Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PEMBORAN TANAH DAN PENGAMBILAN CONTOH TANAH


ASTM D – 1452 – 65

1.1 Maksud
a. Untuk mengetahui keadaan lapisan tanah di bawah yang akan menjadi tanah pondasi.
b. Menetapkan kedalaman untuk pengambilan contoh tanah asli maupun yang tidak asli.
c. Mengumpulkan data atau informasi untuk menggambarkan profil tanah.
d. Pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli untuk keperluan penyelidikan lebih
lanjut di laboratorium.

1.2 Peralatan

1) Bor Tangan : a) Helical Auger (Bor Spiral), yaitu alat bor kecil
dengan diameter minimum 1½”
b) Post Hole Auger ( Iwan Type, tanpa casing)
c) Drive Hand
d) Stick Aparatus

2) Bor mesin :
a) Helical Auger ( Bor Spiral) alat bor, diameter 3-6”
b) Core Barel , diameter s/d. 4”
c) Bucket Auger, diameter s/d 48”

3) Casing (jika diperlukan), terdiri dari pipa baja dengan diameter yang lebih besar
dari mata bor yang dipakai atau digunakan.

4) Perlengkapan lain : a) Label-label


b) Formulir profil bor
c) Parafin/Lilin

1.3 Persiapan Percobaan


1. Titik yang akan di bor, ditentukan terlebih dahulu sedekat mungkin dengan titik sondir
yang telah dilakukan.
2. Bersihkan Boring Site dari rumput-rumput, akar-akar, dan sebagainya.
3. Drad-drad pada stang bor harus bersih dari kotoran.

1
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
1.4 Prosedur Percobaan
1. Buat lubang dengan cara memutar mata bor sampai kedalaman yang diperlukan, mata
bor dicabut, tanah dikeluarkan untuk dideskripsikan dan diklasifikasikan secara visual.
2. Ulangi pengeboran tadi hingga tercapai kedalaman maksimum yang diperlukan.
3. Casing dapat digunakan pada tanah-tanah yang tidak stabil, dimana lubang bor tidak
dapat dibuka, atau jika kita melakukan pengeboran di bawah permukaan air.
4. Jika diperlukan casing, maka casing harus dimasukkan pada kedalaman tertentu,
dengan tidak melebihi kedalaman sampel yang akan diambil.
5. Ambil sampel tanah dengan menggunakan Shelby Tube (tabung) dengan ∅ 6,85 cm
dengan cara ditekan atau ditumbuk.
6. Tabung yang sudah terisi penuh dikeluarkan, kemudian tutup kedua ujung tabung
dengan tetesan lilin untuk menjaga kelembaban tanah tidak berubah.
7. Beri label pada tabung dengan mencantumkan lokasi, No. Boring, kedalaman, dan
sebagainya.

1.5 Laporan

Data pengeboran yang diperoleh harus dicatat pada profil bor, antara lain:
a) Tanggal mulai pengeboran dan tanggal selesai pengeboran.
b) Jenis-jenis tanah pada setiap kedalaman tertentu.
c) Diameter bor/core barrel yang dipakai, metode pengeboran, dan kemajuan lubang
bor.
d) Permukaan air tanah.

2
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

HAND BORING

LOKASI : Arah Bukit Rawi DIKERJAKAN : Kelompok II


DIPERIKSA :
No. CONTOH : KETERANGAN :
TOTAL DALAM : PARAF :
TANGGAL TEST : 13 Desember 2014 TYPE ALAT : IWAN AUGER

M.A.T Kedalaman
Profil Unit Deskripsi tanah
(cm) (cm)
Jenis tanah : Lempung
Warna : kuning pucat keabuan
0
Kondisi : lembab
Bau : tidak berbau
Jenis tanah : Lempung
Warna : kuning pucat keabuan
10 Kondisi : lembab
Tanah Asli

Bau : tidak berbau


Jenis tanah : Lempung
Warna : kuning pucat keabuan
20
Kondisi : lembab
Bau : tidak berbau
Jenis tanah : Lempug
Warna : kuning pucat keabuan
30 Kondisi : lembab
Bau : tidak berbau
Jenis tanah : Lempung
Warna : kuning pucat keabuan
40 40
Kondisi : lembab
Bau : tidak berbau
Jenis tanah : Lempug
Warna : abu – abu kecoklatan
50
Kondisi : lembab
Bau : tidak berbau

3
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
4
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil hand boring didapatkan tanah dengan jenis lempung dan
pada kedalaman 40 cm terdapat muka air tanah (M.A.T) serta memiliki ciri –
ciri :
1. Kedalaman 0 cm
Jenis tanah : Lempung
Warna : Kuning pucat keabuan
Kondisi : Lembab
Bau : Tidak berbau
2. Kedalaman 10 cm
Jenis tanah : Lempung
Warna : Kuning pucat keabuan
Kondisi : Lembab
Bau : Tidak berbau
3. Kedalaman 20 cm
Jenis tanah : Lempung
Warna : Kuning pucat keabuan
Kondisi : Lembab
Bau : Tidak berbau
4. Kedalaman 30 cm
Jenis tanah : Lempung
Warna : Kuning pucat keabuan
Kondisi : Lembab
Bau : Tidak berbau
5. Kedalaman 40 cm
Jenis tanah : Lempung
Warna : Kuning pucat keabuan
Kondisi : Lembab
Bau : Tidak berbau
6. Kedalaman 50 cm
Jenis tanah : Lempung
Warna : Abu – abu kecoklatan
Kondisi : Lembab
Bau : Tidak berbau

5
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
BAB II
PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH
AASHTO T-265-79 : ASTM D-2216-71

2.1 Maksud
Percobaan ini bertujuan untuk memeriksa kadar air suatu contoh tanah. Kadar air adalah
perbandingan antara berat air yang dikandung tanah dengan berat kering tanah, yang
dinyatakan dalam persen (%).

2.2 Peralatan
1. Oven dengan suhu dapat diatur konstan pada 105-110C.
2. Timbangan yang mempunyai ketelitian sekurang-kurangnya :
a. 0,01 gram - untuk berat minimum 10 gram,
b. 0,10 gram - untuk berat minimum 100 gram,
c. 1,00 gram - untuk berat minimum 1000 gram,
3. Desikator.
4. Cawan timbang tertutup dari gelas atau logam tahan karat.

2.3 Benda Uji


Jumlah bahan (benda uji) yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tergantung pada
ukuran butir maximum dari contoh yang diperiksa dengan ketelitian sebagai berikut :

Ukuran Butir Maksimum Jumlah Benda Uji Ketelitian

(3/4)” 1.000 gram 1,00 gram

Lewat saringan No.10 100 gram 0,10 gram

Lewat saringan No.40 10 gram 0,01 gram

2.4 Prosedur Percobaan


1. Bersihkan dan keringkan cawan timbangan, kemudian timbang dan catat beratnya
(W1).
2. Masukkan contoh tanah (basah) kedalam cawan timbangan. Kemudian bersama
tutupnya ditimbang (W2).
3. Dalam keadaan terbuka, cawan bersama tanah dimasukkan dalam oven (105C -
110C) selama 16 – 24 jam. Tutup cawan disertakan dan jangan sampai tertukar
dengan cawan lain.

6
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
4. Cawan dengan tanah kering diambil dari oven, didinginkan dalam distikator. Setelah
dingin cawan ditutup.
5. Cawan tertutup bersama tanah kering ditimbang (W3).

2.5 Hitungan
berat air
Kadar air W (%) = berat tanah kering x 100%
W2-W3
W = W3-W1 x 100% (dua angka dibelakang koma)....................(1.1)
Catatan :
1. a. Bila diragukan setelah 24 jam tanah mungkin belum kering, pengeringan tanah
dilanjutkan beberapa jam dan pada penimbangan 2 kali yang berurutan beratnya
harus tidak kurang lagi (maksimum selisih 0,1 persen)
b. Untuk tanah yang mudah terbakar seperti tanah yang mengandung bahan
organik atau mengandung gips. Gunakan temperatur oven sekitar 60C - 80C.
Waktu pengeringan akan lebih dari 24 jam dan digunakan cara seperti tersebut
2. Pemeriksaan
pada 1.a. kadar air tanah, selain dilakukan pada tanah asli juga merupakan
pelengkap dari percobaan-percobaan lain seperti percobaan pemadatan, batas-batas
atterberg, konsolidasi dan lain sebagainya.
3. Pemeriksaan kadar air sebaiknya dilakukan secara double, yaitu digunakan dua
benda uji dengan dua cawan, yang hasilnya harus hampir sama, yang kemudian
harganya dirata-ratakan. Jika selisih harga kedua percobaan terlalu berbeda, harus
diulang.
4. Buat kesimpulan dari hasil pengujian.

7
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNPAR

PEMERIKSAAN KADAR AIR


ASTM D 2216 – 71

LOKASI : LAB. MEKTAN TEKNIK SIPIL DIKERJAKA : KELOMPOK II


KEDALAMAN : 135 cm N
TANGGAL TEST : 15 DESEMBER 2014

Nomor Cawan I II

Berat cawan kosong (W1) (gr) 14,2 10

Berat cawan + tanah basah (W2) (gr) 64 58,1

Berat cawan + tanah kering (W3) (gr) 46,8 41,3

Berat air (W4 = W2 – W3) (gr) 17,2 16,8

Berat tanah kering (W5 = W3 –W1) (gr) 32,6 31,3

Kadar air (W = W4 / W5 x 100) (%) 52,8 53,7

Kadar air rata-rata (%) 53,25

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil kadar air 53,25 %. Berdasarkan kadar air ini
sampel tanah yang diambil pada kedalaman 50 cm memiliki berat air yang lebih berat
dibandingkan dengan berat tanah kering.

8
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
BAB III
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME

3.1 Maksud
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui berat isi, angka pori, derajat kejenuhan
suatu sampel tanah.

3.2 Peralatan
1. Ring berat isi
2. Jangka sorong
3. Oven
4. Desikator

3.3 Prosedur Percobaan


1. Bersihkan ring berat isi yang akan digunakan.
2. Ukur diameter dalam dan tingginya dengan menggunakan jangka sorong.
3. Timbang ring tersebut dengan ketelitian 0,01 gram.
4. Masukkan sampel tanah ke dalam ring langsung dari tabung sampel tanah dari alat
extruder.
5. Ratakan permukaan tanah di kedua ujung ring dengan pisau pemotong.
6. Bersihkan bagian luar ring, lalu timbang kembali.
7. Masukkan ring yang berisi sampel tanah tersebut ke dalam oven dengan suhu 110˚C
selama 24 jam.
8. Masukkan ke dalam desikator sampai dingin, lalu timbang kembali.
9. Lakukan perhitungan sesuai dengan format laporan yang tersedia

9
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNPAR

PEMERIKSAAN BERAT VOLUME, ANGKA PORI & DERAJAT KEJENUHAN


ASTM D 2216 – 71

LOKASI : LAB. MEKTAN DIKERJAKAN : KELOMPOK II

NO. CONTOH : DIPERIKSA :

KEDALAMAN : KETERANGAN :

TANGGAL TEST : 16 DESEMBER 2014 PARAF :

Sampel Ke I II Rata-Rata
Berat ring ( gr) 54,14 58,66 -

Berat ring + tanah basah (gr) 155,91 156,13 -

Berat tanah basah ( gr) 101,77 97,47 -

Volume tanah basah (cc) 56,9125 56,9125 -

Berat ring + tanah kering (gr) 121,86 125,00 -

Berat tanah kering ( gr) 67,72 66,34 -

Volume tanah kering (cc) 22,8625 25,7825 -

Volume air raksa yang dipindahkan oleh tanah ( gr) 22,8625 25,7825 -

Berat volume tanah basah (γ ¿¿ t) ¿ ( gr/cc) 1,788 1,71263 1,75

Berat volume tanah kering (γ ¿¿ d )¿ (gr/cc) 1,19 1,1656 1,778

Berat air (gr) 34,05 31,13 -

Kadar air ( %) 50,28 46,92 48,6

Berat jenis (Gs) 2,96 2,57 2,76

Angka Pori (e) 0,503 0,47 0,4865

Derajat kejenuhan (S) (%) 55,91 58,40 57,155

Porositas (n) (%) 33,46 31,97 32,715

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil percobaan pemerikasaan berat volum, angka pori, derajat kejenuhan,
didapatkan hasil rata - rata berat volume tanah basah = 1,75 gr/cc; berat volume tanah kering
= 1,778 gr/cc; kadar air = 48,6%; berat jenis = 2,76; angka pori = 0,4865; derajat kejenuhan =
57,155%; porositas = 32,715%

10
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
BAB IV
PEMERIKSAAN BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)
AASHTO T-100-82 ; ASTM D-854-72

4.1 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis tanah yang mempunyai
butiran lewat saringan no.4 dengan piknometer. Berat jenis tanah adalah perbandingan
antara berat butiran tanah dengan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu
tertentu.

4.2 Peralatan

a. Piknometer dengan kapasitas minimum 100 ml atau botol ukur dengan kapasitas
minimum 500 ml.
b. Desikator.
c. Oven yang suhunya dapat diatur konstan (110 + 5) C.
d. Bak Perendam.
e. Botol berisi air suling.
f. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
g. Pompa hampa udara (vacum 1 – 1½ PK) atau tungku listrik (hotplate).
h. Termometer ukuran 0 - 50C dengan ketelitian 1C.
i. Saringan No.4, No.10, No.40 dan penadahnya.

4.3 Bahan
Benda uji harus disiapkan sebagai berikut :
a. Saring bahan yang akan diperiksa dengan saringan no.4 dan penadahnya. Untuk
pemeriksaan berat jenis yang akan dipakai sebagai pembantu untuk pemeriksaan
analisa hidrometer, maka contoh harus dipilih yang melalui saringan no.10 atau
no.40
b. Keringkan benda uji pada temperatur 105 - 110C dan didinginkan dalam disikator.
c. Pecahkan gumpalan–gumpalan tanah dengan digarus dalam mortar dengan pestel
(penumbuk/penggerus) dengan kepala terbungkus karet/palu karet, sehingga butiran-
butiran tidak rusak.

11
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
4.4 Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Cuci piknometer dengan air suling dan keringkan, timbang piknometer kosong dan
tutupnya dengan ketelitian 0,01 gram (W1).
b. Masukkan benda uji (contoh tanah kering) ke dalam piknometer dan timbang bersama
tutupnya (W2).
c. Tambahkan air suling sehingga piknometer terisi duapertiga. Untuk bahan yang
mengandung lempung, diamkan benda uji selama paling sedikit 24 jam.
d. Didihkan isi piknometer dengan hati-hati selama minimum 10 menit, dan miringkan
botol piknometer sekali-sekali, tambahkan air secukupnya untuk membantu
mempercepat pengeluaran udara yang tersekap.
e. Didalam hal menggunakan pompa vacum, tekanan udara didalam piknometer atau
botol ukur tidak boleh dibawah 110 mm Hg. Kemudian isilah piknometer dengan air
suling dan biarkan piknometer beserta isinya untuk mencapai suhu konstan didalam
bejana air atau dalam kamar. Sebuah suhu konstan, air suling seperlunya sampai tanda
batas atau sampai penuh tutuplah piknometer, keringkan bagian luarnya dan timbang
(W3). Ukur suhu dari piknometer dengan ketelitian 1C.
f. Bila isi piknometer belum diketahui maka tentukan isinya sebagai berikut, kosongkan
piknometer dan bersihkan. Isi piknometer dengan air suling yang suhunya sama,
dengan ketelitian 1C dan pasang tutupnya. Keringkan bagian luarnya, timbang dan
dikoreksi terhadap suhu (W4).

4.5 Perhitungan
1. Hitung berat jenis contoh dengan rumus dibawah ini :
W2 - W1
Gs = (W4 - W1) - (W3 - W2) ...................................................................................(3.1)
Dimana :
W1 : berat piknometer (gram )
W2 : berat piknometer dengan bahan kering (gram)
W3 : berat piknometer , bahan dan air (gram)
W4 : berat piknometer dan air (gram)
Apabila hasil pemeriksaan berbeda lebih dari 0,3 pemeriksaan harus diulang.
2. Ambil harga rata-rata dari kedua pemeriksaan tersebut.

12
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
Catatan :
a. Kalibrasi Piknometer :
1. Piknometer dibersihkan, dikeringkan, ditimbang dan beratnya dicatat (W1).
Piknometer diisi air suling dan dimasukkan dalam bejana air pada suhu 25C,
sesudah piknometer mencapai suhu 25C tutupnya dipasang. Bagian luar
piknometer dikeringkan dan piknometer beserta isinya ditimbang (W25).

2. Dari nilai W25 yang ditentukan pada suhu 25C susunlah tabel harga W4 untuk
suatu urutan suhu kira-kira antara 18C sampai 31C.

Harga W4 dihitung sebagai berikut :


W4 = W25 x K
Dimana :
W4 : berat piknometer dan air yang telah dikoreksi.
W25 : berat piknometer dan air pada suhu 25C.
K : fator koreksi (daftar no.1)

3. Faktor koreksi : K
Suhu : T
Daftar No.1
T18 19 20 21 22 23 24
K1.001
1.0014 1.0012 1.00010 1.0001 1.0005 1.0003
6
T25 26 27 28 29 30 31
K1.000
0.9997 0.9995 0.9992 0.9989 0.9986 0.9983
0

b. 1. Untuk benda uji kering.


Benda uji kering oven sesudah ditumbuk dan diayak harus dimasukkan
kedalam oven kembali sampai beratnya konstan.
2. Benda uji tanpa pengeringan oven harus diketahui berat keringnya dengan
perhitungan kadar air dan berat ini adalah sebagai (W2 – W1).

13
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNPAR
PEMERIKSAAN BERAT JENIS
ASTM D 854 – 58

LOKASI : Arah Bukit Rawi DIKERJAKAN : KELOMPOK II

KEDALAMAN : 40 cm

TANGGAL TEST : 19 November 2014

*Catatan : Tanah asli / kering oven

Nomor Piknometer I II

Berat Piknometer Kosong + Tutup (W1) ( gr) 165 163

Berat Piknometer + Tutup + Tanah Kering (W2) ( gr) 265,4 263

Berat Piknometer + Tutup + Tanah + Air (W3) (gr) 723 719,9

Berat Piknometer + Tutup + Air pada TC (W4) (gr) 662,1 658,75

Suhu C 25 25

A = Berat tanah (Wt = W2 – W1) 100,4 100

B = (W3 – W4) 60,9 61,15

C = (A – B) 39,5 38,85

Berat Jenis Tanah (Gs = A : C) 2,5 2,6

Rata- Rata 2,55

14
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
Kesimpulan :

Berat Jenis (Gs) merupakan perbandingan antara berat volume butiran padat dengan volume
air. Sehingga berdasarkan percobaan diperoleh berat jenis sebesar 2,55 yang termasuk
kategori lempung organik.

15
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
BAB V

PEMERIKSAAN BATAS-BATAS ATTERBERG

5.1 PEMERIKSAAN BATAS CAIR (LIQUID LIMIT)


PB 09-76 ; AASHTO T-89-74 ; ASTM D-423-66 ; SK SNI M-071989-F

5.1.1 Tujuan :
Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan batas cair tanah. Batas cair sesuatu tanah
adalah kadar air tanah tersebut pada keadaan batas peralihan antara cair dan keadaan plastis.
Tanah dalam keadaan pada batas cair apabila diperiksa dengan alat Casagrande, kedua
bagian tanah dalam mangkok yang terpisah oleh alur lebar 2 mm (seperti yang akan diuraikan
dibawah), menutup sepanjang 12,7 mm oleh 25 kali pukulan.

5.1.2 Peralatan :

1. Alat batas cair standard (atterberg).


2. Alat pembuat alur (grooving tool) ASTM
3. Alat pembuat alur (grooving tool) Cassagrande
4. Cawan porselin (mortar)
5. Pestel (penumbuk/penggerus) berkepala karet atau dibungkus karet
6. Spatula/spatel
7. Galas ukur 200 ml
8. Thin box/cawan
9. Saringan no.40
10. Air distilasi dalam botol (wast bottle)
11. Alat-alat pemeriksaan kadar air (lihat percobaan no.01)

5.1.3 Prosedur Percobaan :


A. Persiapan Benda Uji
a. Contoh tanah yang perlu disediakan untuk pemeriksaan ini sebanyak + 100 gram.
Contoh tanah ini harus bebas atau telah dibebaskan dari butir-butir yang lebih
besar atau hampir semua butirannya lebih halus dari 0,425 mm (no..40)

16
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
b. Untuk contoh tanah yang memang tidak mengadung butir-butir kasar lebih besar
dari 0,425 mm dapat langsung diperiksa batas cairnya tanpa persiapan terlebih
dahulu.
c. Apabila contoh tanah mengandung butir-butir kasar, mula-mula keringkan dalam
suhu udara (atau dengan alat pengering dengan suhu kurang dari 60C)
secukupnya saja, sampai dapat disaring dengan saringan.
d. Pecahkan gumpalan-gumpalan tanah dengan digerus dalam mortar dengan pestel
(penumbuk/penggerus) dengan kepala terbungkus karet, sehingga butiran-butiran
tidak rusak. Kemudian saring dengan saringan no.40. bagian yang tertahan
saringan no.40 disingkirkan dan bagian yang lolos saringan digunakan sebagai
benda uji.

B. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Pemeriksa alat Casagrande yang akan digunakan, bahwa alat keadaan dan dapat
bekerja dengan baik, baut-baut tidak longgar, sumbu mangkok tidak terlalu aus
pada bagian alurnya. Juga periksa alat pembalurnya mempunyai ukuran-ukuran
yang benar.
b. Periksa apabila pegangan diputar, mangkok akan terangkat setinggi 1cm.
Gunakan alat pembalur (alat pembuat alur) sebagai pegukur. Bila tidak benar
perbaiki setelannya.
c. Taruhlah contoh tanah (sebanyak + 100 gram) dalam mangkok porselin, campur
rata dengan air destilasi sebanyak kira-kira 15 cc-20 cc. Aduk, tekan-tekan dan
tusuk-tusuk dengan spatel. Bila perlu tambah air secara bertahap, tambah sekitar
1 cc – 3 cc, aduk, tekan dan tusuk-tusuk dan tambah air lagi, dan seterusnya
sehingga diperoleh adukan yang benar-benar merata.
d. Apabila adukan ini telah merata, dan kebasahannya telah menghasilkan sekitar 30
– 40 pukulan pada percobaan awal, taruhlah sebagian adukan tanah tersebut
dalam mangkok casagrande. Gunakan spatel/spatula, sebar dan tekan dengan
baik, sehingga tidak terperangkap gelembung udara dalam tanah. Ratakan
permukaan tanah dan buat mendatar dengan ujung terdepan tepat pada ujung
tanah terbawah mangkok. Dengan demikian tebal tanah sebagian tedalam akan
terdapat 1 cm. Jika ada kelebihan, kembalikan kelebihan tersebut kemangkok
porselin.

17
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
e. Dengan alat pembarut, buatlah alur lurus pada garis tengah mangkok searah
dengan sumbu alat, sehingga tanah terpisah menjadi dua bagian secara simetris.
Bentuk alur harus baik dan tajam dengan ukuran sesuai dengan alat pembarut.
Untuk menghindari terjadinya alur yang tidak baik atau gesernya tanah dalam
mangkok, barutlah gerakan maju dan mundur beberapa kali dengan setiap kali
sedikit lebih dalam.

f. 1. Segera gerakan pemutar, sehingga mangkok terangkat dan jatuh pada alasnya
dengan kecepatannya 2 putaran perdetik, sampai kedua tanah bertemu
sepanjang kira-kira 12,7 mm. Catatlah jumlah pukulan yang diperlukan
tersebut.

2. Pada percobaan tersebut, jumlah pukulan yang diperlukan harus antara 30 dan
40 kali. Bila ternyata lebih dari 40 kali, berarti tanah kurang basah dan
kembalikan tanah dari mangkok casagrande ke cawan porselin,tambahkan
sedikit demi sedikit air dan aduklah seperti tadi sampai merata.

3. Cucilah mangkok Casagrande dengan air, kemudian keringkan dengan


kain/kapas kering, kemudian ulang pekerjaan seperti tersebut diatas.

g. Ambillah segera dari mangkok sebagian tanah dengan spatel secara melintang
tegak lurus alur termasuk bagian tanah yang saling bertemu. Periksalah kadar air
tanah tersebut lihat percobaan no.01)

h. Ambillah sisa tanah yang masih ada, dalam mangkok dan kembalikan ke cawan
porselin, tambah lagi dengan air secara merata. Cuci dan keringkan mangkok.

i. Ulangi pekerjaan pada nomor-nomor 2, 3, 4a, 5 dan 6 sehingga diperoleh 3 atau 4


data sehubungan antara kadar air jumlah pukulan diantara 10-20,20-30 dan 30-40
pukulan dengan masing-masing selisihnya hampir sama. Percobaan ini harus
dilaksanakan dari keadaan tanah yang kurang cair kemudian makin cair (kadang
air terendah kemudian berurutan menuju yang lebih tinggi).

18
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
j. Perhitungan Grafik :
Setiap data hubungan antara kadar air tanah dan jumlah pukulan merupakan
satu titik dalam grafik, dengan pukulan sebagai absis (dengan skala log) dan
kadar air sebagai ordinat (dalam persen dengan skala biasa). Tarik garis lurus
melalui titik-titik tersebut. Jika ternyata titik-titik yang diperoleh tidak terletak
pada garis lurus, maka buatlah garis lurus melalui titik berat titik-titik tersebut.

Batas cair tanah adalah kadar air yang diperoleh pada perpotongan garis
penghubung tersebut dengan garis vertikal 25 pukulan. Batas cair dilaporkan
sebagai bilangan bulat yang terdekat. Catatlah pada formulir laboratorium, benda
uji yang diperiksa dalam keadaan asli atau kering udara, kering oven, disaring
atau tidak.

5.2 PEMERIKSAAN BATAS PLASTIS (PLASTIS LIMIT)


PB 0110-76 , AASHTO T-90-74 ; SK SNI M-06-1989-F

5.2.1 Tujuan :
Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan plastis.
Batas plastis adalah kadar air minimum dimana suatu tanah masih dalam keadaan
plastis.

5.2.2 Peralatan dan Bahan :

a. Peralatan
1. Plat kaca 45x 45 x 0,9 cm
2. Spatula
3. Batang pembanding dengan diameter 3 mm panjang 10 cm.
4. Cawan porselin
5. Cawan untuk menentukan kadar air 2 buah
6. Gelas ukur 200 ml
7. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
8. Oven yang suhunya dapat diatur konstan (110 + 5) C.
9. Air distalasi dalam botol cuci (wash bottle)

19
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
b. Bahan
1. Air suling
2. Contoh tanah pada kadar air asli + 20 gram

5.2.3 Prosedur Percobaan :


a. Letakkan benda uji diatas plat kaca/cawan porselin, kemudian diaduk sehingga
kadar airnya merata.
b. Setelah kadar airnya merata, buatlah bola-bola tanah dari benda uji itu seberat 8
gram, kemudian tanah tersebut digeleng-geleng diatas plat kaca. Penggelengan
dilakukan dengan telapak tangan, dengan kecepatan 80 – 90 gelengan per menit.
c. Gelengan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang dengan diameter 3
mm. Jika pada waktu penggelengan itu ternyata sebelum benda mancapai 3 mm
sudah retak, maka benda uji disatukan kembali, ditambah air sedikit dan diaduk
sampai merata. Jika ternyata penggelengan bola-bola tersebut dapat mencapai lebih
dari 3 mm tanpa menunjukkan retak-retak, maka contoh perlu dibiarkan beberapa
saat diudara, agar kadar airnya berkurang sedikit.
d. Pengadukan dan penggelengan tersebut terus dilakukan sampai retakan-retakan itu
terjadi tepat pada saat penggelengan benda uji mencapai 3 mm.
e. Pemeriksaan kadar air tanah pada (4) dilakukan ganda, benda uji untuk
pemeriksaan kadar air.

5.2.4 Prosedur Perhitungan :


a. Tentukan kadar air rata-rata sebagai harga batas plastis.
b. Hasil dilaporkan sebagai bilangan bulat dalam persen.
c. Catatlah pada formulir benda uji yang diperiksa dalam keadaan asli atau kering
udara disaring atau tidak.
Catatan :
1. Alat-alat yang dipakai harus dalam keadaan bersih dan kering.
2. Untuk lebih cepatnya pemeriksaan, maka pengadukan benda uji untuk pemeriksaan batas
cair dan batas plastis dapat dilakukan sekaligus, setelah pengadukan merata, pisahkan 20
gram benda uji untuk pemeriksaan batas plastis.
3. Indeks Plastis (PI) adalah selisih batas cair dan batas plastis (Indeks Plastis = Liquid Limit
– Plastis Limit).
4. Tentukan klasifikasi tanah dari hasil pengujian ini, dan buatkan kesimpulan.

20
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
5.3 PEMERIKSAAN BATAS SUSUT (SHRINKAGE LIMIT)
AASHTO T-92-68

5.3.1 Tujuan :
a. Peralatan
1. Prong Plate
2. Monel dish
3. Cristalizing dish
4. Cawan petry
5. Mercury
6. Porselin dish
7. Neraca ketelitian 0,01 gram
8. Oven yang suhunya dapat diatur konstan (110 + 5) C
b. Bahan
1. Air suling
2. Contoh tanah

5.3.2 Prosedur Pelaksanaan :


a. Siapkan tanah yang lolos saringan no.40 sekitar 30 gram.
b. Letakkan tanah tersebut dalam porselin dish, tambahkan air suling secukupnya
untuk mengisi seluruh pori-pori dalam tanah. Banyaknya air yang dibutuhkan agar
tanah mudah diaduk kira-kira sedikit lebih tinggi daripada kadar air batas cair.
c. Oleskan sedikit vaseline/grease pada monel dish untuk mencegah lekatan tanah.
d. Isi 1/3 bagian monel dish dengan pasta tanah yang telah dipersiapkan lalu pinggir
monel dish diketuk-ketuk ringan sehingga pasta tanah mengalir kesamping dan
memadat. Lakukan hal sama untuk lapisan berikutnya sehingga pasta tanah
mengisi monel dish sampai penuh dan padat dan tidak ada gelembung-gelembung
udara yang terperangkap.
e. Tanah yang berlebihan dipotong dengan pisau pemotong.
f. Bersihkan luar monel dish kemudian di timbang (A)
g. Diamkan monel dish yang berisi tanah tersebut diudara terbuka sehingga terjadi
penguapan lalu masukkan kedalam oven selama 24 jam pada 110C

21
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
h. Setelah kering masukkan kedalam decicator agar cepat dingin kemudian ditimbang
(B).
i. Timbang monel dish kosong yang telah dibersihkan (C).

5.3.3 Perhitungan :
a. Ukur volume monel dish :
- Isi monel dish dengan air raksa sampai meluap kemudian tekan plat kaca
diatasnya dengan kuat sehingga kelebihan air raksa akan keluar.
- Timbang monel dish berikut air raksa (D)
Berat air raksa
Volume = BJ air raksa .............................................................................(4.1)
dimana :
Berat air raksa = D – C gram
BJ air raksa = 13,6 gr/cm3
b. Ukur volume tanah kering :
- Tempatkan cristalizing dish pada cawan petry besar.
- Isi cristalizing dish dengan air raksa sampai meluap.
- Letakkan prong plate diatas cristalizing dish lalu ditekan sehingga kelebihan air
raksa akan keluar dan ditampung dalam cawan petri besar.
- Angkat cristalizing dish dari dalam cawan petri besar kemudian air raksa dalam
cawan petri tersebut dipindahkan kedalam botol penyimpanan.
- Bersihkan cawan petri dari air raksa yang tersisa lalu ditimbang.
- Letakkan kembali cristalizing dish ke dalam cawan petri kemudian sampel tanah
yang sudah kering diletakkan diatas.
- Tekan sampel tanah tersebut dengan menggunakan prong plate sampai
tenggelam. Jangan sampai ada udara yang tersekap dibawah prong plate.
- Timbang cawan petri yang berisi tumpahan air raksa tersebut.
- Hitung volume air raksa yang tumpah. Volume ini sama dengan volume tanah
kering.

Catatan :

1. Untuk mendapatkan hasil yang efektif, lakukan percobaan ini minimal sebanyak 2 kali
2. Pada waktu menekan sampel dengan prong plate, air raksa kelebihan harus keluar semua.

22
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNPAR

PEMERIKSAAN BATAS-BATAS ATTERBERG


ASTM D-423-66 ; ASTM D-424-74 ; AASHTO T-89-74 ; SK SNI M-07-1987
BATAS CAIR (LL) BATAS PLASTIS (PL)
10-15 20-30 30-35 I II III
Banyak Pukulan 13 23 34 - - -
Berat Cawan (gr) 13,6 9,25 13,4 9,7 9,85 9,85
Berat Cawan + Tanah Basah (gr) 38,2 33,9 38,5 15,8 12,9 14,25
Berat Cawan + Tanah Kering (gr) 30,08 26,9 31,6 15,1 12,8 13,6
Berat Air (gr) 8,12 7 6,9 0,7 0,1 0,65
Berat Tanah Kering (gr) 16,48 17,65 18,2 5,4 2,95 3,75
Kadar Air (%) 49,27 39,66 37,91 12,96 3,39 17,33
Rata-rata Kadar Air (%) 42,28 16,84
Indeks Plastis (PI) = LL – PL 25,44

Grafik batas cair


60

50

40
Grafik batas cair
Kadar Air (%)

Linear (Grafik batas cair)


30 Linear (Grafik batas cair)
Linear (Grafik batas cair)
Linear (Grafik batas cair)
20

10

0
10 15 20 25 30 35 40

Banyaknya Pukulan

23
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
BATAS SUSUT
DATA
(Shrinkage Limit)
Berat Cawan (gr) 10,22
Berat Cawan + Tanah Basah (gr) 34,66
Berat Cawan + Tanah Kering (gr) 24,92
Berat Tanah Basah (gr) 24,44
Berat Tanah Kering (Wo) (gr) 14,04
Berat Air (gr) 10,40
Berat Monel Dish + Air raksa (gr) 220,04
Isi Tanah Basah (V) 13,816
Isi Tanah Kering (Vo) 137,28
Kadar Air (%) 74,07
V −Vo
SL = w- x 100 % 47,50
Wo

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap batas – batas atterberg, diperoleh :
1. Rata – rata kadar air batas cair (LL) : 42,28%
2. Rata – rata kadar air batas plastis (PL) : 16,84%
3. Kadar air batas susut adalah 74,07% dan nilai batas susut (SL) = 47,50%
4. Indeks plastis (PI) = 25,44%

24
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
BAB VI
PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN (SIEVE ANALYSIS)
AASHTO T-27-74 ; ASTM C-136-46

6.1. Tujuan :

Pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui ukuran butir dan susunan butir (gradasi).
Tanah yang tertahan saringan No.200.

6.2. Peralatan Dan Bahan :


a. Peralatan
1. Mesin pengguncang saringan (sieve analisis).
2. Saringan (Sieve).
3. Timbangan ketelitian.
4. Talam.
b. Bahan
Contoh tanah

6.3. Prosedur Pelaksanaan :


1. Cara kering (A) :

a. Keringkan benda uji dalam oven, buyarkan bagian tanah yang menggumpal
kemudian ditimbang.
b. Bersihkan masing-masing saringan dan pan yang akan digunakan, kemudian
timbang masing-masing saringan tersebut dan susun sesuai standard yang
dipakai.
c. Letakkan susunan saringan tersebut diatas alat pengguncang.
d. Masukkan benda uji kedalam susunan saringan kemudian tutup.
e. Kencangkan penjepit susunan saringan.
f. Hidupkan motor penggerak alat pengguncang selama + 15 menit.
g. Setelah dilakukan pengguncang selama + 15 menit, mesin pengguncang
dimatikan. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu agar
mengendap.
h. Timbang masing-masing saringan beserta benda uji yang tertahan didalamnya,
demikian pula dengan pan.

25
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
2. Cara Basah :

a. Contoh tanah dari lapangan dikeringkan (dijemur) atau alat pemanas lain dengan
suhu tidak lebih dari 60C, gumpalan-gumpalan tanah ditumbuk dengan palu
karet sehingga butiran-butirannya lepas. Sample agar mewakili dapat dilakukan
cara perempat atau dengan alat pemisah (sample spliter).
b. Ambil contoh secukupnya, lalu timbang + 500 gram.
c. Bersihkan masing-masing saringan dan pan yang akan digunakan, kemudian
timbang masing-masing saringan dan susun sesuai standard yang dipakai.
d. Letakkan susunan saringan tesebut pada alat pengguncang masukkan benda uji,
hidupkan motor penggerak + 15 menit dan diamkan selama 5 menit agar
mengendap.
e. Pisahkan contoh tersebut menjadi 2 bagian :
 Saringan diatas No.200
 Saringan No.200 dan pan
f. Timbang masing-masing saringan di atas No.200 berikut contoh yang tertahan.
g. Ambil saringan No.200 berikut contoh yang tertahan, tumpahkan pada pan,
rendam dan biarkan 24 jam, sehingga butirannya basah dan terpisah.
h. Setelah perendaman, letakkan saringan No.200 di atas pan yang telah diketahui
beratnya, tumpahkan koloidal perendaman kedalam saringan, bilas dengan air
secukupnya, siram dengan botol semprot sambil diaduk dengan jari tangan.
i. Pekerjaan tersebut diulangi sampai contoh yang direndam tercuci seluruhnya.
j. Ambil saringan dan contoh yang tertahan No.200, letakkan secara terbalik di atas
pan yang telah diketahui beratnya, bilas dengan air terutama pada celah-celah
screen dengan teliti.
k. Masukkan pan kedalam oven berikut contoh yang lolos No.200 dan hitung hasil
seluruhnya.
Catatan :
1. Setelah selesai dipakai, segera dibersihkan saringan tersebut dengan menggunakan sikat
yang halus dan ditiup dengan kompresor.
2. Lumasi bagian-bagian yang bergerak secara berkala.
3. Kencangkan semua baut yang kendur. Apabila goncangan terlalu keras dan berisik, putar
sedikit tiang gantungan agar posisinya segaris dengan sentrik. Atur ruang kosong antara

26
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
sentrik dan coakan alas pengguncang agar tidak terlalu rapat lalu oleskan pelumas
secukupnya.

27
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNPAR
PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN
ASTM D 422-63
Berat Tanah Kering ( 1500 gram )
Berat Persentase
No. Berat
Ukuran Berat Tertahan Berat
saringa Tertaha
Saringan Saringan + Berat Lolos Berat Berat
n n
(mm) (gr) saringan (gr) Tertahan Lolos %
(gr)
(gr) (%) (%)

3 76,1 - - - - - 100

2 45,3 451,5 451,5 0 1500 0 100

1,5 38,1 - - - - - 100

1 25,4 920 920 0 1500 0 100

¾ 19,0 518,2 518,2 0 1500 0 100

½ 12,7 458,5 458,5 0 1500 0 100

3/8 9,51 412,8 437,2 24,4 1475,5 1,63 98,37

No. 4 4,76 492,5 950,1 457,6 1018 30,51 67,86

No. 8 2,38 491 950,5 459,5 558,5 30,63 37,23

No. 10 2,00 476 507,7 31,7 526,8 2,11 35,12

No. 12 1,68 300 339,9 39,9 486,9 2,66 32,46

No. 16 1,19 329,4 377,3 48,1 438,8 3,21 29,25

No. 20 0,841 322,2 361,7 39,5 399,3 2,63 26,62

No. 30 0,595 296,8 322 25,3 374 1,69 24,93

No. 40 0,420 422 440,8 18,8 355,2 1,25 23,68

No. 50 0,297 299,2 303 3,8 351,4 0,25 23,43

No. 60 0,250 292 310 18 333,4 1,2 22,23

No. 100 0,149 413,1 433 19,9 313,5 1,33 20,9

No. 200 0,074 267,8 331,8 64 249,5 4,27 16,63

Pan - 419,5 434,4 14,5 - - 0

28
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
Grafik Analisa Saringan
100
90
80
70
60
Berat Lolos(%)

50
40
30
20
10
0
0.001 0.01 0.1 1 10 100
Ukuran Bukaan Saringan (mm)

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil percobaan analisa saringan diperoleh persentase berat sample yang lolos :
1. Lempung = 0%
2. Lanau = 16,63%
3. Pasir = 16,63% - 35,12% = 18,49%
4. Kerikil = 35,12% - 100% = 64,77%

29
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
BAB VII

ANALISA HIDROMETER
AASHTO T-87-70 ; ASTM D-422-43

7.1. Tujuan :

Untuk menentukan pembagian ukuran butiran dari tanah yang lewat saringan No. 200.

7.2. Peralatan dan Bahan :


a. Peralatan
1. Hidrometer dengan skala-skala konsentrasi (5-60 gram/liter) atau untuk
pembacaan berat jenis campuran (0,995 – 1,038).
2. Tabung-tabung gelas ukuran kapasitas 1.000 ml,  6,5 cm.
3. Thermometer 0 – 50C, ketelitian 0,1C.
4. Pengaduk mekanis dan mangkuk dispersi.
5. Saringan No.10; No. 20; No. 40; No. 80; No. 100; dan No. 200.
6. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
7. Oven dengan pengatur suhu sampai 110C.
8. Tabung-tabung gelas dengan ukuran 50 ml dan 100 ml.
9. Batang pengaduk dari gelas.
10. Stop watch
b. Bahan
Contoh tanah yang lewat saringan No.10

7.3. Prosedur Pelaksanaan :


a. Rendam 50 gram contoh tanah yang lolos saringan No.10 dengan bahan Dispersi
Waterglass. Aduk sampai merata dan biarkan 24 jam.
b. Sesudah perendaman, campuran dipindahkan dalam mangkok pengaduk dan
tambahkan air secukupnya. Aduk dengan pengaduk mekanis selama 15 menit.
c. Pindahkan kedalam tabung gelas ukuran dan tambahkan air suling sampai 1.000 ml.
Mulut tabung ditutup rapat dengan telapak tangan dan kocok dalam arah horizontal
selama 1 menit.
d. Setelah dikocok, tabung diletakkan dan dimasukkan hidrometert dengan hati-hati
dan biarkan terapung bebas, lalu jalankan stopwach. Angka hidrometer dibaca pada

30
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
waktu-waktu : 0,5; 1; 2 menit dan dicatat pembacaan-pembacaan itu sampai 0,5
gram/liter yang terdekat atau mendekati 0,001 Berat Jenis.
e. Sesudah pembacaan pada menit kedua, hidrometer diangkat hati-hati. Kemudian
dicuci dengan air suling dan masukkan kedalam tabung yang berisi air suling dan
masukkan kedalam tabung yang berisi air suling yang bersuhu sama seperti suhu
tabung percobaan.
f. Hidrometer dimasukkan kembali dengan hati-hati kedalam tabung berisi campuran
tadi, dan lakukan pembacaan hidrometer pada saat-saat 5; 15; 30 menit; 1; 4 dan 24
jam. Setiap setelah pembacaan, hidrometer dicuci dan dikembalikan kedalam tabung
air suling. Proses memasukkan dan mengeluarkan hidrometer dilakukan masing-
masing 10 detik.
g. Suhu campuran diukur pada 15 menit pertama dan kemudian pada setiap pembacaan
berikutnya.
h. Sesudah pada pembacaan yang terakhir, campuran dipindahkan kedalam saringan
No.200 dan dicuci sampai air pencucian jernih dan biarkan air yang mengalir
terbuang. Fraksi yang tertinggal di saringan No. 200 dikeringkan dan dilakukan
pemeriksaan dengan cara Pemeriksaan Analisa Saringan.

7.4 Kalibrasi Hidrometer Dan Silinder Ukur


1. Volume kepala hidrometer (VH) ditentukan dengan menimbang hidrometer sampai
0,1 gram yang terdekat. Berat ini dicatat sebagai volume dalam ml dari kepala
hidrometer.
2. Luas penampang silinder 1.000 ml ditentukan dengan mengukur jarak antara 2
garis pembagi skala (misalnya 1.000 – 900 ml). Volume dalam ml antara kedua
garis pembagi skala dengan jarak yang diukur untuk mendapatkan luas penampang
(A).
3. Jarak He diukur dari tanda kalibrasi yang terendah dari tangkai hidrometer ke tiap
tanda kalibrasi utama lainnya (Rh).
4. Jarak R diukur dari leher kepala sampai tanda kalibrasi yang terdekat.
5. HL = H + r dihitung untuk masing-masing tanda kalibrasi Rh.
6. Tinggi kepala diukur dari leher sampai dasar kepala. Karena kepalanya simetris,
catat jarak : H = 2 x jarak dari leher sampai ke pusat volume.

31
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
Vh
Hr = HL + 0,5 (h - A )
Keterangan :
Hl = jarak dari pembacaan Rh ke leher hidrometer (lihat nomogram)
(cm)
He = tinggi kepala dari leher sampai dasar kepala (cm)
Vh = volume kepala hidrometer (ml)
A = luas penampang silinder ukur yang didapat dengan membagi
volume silinder (1.000 cc) dengan jarak antara tanda 0 sampai
1.000 (cc)

Perhitungan pada tiap kolom dalam tabel hidrometer :


1. Hasil pembacaan pada alat ukur hidrometer berdasarkan waktu pada kolom 1
2. Hasil pembacaan alat ukur hidrometer pada gelas air suling (faktor koreksi).
3. Suhu larutan dalam gelas ukur.
4. Kolom (2 – 3)
Kolom 5 x A
5. Berat sample x 100
6. Dari table berdasarkan kolom 5
7. Ukuran butiran (D) = kolom 9 x k

8. =( √ He/t ) x k
9. ((Kolom 6 x Sar. No 200) / 100

32
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNPAR

ANALISIS HIDROMETER

DIKERJAKAN : Kelompok II TANGGAL TEST : 20 Desember 2014

LOKASI : Lab. Mekanika Tanah

KEDALAMAN : 50 cm

Berat Contoh Kering : 50Gram Faktor Koreksi : 1,030


A
Berat Jenis (Gs) : 2,500 : 0,01349
Harga K
SV (% Lolos saringan No.200 : 11,622 %

Waktu Faktor Temperatur N He D N’


Rh Rhc √ He/t
(menit) Koreksi C (%) (cm) (%)
(mm)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

¼ 31 -4 25 35 69,58 10,295 0,082 0,00104 63,909

½ 28 -4 25 32 63,616 10,765 0,059 0,00075 58,431

1 24 -4 25 28 55,664 11,385 0,043 0,00055 51,127

2 219,5 -4 25 23,5 46,718 12,105 0,031 0,00040 42,910

5 17 -4 25 21 41,748 12,515 0,020 0,00026 38,346

15 13,5 -4 25 17,5 34,79 13,125 0,012 0,00015 31,955

30 11 -4 25 15 29,82 13,525 0,009 0,00011 27,930

60 10 -4 25 14 27,832 13,705 0,006 0,00008 25,564

1440 1 -4 25 5 9,94 14,865 0,001 0,00002 9,130

33
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
34
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
Grafik Analisa Hidrometer
70

60

50
Nilai Kalibrasi (%)

40

30

20

10

0
0.001 0.01 0.1
Ukuran Bukaan Saringan (mm)

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil percobaan, partikel yang lebih besar akan mengendap di luar zona
pengukuran. Hidrometer dirancang untuk memberikan jumlah tanah (gr) yang masih terdapat
dalam suspensi dan dikalibrasi untuk tanah yang mempunya koreksi(-4) untuk berat jenis ≥
2,5.

35
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
Hubungan Antara Rh terhadap Zr (He)

Diameter : 63,50 cm
Vh : 54,62 gram
h : 13,16 cm
A : 31,57 cm2

Rh Zr Rh Zr Rh Zr Rh Zr Rh Zr
50,0 7,8649 39,5 9,5049 29,0 11,2150 18,5 12,9250 8,0 14,6850
49,5 7,9149 39,0 9,5649 28,5 11,3050 18,0 13,0150 7,5 14,8050
49,0 8,0149 38,5 9,6349 28,0 11,3850 17,5 13,1250 7,0 14,8650
48,5 8,0849 38,0 9,7149 27,5 11,4650 17,0 13,2150 6,5
48,0 8,1349 37,5 9,8949 27,0 11,5350 16,5 13,3050 6,0
47,5 8,2249 37,0 9,8849 26,5 11,6150 16,0 13,3750 5,5
47,0 8,3149 36,5 10,0800 26,0 11,7050 15,5 13,4750 5,0
46,5 8,3949 36,0 10,1150 25,5 11,7950 15,0 13,5250 4,5
46,0 8,4649 35,5 10,1950 25,0 11,8650 14,5 13,6150 4,0
45,5 8,5349 35,0 10,2950 24,5 11,9250 14,0 13,7050 3,5
45,0 8,0049 34,5 10,3250 24,0 12,0150 13,5 13,7750 3,0
44,5 8,7149 34,0 10,4150 23,5 12,1050 13,0 13,8550 2,5
44,0 8,8049 33,5 10,4950 23,0 12,1950 12,5 13,9250 2,0
43,5 8,8649 33,0 10,5750 22,5 12,2850 12,0 14,0150 1,5
43,0 8,9449 32,5 10,6450 22,0 12,3250 11,5 14,1050 1,0
42,5 9,0149 32,0 10,7650 21,5 12,4250 11,0 14,1950 0,0 16,0750
42,0 9,1049 31,5 10,8150 21,0 12,5150 10,5 14,2550 -0,5 15,9650
41,5 9,1749 31,0 10,9050 20,5 12,6050 10,0 14,3250
41,0 9,2649 30,5 10,9750 20,0 12,8950 9,5 14,4250
40,5 9,3349 30,0 10,0650 19,5 12,7750 9,0 14,5150
40,0 9,4149 29,5 11,1250 19,0 12,8550 8,5 14,6050

36
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
Tabel Perhitungan :

Hubungan antara Gs terhadap A

Gs 2,90 2,890 2,890 2,870 2,860 2,850 2,840 2,830 2,820 2,810 2,000
0

A 0,95 0,952 0,954 0,956 0,958 0,950 0,962 0,964 0,968 0,968 0,970
0

G 2,790 2,68 2,670 2,060 2,750 2,74 2,730 2,720 2,710 2,70 2,090
s 0 0 0

A 0,972 0,97 0,976 0,978 0,980 0,98 0,984 0,986 0,988 0,99 0,992
4 2 0

G 2,680 2,670 2,060 2,65 2,640 2,630 2,620 2,61 2,609 2,690 2,580
s 0 0

A 0,994 0,996 0,998 1,00 1,002 1,004 1,006 1,00 1,010 1,012 1,014
0 8
G 2,570 2,560 2,550 2,54 2,530 2,520 2,510 2,50 2,490 2,400 2,470
s 0 0

A 1,016 1,018 1,020 1,02 1,024 1,026 1,028 1,03 1,032 1,034 1,036
2 0
Gs 2,460 2,45 2,440 2,430 2,42 2,410 2,400 2,39 2,380 2,370 2,360
0 0 0

A 1,048 1,04 1,060 1,052 1,05 1,056 1,058 1,06 1,032 1,034 1,006
8 4 0

Gs 2,150 2,100 2,060 2,000 1,950 1,900 1,850

A 1,110 1,230 1,130 1,140 1,150 1,160 1,170

37
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
Tabel Perhitungan :

Hubungan Antara Gs Dengan Temperatur Untuk Memperoleh Harga K

Beras Jenis

Temperatur (Gs)

2,45 2,50 2,55 2,60 2,65 2,70 2,75 2,80

16 0,01510 0,01505 0,01481 0,01457 0,01435 0,01414 0,01394 0,01374

17 0,01511 0,01486 0,01462 0,01439 0,01417 0,01396 0,1376 0,01356

18 0,01149 0,01457 0,01443 0,01421 0,01399 0,01378 0,01359 0,01339

19 0,01474 0,01449 0,01425 0,01403 0,01382 0,01361 0,01342 0,01323

20 0,01456 0,01431 0,01408 0,01386 0,01365 0,01344 0,01325 0,01307

21 0,01438 0,01414 0,01391 0,01369 0,01348 0,01328 0,01309 0,01291

22 0,01421 0,01397 0,01374 0,01353 0,01332 0,01312 0,01294 0,01276

23 0,01404 0,01381 0,01358 0,01337 0,01317 0,01297 0,01279 0,01281

24 0,01388 0,01365 0,01342 0,01321 0,01301 0,01282 0,01264 0,01248

25 0,01372 0,01349 0,01327 0,01306 0,01286 0,01267 0,01249 0,01232

26 0,01357 0,01334 0,01312 0,01291 0,01272 0,01253 0,01235 0,01218

27 0,01342 0,01319 0,01297 0,01277 0,01258 0,01239 0,01221 0,01204

28 0,01327 0,01304 0,01283 0,01264 0,01244 0,01225 0,01208 0,01191

29 0,01312 0,01290 0,01259 0,01249 0,01230 0,01212 0,01195 0,01179

30 0,01298 0,01276 0,01255 0,01236 0,01217 0,01199 0,01182 0,01169

38
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
BAB VIII

PEMERIKSAAN PEMADATAN LABORATORIUM


AASHTO T-99-74 & T-180-74 ; PB-0111-76 & 0112-76

8.1. Tujuan :
Pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar air dan kepadatan
tanah. Dapat disebut juga proctor test dan dapat dilakukan secara standard maupun
modified.

8.2. Peralatan dan Bahan :


1. Sampel tanah uji
2. Mold pemadatan  4”
3. Mold pemadatan  6”
4. Palu pemadatan standard
5. Palu pemadatan modified
6. Extruder mold
7. Pisau pemotong
8. Palu karet
9. Kantong plastik
10. Sendok
11. Cawan
12. Pan
13. Gelas ukur 1.000 ml
14. Alat Extruder
15. Timbangan

8.3. Prosedur Percobaan :


a. Siapkan sampel tanah yang sudah dijemur lalu hancurkan gumpalan-gumpalannya
dengan menggunakan palu karet agar butiran aslinya tidak pecah.
b. Tentukan kadar mula air tanah tersebut dengan menggunakan alat speddy.
c. Pisahkan 6 buah sample tanah masing-masing seberat 2,5 kg (untuk mold  4”) atau
5 kg (untuk mold  6”) lalu masukkan kedalam kantong plastik.

39
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
d. Ambil salah satu sample tadi kemudian buatlah kadar air optimum perkirakan
dengan cara sebagai berikut :
Semprot dengan air sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk dengan tangan sampai
merata. Penambahan dilakukan sampai didapat campuran tanah yang bila dikepalkan
dengan tanah dan dibuka, tidak hancur dan tidak lengket ditangan. Setelah didapat
campuran seperti ini, catat jumlah air yang ditambahkan, kemudian tentukan kadar
air yang ditambahkan tadi , lalu tentukan kadar airnya berdasarkan perhitungan
berikut :

B + 100
| |
Di = C A + B .............................................................................................(6.1)

e. Untuk menghitung penambahan air yang diperlukan untuk membuat sampel tanah
dengan kadar air yang sudah ditentukan (bervariasi) tersebut dengan rumus :

Di - B
| |
D=C 100 + B x A ..............................................................................................(6.2)

Dimana :
Di = Kadar air (%)
C = Penambahan air (cc)
B = Kadar air mula (%)
A = Berat tanah (gr)
f. Isikan data tersebut pada formulir kolom tengah, kemudian isi kolom-kolom
samping kiri dan kanan dengan penambahan air diatur sehingga didapat benda uji
sebagai berikut :
- 3 contoh dengan kadar air kira-kira dibawah optimum
- 3 contoh dengan kadar air kira-kira diatas optimum
Perbedaan kadar air dari benda uji masing-masing 3 % dan 6 % diatas dan dibawah
kadar air optimum perkiraan.
Masing-masing benda uji di simpan dalam kantong plastik dan disimpan selama 12 –
24 jam atau sampai kadar airnya merata.

5. Cara Standard Proctor :


a. Timbang mold standard berikut alasnya dengan ketelitian 1 gram. Beri tanda
mold tersebut dengan spidol agar tidak tertukar. Untuk cara standard proctor bisa

40
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
menggunakan mold berdiameter 4” atau 6”. Kemudian ukur Diameter (d) dan
tinggi (t) dan tentukan isi mold dengan rumus : ¼  d2 t.
b. Pasang collar (leher sambung) lalu kencangkan mur penjepitnya. Tempatkan pada
tumpuan yang kokoh.
c. Ambil salah satu sample tanah dari dalam kantong plastik yang telah dipersiapkan
kemudian diisikan kedalam mold kurang lebih sampai setengah tinggi. Tumbuk
dengan palu pemadatan standard 5,5 lb sebanyak 25 kali tumbukan (untuk mold
 4”) dan 56 x tumbukan (untuk mold  6”) secara merata sehingga setelah
memadat, tanah tersebut mengisi kurang lebih 1/3 tinggi mold.
d. Lakukan hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga sehingga lapisan terakhir
mengisi sebagian collar (berada sedikit lebih tinggi dari pada mold).
e. Lepaskan coller dan ratakan kelebihan tanah pada mold dengan menggunakan
pisau pemotong.
f. Isikan rongga-rongga yang berbentuk dengan tanah sisa-sisa pemotongan tadi
sehingga didapatkan permukaan tanah yang rata dan bersihkan sisa-sisa tanah
dengan kuas.
g. Timbang mold berikut alas dan tanah yang berada didalamnya dengan ketelitian 1
gram.
h. Keluarkan sample tanah yang telah dipadatkan dari dalam mold dengan
menggunakan extruder mold lalu ambil 2 – 3 buah sample dibagian intinya untuk
pemeriksaan untuk kadar air.
i. Ulangi prosedur c sampai dengan h untuk sample tanah yang lain. Isikan data-
data tersebut pada formulir sehingga di dapatkan 6 buah data pemadatan.

2. Cara Modified Proctor :

a. Untuk cara modified proctor, bisa juga menggunakan mold berdiameter 4” atau
6” dan palu pemadatan seberat 10 lb.
b. Jumlah lapisan permold adalah 5 lapis. Jumlah tumbukan perlapisan untuk mold
berdiameter 6” adalah 56 x tumbukan.
c. Prosedur perobaan sama dengan pemadatan standard.

41
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
8.4 Perhitungan

Gambarkan grafik berat isi tanah kering terhadap kadar air dari hasil percobaan.
Kemudian gambar sebuah kurva yang halus yang paling mendekati dengan titik-titik
yang digambarkan dan tentukan berat isi kering maksimum (d max) dari kurva
tersebut dengan ketelitian 0,01 gram/cm3.

Kadar air yang sesuai dengan berat isi kering maksimum ini adalah kadar air optimum
yang harus dicatat dengan ketelitian 0,5 %. Setelah diketahui wopt dan jdmax
gambarkan Zero Air Void Content (ZAVC), yang bisa dihitung dengan rumus :

γ .W
 ZAV = (w% / 100)+(1/Gs) ......................................................................................(6.3)

Dimana :
Gs : berat jenis tanah
W : berat isi air
W : kadar air
d max tidak mungkin melebihi batas ZAVC, sehingga hal ini diperlukan sebagai
pengontrol.
Catatan :
1. Bersihkan dan keringkan mold dan palu yang telah selesai dipakai untuk mencegah karat.
2. Kencangkan mur penutup palu pemadatan sebelum dipakai supaya tinggi jatuhnya benar-
benar standard dan dratnya tidak aus.

42
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNPAR

UJI PEMADATAN LABORATORIUM

LOKASI : Arah Bukit Rawi TANGGAL TEST : Desember 2014


JENIS SAMPEL : Tanah tidak terganggu DIKERJAKAN OLEH : Kelompok II

METODE : Volume Cetakan I (cc) : 3210,50 cc


Kedalaman Contoh : 50 Cm Volume Cetakan II (cc) : 3192,26
Kadar Air Asli : 85,53 % Berat Penumbuk (gr) : 5,5 lb
Berat Jenis : 2,508 Tinggi Jatuh Penumbuk (cm) : 56
Berat Isi Kering d Max. : 1,1778 gr/cc Jumlah Pukulan Per Lapis : 3
Kadar Air Optimum : 30,52 % Jumlah Lapisan

Penambahan Air (cc) 700 800 900 1000 1100


Berat Cetakan + Tanah Basah (gr) 12949 13144 12796 12913 12935
Berat Cetakan (gr) 7065 7065 6650 6650 6650
Berat Tanah Basah (gr) 5884 6079 6146 6263 6285
Isi Cetakan (cc) 3192,26 3192,26 3210,50 3210,50 3210,50
Kepadatan (gr/cc) 8,41 7,60 6,83 6,26 5,71
Kepadatan Kering (gr/cc) 7,41 6,60 5,83 5,26 4,71
A 40,5 35,2 27,6 34,4 42,3
Berat Cawan + Tanah Basah (gr)
B 41,6 35,8 37,4 35,6 39,3
A 36,2 31,8 27,6 29,6 36,4
Berat Cawan + Tanah Kering (gr)
B 37,5 32,2 33,7 30,04 34,3
A 14,6 15 14,4 9,7 13,7
Berat Cawan (gr)
B 14,2 14,35 14,05 9,8 14,4
A 4,3 3,4 0 4,8 5,9
Berat Air (gr)
B 4,1 3,6 3,7 5,56 5
A 21,6 16,8 13,2 19,9 22,7
Berat Tanah Kering (gr)
B 23,3 17,85 19,65 20,24 19,9
A 19,91 20,24 0 24,12 25,99
Kadar Air (%)
B 17,60 20,17 18,83 27,47 25,12
A
ZAV
B

43
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097
Grafik Pemadatan A
30

25
Kepadatan Kering (gr/cc)

20

15 Grafik Pemadatan

10

0
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Kadar air (%)

Grafik Pemadatan B
30

25
Kepadatan Kering (gr/cc)

20

15 Grafik Pemadatan B

10

0
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Kadar Air (%)

Kesimpulan :

Beradasarkan hasil percobaan dapat di gambarkan kurva pengujian yang memerlihatkan nilai kadar
air yang terbaik (W optimum) untuk mencapai berat volum kering terbesar (kepadatan maksimal).

o Pada nilai kadar air rendah, tanah cenderung bersifat kaku dan sulit di padatkan.
o Pada nilai kadar air tinggi, berat volum tanah kering berkurang (tanah lembek dan sulit
dipadatkan).

44
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Freddy Barus
DAB 113 097

Anda mungkin juga menyukai