Metode kadar air kritis hanya dapat digunakan untuk produk-produk yang
penyebab kerusakannya karena bertambahnya kadar air, misalnya krupuk
dan biskuit. Ada dua tahap dalam menentukan umur simpan dengan
metode kadar air kritis yaitu
1. Menentukan Kadar Air Kritis
Penentuan kadar air kritis dilakukan dengan cara menyimpan produk pada
suhu kamar (300C) di ruangan terbuka tanpa kemasan (Relative
Humidity/RH 75-80%). Selama periode penyimpanan tersebut, dilakukan
uji sensori terhadap parameter mutu yang berubah dengan bertambahnya
kadar air (misalnya tingkat kerenyahan). Selain uji sensori, juga dilakukan
uji kadar air. Kemudian dibuat kurva hubungan antara kadar air dengan
skor uji sensori (1 sampai 7). Kadar air kritis merupakan kadar air pada
produk ditolak oleh konsumen (misalnya skor uji sensori 3).
2. Pembuatan Isotermis Sorpsi Air
Umur simpan produk dengan metode kadar air kritis ditentukan setelah
diperoleh kadar air kritis dan kurva ISA. Umur simpan ditentukan dengan
menggunakan rumus Labuza dan Scmidl (1985). Dengan rumus tersebut
maka kita dapat memprediksi umur simpan produk pada kondisi
penyimpanan berbeda.
Me merupakan kadar air kesetimbangan produk pada RH lingkungan
tertentu. Me diperoleh dari kurva isotermis sorpsi air (ISA) demgan cara
memasukkan nilai RH dari lingkungan. b merupakan slope dari kurva
isotherm sorpsi air (ISA). b diperoleh pada saat kurva ISA bersifat linear.
Model arrhenius
Model arrhenius biasanya digunakan untuk menduga umur simpan produk pangan yang
sensitif terhadap perubahan suhu, diantaranya produk yang mudah mengalami
ketengikan (oksidasi lemak), perubahan warna oleh reaksi pencoklatan, atau kerusakan
vitamin C.
Model kadar air kritis biasanya digunakan untuk produk pangan yang relatif mudah rusak
akibat penyerapan uap air dari lingkungan. Dalam metode kadar air kritis ini kerusakan
produk disebabkan oleh penyerapan air dari lingkungan hingga mencapai batas yang
tidak dapat diterima secara organoleptik. Kadar air pada kondisi dimana produk pangan
mulai tidak diterima oleh konsumen secara organoleptik disebut kadar air kritis. Batas
penerimaan tersebut didasarkan pada standar mutu organoleptik yang spesifik untuk
setiap jenis produk. Waktu yang diperlukan oleh produk untuk mencapai kadar air kritis
menyatakan umur simpan produk.
Pada metode pendekatan kadar air kritis ini, produk pangan kering disimpan pada kondisi
lingkungan penyimpanan yang memiliki kelembaban relatif tinggi, sehingga akan
mengalami penurunan mutu akibat menyerap air (Labuza 1982). Model kadar air kritis
dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan kurva sorpsi isotermis
dan metode kadar air kritis termodifikasi. Pendekatan kurva sorpsi isotermis digunakan
untuk produk yang mempunyai kurva isotermis yang biasanya berbentuk sigmoid
(bentuk S). Penentuan umur simpan produk pangan dengan menggunakan pendekatan
kurva sorpsi isotermis memperhitungkan pengaruh perbedaan kadar air awal
dibandingkan dengan kadar air kritis, perbedaan tekanan udara di luar dan di dalam
kemasan, permeabilitas uap air kemasan, dan luas kemasan. Keseluruhan faktor yang
mempengaruhi umur simpan ini diformulasikan oleh Labuza menjadi persamaan kadar
air kritis (Labuza 1982). Persamaan Labuza ini dapat digunakan untuk menentukan umur
simpan produk pada suhu dan kondisi RH tertentu. Metode Labuza dirumuskan sebagai
berikut:
dimana:
= Waktu yang diperlukan produk dalam kemasan untuk bergerak dari kadar air awal
menuju kadar air kritis atau waktu perkiraan umur simpan (hari)
me = Kadar air keseimbangan produk (g H2O/g padatan)
https://nengfatmahfk.wordpress.com/2014/09/09/metode-pendugaan-umursimpan-bahan-pangan/
http://taufikalmask.blogspot.com/2013/11/penentuan-umur-simpan-berdasarkankadar.html