Anda di halaman 1dari 22

BAB I

OMC (OPTIMUM MOISTURE CONTENT )

1.1 Tinjauan Pustaka


Tanah adalah bagian yang kompleks. Tanah mengandung banyak komponen
solid (mineral dan organik) dengan pecahan tak beraturan dan tersusun dalam pola
geometri yang kompleks pula [ CITATION Hil71 \l 1057 ]. Tanah yang menunjukan
interaksi yang kompleks sering kali ditangani dengan cara yang cepat yaitu
dengan memfokuskan pada faktor-faktor yang paling mempengaruhi dalam
sebuah pekerjaan. Tanah berfungsi sebagai pendukung fondasi bangunan juga
digunakan sebagai bahan timbunan seperti: tanggul, bendungan, dan jalan.
Jika tanah di jalan membutuhkan perbaikan guna mendukung bangunan di
atasnya, maka dilakukan pemadatan. Maksud pemadatan tanah antara lain :
a. Mempertinggi kuat geser tanah
b. Mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas)
c. Mengurangi permeabilitas
d. Mengurangi perubahan volume akibat perubahan kadar air.
Dari uji pemadatan tersebut, selanjutnya muncul pengujian permeabilitas,
OMC dan CBR(California Bearing Ratio). Menurut Susanto (1994),
permeabilitas adalah kemampuan dari tanah untuk meloloskan air atau udara
dengan pengukuran berdasarkan besar suatu aliran yang melalui tanah terjenuhkan
terlebih dahulu per satuan waktu tertentu. Uji permeabilitas adalah uji yang
dilakukan untuk mengukur persen dari aliran air yang melalui tanah.
Kadar air tanah optimum atau optimum moisture content (OMC)
berpengaruh sekali terhadap daya dukung tanah sebagai dasar kalan baik dengan
maupun tanpa stabilisasi [ CITATION Mun16 \l 1057 ] . Uji OMC perlu dilakukan
karena pemadatan tanah dengan kondisi OMC yang tidak terpenuhi akan
menghasilkan nilai CBR yang lebih jika dibandingkan dengan kondisi OMC.
Nilai OMC didapat dari perhitungan kadar air dari percobaan yang diulangi
selama enam kali. Keenam benda uji diberi kandungan air yang berbeda-beda
kemudian dicari nilai kadar airnya. Setelah didapatkan hasil, maka dibuat grafik
dan dicari kadar air optimum dari grafik tersebut.
1.2 Pengujian Optimum Moisture Content (OMC)
1.2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Timbangan
2. Kompor
3. Saringan No.4
4. Sekop kecil
5. Cawan
6. Ember
7. Gelas ukur
b. Bahan
1. Pasir
2. Tanah
3. Kerikil
1.2.2 Prosedur
1. Pengambilan sampel tanah, pasir dan kerikil.
2. Lakukan pencampuran untuk sampel yang akan diuji.
3. Sampel tanah kering dalam keadaan lepas diayak dengan saringan no.4,
sehingga tanah tersebut sudah dapat digunakan untuk pengujian
optimum moisture content.
4. Masing-masing sampel tanah diberi air berturut-turut sebanyak 100 ml,
150 ml, 150 ml, 150 ml, 150 ml, 150 ml, 100 ml.
5. Sampel tanah basah yang digunakan sebesar 200 gr.
6. Cawan sebagai wadah tanah ditimbang.
7. Setelah diberi air sampel tanah basah + cawan masing-masing
ditimbang.
8. Keringkan sampel tanah basah dengan menggunakan kompor.
9. Setelah dikeringkan sampel tanah kering + cawan ditimbang sehingga
diperoleh berat air.
10. Mencari kadar air.
11. Percobaan 1 sampai 10 dilakukan sebanyak 6 kali dengan penambahan
perbedaan volume air (lihat langkah 4 untuk penambahan volume air)
sehingga dapat dibuat grafik berat isi kering terhadap kadar air.
1.1.3 Hasil Pengujian dan Analisis
Contoh perhitungan sampel tanah 1
Berat cawan = 78,2 gr
Berat tanah basah + cawan = 278,2
Berat tanah basah = (Berat tanah basah + cawan) - Berat cawan
= 278,2 – 78,2
= 200 gr
Berat tanah kering = (Berat tanah kering + cawan) - Berat cawan
= 256,1 – 78,2
= 177,9 gr
Berat air = Berat tanah basah – Berat tanah kering
= 200 – 177,9
= 22,1 gr
berat air
Kadar air = ×100%
berat sampel kering
22,1
= ×100%
177,9
= 0,124 %

Tabel 1.1 Hasil Uji OMC


BENDA UJI

DATA B_U_1 B_U_2 B_U_3 B_U_4 B_U_5 B_U_6


colokan 4,43 6,5 7,9 8,85 9,1 9,43
R
tinggi 18,57 16,5 15,1 14,15 13,9 13,57
2914,31
volume 3279,926 3 2667,038 2499,244 2455,088 2396,801

timbang 14200 14050 13880 13840 13960 13950

berat 5740 5590 5420 5380 5500 5490

ɣ 1,750 1,918 2,032 2,153 2,240 2,291


278,2 278,2 278,2 278,2 278,2 278,2
 
sampel 200 200 200 200 200 200
basah
  256,1 249,6 248,4 245,2 241,8 234,5
DATA B_U_1 B_U_2 B_U_3 B_U_4 B_U_5 B_U_6
sampel 177,9 171,4 170,2 167 163,6 156,3
kering
W% 0,124 0,167 0,175 0,198 0,222 0,280

ɣ kering 1,557 1,644 1,729 1,797 1,833 1,790

Gambar 1.1 Grafik Hubungan Antara Berat Jenis Tanah Dan Kadar Air

1.3 Kesimpulan
Penambahan air pada sampel tanah yang dipadatkan akan menaikkan kadar
air pada sampel tanah. Peningkatan kadar air tersebut akan meningkatkan berat
volume sampel tanah. Peningkatan kadar air akan meningkatkan berat volumenya
hingga pada suatu saat peningkatan kadar air justru menurunkan berat volumnya.
Nilai kadar air yang mengakibatkan berat volume mencapai nilai maksimum
(akibat penambahan kadar air) disebut kadar air optimum. Dari percobaan yang
telah dilakukan diperoleh kadar air optimum (w optimum) sebesar 34 % . Nilai
kadar air
optimum dan berat isi kering diperoleh dari grafik hubungan antara berat jenis
tanah dan kadar air.

DOKUMENTASI OMC
NO. GAMBAR KETERANGAN

Pengambilan
Gambar 1.1 sampel tanah

Pencampuran
pasir, kerikil,
Gambar 1.2 dan tanah dengan
air

Gambar 1.3 Proses


pengeringan
sampel dengan
kompor
NO. GAMBAR KETERANGAN

Sampel tanah
kering dan cawan
Gambar 1.4
ditimbang

Tabung dengan air


Gambar 1.5
150 ml
BAB II
CBR (CALIFORNIA BEARING RATIO) TEST

2.1 Tinjauan Pustaka


CBR (California Bearing Ratio) adalah percobaan daya dukung tanah yang
dikembangkan oleh California State Highway Departement. Prinsip pengujian ini
adalah pengujian penetrasi dengan menusukkan benda ke dalam benda uji.
Dengan cara ini dapat dinilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang
dipergunakan untuk membuat perkerasan. Kekuatan tanah diuji dengan uji CBR
sesuai dengan SNI-1744-1989. Nilai kekuatan tanah tersebut digunakan sebagai
acuan perlu tidaknya distabilisasi setelah dibandingkan dengan yang disyaratkan
dalam spesifikasinya. Tujuan dilakukan pengujian CBR ini adalah untuk
mengetahui nilai CBR pada variasi kadar air pemadatan. Untuk menentukan
kekuatan lapisan tanah dasar dengan cara percobaan CBR diperoleh nilai yang
kemudian dipakai untuk menentukan tebal perkerasan yang diperlukan di atas
lapisan yang nilai CBRnya tertentu (Wesley,1977) Dalam menguji nilai CBR
tanah dapat dilakukan di laboratorium. Tanah dasar (Subgrade) pada kontruksi
jalan baru merupakan tanah asli, tanah timbunan, atau tanah galian yang sudah
dipadatkan sampai mencapai kepadatan 95% dari kepadatan maksimum. Dengan
demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan
tanah memikul beban setelah tersebut tanah dipadatkan. CBR ini disebut CBR
rencana titik dan karena disiapkan di laboratorium, disebut CBR laborataorium.
Makin tinggi nilai CBR tanah (subgrade) maka lapisan perkerasan diatasnya akan
semakin tipis dan semakin kecil nilai CBR (daya dukung tanah rendah), maka
akan semakin tebal lapisan perkerasan di atasnya sesuai beban yang akan
dipikulnya. California Bearing Ratio (CBR) adalah sebuah metode (cara) untuk
menentukan besaran nilai daya dukung tanah dalam menahan/mendukung beban
yang bekerja diatasnya, yaitu beban yang bekerja di atas perkerasan jalan. Nilai
CBR dihitung pada penetrasi sebesar 0.1 inci dan penetrasi sebesar 0.2 inci dan
selanjutnya hasil kedua perhitungan tersebut dibandingkan sesuai dengan SNI 03-
1744-1989 diambil hasil terbesar.

Nilai CBR dipengaruhi oleh gradasi dan kekuatan batuan. Ada dua macam
pengukuran CBR yaitu :
1. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada 0.254 cm (0,1”) terhadap penetrasi
standard besarnya 70,37 kg/cm2 (1000 psi).
Nilai CBR = beban 0,1 } over {3×1000} ×100 ¿ ( beban 0,1” dalam lbs )
2. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada penetrasi 0,508 cm (0,2”)
terhadap penetrasi standard yang besarnya 105,56 kg/cm2 (1500 psi)
Nilai CBR = beban 0,2 } over {3×1500} ×100 ¿ ( beban 0,2” dalam lbs )
Dalam melakukan pengujian CBR ada 2 macam yaitu :
a. CBR lapangan
CBR lapangan merupakan perbandingan antara beban penetrasi pada suatu
lapisan/bahan tanah atau lapisan perkerasan terhadap bahan standar dengan
kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Pengujian CBR lapangan pada
umumnya menggunakan alat berat ataupun mobil. Penggunaan alat berat
tambahan seperti mobil, truck maupun alat berat yang lain berguna untuk
beban tambahan karena pada test CBR ini fokus pada aktifitas penetrasi pada
tanah, yang memerlukan beban ekstra besar. Permukaan tanah yang akan diuji
harus rata levelnya dan tidak ada kemiringan dan bersih dari semua debu, pasir,
kerikil yang lepas/berserakan. Pengujian CBR lapangan diatur dalam SNI
1738-2011.
Ga
mbar 2.1 Pelaksanaan uji CBR Lapangan

Gambar 2.2 Alat CBR Lapangan


b. CBR laboratorium
1. Percobaan CBR Tak Terendam (Unsoaked)
CBR kering digunakan untuk mendapatkan besarnya niali CBR asli
dilapangan pada keadaan kering saat tanah dalam kondisi asli di musim
kemarau. Hal ini digunakan untuk menentukan daya dukung tanah didaerah
yang lapisan tanahnya dipadatkan sehingga mencapai kepadatan maksimum.
CBR kering sering dipakai untuk menguji tanah di Indonesia yang
digunakan untuk pembuatan jalan. Untuk nilai CBR unsoaked sebaiknya
diatas 6%.
Gambar 2.3 Pelaksanaan CBR Laboratorium dimana sampel bongkahan-
bongkahan tanah dihancurkan kemudian sampel disaring

Gambar 2.4 Pelaksanaan CBR Laboratorium dimana sampel diberi air sesuai
ketentuan kemudian sampel tanah dipadatkan

Gambar 2.5 Sampel tanah diletakkan pada alat CBR Laboratorium

2. Percobaan CBR Terendam (Soaked)


CBR basah digunakan untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di
lapangan pada keadaan jenuh air dan tanah mengalami pengembangan
(Swell) yang maksimum. Hal ini digunakan untuk menentukan daya dukung
tanah di daerah yang lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan
lagi, terletak di daerah yang badan jalanya sering terendam air pada musim
penghujan dan kering pada musim kemarau. CBR basah/rendam sebaiknya
digunakan untuk menguji tanah yang akan digunakan untuk jalan dengan
kelas 1 (jalan tol atau jalan negara). Untuk nilai CBR soaked sebaiknya
diatas 4%. Berikut gambar sketsa alat CBR laboratorium.

Gambar 2.6 Sketsa Alat CBR Laboratorium


Gambar 2.7 Sampel tanah direndam

Apabila nilai CBR tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan, maka jalan
yang dibuat akan cepat rusak dan harus dicari solusi agar CBR terpenuhi. Untuk
itu setiap lapisan jalan haruslah dicek nilai CBRnya. Bila tidak memenuhi maka
perlu adanya pemadatan agar CBR yang diinginkan terpenuhi. Setiap lapis dalam
perkerasan juga memiliki syarat nilai CBR yang berbeda-beda. Berikut gambar
lapisan jalan dengan tebal perkerasan dan nilai CBR-nya masing-masing.

2.2 Percobaan CBR Tak Terendam (Unsoaked)


2.2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Satu set alat CBR (mesin penetrasi) Loading Machine
2. Mold/ cetakan silinder
3. Mesin pemadat (Universal Testing Macine)
4. Timbangan
5. Kompor
6. Saringan No.4
7. Sekop
8. Cawan
9. Ember
10. Penggaris
11. Gelas ukur
12. Stopwatch
b. Bahan
1. Tanah
2. Kerikil
3. Pasir
4. Air
2.2.2 Prosedur
1. Siapkan alat-alat yang akan digunakan.
2. Ambil tanah, krikil dan pasir lalu ayak dengan saringan no. 4.
3. Bahan hasil saringan lalu diambil tanah sebanyak 600 gram, krikil 1,5 kg
dan pasir 4 kg.
4. Timbang mold serta ukur tinggi dan diamternya.
5. Campur semua bahan dan ditambah air sedikit demi sedikit sampai
campuran dapat dikepal.
6. Timbang cawan lalu ambil sampel tanah basah dan masukan ke dalam
cawan lalu ditimbang. Setelah itu dikeringkan dan selanjutnya ditimbang
untuk mengetahui kadar air campuran tersebut.
7. Campuran tanah kemudian dipadatkan dengan Universal Testing
Machine dengan beban 2 ton sebanyak 5 kali.
8. Setelah dipadatkan ukur jarak dari bibir mold ke permukaan tanah bagian
atas diukur sebanyak 3 kali dan dirata – rata.
9. Lepas plat dasar dan ambil mold lalu letakan ke alat uji CBR. Posisikan
tanah hingga tepat ditengah alat uji CBR. Campuran tanah yang telah
dipadatkan diuji CBR unsoaked permukaan bagian bawahnya.
10. Putar alat CBR hingga tepat saat jarum bergerak.
11. Saat pertama memulai, posisikan dial tepat diangka 0.
12. Baca dan catat dial selama 15 detik, 30 detik, 1 menit, 1,5 menit, 2 menit,
3 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit dan 10 menit.

2.3 Percobaan CBR Terendam (Soaked)


2.3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Satu set alat CBR (mesin penetrasi) Loading Machine
2. Mold/ cetakan silinder
3. Mesin pemadat (Universal Testing Macine)
4. Timbangan
5. Saringan No.4
6. Sekop
7. Cawan
8. Ember
9. Penggaris
10. Gelas ukur
11. Stopwatch
12. Drum/bak air
b. Bahan
1. Tanah
2. Kerikil
3. Pasir
4. Air
2.3.2 Prosedur
1. Campuran tanah, pasir, dan kerikil dimasukkan ke dalam mold dan
diukur tingginya dengan mengukur tinggi mold kemudian dikurangi
dengan jarak dari bibir mold ke permukaan campuran tanah tersebut.
2. Rendam benda uji selama minimal 4 hari.
3. Tanah yang telah direndam ditiriskan selama kurang lebih 15 menit.
4. Jarak dari bibir mold ke permukaan tanah bagian atas diukur sebanyak 3
kali dan dirata – rata.
5. Campuran tanah yang telah ditiriskan diuji CBR soaked permukaan
bagian bawahnya.
6. Jarak dari bibir mold ke permukaan tanah bagian atas diukur sebanyak 3
kali dan dirata – rata.
7. Alas pembebanan dimasukkan ke dalam mold.
8. Campuran tanah kemudian dipadatkan dengan Universal Testing
Machine dengan beban 10 ton sebanyak 2 kali.
9. Jarak dari bibir mold ke permukaan tanah bagian atas diukur sebanyak 3
kali dan dirata – rata.

2.3.3 Hasil Pengujian Dan Analisis


Data mold:
Berat mold = 8460 gr
Tinggi = 23 cm
Diameter = 15 cm
Luas = 176,625 cm2

Campuran sampel:
Tanah = 4 kg
Kerikil = 1 kg
Pasir = 0,5 kg

Menghitung kadar air dalam tanah:


Berat cawan = 78,2 gr
Berat tanah basah + cawan = 278,2

Berat tanah basah = (Berat tanah basah + cawan) - Berat cawan


= 278,2 – 78,2
= 200 gr
Berat tanah kering = (Berat tanah kering + cawan) - Berat cawan
= 234,5 – 78,2
= 156,3
Berat air = Berat tanah basah – Berat tanah kering
= 200 – 156,3
= 43,7 gr
berat air
Kadar air = ×100%
berat sampel kering
43,7
= ×100%
156,3
= 0,28 %
Menghitung penambahan air:
OMC = 24,2 %
berat sampel
Penambahan air = (OMC - kadar air) x
100 + kadar air
berat sampel
= (OMC - kadar air) x
100 + kadar air
4000
= (24,2 - 0,28 ) x
100+0,28
= 954,128 ml

Menghitung tinggi tanah sesudah dilakukan CBR soaked:


Tinggi mold = 23 cm
Jarak ke bibir mold = 9,5 cm ; 9,2 cm ; 9,5 cm ; 9,5 cm
Jarak ke bibir mold rata-rata = 9,43 cm
Tinggi tanah = tinggi mold – jarak ke bibir mold rata-rata
= 23 – 9,43
= 13,57 cm

Hasil pembacaan dial proving ring pada uji CBR soaked:


Kalibrasi beban = 58,5 lbf/div
Penetrasi = 0,05 inch/menit

Tabel 2.1 Pembacaan dial dengan alat CBR untuk pengujian soaked

Standar Bacaan
Penurunan Beban Koreksi Beban
Waktu Bacaan Dial Beban Proving
(inch) (lb) (lb)
(lb) Ring

15 detik 0,01 4,0 179,236


0,00
30 detik 0,03 7,0 313,662
0,00
1 menit 0,05 10,5 470,493
0,10
1,5 menit 0,08 12,0 537,707
0,15
2 menit 0,10 3000 14,5 649,729 13,2
0,20
3 menit 0,15 0,25 20,0 896,178
4 menit 0,20 4500 23,0 1030,605 17,2
0,30
6 menit 0,30 29,5 1321,863
0,30
8 menit 0,40 35,0 1568,312
0,35
10 menit 0,50 40.0 1792,356
0,50

Perhitungan CBR:
Beban terkoreksi
Beban 0,1” = 13,2 lbs
Beban 0,2” = 17,2 lbs
CBR 0,1” = beban 0,1} over { 3× 1000 } ×100 % ¿
13,2
= ×100%
3×1000
= 0,440 %
CBR 0,2” = beban 0, 2 } over { 3× 1 5 00 } × 100 % ¿
17,2
= ×100%
3×1500
= 0,382%
Tabel 2.2 Nilai CBR

Penurunan Nilai CBR


( inch ) (%)
0,1 0,440
0,2 0,382

Tabel 2.3 Penetrasi beban pada bahan uji


Penetrasi Beban (lbs)
0,01 0,000
0,03 0,000
0,05 5,850
0,08 8,775
0,10 11,700
0,15 14,625
0,20 17,550
0,30 17,550
0,40 20,475
0,50 29,250
X

Tabel 2.4 Kapasitas Tanah Terendam Yang Dapat Memikul Beban Roda

Satuan Data Satuan


lb 17,2 3 Sq in
kg 7,8088 19,3548 cm2
kg 126,6850187 314 cm2
X 126,685 kg
0,126685 ton

Gambar 2.8 Grafik Penetrasi Beban

2.4 Kesimpulan
1. Setelah dihitung dan diolah dalam grafik pada uji CBR soaked ,
didapatkan beban terkoreksi untuk beban pada penetrasi 0,1” sebesar 13,2
lbs dan untuk beban pada penetrasi 0,2” sebesar 17,2 lbs.
2. Dari percobaan CBR soaked yang sudah dilakukan didapatkan hasil
sebagai berikut:
a. CBR 0,1” = 0,440 %
b. CBR 0,2” = 0,382 %
Karena CBR 0,2” lebih kecil dari CBR 0,1” maka pengujian OK. Oleh
karena itu tidak perlu adanya pengujian ulang.
3. Beban yang dapat ditopang oleh tanah terendam hanya mampu memikul
beban roda truck sebesar 0,1267 ton.
4. Untuk mengurangi kesalahan pengujian pemutaran alat penetrasi haruslah
konstan. Jika nilai CBR tidak memenuhi syarat minimum, peningkatan
nilai CBR dapat dilakukan dengan memberikan bahan tambahan pada lapis
tanah tersebut, salah satunya yaitu dengan memberikan bahan kimiawi
yang dapat berupa kapur atau semen. Dengan begitu nilai CBR akan
bertambah dan daya dukung lapis tanah tersebut.

5. Dalam perencanaan, untuk menghasilkan perkerasan yang awet yang


digunakan yaitu nilai CBR dalam keadaan soaked (terendam), karena
keadaan tersebut merupakan kondisi terburuk dan mendekati keadaan yang
sebenarnya dilapangan yang mana tanah banyak terkena air, salah satunya
air hujan.
DOKUMENTASI CBR SOAKED
NO. GAMBAR KETERANGAN

Mold dan tanah


yang direndam
Gambar
dalam bak
2.1

Gambar Mengangkat mold


2.2 yang sudah
direndam
Sampel tanah yang
Gambar
telah diambil dari
2.3
bak perendam

NO. GAMBAR KETERANGAN

Sampel tanah yang


Gambar
akan diuji setelah
2.4
airnya ditiriskan

Gambar Proses pengujian


2.5 CBR soaked

Anda mungkin juga menyukai