Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pendahuluan

Bab ini akan membahas secara rinci mengenai hasil survei dan hasil analisis data yang
diperoleh di lapangan. Lokasi penganbilan data stratigrafi dilakukan di daerah Jalan M.
Yamin dan Jalan Wijaya Kusuma, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda,
Kalimantan Timur. Lokasi pengamatan dilakukan sebanyak masing-masing satu pada
setiap daerah yang diamati. Data yang diambil mewakili data pengkuran stratigrafi dan
sampel batuan. Pengambilan data stratigrafi di Jalan M. Yamin dan Jalan Wijaya
Kusuma memiliki panjang lintasan pengukuran kurang lebih 16 meter dengan
singkapan yang tidak menerus.

4.2 Stratigrafi Singkapan Eksisting Lokasi 1 (Jalan M. Yamin)

Klasifikasi penamaan satuan stratigrafi daerah penelitian menggunakan sistem


penamaan stratigrafi tidak resmi berdasarkan ciri litologi yang diamati di lapangan.
Secara umum stratigrafi daerah penelitian di lokasi 1 (Jalan M. Yamin) dibagi menjadi 2
jenis satuan lapisan dari muda ke tua, yaitu: endapan podsol dan batuan batupasir.

Gambar 4. 1 Singkapan Lokasi 1 (Jalan M. Yamin)


4.2.1 Litologi 1 (Endapan Podsol)

Pada singkapan yang diamati terdapat beberapa lapisan. Pada lapisan pertama
merupakan jenis endapan podsol memiliki warna kuning keabuan, memiliki tekstur
bersifat pasir, konsistensinya lekat, dan stukturnya menggumpal. Nama endapan podsol
dengan tebal lapisan < 30 centimeter.

4.2.2 Litologi 2 (Batuan Pasir)

Pada lapisan kedua merupakan jenis batuan sedimen klastik memiliki warna segar
kuning dan warna lapuk kuning kecoklatan, memiliki tekstur ukuran butir pasir halus,
derajat pembundaran sangat membundar, derajat pemilahan terpilah baik, kemas
terbuka, berstruktur bedding, tidak memiliki fragmen, memiliki matriks pasir dan semen
berupa silika. Nama batuan batupasir dengan tebal lapisan ± 2,5 meter.

4.2.3 Litologi 3 (Batuan Pasir)

Pada lapisan ketiga merupakan jenis batuan sedimen klastik memiliki warna abu-abu
tua dan warna abu-abu, memiliki tekstur ukuran butir pasir halus, derajat pembundaran
sangat membundar, derajat pemilahan terpilah baik, kemas terbuka, berstruktur flesers,
tidak memiliki fragmen, memiliki matriks pasir dan semen berupa silika. Nama batuan
batupasir sangat halus dengan tebal lapisan ± 3,8 meter.

4.2.4 Litologi 4 (Batuan Pasir)

Pada lapisan keempat merupakan jenis batuan sedimen klastik memiliki warna segar
kuning dan warna lapuk abu-abu kekuningan, memiliki tekstur ukuran butir pasir halus,
derajat pembundaran sangat membundar, derajat pemilahan terpilah baik, kemas
terbuka, berstruktur flesers, tidak memiliki fragmen, memiliki matriks pasir dan semen
berupa silika. Nama batuan batupasir halus dengan tebal lapisan ± 5,7 meter.

4.3 Stratigrafi Singkapan Eksisting Lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma)

Klasifikasi penamaan satuan stratigrafi daerah penelitian menggunakan sistem


penamaan stratigrafi tidak resmi berdasarkan ciri litologi yang diamati di lapangan.
Secara umum stratigrafi daerah penelitian di lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma) dibagi
menjadi 3 jenis satuan lapisan dari muda ke tua, yaitu: endapan gambut, tanah lanau dan
batulanau.
Gambar 4. 2 Singkapan Lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma)

4.3.1 Litologi Endapan Gambut

Pada singkapan yang diamati terdapat beberapa lapisan. Pada lapisan pertama
merupakan jenis endapan gambut memiliki warna coklat tua, memiliki bau organik,
konsistensinya kenyal, dan bertekstur amorf. Nama endapan gambut dengan tebal
lapisan < 40 centimeter.

4.3.2 Litologi Tanah Lanau

Pada lapisan kedua merupakan jenis sedimen klastik memiliki warna kecoklatan,
memiliki tekstur ukuran butir halus, berstruktur masif. Nama lapisan tanah lanau dengan
tebal lapisan ± 6 meter

4.3.3 Litologi Batulanau

Pada lapisan ketiga merupakan jenis batuan sedimen klastik yang memiliki warna abu-
abu dan kecoklatan, memiliki tekstur ukuran butir halus, derajat pembundaran
menyudut, berstruktur masif. Nama batuan batulanau dengan tebal lapisan ± 1,5 meter

4.4 Boring Log Asumsi – Lokasi 1 (Jalan M. Yamin)

Boring log dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pelapisan tanah, pengambilan
contoh tanah, dan mengetahui parameter tanah dari hasil survei lapangan. Pada lokasi
ini dibuat boring log secara visual yang dilengkapi dengan data dan dokumentasi dari
survei lapangan. Pada Lokasi 1 (Jalan M. Yamin) memiliki 3 titik lubang bor yang
masing-masing titik bor memiliki kedalaman 12 meter.

Gambar 4. 3 Boring Log Asumsi – Lokasi 1 (Jalan M. Yamin)

4.4.1 Boring Log Lubang Bor Ke-1

Dari hasil survei lapangan yang diperoleh saat mengasumsikan boring log lubang bor
ke-1 yang mencapai kedalaman 12 meter dari permukaan tanah setempat, maka
deperoleh data boring log lubang bor ke-1 pada tabel berikut:

Tabel 4. 1 Boring Log Lubang Bor Ke-1


Kedalaman Ketebalan
Keterangan Deskripsi
(m) (m)
0,2 0,2 Berwarna kuning keabuan, Endapan Podsol
bertekstur pasir
1,3 1,1 Berwarna kuning kecoklatan, Batupasir
bertekstur ukuran butir pasir halus
4,7 3,4 Berwarna abu-abu, bertekstur ukuran Batupasir sangat
butir pasir halus halus
7,9 3,2 Berwarna kuning kecoklatan, Batupasir
bertekstur ukuran butir pasir halus
11,8 3,9 Berwarna abu-abu kekuningan, Batupasir halus
bertekstur ukuran butir pasir halus
Dari hasil data penyelidikan tanah terlihat bahwa dilokasi penyelidikan di lokasi 1
(Jalan M. Yamin) pada boring log lubang bor ke-1 sampai kedalaman 11,8 meter
memiliki lapisan tanah batupasir.

4.4.2 Boring Log Lubang Bor Ke-2

Dari hasil survei lapangan yang diperoleh saat mengasumsikan boring log lubang bor
ke-2 yang mencapai kedalaman 12 meter dari permukaan tanah setempat, diperoleh data
boring log lubang bor ke-2 pada tabel berikut:

Tabel 4. 2 Boring Log Lubang Bor Ke-2


Kedalaman Ketebalan
Keterangan Deskripsi
(m) (m)
0,3 0,3 Berwarna kuning keabuan, Endapan Podsol
bertekstur pasir
3,9 3,6 Berwarna kuning kecoklatan, Batupasir
bertekstur ukuran butir pasir halus
5,6 1,7 Berwarna abu-abu, bertekstur ukuran Batupasir sangat
butir pasir halus halus
12,2 6,6 Berwarna kuning kecoklatan, Batupasir
bertekstur ukuran butir pasir halus

Dari hasil data penyelidikan tanah terlihat bahwa dilokasi penyelidikan di lokasi 1
(Jalan M. Yamin) pada boring log lubang bor ke-2 sampai kedalaman 12,2 meter
memiliki lapisan tanah batupasir.

4.4.3 Boring Log Lubang Bor Ke-3

Dari hasil survei lapangan yang diperoleh saat mengasumsikan boring log lubang bor
ke-3 yang mencapai kedalaman 12 meter dari permukaan tanah setempat, maka
deperoleh data boring log lubang bor ke-3 pada tabel berikut:
Tabel 4. 3 Boring Log Lubang Bor Ke-3
Kedalaman Ketebalan
Keterangan Deskripsi
(m) (m)
0,3 0,3 Berwarna kuning keabuan, Endapan Podsol
bertekstur pasir
1,7 1,4 Berwarna kuning kecoklatan, Batupasir
bertekstur ukuran butir pasir halus
2,9 1,2 Berwarna abu-abu, bertekstur ukuran Batupasir sangat
butir pasir halus halus
6,4 3,5 Berwarna kuning kecoklatan, Batupasir
bertekstur ukuran butir pasir halus
11,7 5,3 Berwarna abu-abu kekuningan, Batupasir halus
bertekstur ukuran butir pasir halus

Dari hasil data penyelidikan tanah terlihat bahwa dilokasi penyelidikan di lokasi 1
(Jalan M. Yamin) pada boring log lubang bor ke-2 sampai kedalaman 11,7 meter
memiliki lapisan tanah batupasir.

4.5 Boring Log Asumsi – Lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma)

Boring log dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pelapisan tanah, pengambilan
contoh tanah, dan mengetahui parameter tanah dari hasil survei lapangan. Pada lokasi
ini dibuat boring log secara visual yang dilengkapi dengan data dan dokumentasi dari
survei lapangan. Pada Lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma) memiliki 3 titik lubang bor yang
masing-masing titik bor memiliki kedalaman 8 meter.
Gambar 4. 4 Boring Log Asumsi – Lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma)

4.5.1 Boring Log Lubang Bor Ke-1

Dari hasil survei lapangan yang diperoleh saat mengasumsikan boring log lubang bor
ke-1 yang mencapai kedalaman 8 meter dari permukaan tanah setempat, maka
deperoleh data boring log lubang bor ke-1 pada tabel berikut:

Tabel 4. 4 Boring Log Lubang Bor Ke-1


Kedalaman Ketebalan
Keterangan Deskripsi
(m) (m)
0,3 0,3 Berwarna coklat tua, beraroma Endapan gambut
organik, konsistensinya kenyal
2,7 2,4 Berwarna kecoklatan, Bertekstur Tanah lanau
butir halus, berstruktur masif
5,3 2,6 Berwarna abu-abu, bertekstur butir Batulanau
halus, pembundaran menyudut,
berstruktur masif
8,2 2,9 Berwarna kecoklatan, Bertekstur Tanah lanau
butir halus, berstruktur masif

Dari hasil data penyelidikan tanah terlihat bahwa dilokasi penyelidikan di lokasi 2
(Jalan Wijaya Kusuma) pada boring log lubang bor ke-1 sampai kedalaman 8,2 meter
memiliki lapisan tanah lanau dan batulanau.
4.5.2 Boring Log Lubang Bor Ke-2

Dari hasil survei lapangan yang diperoleh saat mengasumsikan boring log lubang bor
ke-2 yang mencapai kedalaman 8 meter dari permukaan tanah setempat, maka
deperoleh data boring log lubang bor ke-2 pada tabel berikut:

Tabel 4. 5 Boring Log Lubang Bor Ke-2


Kedalaman Ketebalan
Keterangan Deskripsi
(m) (m)
0,2 0,2 Berwarna coklat tua, beraroma Endapan gambut
organik, konsistensinya kenyal
2,2 2,0 Berwarna kecoklatan, Bertekstur Tanah lanau
butir halus, berstruktur masif
4,6 2,4 Berwarna abu-abu, bertekstur butir Batulanau
halus, pembundaran menyudut,
berstruktur masif
7,8 3,2 Berwarna kecoklatan, Bertekstur Tanah lanau
butir halus, berstruktur masif

Dari hasil data penyelidikan tanah terlihat bahwa dilokasi penyelidikan di lokasi 2
(Jalan Wijaya Kusuma) pada boring log lubang bor ke-2 sampai kedalaman 7,8 meter
memiliki lapisan tanah lanau dan batulanau.

4.5.3 Boring Log Lubang Bor Ke-3

Dari hasil survei lapangan yang diperoleh saat mengasumsikan boring log lubang bor
ke-3 yang mencapai kedalaman 8 meter dari permukaan tanah setempat, maka
deperoleh data boring log lubang bor ke-3 pada tabel berikut:

Tabel 4. 6 Boring Log Lubang Bor Ke-3


Kedalaman Ketebalan
Keterangan Deskripsi
(m) (m)
0,3 0,3 Berwarna coklat tua, beraroma Endapan gambut
organik, konsistensinya kenyal
4,3 4,0 Berwarna kecoklatan, Bertekstur Tanah lanau
butir halus, berstruktur masif
7,5 3,2 Berwarna kecoklatan, bertekstur Batulanau
butir halus, pembundaran menyudut,
berstruktur masif

Dari hasil data penyelidikan tanah terlihat bahwa dilokasi penyelidikan di lokasi 2
(Jalan Wijaya Kusuma) pada boring log lubang bor ke-3 sampai kedalaman 7,5 meter
memiliki lapisan tanah lanau dan batulanau.

4.6 Korelasi Perlapisan antar Boring Log Asumsi

Korelasi perlapisan antar boring log asumsi pada hakekatnya adalah menghubungkan
titik-titik kesamaan waktu atau penghubung satuan-satuan perlapisan dengan
mempertimbangkan kesamaan waktu. Adapun maksud dan tujuan dari korelasi
perlapisan antar boring log asumsi adalah untuk mengetahui persebaran lapisan-lapisan
batuan atau satuan-satuan batuan secara lateral, sehingga dengan demikian dapat
diperoleh gambaran yang menyeluruh dalam bentuk tiga dimensinya.

4.6.1 Korelasi Perlapisan Lokasi 1 (Jalan M. Yamin)

Pada korelasi perlapisan lokasi 1 (Jalan M. Yamin) menghubungkan lapisan-lapisan


batuan yang mengacu pada kesamaan jenis litologinya, dengan catatan satu lapis batuan
adalah satuan waktu pengendapan.

Gambar 4. 5 Korelasi Perlapisan Lokasi 1 (Jalan M. Yamin)


Pada gambar di atas memperlihatkan tiga hasil boring log yang dikorelasikan
berdasarkan jenis tanah dan batuan dan dibagi-bagi ke dalam perlapisan-perlapisan yang
seragam (satuan batuan).

4.6.2 Korelasi Perlapisan Lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma)

Pada korelasi perlapisan lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma) menghubungkan lapisan-


lapisan batuan yang mengacu pada kesamaan jenis litologinya, dengan catatan satu lapis
batuan adalah satuan waktu pengendapan.

Gambar 4. 6 Korelasi Perlapisan Lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma)

Pada gambar di atas memperlihatkan tiga hasil boring log yang dikorelasikan
berdasarkan jenis tanah dan batuan dan dibagi-bagi ke dalam perlapisan-perlapisan yang
seragam (satuan batuan).

4.7 Pembahasan Hasil Penyelidikan

4.7.1 Stratigrafi Singkapan Eksisting Versus Boring Log Asumsi – Lokasi 1 (Jalan
M. Yamin)

Menurut hasil observasi lapangan berdasarkan stratigrafi singkapan eksisting yang


menggunakan sistem penamaan stratigrafi tidak resmi pada lokasi 1 (Jalan M. Yamin)
dibagi menjadi 2 jenis satuan lapisan dari muda ke tua, yaitu: endapan podsol dan
batuan batupasir. Endapan podsol terdapat pada lapisan teratas dengan tebal lapisan <
30 centimeter. Sedangkan untuk batuan batupasir terdapat tepat dibawah lapisan
endapan podsol dan terdapat 3 jenis batuan batupasir. Batupasir terdapat tepat dibawah
lapisan endapan podsol dengan tebal lapisan ± 2,5 meter. Lapisan selanjutnya adalah
batupasir sangat halus dengan tebal lapisan ± 3,8 meter. Dan lapisan paling bawah
adalah batupasir halus dengan tebal lapisan ± 5,7 meter.

Sedangkan Menurut hasil observasi lapangan berdasarkan boring log asumsi pada 3
buah lubang boring log pada lokasi 1 (Jalan M. Yamin), didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 4. 7 Boring Log Asumsi – Lokasi 1 (Jalan M. Yamin)


Boring Log Lubang Ke-1

Kedalaman (m) Ketebalan (m) Deskripsi

0,2 0,2 Endapan Podsol


1,3 1,1 Batupasir
4,7 3,4 Batupasir sangat
halus
7,9 3,2 Batupasir
11,8 3,9 Batupasir halus
Boring Log Lubang Ke-2

Kedalaman (m) Ketebalan (m) Deskripsi

0,3 0,3 Endapan Podsol


3,9 3,6 Batupasir
5,6 1,7 Batupasir sangat
halus
12,2 6,6 Batupasir
Boring Log Lubang Ke-3

Kedalaman (m) Ketebalan (m) Deskripsi

0,3 0,3 Endapan Podsol


1,7 1,4 Batupasir
2,9 1,2 Batupasir sangat
halus
6,4 3,5 Batupasir
11,7 5,3 Batupasir halus
Dari data hasil observasi lapangan yang telah didapatkan berdasarkan stratigrafi
singkapan eksisting dan boring log asumsi di atas memperlihatkan jenis lapisan yang
terdapat pada lokasi 1 (Jalan M. Yamin) dan dibagi-bagi ke dalam perlapisan-perlapisan
yang seragam (satuan batuan) yaitu endapan podsol dan batuan batupasir.

4.7.2 Stratigrafi Singkapan Eksisting Versus Boring Log Asumsi – Lokasi 2 (Jalan
Wijaya Kusuma)

Menurut hasil observasi lapangan berdasarkan stratigrafi singkapan eksisting yang


menggunakan sistem penamaan stratigrafi tidak resmi pada lokasi 2 (Jalan Wijaya
Kusuma) dibagi menjadi 3 jenis satuan lapisan dari muda ke tua, yaitu: endapan
gambut, tanah lanau dan batulanau. Endapan gambut terdapat pada lapisan teratas
dengan tebal lapisan < 40 centimeter. Tanah lanau terdapat pada lapisan dibawah
endapan gambut dengan tebal lapisan ± 6 meter. Batulanau terdapat diantara atau
ditengah lapisan tanah lanau dengan tebal lapisan ± 1,5 meter.

Sedangkan Menurut hasil observasi lapangan berdasarkan boring log asumsi pada 3
buah lubang boring log pada lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma), didapat hasil sebagai
berikut:

Tabel 4. 8 Boring Log Asumsi Lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma)


Boring Log Lubang Ke-1

Kedalaman (m) Ketebalan (m) Deskripsi

0,3 0,3 Endapan


gambut

2,7 2,4 Tanah


lanau

5,3 2,6 Batulanau

8,2 2,9 Tanah


lanau

Boring Log Lubang Ke-2

Kedalaman (m) Ketebalan (m) Deskripsi

0,2 0,2 Endapan


gambut
2,2 2,0 Tanah
lanau

4,6 2,4 Batulanau

7,8 3,2 Tanah


lanau

Boring Log Lubang Ke-3

Kedalaman (m) Ketebalan (m) Deskripsi

0,3 0,3 Endapan


gambut

4,3 4,0 Tanah


lanau

7,5 3,2 Batulanau

Dari data hasil observasi lapangan yang telah didapatkan berdasarkan stratigrafi
singkapan eksisting dan boring log asumsi di atas memperlihatkan jenis lapisan yang
terdapat pada lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma) dan dibagi-bagi ke dalam perlapisan-
perlapisan yang seragam (satuan batuan) yaitu endapan gambut, tanah lanau, dan
batulanau.

4.8 Kondisi Muka Air Tanah

4.8.1 Kondisi Muka Air Tanah Lokasi 1 (Jalan M. Yamin)

Berdasarkan ciri litologi dan hasil observasi lapangan, hanya terdapat lapisan batupasir.
Batupasir adalah Batuan Sedimen yang terutama terdiri dari mineral berukuran pasir
atau butir-butir batuan yang dapat berasal dari pecahan batuan-batuan lainnya. Bentukan
batuan yang terutama tersusun dari batupasir biasanya mengizinkan perkolasi air dan
memiliki pori untuk menyimpan air dalam jumlah besar sehingga menjadikannya
sebagai akuifer yang baik. Oleh karena itulah pada ciri litologi dan hasil observasi
lapangan tidak terdapat muka air tanah sampai kedalaman 12 meter.
Gambar 4. 7 Kondisi Muka Air Tanah Lokasi 1 (Jalan M. Yamin)

4.8.2 Kondisi Muka Air Tanah Lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma)

Berdasarkan ciri litologi dan hasil observasi lapangan, akuifer pada daerah penelitian
berjenis akuifer bebas. Akuifer bebas disebut juga sebagai akuifer muka air tanah
(water table akuifer), yaitu akuifer yang tidak tertekan oleh lapisan sedimen atau batuan
di atasnya dan muncul di permukaan akibat pembukaan pada zona aerasi.

Sementara itu, sistem akuifer di daerah penelitian termasuk pada sistem akuifer batuan
sedimen, artinya bahwa akuifer di daerah penelitian tersusun atas litologi berupa batuan
sedimen. Kondisi ini didasarkan pada geologi daerah penelitian yang telah dijelaskan
sebelumnya. Muka air tanah di daerah penelitian berada pada kedalaman 1-1,5 m pada
elevasi permukaan yang berbeda-beda.
Gambar 4. 8 Muka Muka Air Tanah Lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma)

Berdasarkan penjelasan di atas, diperkirakan lapisan akuifer tempat terdapatnya muka


air tanah adalah lapisan hasil pelapukan batuan sedimen pada Formasi Lidah dan
Formasi Mundu. Pada lapisan ini, batuan sedimen telah mengalami pelapukan yang
kuat, sehingga hampir sepenuhnya berubah menjadi soil. Kondisi ini menyebabkan air
meteorik dapat dengan mudah meresap dan tersimpan dalam lapisan tersebut. Selain itu,
lapisan batuan sisa yang berada lebih dalam akan cenderung memiliki banyak rekahan
akibat pelapukan, terutama pelapukan mekanik. Lapisan akuifer ini berada di dekat
permukaan tanpa ada lapisan penyekat di atasnya, sehingga memang benar seperti yang
disebutkan di atas, bahwa akuifer di daerah penelitian termasuk pada akuifer bebas.

Anda mungkin juga menyukai