Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

( gaya,tipe,model dan pendekatan kepemimpinan)

Di SUSUN OLEH

Kelompok 2

MUH ASHRAF HANAFI 201902014


MARNA 201902005
SIRAJUDDIN NASIR 201902098
ROBY PRATAMA 201702138

STIM LASHARAN JAYA MAKASSAR


2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah ‘ala kulli haalin wa nikmatin, segala puji bagi Allah SWT dalam setiap
keadaan dan setiap curahan nikmat yang tak terhingga. Semoga shalawat dan salam tetap
terlimpahkan kepada baginda Rasulullah saw, keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya
yang setia terhadap sunnahnya dan semoga didalamnya kita semua. Aamiin.
Saya  dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “Gaya,Tipe,Model Dan
Pendekatan Kepemimpinan”  dengan lancar tanpa halangan suatu apapun. Makalah ini disusun
sebagai tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. Dalam pembuatan makalah ini, saya
banyak mendapatkan hambatan dan tantangan namun dengan dukungan dari berbagai pihak,
tantangan tersebut dapat diatasi.
Oleh karna itu, saya berterima kasih kepada teman-teman yang telah berpatisipasi dalam
membuat makalah ini. Apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, baik
dalam pengetikan, penyusunan, maupun isinya, maka kami dengan senang hati menerima saran
dan kritik dari pembaca guna penyempurnaan penulisan berikutnya.
Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat menambah khasanah keilmuan dan
bermanfaat bagi pembaca terutama bagi kami. Amin yaa rabbal’alamin

Makassar , 2 November 2021

                                                                                               
Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... 1

KATA PENGANTAR........................................................................................ 2

DAFTAR ISI....................................................................................................... 3

BAB 1 (PEMBAHASAN).................................................................................. 4

A. Gaya Tipe Kepemimpinan......................................................................... 4

B. Penerapan Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi................................... 9

C. Pendekatan Kepemimpinan....................................................................... 9

D. Model Kepemimpinan............................................................................... 11

BAB 2 (Penutup)................................................................................................ 13

A. Kesimpulan................................................................................................ 13

B. Daftar pustaka............................................................................................ 14

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gaya Tipe Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin untuk mempengaruhi
bawahannya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada
saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat. Gaya
kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat
mempengaruhi anak buahnya atau bawahannya. Apa yang dipilih pemimpin untuk dikerjakan,
cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompoknya akan membentuk gaya
kepemimpinannya.Ada banyak gaya kepemimpinan yang telah dituturkan oleh para ahli, akan
tetapi menurut Hadari Nawawi pada dasarnya secara teoretis gaya kepemimpinan itu dibedakan
menjadi tiga yaitu gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan laissez faire dan gaya
kepemimpinan demokratis. Adapun penjelasan dari ketiga gaya kepemimpinan ini adalah
sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan otoriter
Gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan pada seseorang atau ditangan
sekelompok kecil orang yang disebut atasan atau orang yang kedudukannya sebagai pihak
penguasa. Adapun sejumlah orang yang dipimpin jumlahnya lebih banyak yang disebut bawahan
yang kedudukannya tidak lebih daripada pelaksana kehendak atau keputusan atasannya.Di dalam
kepemimpinan otoriter ini, pihak atasan atau pihak yang berkedudukan sebagai penguasa adalah
penentu yang tidak dapat dibantah dan orang lain harus tunduk pada kekuasaannya dengan
mempergunakan ancaman dan hukuman sebagai alat dalam menjalankan kepemimpinannya.
Gaya kepemimpinan otoriter ini mengembangkan cara yang disebut “working in his group” yaitu
kegiatan hanya melaksanakan perintah atasan. Bawahan tidak diberi kesempatan untuk
berinisiatif dan mengeluarkan pendapatnya. Suatu kreatifitas dalam suatu pekerjaan akan
dianggap suatu penyimpangan, sekalipun terkadang kegiatan yang dilakukan tersebut bias
emberikan hasil yang lebih efesien dan efektif bila dibandingkan dengan perintah yang telah
diberikan. Secara sederhananya kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang dilakukan
berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
a.       Menyamakan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
b.      Menganggap bawahan sebagai alat
c.       Tidak mau menerima kritis, saran dan pendapat
d.      Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya.
e. Dalam melakukan penggerakan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung
paksaan.

4
2. Gaya kepemimpinan leissez faire
Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya tidak melaksanakan kegiatan dengan cara apapun.
Pemimpin dalam hal ini Cuma berkedudukan sebagai symbol karena realitas kepemimpinannya
dilakukan dengan memberikan kebebasan sepenuhnya pada orang yang dipimpin untuk berbuat
dan mengambil keputusan secara perseorangan. Pimpinan dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya hanya berfungsi sebagai penasehat, dengan memberikan kesempatan bertanya
bilamana dirasa perlu. Dengan demikian, bila orang yang dipimpin merasa mampu mengambil
keputusan sendiri dan melaksanakannya sendiri pula, maka pemimpin tidak akan berfungsi.
Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan leissez faire ini, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dan partisipasi minimal dari
pemimpin.
b. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu
siap sedia akan memberi informasi pada saat ditanya.
c. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam menentukan tugas.
d.  Pemimpin terkadang memberikan komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau
pertanyaan akan tetapi tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
3. Gaya kepemimpinan demokratis
Gaya kepemimpinan ini, menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting.
Pemimpin memandang orang lain sebagai subyek yang memiliki sifat-sifat manusiawi seperti
dirinya. Setiap orang dihargai dan dihormati sebagaimana manusia yang memiliki kemampuan,
kehendak, pikiran, minat, perhatian, pandapat,  dan lain-lain yang berbeda antara yang satu
dengan yang lain. Oleh karena itu, semua harus dimanfaatkan dan diikut sertakan dalam semua
kegiatan organisasi. Keikutsertaan itu tentunya disesuaikan dengan posisi masing-masing yang
memiliki wewenang dan tanggung jawab yang sama pentingnya bagi pencapaian tujuan
bersama.Gaya kepemimpinan demokratis ini merupakan gaya kepemimpinan yang aktif, dinamis
dan terarah yang berusaha memanfaatkan setiap orang untuk kepentingan kemajuan dan
perkembangan organisasi. Saran-saran, kritik dan pendapat setiap anggota disalurkan dengan
sebaik-baiknya dan diusahakan memanfaatkannya bagi pertumbuhan dan kemajuan organisasi
sebagai perwujudan tanggung jawab bersama.

5
Adapun beberapa ciri dari gaya kepemimpinan demokratis, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah makhluk yang mulia.
b. Senang menerima saran, kritik dan pendapat.
c. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuaan.
d. Selalu berusaha menjadikan bawahan lebih sukses darinya.
Sedangkan menurut Engkoswara dan Aan Komariah, jenis gaya kepemimpinan yang
sesuai dengan era desentralisasi sekarang ini adalah gaya kepemimpinan transaksional,
kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan visioner. Adapun penjelasan dari tiga gaya
kepemimpinan ini adalah sebagai berikut:
1.  Gaya kepemimpinan transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada tuga yang
diemban bawahan. Pemimpin adalah seorang yang mendesain pekerjaan beserta mekanimenya
dan staf adalah seorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
Peran kepemimpinan transaksional lebih kepada peran sebagai manajer, karena ia sangat terlibat
dalam aspek prosedural manajerial  yang metodologis dan fisik. Kepemimpinan transaksional
tidak mengembangkan pola hubungan “laissez faire” atau membiarkan personil menentukan
sendiri pekerjaannya.
2. Gaya kepemimpinan transformasional
Istilah transformasional mengandung makna bahwa menjadikan orang yang dipimpin
sebagai seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan transformasional merupakan suatu proses yang
pada dasarnya para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ketingkat moralitas dan
motivasi yang lebih tinggi. Seorang pemimpin transformasional memandang nilai-nilai
organisasi sebagai nilai luhur yang perlu dirancang dan ditetapkan oleh seluruh staf sehingga
para staf memilikinya dan komitmen dalam pelaksanaannya. Seorang pemimpin
transformasional adalah agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator yaitu yang memberi
peran mengubah sistim kearah yang lebih baik.
3. Gaya kepemimpinan visioner
Gaya kepemimpinan ini merupakan gaya kepemimpinan yang relevan dengan
tuntutan “scholl based management” dan didambakan bagi terciptanya kualitas pendidikan.
Seorang pemimpin yang memiliki gaya visioner ini akan memiliki kerja pokok yag difokuskan
pada rekayasa mas depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan yang unggul dan
menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas.

6
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan dalam mencipta, merumuskan,
mengkomunikasikan/mensosialisasikan/mentransformasikan dan mengimplemen- tasikan
pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi social diantara
anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan
yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil.Selain gaya kepemimpinan
yang telah diungkapkan diatas, masih ada gaya kepemimpinan yang lain, diantaranya adalah :
1.  Tipe Militeristik
Gaya kepemimpinan tipe militeristik ini adalah seorang oemimpin di dalam memipin dengan
mengguanakan sifat-sifat antara lain sebagai berikut:
a. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan
b. Senang bergantung pada pangkat dan jabatannya
c. Senang pada formalitas yang berlebihan
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
e. Sukar menerima kritik dari bawahan
2. Tipe Paternalistik
Gaya kepemimpinan tipe paternalistik ini adalah seorang oemimpin di dalam memipin
dengan mengguanakan sifat-sifat antara lain sebagai berikut:
a.  Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
b.  Bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberi kesempatan pada bawahannya untuk mengambil inisiatif danmengambil
keputusan
d. Jarang memberikan kesempatan pada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya
e. Sering bersikap maha tahu

7
3. Tipe Developer dan Tipe Compromiser
a. Tipe developer (pembangun)
Sifat dari tipe developer, adalah kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan
wewenang dengan baik dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
b. Tipe compromiser (kompromi)
Sifat dari tipe compromiser ini, antara lain: kurang tegas pendiriannya, selalu mengikuti angin
tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.
4. Tipe Kharismatik
Pemimpin yang kharismatik mempunyai daya tarik yang amat besar dan pada umumnya
mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak
dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikutnya. Sementara itu Susilo Martoyo
menyebutkan ada 6 tipe kepemimpinan, yaitu :
a. Tipe pribadi, didasarkan pada kontak pribadi secara langsung dengan bawahannya.
b. Tipe non pribadi, kurang adanya kontak pribadi dengan bawahannya, karena diantara mereka
ada sarana atau media tertentu seperti rencana-rencana, intruksi-intruksi, sumpah-sumpah,
sehingga hubungan tersebut bersifat tidak langsung.
c. Tipe otoriter kepemimpinan merupakan hak pribadi dan berpendapat bahwa ia dapat
menentukan apa saja dalam organisasi. .
d. Tipe demokratis, menitik beratkan kepada partisipasi kelompok dengan memanfaatkan
pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat kelompok.
e. Tipe paternalistis, cenderung terlalu “kebapakan“sehingga sangat memikirkan keinginan dan
kesejahteraan anak buahnya, terlalu melindungi dan membimbing.
f. Tipe indegenous, timbul dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan yang bersifat informal,
seperti perkumpulan-perkumpulan sepak bola, sekolah dan sebagainya, dimana interaksi antara
orang seorang dalam organisasi tersebut ditentukan oleh sifat dan pembawaan pemimpin.

8
B. Penerapan Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi
Pada dasarnya tidak ada satu gaya pun yang dapat diterapkan secara konsisten pada
beragam situasi orgaisasi. Para ahli menyebutkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang baik
untuk semua situasi sehingga masing-msinag memiliki keunggulan yang berbeda-beda. Karena
itu, aspek penerapan gaya kepemimpinan tidak lebih penting daripada persoalan kemampuan
kemampuan pemimpin memperlakukan semua unsur personel secara manusiawi. Oleh karena
itu, seorang pemimpin untuk mendapatkan hasil yang bagus dari gaya yang ia terapkan untuk
pencapaian sebuah target atau target-target tertentu, hendaknya memperhatiakn hal-hal sebagai
berikut:
1. Kepemimpinan seharusnya memberikan kesan yang menarik, karena dalam kepemimpinan
diperlukan gaya dan sikap yang sesuai dengan iklim organisasi yang sedang berlangsung.
2. Seorang pemimpin harus memimpin dengan bergantung pada penetapan kriteria-kriteria
tertentu yaitu tercapainya sasaran dan mampu mempertahankan kinerja organisasi secara tim
yang terpadu, aplikasi kriteria tersebut dapat diukur dan terstruktur.
3.Gaya kepemimpinan yang ideal menggunakan semua gaya yang ada sebaik mungkin pada
situasi yang mendukung dan memenuhi kebutuhan kinerja kepemimpinan itu sendiri. Hal ini
berarti situasilah yang mungkin menentukan gaya apa yang digunakan, oleh karena itu tidak
mungkin menerapkan satu gaya secara konsisten.

C. Pendekatan kepemimpinan
Setelah kita mengetahui arti pemimpin dan kepemimpinan yang didalamnya telah
menunjukkan kepada kita bahwa dalam mempelajari masalah kepemimpinan terdapat beberapa
pendekatan atau teori. Pendekatan itu dibedakan menjadi lima macam, yaitu teori kepemimpinan
awal yang terdiri atas pendekataan bawaan, sifat-sifat fisik, dan pendekatan latihan; teori
kepemimpinan sifat; teori kepemimpinan situasional; teori kepemimpinan kontigensi; dan teori
kepemimpinan path goal.
Akan tetapi carrol dan tosi merangkum pendapat-pendapat para ahli seperti tersebut
diatas menjadi tiga pendekatan/teori kepemimpinan saja, yaitu: pendekatan sifat, pendekatan
perilaku, dan pendekatan situasional. Ketiga pendekatan kepemimpinan inilah yang akan
menjadi fokus pembicaraan.

1. Pendekatan Sifat-Sifat
Telah dikemukakan bahwa keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin banyak
ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Sifat-sifat itu
ada pada seseorang karena pembawaan atau keturunan.
Jadi menurut pendekatan ini, seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang
dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Thierauf dan kawan-kawan mengemukakan
16 sifat kepemimpinan yang baik, yaitu kecerdasan, inisiatif, daya khayal, bersemangat,
optimisme, individualisme, keberanian, keaslian, kesediaan menerima, kemampuan
berkomunikasi, rasa perlakuan yang wajar terhadap sesama, kepribadian, keuletan, manusiawi,
kemampuan mengawasi, dan ketenangan diri.

9
Meskipun telah banyak penelitian tentang sifat-sifat kepemimpinan, hingga saat ini para peneliti
tersebut tidak berhasil menemukan satu atau sejumlah sifat yang dapat dijadikan sebagai ukuran
untuk menentukan membedakan pemimpin dan bukan pemimpin.

2. Pendekatan Perilaku
Berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh
sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan yang tampak
dalam kegiatan sehari-hari. Seperti cara membimbing dan mengawas hingga membina bawahan,
cara mengambil keputusan, dan sebagainya.Pendekatan perilaku inilah yang selanjutnya
melahirkan berbagai teori tentang tipe atau gaya kepemimpinan. Beberapa teori adalah
Initiating structure adalah cara pemimpin melukiskan hubungannya dengan bawahan
dalam usaha menteapkan pola organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang
akan dipakai. Sedangkan consideration adalah perilaku yang berhubungan dengan persahabatan,
saling mempercayai, saling menghargai, dan keintiman hubungan antara pemimpin dan
bawahannya. Adapun ciri-ciri kedua perilaku kepemimpinan itu adalah:

1) Mengutamakan tercapainya tujuan organisasi

2) Mementingkan produksi yang tinggi

3) Lebih banyak melakukan pengarahan

4) Memiliki sikap bersahabat

5) Mengutamakan pengarahan diri, disiplin diri, dan pengontrolan diri.

10
3.PendekatanSituasional
Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu
organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja, karena tiap-tiap
organisasi itu memiliki ciri-ciri khusus dan unik.
Pendekatan situasional atau kontingensi didasarkan pada asumsi bahwa keberhasilan
seorang pemimpin selain ditentukan oleh sifat-sifat dan perilaku pemimpin juga dipengaruhi oleh
situasi yang ada dalam organisasi.

D. Model Kepemimpinan
Model kepemimpinan kdidasarkan pada pendekatan yang mengacu kepada hakikat
kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku dan keterampilan seseorang yang berbaur,
kemudian membentuk gaya kepemimpinan yang berbeda. Beberapa model kepemimpinan yaitu:

1. Model kepemimpinan Kontingensi Fielder


Teori ini dikembangkan oleh fiedler dan chemers. Keberhasilan pemimpin bergantung
pada diri pemimpin maupun kepada keadaan organisasi. Menurut fiedler tak ada gaya
kepemimpinan yang cocok untuk semua situasi, serta ada tiga faktor yang perlu
dipertimbangkan, yaitu hubungan antara pimpinan dan bawahan, struktur tugas serta kekuasaan
yang berasal dari organisasi
Berdasarkan tiga dimensi tersebut, fiedler menentukan dua jenis gaya kepemimpinan
yaitu, gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas dimana ketika pemimpin merasa puas jika
tugas bisa dilaksanakan. Selanjutnya gaya kepemimpinan yang mengutamakan pada hubungan
kemanusiaan yang menunjukkan bahwa efektifitas kepemimpinan bergantung pada tingkat
pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingkat kondisi yang menyenangkan dalam situasi
tertentu.

2. Model Kepemimpinan Dua Dimensi


Ada Dua dimensi yang dapat dipakai untuk menentukan gaya kepemimpinan, yaitu
perhatian pada produksi atau tugas, perhatian pada orang, dan dimensi efektifitas dan gaya
tersebut dapat menjadi efektif dan tidak efektif, tergantung pada situasi.

 Gaya yang efektif yaitu:

a. Eksekutif adalah seorang pemimpin yang menjadi motivator bagi bawahannya tanpa mengenal
perbadaan yang dimiliki setiap individu.

b. Developer adalah seorang pimpinan yang mempunyai kepercayaan yang tinggi terhadap
orang-orang yang bekerja dalam organisasinya, dan sangat memperhatikan pengembangan
mereka sebagai individu.

c. Otokratis yang baik (benevolent autocrat) adalah pimpinan ini mengetahui secara tepat apa
yang ia inginkan dan bagaimana memperoleh yang diinginkan tersebut tanpa menyebabkan
ketidakseganan di pihak lain.

11
d. Birokrat adalah pimpinan ini sangat tertarik pada peraturan-peraturan dan menginginkan
peraturan tersebut dipelihara serta melakukan control situasi secara teliti.

 Gaya yang tidak efektif yaitu:

a. Pencinta kompromi (compromiser) adalah Gaya ini memberikan perhatian yang besar pada
tugas dan hubungan kerja dalam suatu situasi yang menekankan pada kompromi sehingga
memberikan tekanan yang mempengaruhinya.

b. Missionari adalah Gaya yang memberikan penekanan yang maksimum pada orang-orang dan
hubungan kerja, tetapi memberikan perhatian minimum terhadap tugas dan perilaku yang tidak
sesuai.

c. Otokrat adalah Pimpinan tidak mempunyai kepercayaan pada orang lain, tidak menyenangkan,
dan hanya tertarik pada pekerjaan yang segera selesai.

d. Deserter (lain dari tugas) adalah Gaya ini tidak begitu terpuji, karena pimpinan seperti ini
menunjukkan sikap positif dan tidak mau ikut campur secara aktif dan positif.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam mempelajari kepemimpinan pada dasarnya menggunakan tiga pendekatan secara


umumnya diantaranya, kepemimpinan yang tumbuh dari bakat, perlaku , dan pendekatan yang
bersandar pada pandangan situasi (situasionar perpective). Pendekatan dalam kepemimpinan
ditekankan bagaimana teknis seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya atau
bagaimana seorang pemimpin dapat menginspirasi bawahannya. Karena dalam kepemimpinan
selalu melibatkan orang lain yang nantinya akan ditentukan akan adanya keseimbangan antara
bawahan dengan pemimpin atau sesama bawahan lainnya. Keberhasilan atau kegagalan seorang
pemimpin banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi seorang
pemimpin.

B. SARAN
Sebagai seorang pemimpin harusnya bisa lebih mengetahui tentang pendekatan
pendekatan yang dilakukan dalam memimpin anggota sehingga sorang pemimpin dapat dengan
mudah memberikan arahan serta mengontrol anggota anggotanya

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Umiarso. 2011. Pemimpin Pendidikan Dan Kecerdasan Spiritual.


Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA
Engkoswara, Aan Komariah. 2012. Administrasi Pendidikan.Bandung: Penerbit
Alfabeta Nawawi, Hadari. 1984. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Gunung Agung
Purwanto, Ngalim. 2007. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Rivai, Veithzal, Dkk. 2013. Pemimpin Dan Kepemimpinan Dalam
Organisasi.
Jogjakarta: PT Raja Grafindo Sagala, Syaiful. 2013. Administrasi Pendidikan Kontemporer.
Bandung: Penerbit Alfabeta.

14

Anda mungkin juga menyukai