Anda di halaman 1dari 15

PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN

Dalam banyak kasus, air larian (air permukaan) yang berasal dari kandang atau hasil
penyiramannya membanjiri lahan sekitarnya dan mengakibatkan pencemaran terhadap badan air.
Selain itu juga mengakibatkan pencemaran udara karena hasil penguraian bahan organik limbah
ternak yang dibuang dengan cara hanya ditumpuk dan menggunung disuatu tempat tanpa
penanganan yang benar dapat menghasilkan gas yang berbau dan berbahaya bagi kesehatan
manusia. Keadaan tersebut berpengaruh terhadap upaya masyarakat untuk mengatasi masalah
yang ditimbulkan, yaitu dengan cara menciptakan metode untuk tujuan penanganan,
penyimpanan dan pengolahan limbah ternak. Dengan metode ini dapat memfasilitasi para
pelajar, teknokrat, pengusaha ternak, pemerintah daerah dan pemegang kebijakan untuk
melakukan upaya penyelesaian masalah yang ditimbulkan oleh limbah peternakan.
Pada prinsipnya,tujuan utama para produsen adalah diperolehnya keuntungan usaha dan
pada saat yang sama kualitas lingkungan air dan udara dapat mendukung kegiatan usaha tersebut.
Hal ini diperlukan keseimbangan yang harmonis antara produksi, keuntungan dan kualitas
lingkungan.

Sistem yang dipilih secara teknis dapat dilakukan dan secara ekonomis memberikan
kontribusi terhadap nilai tambah pendapatan serta sesuai dengan upaya pemeliharaan kualitas
lingkungan. Walaupun tidak ada seorangpun yang bisa meramalkan perubahan yang terjadi di
masa yang akan datang, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
sistem pengelolaan limbah yang paling memungkinkan. Untuk itu ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan, antara lain :
Pola pertumbuhan penduduk

Kebijakan pemerintah

Perkembangan ekonomi

Perubahan ketersediaan sumberdaya alam dan teknologi

Sikap kesadaran masyarakat.

KARAKTERISTIK LIMBAH PETERNAKAN


2.1. Deskripsi Umum Karakteristik Limbah Peternakan

Tahap awal yang sangat penting harus diketahui dalam


pengelolaan limbah, termasuk limbah peternakan adalah berapa
jumlah yang pasti dan karakteristik limbah tersebut. Diketahuinya
karakteristik limbah peternakan merupakan faktor yang sangat
berperan untuk mendesain sistem pengelolaan secara biologis.
Karakteristik limbah peternakan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
sifat, yaitu sifat fisik, kimia dan sifat biologis.
Secara fisik karakteristik limbah peternakan dapat diketahui
berdasarkan bentuk (padat, semi padat dan cair), tekstur
(kekompakan) dan jumlah (kg per unit ternak) yang dihasilkan.
Secara kimiawi sifat limbah ditentukan oleh komposisi zat kimia
yang terkandung dan tingkat keasaman (pH). Secara biologis sifat
limbah ditentukan oleh jenis dan populasi mikroflora-fauna yang
terkandung di dalamnya, yang biasanya dicerminkan oleh jenis dan
populasi yang terdapat di dalam sistem pencernaan hewan ternak
yang menghasilkan limbah tersebut. Secara umum, ketiga sifat
tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis dan umur ternak, pakan
yang diberikan, tipe ternak dan cara pemeliharaannya.
Secara umum dinyatakan bahwa limbah peternakan
dikategorikan sebagai limbah yang volumenya sedikit akan tetapi
memiliki daya cemar yang sangat tinggi. Sangat berbeda dengan
limbah perkotaan yang besifat bulky, yaitu volumenya banyak akan
tetapi daya cemarnya relatif rendah. Limbah peternakan
mengandung sebagian besar bahan padat dan sedikit air sedangkan
limbah perkotaan mengan-dung sebagian besar air dan sedikit bahan
padatnya.
2.2. Bahan Padat Limbah Peternakan

Diketahuinya jumlah bahan padat di dalam limbah


peternakan sangat penting untuk mengevaluasi daya cemarnya dan
dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem pengelolaan
yang dibutuhkan. Selain itu juga dapat digunakan sebagai suatu
petunjuk untuk mengevaluasi efisiensi dan efektifitas perangkat
sistem pengelolaan. Bahan padat limbah peternakan dibagi menjadi
dua, yaitu bahan yang mudah terendapkan (fixed matter) dan bahan
yang mudah berubah (volatile matter). Bahan padat yang mudah
berubah mengindikasikan tingginya daya cemar limbah peternakan
karena komposisinya sangat mudah terurai atau membusuk dan
menghasilkan gas. Sebaliknya, bahan padat yang mudah
terendapkan dari limbah peternakan tidak terlalu eksklusif dan lebih
mudah ditangani.
Bahan padat limbah peternakan lebih lanjut dapat dibagi ke
dalam bahan yang tersuspensi dan terlarut, yang masing-masing
dapat dibagi lagi menjadi bagian yang mudah berubah dan
terendapkan. Limbah padat tersuspensi merupakan bahan yang
sangat menentukan di dalam mengevaluasi karakteristiknya. Tidak
hanya digunakan untuk menentukan daya cemarrnya tetapi juga
digunakan untuk mengevaluasi efisiensi sistem pengelolaan yang
dilakukan. Seluruh limbah padat tersuspensi dapat dikelola dengan
cara biologis dan kimiawi.
Bahan padat limbah peternakan yang dapat mengendap
merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk melihat bahan padat
yang tersuspensi yang turun ke bawah dikarenakan pengaruh
gravitasi. Hal ini dapat dilihat dengan mudah terutama pada saat
tidak dilakukan pengadukan. Pada umumnya sifat ini berguna untuk
memisahkan limbah dari campuran pasir yang terbawa menggunakan
tangki pengendapan sebelum limbah diproses secara biologis. Bahan
padat yang dapat diendapkan juga digunakan untuk menentukan
efektifitas pengelolaan secara biologis. Hal ini penting terutama
dalam evaluasi kondisi kolam oksidasi pada sistem lagon dan sistem
aerasi yang luas.

Pemecahan bahan padat limbah peternakan menjadi


komponen bagiannya dapat digambarkan sebagai berikut (Merkel,
1981) :

Total solid = Total volatile + Total


Fixed
= =
=
Total suspended = Volatile suspended + Fixed
suspended
+ +
+
Total dissolved = Volatile dissolved + Fixed
dissolved

2.3. Zat Kimia dan Tingkat Keasaman Limbah Peternakan

Secara garis besar zat kimia yang terkandung di dalam


limbah peternakan dan merupakan inti dari pembahasan dalam upaya
pengelolaan adalah bahan organik yang terdiri atas karbohidrat,
protein dan lemak.
TEKNIK PENANGANAN LIMBAH PETERNAKAN

Keberhasilan pengelolaan limbah peternakan sangat


dipengaruhi oleh teknik penanganan yang dilakukan, yang meliputi
teknik pengumpulan (collections), peng-angkutan (transport),
pemisahan (separation) dan penyimpanan (storage) atau pem-
buangan (disposal). Walaupun telah banyak diketahui bagaimana
teknik pengelolaan limbah, namun dikarenakan perkembangan
bidang peternakan sangat dinamik, terutama perkembangan populasi
dan sistem budidaya intensif, maka perlu dikembangkan pula aspek
teknik baru yang dapat menyesuaikan dinamika tersebut.

3.1. Pengumpulan (Collections) Limbah Peternakan

Dalam upaya memenuhi kebutuhan telur, daging, susu dan


kulit, semula petani memelihara ternak hanya beberapa ekor. Ternak
peliharaannya bebas mencari makanan sendiri di kebun-kebun atau
di ladang dan jumlah limbah yang dihasilkan masih sangat sedikit
dan belum menimbulkan masalah bagi lingkungan. Lingkungan
hidup masih mampu mengabsorpsi banyaknya limbah yang
dihasilkan, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Tetapi setelah
waktu berlalu, tidak hanya menambah jumlah ternaknya, petani juga
meningkatkan sistem pemeliharaannya dengan membangun kandang
dan gudang dengan maksud untuk menjaga petani dan hewan
peliharaannya dari gangguan cuaca yang buruk. Pada waktu yang
sama, dikarenakan jumlah ternak bertambah dan dikandangkan,
petani dihadapkan pada masalah penanganan limbah ternak yang
bertambah banyak dan menumpuk di lantai kandang. Sejak kondisi
ini terjadi, petani mulai memikirkan bagaimana cara menangani
limbah peternakan agar usahanya tidak merugi. Bila diamati, pada
waktu yang lalu sebagian besar petani menggunakan sistem
penanganan limbah dengan parit (gutter) dan kemiringan lantai
kandang (sloping floors).
Arah kemiringan dibuat agar pada saat dibersihkan dengan
air, dengan mudah limbah mengalir menuju ke parit. Limbah ternak
berbentuk cair tersebut dikumpulkan diujung parit untuk kemudian
dibuang. Pada kandang sistem feedlots terbuka, sebagian besar
limbah ternak menumpuk di lokasi yang terbuka di depan kandang.
Agar pengumpulan limbahnya lebih mudah, lantai pada lokasi ini
biasanya ditutup dengan bahan yang keras dan rata dengan
kemiringan tertentu untuk mengalirkan limbah cairnya. Untuk
membersihkan lantai digunakan pipa semprot yang kuat agar limbah
cair dapat didorong dan mengalir ke tempat penampungan.
Berdasarkan sistem tersebut, ada tiga cara mendasar
pengumpulan limbah, yang disebut :
Scraping, yaitu membersihkan dan mengumpulkan limbah dengan

cara menyapu atau mendorong/menarik (dengan sekop atau alat lain)


limbah.
Free-fall, yaitu pengumpulan limbah dengan cara membiarkan

limbah tersebut jatuh bebas melewati penyaring atau penyekat lantai


ke dalam lubang pengumpul di bawah lantai kandang.
Flushing, yaitu pengumpulan limbah menggunakan air untuk

mengangkut limbah tersebut dalam bentuk cair.

Scraping :

Scraping diduga merupakan cara pengumpulan limbah yang


paling tua dilakukan oleh para petani-peternak. Scraping dapat
dilakukan dengan cara manual ataupun mekanik. Pada dasarnya,
kedua cara tersebut menggunakan alat yang terdiri atas plat logam
yang fungsinya untuk mendorong atau menarik limbah sepanjang
lantai dengan maksud agar limbah terlepas dari lantai dan dapat
dikumpulkan.
Cara manual, biasanya dipakai pada kandang panggung
(stanchions), yaitu untuk membersihkan limbah yang melekat di
jeruji lantai kandang atau di tempat-tempat fasilitas kandang yang
lain. Cara ini juga dilakukan untuk membersihkan limbah yang
terdapat di sepanjang parit dan bak pengumpul terutama limbah
padat yang melekat di dinding dan sukar larut dalam air sehingga
tidak dapat dialirkan. Cara ini digunakan terutama untuk pekerjaan
yang membutuhkan tenaga kerja banyak dan sebagai penyempurnaan
sistem pengelolaan limbah peternakan.
Sistem mekanik memiliki cara kerja yang sama dengan
sistem manual, hanya saja pada sistem ini menggunakan kekuatan
traktor atau unit kekuatan yang tetap. Sebagai contoh alat yang
disebut Front-end Loader, yaitu mesin yang alat pembersih atau
penyodoknya terletak di bagian depan. Alat jenis ini biasanya
digunakan untuk mem-bersihkan dan mengumpulkan limbah dari
permukaan lantai kandang ke tempat pe-nampungan untuk kemudian
disimpan atau diangkut dengan kereta (kendaraan) untuk disebar ke
ladang rumput. Contoh lain adalah disebut Tractor Mounted Scraper
Blade, yaitu mesin yang alat pembersih atau penyodoknya terletak di
bagian depan dan belakang berupa pisau. Mesin pembersih ini
biasanya dipakai bersama dengan jalur pengisian dimana limbah
(manure) bisa langsung dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan
atau dimasukkan ke dalam penyemprot limbah. Mesin ini sering
digunakan sebagai fasilitas untuk memindahkan limbah yang
menumpuk di tengah kandang feedlots pada periode waktu tertentu.
Selain itu, juga digunakan untuk membersihkan kandang sapi perah
yang limbahnya langsung jatuh di lantai dan terakumulasi di tengah
alley (jalan akses) kandang. Tractor Mounted Scraper Blade ini juga
dapat digunakan untuk membersihkan litter pada kandang ayam
pedaging atau dari lubang penampung limbah ayam petelur sitem
batere. Pada umumnya dinyatakan bahwa mesin pembersih ini
digunakan untuk mengumpulkan limbah yang tertumpuk di atas
lantai di bawah ternak langsung. Keuntungan menggunakan mesin
ini adalah biaya awalnya lebih murang. Sedangkan kelemahannya
adalah 1) diperlukannya tenaga operator dan 2) selama digunakan
sering terjadi penimbunan limbah yang menempel di alat yang
mengakibatkan pencemaran udara dan sebagai tempat
berkembangnya lalat.

Free-Fall :

Pengumpulan limbah peternakan dengan system free-fall ini


dilakukan dengan membiarkan limbah melewati penyaring atau
penyekat lantai dan masuk ke dalam lubang penampung. Teknik ini
telah digunakan secara ekstensif dimasa lampau untuk peternakan
hewan tipe kecil, seperti ayam, kalkun, kelinci dan ternak jenis lain.
Baru-baru ini juga digunakan untuk ternak besar, seperti babi dan
sapi. Pada dasarnya ada dua sistem free-fall, yaitu sistem kandang
yang lantainya menggunakan (1) penyaring lantai (screened floor)
dan (2) penyekat lantai (slotled floor).

Sceened floors.
Lantai kandang sistem ini dapat dibuat menggunakan kawat
kasa atau besi gril yang berukuran mes lebih besar dan rata. Mes
kawat kasa yang digunakan biasanya berukuran 1,6 cm 2 (0,025 in2)
untuk anak ayam sampai 6,45 cm2 (1in2) untuk ayam dewasa.
Kawat dapat dipasang dengan direntangkan seluas lantai kandang
agar limbah langsung jatuh ke lantai atau tempat penampungan.
Selain itu, juga dapat digunakan pada kandang batere (cage) yang
bentuknya diatur agar limbah langsung jatuh ke lantai kandang atau
tempat penampungan. Penggunaan plat besi yang berbentuk gril dan
ukurannya lebih besar dan rata diperuntukkan hewan yang lebih
besar seperti babi dan pedet. Penggunaan kawat kasa sangat
memungkinkan untuk tempat pijakan hewan yang ada di dalamnya
dan memudahkan limbah dapat dikeluarkan.

Slotled floors.
Slotled floor merupakan salah satu bentuk lantai bersekat
(jeruji) yang dipasang dengan jarak yang teratur dan rata sehingga
ukuran dan jumlahnya mencukupi untuk keluarnya limbah dari
lantai. Selain itu juga mudah dibersihkan dari kemungkinan
menempelnya limbah pada lantai. Lubang di bawah lantai
merupakan tempat untuk pengumpulan dan penampungan sementara
untuk kemudian limbah diolah dan atau digunakan. Slotled floor
dapat dibuat dari bermacam bahan, seperti kayu, beton atau besi
plat.
Kayu yang digunakan sebaiknya jenis yang keras karena
dapat bertahan 2 5 tahun. Sekat yang berasal dari kayu biasanya
dibuat dengan ukuran lebar bagian atas 8 cm dan bagian bawah 6cm,
ketebalan 9 cm. Jarak antara sekat biasanya 2 cm.
Apabila menggunakan bahan beton sekat dibuat dengan
ukuran lebar bagian atas 12,7 cm dan bagian bawah 7,5 cm dengan
ketebalan 10 cm, agar tidak mudah patah. Jarak antara sekat dibuat
sesuai dengan panjang kandang dan ukuran ternak yang dipelihara.
Sekat dari logam biasanya buatan pabrik yang telah dilapisi
stainles atau aluminium untuk mencegah terjadinya karat.
Penggunaan sekat logam lebih mudah untuk penanganan limbah,
pemasangannya praktis dan mudah dipindahkan dibandingkan
dengan sekat beton.
Penggunaan lantai sistem sekat dapat meningkatkan sanitasi
dan mengurangi tenaga kerja untuk membersihkan kandang.
Penggunaan sekat juga memisahkan ternak dari limbahnya sehingga
lingkungan menjadi bersih. Keuntungan lain dari penggunaan sekat
ini adalah mengurangi biaya gabungan antara pengadaan dan
penanganan alas kandang (litter).

Flushing :

Pengumpulan limbah dengan cara flushing meliputi prinsip kerja :

Penggunaan parit yang cukup untuk mengalirkan air yang deras

untuk mengangkut limbah.


Kecepatan aliran yang tinggi.

Pengangkutan limbah dari kandang.

Sistem flushing telah digunakan sejak tahun 1960-an dan


menjadi cara yang makin populer digunakan oleh peternak untuk
pengumpulan limbah ternak. Hal ini dikarenakan lebih murah
biayanya, bebas dari pemindahan bagian, sama sekali tidak atau
sedikit sekali membutuhkan perarawatan dan mudah dipasang pada
bangunan baru atau bangunan lama. Disebabkan frekuensi flushing,
limbah ternak yang dihasilkan lebih cepat dibersihkan, mengurangi
bau dan meningkatkan kebersihan kandang. Hal ini menjadikan
sirkulasi udara dalam kandang lebih baik, yang menghasilkan sistem
efisiensi penggunaan energi.
Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam mendesain
parit flushing adalah : (1). Lokasi parit berada di dalam fasilitas
peternakan dan (2). Desain parit harus rata dan menggunakan jenis
perlengkapan yang memadai.
Lokasi parit :
Untuk keberhasilan pengelolaan limbah peternakan, lokasi
parit di dalam kandang harus dapat berfungsi untuk mengumpulkan
limbah yang terdapat di seluruh bagian kandang. Pada unit
pertumbuhan dan penggemukan babi, parit dapat ditempatkan di
bagian belakang ruang penyekat sepanjang kandang. Secara alami
babi sangat tertarik dengan aliran air dan dapat dikondisikan berak di
parit, oleh karena itu lantai kandang kondisinya tetap bersih. Untuk
babi yang sedang menyusui, parit pembersih (pembilas) limbah
sebaiknya tertutup agar anak babi tidak terperosok ke dalamnya.
Parit pembersih ini juga dapat digunakan untuk kandang sapi
perah untuk memindahkan limbah yang terkumpul di tengah alley
kandang. Alley dapat dibuat selebar 3 m untuk mempermudah
penempatan parit. Kedalaman parit berkisar 20 25 cm yang
terletak di dua sisi alley untuk mengalirkan air flushing. Parit
pembersih jarang digunakan untuk peternakan ayam.

Desain parit :
Desain parit merupakan faktor penting dalam pengelolaan
limbah peternakan. Panjang parit yang efektif untuk flushing
didasarkan pada asumsi bahwa bila kedalaman aliran kurang dari
1,27 cm (0,5 in) dan kecepatan aliran kurang dari 0,46 m/detik, maka
limbah tidak dapat terangkut.
Berdasarkan hasil perhitungan matematis (Nye dan John,
1975) disimpulkan bahwa desain parit yang memenuhi syarat adalah
sebagai berikut :
Parit pembersih dapat dibuat dari bahan tembok dengan ukuran
kemiringan 0.005m/m, kedalaman 7,5 10 cm dan panjang parit
kurang dari 24 m.
Untuk panjang parit maksimal, 60 m lebih, gunakan kemiringan
yang bervariasi atau parit yang mengecil di bagian ujung.
Gunakan durasi yang tinggi dan kecepatan aliran yang tinggi pula
agar pembersihan lebih efektif pada saluran yang panjangnya lebih
dari 30 m.

Perlengkapan flushing :
Ada 3 perlengkapan yang umumnya digunakan untuk
flushing, yaitu : (1) penutup tangki penampung, (2) tangki
penampung limbah dan (3) pipa untuk membantu memindahkan
limbah dalam parit.
Perlengkapan flushing harus memenuhi syarat, antara lain
kuat, sederhana, mudah dioperasikan dan tahan karat. Selain itu,
akan lebih baik bila perlengkapan tersebut mudah pemasangannya
pada bangunan, tidak memakan tempat dan harus dapat dipakai juga
untuk mengangkut air pada kapasitas tertentu untuk setiap durasi
flushing.

3.2. Pengangkutan Limbah Peternakan

Setelah limbah peternakan dikumpulkan di lahan


penyimpanan sementara, biasanya diangkut untuk diolah dan atau
dibuang ke ladang rumput. Cara pengangkutan limbah dari tempat
pengumpulan bergantung pada karakteristik aliran limbah.
Karakteristik aliran limbah bergantung pada terutama umur dan jenis
ternak dan juga pada sistem pengumpulan limbah yang digunakan.
Misal, cara pengangkutan limbah yang dikumpulkan menggunakan
cara scraping berbeda dengan yang menggunakan flushing. Sobel
(1956) dalam Merkel (1981) mengklasifikasikan cara pengangkutan
limbah berdasarkan karakteristiknya, yaitu semisolid, semiliquid dan
liquid.

Limbah peternakan semipadat :


Limbah yang berbentuk semipadat jelas tidak dapat
dialirkan tanpa bantuan penggerak secara mekanik. Limbah terletak
kuat pada lantai (lengket) dan sangat berat untuk dipindahkan dan
membutuhkan periode waktu yang lama. Pada umumnya
berpendapat bahwa lebih tepat limbah ini dikategorikan sebagai
limbah segar.

Limbah peternakan semicair :


Limbah semicair adalah limbah yang telah mengalami
pengenceran dengan air dan bertambahnya aktifitas mikroorganisme.
Limbah dengan mudah dapat dialirkan tanpa bantuan mekanik yang
dapat dengan mudah dilihat dengan mata telanjang. Limbah
semiliquid biasanya mengandung 5 15 % bahan kering (total solid
concentrasions) dan diklasifikasikan sebagai slurry.

Limbah peternakan cair :


Limbah peternakan yang cair adalah limbah yang sudah
berbentuk cairan yang pada umumnya mengandung bahan kering
(total solid concentrasions) kurang dari 5 % dan berasal dari aliran
kandang feedlot, efluen dari sistem pengolahan dan kamar susu.
Karakteristik alirannya hampir sama dengan aliran air dan susu.
Ada dua sistem pengangkutan limbah peternakan, yaitu (1)
pengangkutan secara mekanik untuk limbah padat dan atau
semipadat, (2) pengangkutan dengan air (hydraulic transport) untuk
limbah cair dan semicair.

Pengangkutan secara mekanik

Limbah peternakan yang berbentuk padat atau semipadat


dapat diangkut secara mekanik menggunakan alat konveyor atau
pompa penyedot.

Konveyor :
Ada beberapa macam konveyor yang digunakan di bidang
pertanian, diantaranya belt conveyor, chain conveyor, apron
conveyor, pneumatic conveyor, dsb. Untuk tujuan pengangkutan
limbah peternakan pada umumnya menggunakan chain conveyor.
Konveyor ini sangat cocok untuk limbah peternakan karena selain
biayanya murah juga sederhana, mudah dibuat, dan sangat
operasional untuk berbagai kondisi. Bentuk spesifik konveyor untuk
penanganan limbah ternak adalah scraper conveyor. Alat jenis ini
sering digunakan untuk membersihkan parit dan alley kandang.

Pompa penyedot :

Sistem lain pengangkutan limbah peternakan secara mekanik


adalah menggunakan pompa penyedot yang terdiri atas pipa
penghisap berukuran besar yang digunakan untuk menggerakan
cairan atau padatan melalui pipa ke kolam penampungan. Ada dua
tipe pompa penyedot, yaitu hollow piston pump, digunakan untuk
mengangkut (memindahkan) limbah peternakan cair sedangkan dan
solid piston pump, digunakan untuk mengangkut (memindahkan)
limbah peternakan semipadat.

Pengangkutan limbah peternakan dengan sistem aliran :

Tipe aliran.

Pada pengangkutan sistem ini dikategorikan ada beberapa


tipe aliran, yaitu :
Steady flow, tipe aliran yang terjadi tidak mengalami perubahan

karena waktu dan aliran relatif konstan.


Varied flow, tipe aliran yang kecepatan berubah-ubah bergantung

kondisi pada waktu tertentu.


Uniform flow, tipe aliran ini terjadi apabila tidak ada perubahan

kecepatan pada arah aliran secara spontan.


Nonuniform flow, tipe ini terjadi apabila kecepatan aliran bervariasi

antara tempat yang satu dengan yang lain secara spontan.

Bentuk Saluran

Bentuk saluran pengangkutan limbah terdiri atas bentuk


saluran terbuka yaitu saluran yang bagian permukaannya tampak
terlihat dan bentuk saluran yang tertutup. Bentuk saluran yang
tertutup pada umumnya menggunakan pipa yang terbuat dari bahan
logam atau PVC.

Anda mungkin juga menyukai