelah luar akan
mengalami tegangan, sedangkan bagian dalam akan mengalami tekanan. Susunan
khas sabuk V terdiri atas(Smith and Wilkes, 1990):

1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi.
2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya
rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut.

Pada perpindahan sabuk, gerak putarnya dipindahkan dari pulley sabuk yang
satu ke pulley sabuk yang lain. Supaya terdapat suatu gesekan yang cukup kuat antara
sabuk dan pulleynya, sabuk dipasang sekencang-kencangnya pada pulley-pulleynya,
15

atau diberi pulley pengencang, tetapi pada sabuk bentuk V tidak perlu dipasang
sekencang sabuk rata. Sabuk V dibelitkan disekeliling alur pulley yang berbentuk V.
Bagian sabuk yang sedang membelit pada pulley ini mengalami lengkungan sehingga
lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah
karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi daya yang besar
pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk V
dibandingkan dengan sabuk rata (Sularso dan Suga, 1997).
Syarat yang harus dipenuhi untuk bahan sabuk adalah kekuatan dan
kelembutan, yang berguna untuk bertahan terhadap kelengkungan yang berulang kali
disekeliling pulley. Selanjutnya yang penting ialah koefisien gesek antara sabuk dan
pulley, massa setiap satuan panjang dan ketahanan terhadap pengaruh luar seperti uap
lembab, kalor, debu, dan sebagainya (Stolk and Kros, 1981). Adapun faktor yang
menentukan kemampuan sabuk untuk menyalurkan tenaga tergantung dari:
1. Regangan sabuk pada pulley.
2. Gesekan antara sabuk dan pulley.
3. Lengkung persinggungan antara sabuk dan pulley.
4. Kecepatan sabuk (makin cepat sabuk berputar makin kurang terjadi
regangan dan singgungan).

7) Pulley

Pulley sabuk dibuat dari besi-cor atau dari baja. Pulley kayu tidak banyak lagi
dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan aluminium. Pulley
sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (diatas 35 m/det)

Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran transmisi


penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda transmisi yang
digerakkan dikalikan dengan diameternya. SD (penggerak) = SD (yang digerakkan)
Dimana S adalah kecepatan putar pulley (rpm) dan D adalah diameter pulley (mm)
(Smith and Wilkes, 1990).
16

2.5 Studi Literatur tentang Komposter

Studi literatur berkaitan dengan penelitian terdahulu tentang rancang desain


komposter pada skala pengungsian ataupun rumah tangga. Penelitian sebelumnya
dijadikan sebagai referensi pada penelitian yang akan dilakukan penulis sebagai
acuan dan perbandingan hasil penelitian. Beberapa penelitian tersebut disajikan
dalam beberapa tabel dibawah ini :

Tabel 2.2 Referensi Penelitian Komposter dengan Metode Takakura

Nama Keterangan
Penelitian Primadia, 2015

Judul Desain Komposter Takakura

Pembahasan  Metode yang dikembangkan adalah dengan


menggunakan metode takakura.
 Bentuk kompos takakura berbentuk seperti keranjang
yang terlihat pada gambar 2.1. bentuknya yang praktis,
bersih dan tidak berbau. sehingga aman digunakan di
rumah.
 Proses pengomposan alakeranjang takakura merupakan
proses pengomposan aerob, dimana udara dibutuhkan
sebagai asupan penting dalam proses pertumbuhan
mikroorganisme yang menguraikan sampah menjadi
kompos.
17

ambar 2.1 Keranjang Takakura(Sumber : Primadia, 2015)

Tabel 2.3 Referensi Komposter dengan Metode Berputar

Nama Keterangan

Penelitian Mita, 2012

Judul Desain Komposter dengan Metode Berputar

Pembahasan  Metode yang bisa dikembangkan adalah dengan


menggunakan komposter berputar.
 Sisi-sisi drum harus dilubangi dengan bor 0,5 cm,
supaya penguraian sampah organik/daun menjadi
kompos berjalan baik. Pada pembuatan kompos ini
membutuhkan banyak oksigen, sehingga prosesnya
disebut aerobik. Daun-daunan harus dirajang atau
dipotong-potong kecil sebelum dimasukkan ke dalam
drum. Drum diputar sekali setiap hari, sambil
dimasukkan air ke daun-daunan. Airnya jangan sampai
becek, cukup basah saja. Dasar drum yang terbuat dari
18

kayu harus dicat supaya tahan hujan dan panas, karena


komposter ditempatkan di luar/udara terbuka. Kompos
akan terjadi setelah 45-60 hari dalam drum. Pupuk
kompos yang sudah matang warnanya gelap dan seperti
tanah, coklat kehitam-hitaman. Kompos ini bisa
langsung dipakai untuk memupuk. Pupuk kompos lebih
baik untuk tanah dibandingkan pupuk kimia. Karena
pupuk kimia seperti urea/NPK membuat tanah menjadi
keras, asam dan mengurangi populasi cacing tanah
sebagai penyubur tanah.

Gambar 2.2 Metode Komposter Berputar(Mita, 2012)

Gambar 2.3 Desain Komposter Berputar (Sumber: Anonim,2011)


19

Tabel 2.4 Referensi Mesin Komposter Listrik Skala Industri Kecil Sebagai
Pendegradasi

Nama Keterangan
Penelitian Abdul Wahab,dkk, 2010

Judul Mesin Komposter Listrik Skala Industri Kecil Sebagai


Pendegradasi

Pembahasan  Setiap komponen dari mesin komposter memiliki


fungsi-fungsi yang spesifik dalamprosesnya dan setiap
komponen tersebut harus dipertimbangkan bahan,
kekuatan, dan dimensinya.
 Mesinkomposteryangdirancangmemilikibeberapakompo
nenpenting,yaituhopper,pisaupencacah,pengaduk,motor
penggerakyangdigunakanadalahmotorlistrik.Hoppermer
upakanbagianpemasukansampahkepisaupencacah.
 AdapunrealisasidanayangmasuksebesarRp.7.000.000,
-yangdigunakanuntukperalatansebesarRp.499.000,-
;bahanRp.2.517.250,-;jasaRp.2.873.200,-
danadministrasiRp.155.100,-
.SedangkansisadanaprogramsebesarRp.955.450,-.
 Melaluiprogramkreativitasmahasiswa,mahasiswadapa
tmenciptakanteknologitepatgunayaitumesinkomposter
listrikyangdapatdigunakanolehindustikecil.Pengolaha
nsampahorganikdenganmenggunakankomposterlistrik
diharapkandapatmenciptakansuatulingkunganyangber
sihdansehatyangakanberdampakpositifpadalingkunga
nmasyarakat.Mesinkomposterlistrikyangdirancangme
mpunyaikapasitashingga200kg/jam.Mesininidapatdite
rimadandigunakanolehduamitrayaitupasarDramagada
20

nPondokPesantrenDaarulMuttaqien.Keduamitrainime
nyatakanpuasterhadapteknologimesininidanberharapd
apatmembelinya.

Gambar 2.4 Desain Mesin Komposter Listrik Skala Industri(Sumber :


Abdul Wahab, 2010)

(a) (b)
Gambar 2.5 Komponen Pisau Pencacah (a) Pisau Pencacah sampah basah,
(b) Pisau Pencacah Sampah Kering(Sumber : Abdul Wahab, 2015)
21

Gambar 2.6 Komponen Pengadukan Sampah yang Sudah dicacah(Sumber


: Abdul Wahab, 2015)

Tabel 2.5 Referensi Rancangan dan Uji Performasi Alat Pencacah Tandan
Buah Kelapa Sawit Dalam Proses Pembuatan Pupuk Kompos

Nama Keterangan
Penelitian R. Bintarso, 2011

Judul Rancangan dan Uji Performasi Alat Pencacah Tandan Buah


Kelapa Sawit Dalam Proses Pembuatan Pupuk Kompos
Pendegradasi

Pembahasan Faktor mesin berpengaruh karena pada hopper


pengeluaran seringkali terjadi kemacetan maka kapasitas
mesin menjadi kecil dan ketika sudah menumpuk akan turun
secara bersamaan sehingga menyebabkan kapasitasnya
langsung naik. Kemacetan juga terjadi karena penyumbatan
yang ada di sela – sela pisau berputar dan juga pisau diam,
yang mengakibatkan penumpukan diantara pisau diam dan
dudukannya. Penumpukan ini semakin lama akan mengeras
sehingga nanti pembersihannya sulit. Mesin lain yang
berpengaruh pada ketidakstabilan kapasitas pencacahan ini
adalah konveyor yang membawa tandan dari meja sortasi ke
22

mesin pencacah. Hal ini dikarenakan antara konveyor dengan


lantainya memiliki jarak yang memungkinkan tandan
berukuran kecil tidak akan terbawa oleh konveyor, dan ketika
tandan berukuran besar melewati konveyor akan membawa
tandan kecil yang sebelumnya masih tertinggal di lantai
konveyor. Di antara mesin pencacah dan konveyor terdapat
luncuran tandan dan juga diantara meja sortasi dan konveyor
juga ada luncuran tandan. Pada luncuran tandan ini seringkali
terjadi kemacetan. Banyak hal yang menyebabkan kemacetan
ini, yaitu lantai luncur yang memiliki kemiringan kecil dan
lantainya kurang licin.

Gambar 2.7 Desain Alat Pencacah Tandan Buah Kelapa Sawit Dalam
Proses Pembuatan Pupuk Kompos Pendegradasi
23

(a) (b)

(c)
Gambar 2.8 Komponen Alat Pencacah Kelapa Sawit Dalam Proses
Pembuatan Pupuk Kompos Pendegradasi, (a) Hopper atas, (b) Pisau
Pencacah Sampah Kering, (c) Pengepres(Sumber : Bintarso, 2011)

Gambar 2.9 Detail Desain Pisau Pencacah(Sumber : Bintarso, 2011)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan program dilakukan dibeberapa tempat yang berbeda, yaitu :
1. Perancangan mesin
Waktu : 1 April 2015-29 April 2015
Tempat : Kampus Teknik Sipil dan Perencanaan
2. Pabrikasi mesin
Waktu : 30 April 2015-22 Juni 2015
Tempat : PT. Tunas Karya, Degolan, Jalan Kaliurang KM.15, Sleman,
Yogyakarta
3. Pengujian mesin
Waktu : 23 Juni 2015 – 30 Juni 2015
Tempat : JL.kaliurang KM 14, Tegal Sari Gang Merak No 3 RT. 04 /
RW.06, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta.
4. Proses Pengomposan
Waktu : 06 Agustus 2015-25 Agustus 2015
Tempat : JL.kaliurang KM 14, Tegal Sari Gang Merak No 3 RT. 04 /
RW.06, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta.
5. Pengujian Hasil Kompos
Waktu : 25 Agustust 2015 – 25 september 2015
Tempat : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

24
25

3.2 Diagram Alir Penelitian

Perencanaan rancangan dan aplikasi smart composter dalam rangka


pengolahan sampah organik di area pengungsian dapat dilihat pada Gambar 3.1
dibawah ini :

Mulai

Studi literatur

Rancang Bangun

Kualitas Kuantitas

- Pengujian Alat - Kapasitas Penampungan


- Pengujian Inokulan Sampah
- Identifikasi Kualitas - Kapasitas Penampung
sampahorganik Kompos
- Kuantitas Sampah
- Pengujian Hasil Kompos
- Kantitas Kompos

Pengolahan Data

Penyusunan Laporan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


26

3.3 Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah :

1) sampah organik rumah tangga


2) air seperlunya
3) EM4 1 botol
4) plat acer 1mm (120cm x 240cm)
5) As pemutar Ø1 inch (6 meter)
6) Kerangka besi siku 40 mm x 40 mm x 40 mm
7) Plat strip 1/4 inch (6 meter)
8) Laker UPC 205
9) Reducer WPA 50 1:40
10) Polly
11) Roda 3 inch
12) Elektro motor 1hp (220 Volt, 1ph)
13) Mur dan Baud no.14
14) Cat dan Thinner
15) Kabel 2 x 0,25.

Alat-alat yang digunakan :

1) Peralatan di bengkel (Mesin las, gergaji besi, Kikir, Mesin bubut,gerinda,


dan lain-lain)
2) Ember
3) Thermometer suhu
4) Obeng
5) Kunci Inggris
6) Kalkulator
7) Alat tulis
8) Komputer
27

3.4 Metode Pelaksanaan


3.4.1 Pencarian Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan


mengumpulkan data sekunder. Data skunder berasal dari perancangan desain smart
composter, pembuatan alat smart composter dan pengujian hasil kompos dari alat
yang dirancang serta jurnal yang mendukung dan literatur.

3.4.2 Perancangan dan Perencanaan

Sebelum membuat sebuah alat rancang bangun dilakukan untuk melakukan


proses perencanaan desain aplikasi smart composter dengan melihat dari kualitas dan
kuantitas perencanaan tersebut.Serta memikirkan manfaat dan tujuan yang menjadi
dasar untuk merancang.Setelah itu membuat sketsa dan mendesain dengan
menggunakan Autocad dan Sketchup.

Pada Gambar 3.2 perencanaan gambar smart composter skala rumah tangga
yang akan dibuat :

Gambar 3.2 Desain smart composter


28

3.4.3 Proses Pembuatan dan Perakitan

Pembuatan smart composter ini dengan penggerak motor listrik sehingga


memerlukan elemen-elemen pendukung, yang kemudian dirakit menjadi satu
kesatuan yang memiliki kegunaan lebih kompleks dan mampu memenuhi kebutuhan
yang diharapkan. Berikut ini bagian-bagian smart composter :

1. Rangka

Rangka berfungsi sebagai pendukung dan tempat dipasangnya komponen-


komponen mesin komposter skala rumah tangga, seperti motor listrik, tabung
pencacah, tabung pengadukan, dan bantalan.Kerangka mampu menahan beban dari
seluruh komponen.Penyambungan pada rangka paenunjang dilakukan dengan
carapengelasan.Untuk merakit rangka tersebut agar menjadi satu kesatuan dibutuhkan
tenaga/jasa.

(a) (b)

Gambar 3.3 Kerangka Alat (a) Kerangka atas tabung pencacah, (b) kerangka
bawah tabung pengadukan
29

2. Tabung Pencacah

Tabung pencacah atas

Tabung ini berfungsi menutup bagian pisau penghancur, tabung ini ditempatkan
diatas pisau serta mencegah sampah organik keluar saat dihancurkan oleh pisau-pisau
tersebut.tabung ini terbuat dari plat baja setebal 1 mm. pada bagian ini pula terdpat
hopper yang berfungsi sebagai penampung sampah organik saat akan dicacah.

Gambar 3.4 Tabung Pencacah atas dan Hopper

Tabung Pencacah bawah

Tabung ini merupakan tahapan pembuatan setelah dari tabung pencacah atas
jadi, tabung ini mempunyai diameter 30 cm dan panjang 60 cm, tabung bagian ini
juga berfungsi sebagai pisau penahan selain pisau poros,mekanisme kerja dari pisau
tabung tidak bergerak melainkan hanya menahan gesekan yang dilakukan pisau
poros.
30

Gambar 3.5 Tabung pencacah bawah

3. Poros Pisau Komposter

Pisau ini terbuat dari poros diameter 30mm.bagian permukaan dilas dengan
pipa baja atau As Pemutar dari baja dan kemudian ditambahkan plat strip dengan
ukuran 12 cm, lebar 3 cm, dan ketebalan ¼ inch menjadikan sebagai pisau
penghancur sampah organiknya. Mekanisme kerja dari pisau ini bermula dari motor
listrik yang dihidupkan kemudian poros dari motor listrik menghubungkan ke pully
13 inch 2B, pully 13 inch 2B kembali menghubungkan ke poros pisau penghancur
dengan perantara pully 8 inch.

Gambar 3.6. Pisau Pencacah


31

4. Tabung Pengadukan

Tabung pengadukan ini merupakan tabung kedua yang dipasang dibawah


bagian pisau penghancur.Tabung ini berfungsi sebagai pengadukan sampah yang
telah dihancurkan dengan menggunakan pisau pencacah. Tabung ini berbeda
ukurannya dengan tabung pencacah dikarenakan sampah yang sudah tercacah akan
ditampung dan disimpan berhari-hari dalam tabung tersebut, dan sesekali akan
dilakukan pengadukan dengan cairan bioaktivator. Tabung ini juga mempunyai pipa
dengan panjang ±7 cm untuk memasukkan cairan bioaktivator, serta pada bagian
bawah tabung memiliki pintu yang dapat dibuka tutup untuk dapat mengecek suhu
dan mengambil hasil akhir.

Gambar 3.7 Tabung Pengadukkan

5. Besi Pengadukan

Besi pengadukan ini berfungsi sebagai alat untuk mencampurkan hasil cacahan
dengan bioaktivator didalam tabung pengadukan dengan ukuran yang telah
disesuaikan. Pengadukan ini menggunakan besi yang berdiameter 1,5 cm yang
dibentuk sedemikian rupa.
32

Gambar 3.8 Pisau Pengadukan Sampah

6. Motor Listrik

Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas
digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja
berdasarkan induksi medan magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor ini
bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai
akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating
magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator (Zuriman,2014)

Jenis penggerak yang sering dipakai adalah motor listrik. Pada kerangka
dipasang motor penggerak dengan empat buat baut pengencang. Mesin penggerak ini
dihubungkan ke tabung pencacah dan pengaduk dengan menggunakan V-belt yang
disesuaikan dengan ukuran yang digunakan.

Gambar 3.9 Motor Listrik 1hp


33

7. Pully

Pullymerupakanalat yang digunakan sebagai penghantar daya yang


berfungsisebagai sabuk untuk menjalan kan kekuatan. Fungsi dari pully seperti hanya
deskripsi dari pully itu sendiri yaitu penghantar daya, tak hanya itu sebenarnya pully
mempunyai fungsi penghubung mekanis kepada AC, Power Streering, Alternator dan
masih banyak lagi yang akan dihubungkan dengan pully.

Gambar 3.10 Pulley

8. V-belt

V-belt berfungsi sebagai penghubung putaran dari pully primer ke pully


sekunder.Besarnya diameter v-belt bervariasi tergantung pabrikan motornya.Diameter
v-belt biasanya diukur dari dua poros, yaitu poros crankshaft poros primary drive
gearshift. V-belt terbuat dari karet dengan kualitas tinggi, sehingga tahan terhadap
gesekan dan panas.

9. Ban Roda

Roda pada smart composter ini memiliki 4 buah sebagai penunjang atau
konstruksi dari mesin komposter untuk dapat berjalan. Pada ban roda yang digunakan
34

dapat dikunci agar bantidak terus berjalan saat mesin sedang dijalankan
(Calvien,2014).

3.5 Kualitas

Kualitas diketahui dari:

- Pengujian Alat
Alat smart composter ini nantinya akan diuji kelayakan mulai dari alat
pencacah, pewadahan, sirkulasi udara, kecepatan pengadukan kompos
- Identifikasi Kualitas Sampah
Mengidentifikasi kualitas sampah organik didaerah pengungsian dan jumlah
kadar air dari sampah sisa makanan yang dihasilkan di daerah pengungsian
- Menguji Hasil Kompos
Tabel Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (SNI
19-7030-2004)
Tabel 3.1 Standar Kualitas Kompos
35

3.6 Data Kuantitas


Kapasitas Mesin Pencacah

Kapasitas mesin pencacah adalah jumlah bahan yang dicacah dalam


waktu tertentu (jam) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:

………………………………………………………………………..(3.1)

Dimana :
k = Kapasitas mesin (ton/jam)
W = berat bahan yang akan dicacah (ton)
t = waktu yang dibutuhkan untuk pencacahan (jam)

Perhitungan Daya Motor

Kebutuhan daya motor dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

…………………………………………...……………………….(3.2)

Dimana :
P = daya motor (Watt)
V = tegangan listrik (Volt)
I = arus listrik yang dihasilkan (Ampere)

Transmisi Daya
Penyaluran daya dari motor ke mesin dilakukan dengan menggunakan
pully dan sabuk V. Secara teoritis kecepatan putar dapat dihitungdengan
menggunakan rumus (Bintarso,2011) :
s
36

Dimana :
n1 = kecepatan putar motor penggerak (m/s)
n2 = kecepatan putar pisau penggerak (m/s)
D1 = Diameter pully motor penggerak (m)
D2 = Diameter pully pada pisau penggerak (m)
V = Kecepatan linier sabuk V (m/s)
(Bintarso, 2011)

Anda mungkin juga menyukai