PENGUJIAN BORING
Pengujian boring yaitu pengujian tanah untuk mengetahui kondisi tanah setiap layer
dan jika dimungkinkan sampai ke tanah keras. Pengujian boring umumnya bersamaan
dengan pengujian sondir (Cone Penetration Test) atau pengujian SPT (Standart Penetration
Test) karena diperlukan parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan untuk
keperluan identifikasi perlapisan tanah yang merupakan bagian dari desain pondasi. Prinsip
percobaan ini adalah untuk memperoleh sampel pada suatu kedalaman tertentu untuk
identifikasi jenis tanah. Pengeboran dilakukan untuk mendapatkan gambaran visual setiap
kelipatan kedalaman 0,2 meter. Boring yangdilakukan pada praktikum dibagi menjadi 2
bagian yaitu Undisturbed dan Disturbed. Undisturbed (contoh asli) yaitu pengambilan
contoh tanah didalam tabung dimana kondisi tanah tersebut harus diusahakan atau
mendekati sama dengan di dalam tanah di lapangan. Disturbed (contoh tidak asli) yaitu
pengeboran yang hanya untuk mengetahui kondisi dan jenis tanah secara visual kemudian
dijadikan data. (Prayogo, 2016)
Untuk perencanaan suatu pondasi, perlu mengetahui dahulu susunan lapisan tanah
yang sebenamya pada suatu tempat, dan mengetahui hasil pengujian laboratorium dari
sampel tanah yang diambil dari berbagai kedalaman lapisan tanah, dan perlu diketahui pula
hasil pengamatan lapangan Lapisan tanah yang berbeda akan berpengaruh terhadap
perbedaan penurunan (differential settlement) terhadap konstruksi sehingga perlu diketahui
lapisan tanah secara seksama dan dilakukan tindakan penanganan perbaikan lapisan tanah.
(Braja M. Das,1995)
Pengeboran tanah adalah pekerjaan paling umum dan paling akurat dalam survey
geoteknik lapangan. Pengeboran tanah yang dimaksud adalah pembuatan lubang kedalam
tanah dengan menggunakan alat bor manual maupun alat bor mesin, untuk mengidentifikasi
jenis tanah sepanjang kedalaman lubang bor. Pemboran praktikum dilakukan dengan
menggunakan alat bor tangan.
4
Sumber: Unified Soil Classification System (USCS)
Gambar 1.1 Klasifikasi tanah menurut Unified Soil Classification System (USCS) beserta patternnya.
Prosedur praktikum pada pengujian boring dilaksanakan di dua titik yang berbeda
dimana titik pelaksanakan tidak jauh dari titik pengujian sondir.
1. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pengeboran seperti Helical Augers (
Bor Spiral), Post Hole Auger ( Iwan besar ),Drive Hand ( Handle), Stick apparatus,
Linggis, dan Loyang.
2. Tentukan titik lokasi pengujian boring
3. Ukur titik lokasi pengujian dengan dimensi 1 m x 1 m. Bersihkan lokasi tersebut dari
kotoran atau rumput yang ada diatas permukaan tanah dan gali tanah dengan cangkul
dan rapikan. Agar reruntuhan tanah tidak jatuh pada lubang bor.
4. Gali titik lokasi yang telah dibersihkan dan ambil contoh tanah disturbed (tidak asli)
setiap interval 0,2 m dari muka tanah hingga mencapai kedalaman (0,2 ; 0,4 ; 0,8 ; 1,00
dan seterusnya hingga 1.2 meter).
5. Pengeboran menggunaan mata bor iwan mencapai kedalaman 0,2 meter, kemudian
stang bor ditarik dan tanah yang ikut terangkat mata bor iwan diambil dan diletakkan
di atas loyang.
6. Tandai sample tanah pada loyang dengan kertas.
7. Identifikasi sampel tanah pada loyang secara visual mengenai deskripsi tanah tersebut.
8. Ulangi cara diatas hingga kedalaman 1,2 meter
6
Gambar 1.1 Mengukur 1m² untuk tempat tes pengujian
boring
Gambar 1.2 Menggali tanah kedalaman 20cm
7
Gambar 1.3 Kedalaman tanah 20cm
yang sudah digali
8
Gambar 1.5 Proses pengambilan
contoh sampel tanah
9
Gambar 1.7 Contoh sample tanah dengan kedalaman
20cm
10
Gambar 1.9 Contoh sample tanah dengan
kedalaman 60cm
11
Gambar 1.11 Contoh sample tanah dengan
kedalaman 1.00m
12
Gambar 1.13 Titik tanah yang sudah
diambil sampel boring
13
IV.1 Hasil dan Analisis Praktikum
Data yang diperoleh dari hasil penyelidikan lapangan dalam pengujian boring
adalah sebagai berikut :
14
0,80 Tanah cukup Coklat muda Lanau
lembek dan
tidak
berpasir
15
Pasir dan Coklat tua Lanau berpasir
0,60 sedikit
kerikil tidak
berdebu
Pada kedalaman 0.2 m, tanah yang diidentifikasi memiliki jenis tanah kerikil bercampur pasir
berdebu dengan warna coklat ke abu-abuan. Jika dilihat pada gambar 1.1, tanah tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai GW (Graded Well) yaitu tanah berkerikil bergradasi baik dengan campuran
kerikil dan pasir.
Pada kedalaman 0.4 m, tanah yang diidentifikasi memiliki jenis tanah kerikil bercampur
dengan sedikit pasir dengan warna coklat ke abu-abuan. Jika dilihat pada gambar 1.1, tanah tersebut
dapat diklasifikasikan sebagai GP (Graded Poorly) yaitu tanah berkerikil bergradasi buruk dengan
campuran kerikil dan pasir.
Pada kedalaman 0.6 m, tanah yang diidentifikasi memiliki jenis tanah agak basah & pasir
berkerikil dengan sedikit warna coklat muda. Jika dilihat pada gambar 1.1, tanah tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai SM (Silty sands) yaitu tanah campuran pasir lanau.
16
Pada kedalaman 0.8m , tanah yang diidentifikasi memiliki jenis tanah cukup lembek dan tidak
berpasir dengan warna coklat muda. Jika dilihat pada gambar 1.1, tanah tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai ML (Inorganic silts and very fine sands) yaitu campuran tanah lanau
anorganik, pasir yang sangat halus, dan lanau dengan sedikit plastisitas.
Pada kedalaman 1.00 m, tanah yang diidentifikasi memiliki jenis tanah cukup lembek basah
dengan warna coklat muda kehitaman. Jika dilihat pada gambar 1.1, tanah tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai ML (Inorganic silts and very fine sands) yaitu campuran tanah lanau
anorganik, pasir yang sangat halus, dan lanau dengan sedikit plastisitas.
Pada kedalaman 0.2 m, tanah yang diidentifikasi memiliki jenis tanah kerikil bercampur pasir
berdebu dengan warna coklat ke abu-abuan. Jika dilihat pada gambar 1.1, tanah tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai GW (Graded Well) yaitu tanah berkerikil bergradasi baik dengan campuran
kerikil dan pasir.
Pada kedalaman 0.4 m, tanah yang diidentifikasi memiliki jenis tanah kerikil bercampur
sedikit pasir dengan warna coklat ke abu-abuan. Jika dilihat pada gambar 1.1, tanah tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai GP (Graded Poorly) yaitu tanah berkerikil bergradasi buruk dengan
campuran kerikil dan pasir.
Pada kedalaman 0.6 m, tanah yang diidentifikasi memiliki jenis tanah pasir dan sedikit kerikil
tidak berdebu dengan warna coklat muda. Jika dilihat pada gambar 1.1, tanah tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai SM (Silty sands) yaitu tanah campuran pasir lanau.
Pada kedalaman 0.8 m, tanah yang diidentifikasi memiliki jenis tanah cukup lembek dan
basah dengan warna coklat muda, dan tidak berpasir. Jika dilihat pada gambar 1.1, tanah tersebut
dapat diklasifikasikan sebagai ML (Inorganic silts and very fine sands) yaitu campuran tanah lanau
anorganik, pasir yang sangat halus, dan lanau dengan sedikit plastisitas.
Pada kedalaman 1.00 m, tanah yang diidentifikasi memiliki jenis tanah lembek basah dengan
warna coklat muda kehitaman,dan tidak berpasir. Jika dilihat pada gambar 1.1, tanah tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai ML (Inorganic silts and very fine sands) yaitu campuran tanah lanau
anorganik, pasir yang sangat halus, dan lanau dengan sedikit plastisitas.
Pada kedalaman 1.20 m, tanah yang diidentifikasi memiliki jenis tanah lembek basah dengan
warna coklat muda kehitaman. Jika dilihat pada gambar 1.1, tanah tersebut dapat diklasifikasikan
17
sebagai CL (Inorganic silts and very fine sands) yaitu campuran tanah lempung anorganik dari
plastisitas rendah sampai sedang, lempung kerikil, lempung berpasir, lempung berlumpur, dan
lempung ramping.
V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian boring pada kedua titik yang berbeda. Pada titik pertama dengan
kedalaman 1 meter dan dilihat dari tabel 1.2 karakteristik tanah cukup lembek basah dengan warna
coklat muda kehitaman dan jenis tanah lanau. Pada titik kedua dengan kedalaman 1,2 meter dan
dilihat dari tabel 1.3 karakteristik tanah lembek basah, berwarna coklat kehitaman dan jenis tanah
lempung.
18