4.1 Pendahuluan
Bab ini akan membahas secara rinci mengenai hasil survei dan hasil analisis data yang
diperoleh di lapangan. Lokasi penganbilan data stratigrafi dilakukan di daerah Jalan M.
Yamin dan Jalan Wijaya Kusuma, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda,
Kalimantan Timur. Lokasi pengamatan dilakukan sebanyak masing-masing satu pada
setiap daerah yang diamati. Data yang diambil mewakili data pengkuran stratigrafi dan
sampel batuan. Pengambilan data stratigrafi di Jalan M. Yamin dan Jalan Wijaya
Kusuma memiliki panjang lintasan pengukuran kurang lebih 16 meter dengan
singkapan yang tidak menerus.
Pada singkapan yang diamati terdapat beberapa lapisan. Pada lapisan pertama
merupakan jenis endapan podsol memiliki warna kuning keabuan, memiliki tekstur
bersifat pasir, konsistensinya lekat, dan stukturnya menggumpal. Nama endapan podsol
dengan tebal lapisan < 30 centimeter.
Pada lapisan kedua merupakan jenis batuan sedimen klastik memiliki warna segar
kuning dan warna lapuk kuning kecoklatan, memiliki tekstur ukuran butir pasir halus,
derajat pembundaran sangat membundar, derajat pemilahan terpilah baik, kemas
terbuka, berstruktur bedding, tidak memiliki fragmen, memiliki matriks pasir dan semen
berupa silika. Nama batuan batupasir dengan tebal lapisan ± 2,5 meter.
Pada lapisan ketiga merupakan jenis batuan sedimen klastik memiliki warna abu-abu
tua dan warna abu-abu, memiliki tekstur ukuran butir pasir halus, derajat pembundaran
sangat membundar, derajat pemilahan terpilah baik, kemas terbuka, berstruktur flesers,
tidak memiliki fragmen, memiliki matriks pasir dan semen berupa silika. Nama batuan
batupasir sangat halus dengan tebal lapisan ± 3,8 meter.
Pada lapisan keempat merupakan jenis batuan sedimen klastik memiliki warna segar
kuning dan warna lapuk abu-abu kekuningan, memiliki tekstur ukuran butir pasir halus,
derajat pembundaran sangat membundar, derajat pemilahan terpilah baik, kemas
terbuka, berstruktur flesers, tidak memiliki fragmen, memiliki matriks pasir dan semen
berupa silika. Nama batuan batupasir halus dengan tebal lapisan ± 5,7 meter.
Pada singkapan yang diamati terdapat beberapa lapisan. Pada lapisan pertama
merupakan jenis endapan gambut memiliki warna coklat tua, memiliki bau organik,
konsistensinya kenyal, dan bertekstur amorf. Nama endapan gambut dengan tebal
lapisan < 40 centimeter.
Pada lapisan kedua merupakan jenis sedimen klastik memiliki warna kecoklatan,
memiliki tekstur ukuran butir halus, berstruktur masif. Nama lapisan tanah lanau dengan
tebal lapisan ± 6 meter
Pada lapisan ketiga merupakan jenis batuan sedimen klastik yang memiliki warna abu-
abu dan kecoklatan, memiliki tekstur ukuran butir halus, derajat pembundaran
menyudut, berstruktur masif. Nama batuan batulanau dengan tebal lapisan ± 1,5 meter
Boring log dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pelapisan tanah, pengambilan
contoh tanah, dan mengetahui parameter tanah dari hasil survei lapangan. Pada lokasi
ini dibuat boring log secara visual yang dilengkapi dengan data dan dokumentasi dari
survei lapangan. Pada Lokasi 1 (Jalan M. Yamin) memiliki 3 titik lubang bor yang
masing-masing titik bor memiliki kedalaman 12 meter.
Dari hasil survei lapangan yang diperoleh saat mengasumsikan boring log lubang bor
ke-1 yang mencapai kedalaman 12 meter dari permukaan tanah setempat, maka
deperoleh data boring log lubang bor ke-1 pada tabel berikut:
Dari hasil survei lapangan yang diperoleh saat mengasumsikan boring log lubang bor
ke-2 yang mencapai kedalaman 12 meter dari permukaan tanah setempat, diperoleh data
boring log lubang bor ke-2 pada tabel berikut:
Dari hasil data penyelidikan tanah terlihat bahwa dilokasi penyelidikan di lokasi 1
(Jalan M. Yamin) pada boring log lubang bor ke-2 sampai kedalaman 12,2 meter
memiliki lapisan tanah batupasir.
Dari hasil survei lapangan yang diperoleh saat mengasumsikan boring log lubang bor
ke-3 yang mencapai kedalaman 12 meter dari permukaan tanah setempat, maka
deperoleh data boring log lubang bor ke-3 pada tabel berikut:
Tabel 4. 3 Boring Log Lubang Bor Ke-3
Kedalaman Ketebalan
Keterangan Deskripsi
(m) (m)
0,3 0,3 Berwarna kuning keabuan, Endapan Podsol
bertekstur pasir
1,7 1,4 Berwarna kuning kecoklatan, Batupasir
bertekstur ukuran butir pasir halus
2,9 1,2 Berwarna abu-abu, bertekstur ukuran Batupasir sangat
butir pasir halus halus
6,4 3,5 Berwarna kuning kecoklatan, Batupasir
bertekstur ukuran butir pasir halus
11,7 5,3 Berwarna abu-abu kekuningan, Batupasir halus
bertekstur ukuran butir pasir halus
Dari hasil data penyelidikan tanah terlihat bahwa dilokasi penyelidikan di lokasi 1
(Jalan M. Yamin) pada boring log lubang bor ke-2 sampai kedalaman 11,7 meter
memiliki lapisan tanah batupasir.
Boring log dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pelapisan tanah, pengambilan
contoh tanah, dan mengetahui parameter tanah dari hasil survei lapangan. Pada lokasi
ini dibuat boring log secara visual yang dilengkapi dengan data dan dokumentasi dari
survei lapangan. Pada Lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma) memiliki 3 titik lubang bor yang
masing-masing titik bor memiliki kedalaman 8 meter.
Gambar 4. 4 Boring Log Asumsi – Lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma)
Dari hasil survei lapangan yang diperoleh saat mengasumsikan boring log lubang bor
ke-1 yang mencapai kedalaman 8 meter dari permukaan tanah setempat, maka
deperoleh data boring log lubang bor ke-1 pada tabel berikut:
Dari hasil data penyelidikan tanah terlihat bahwa dilokasi penyelidikan di lokasi 2
(Jalan Wijaya Kusuma) pada boring log lubang bor ke-1 sampai kedalaman 8,2 meter
memiliki lapisan tanah lanau dan batulanau.
4.5.2 Boring Log Lubang Bor Ke-2
Dari hasil survei lapangan yang diperoleh saat mengasumsikan boring log lubang bor
ke-2 yang mencapai kedalaman 8 meter dari permukaan tanah setempat, maka
deperoleh data boring log lubang bor ke-2 pada tabel berikut:
Dari hasil data penyelidikan tanah terlihat bahwa dilokasi penyelidikan di lokasi 2
(Jalan Wijaya Kusuma) pada boring log lubang bor ke-2 sampai kedalaman 7,8 meter
memiliki lapisan tanah lanau dan batulanau.
Dari hasil survei lapangan yang diperoleh saat mengasumsikan boring log lubang bor
ke-3 yang mencapai kedalaman 8 meter dari permukaan tanah setempat, maka
deperoleh data boring log lubang bor ke-3 pada tabel berikut:
Dari hasil data penyelidikan tanah terlihat bahwa dilokasi penyelidikan di lokasi 2
(Jalan Wijaya Kusuma) pada boring log lubang bor ke-3 sampai kedalaman 7,5 meter
memiliki lapisan tanah lanau dan batulanau.
Korelasi perlapisan antar boring log asumsi pada hakekatnya adalah menghubungkan
titik-titik kesamaan waktu atau penghubung satuan-satuan perlapisan dengan
mempertimbangkan kesamaan waktu. Adapun maksud dan tujuan dari korelasi
perlapisan antar boring log asumsi adalah untuk mengetahui persebaran lapisan-lapisan
batuan atau satuan-satuan batuan secara lateral, sehingga dengan demikian dapat
diperoleh gambaran yang menyeluruh dalam bentuk tiga dimensinya.
Pada gambar di atas memperlihatkan tiga hasil boring log yang dikorelasikan
berdasarkan jenis tanah dan batuan dan dibagi-bagi ke dalam perlapisan-perlapisan yang
seragam (satuan batuan).
4.7.1 Stratigrafi Singkapan Eksisting Versus Boring Log Asumsi – Lokasi 1 (Jalan
M. Yamin)
Sedangkan Menurut hasil observasi lapangan berdasarkan boring log asumsi pada 3
buah lubang boring log pada lokasi 1 (Jalan M. Yamin), didapat hasil sebagai berikut:
4.7.2 Stratigrafi Singkapan Eksisting Versus Boring Log Asumsi – Lokasi 2 (Jalan
Wijaya Kusuma)
Sedangkan Menurut hasil observasi lapangan berdasarkan boring log asumsi pada 3
buah lubang boring log pada lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma), didapat hasil sebagai
berikut:
Dari data hasil observasi lapangan yang telah didapatkan berdasarkan stratigrafi
singkapan eksisting dan boring log asumsi di atas memperlihatkan jenis lapisan yang
terdapat pada lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma) dan dibagi-bagi ke dalam perlapisan-
perlapisan yang seragam (satuan batuan) yaitu endapan gambut, tanah lanau, dan
batulanau.
Berdasarkan ciri litologi dan hasil observasi lapangan, hanya terdapat lapisan batupasir.
Batupasir adalah Batuan Sedimen yang terutama terdiri dari mineral berukuran pasir
atau butir-butir batuan yang dapat berasal dari pecahan batuan-batuan lainnya. Bentukan
batuan yang terutama tersusun dari batupasir biasanya mengizinkan perkolasi air dan
memiliki pori untuk menyimpan air dalam jumlah besar sehingga menjadikannya
sebagai akuifer yang baik. Oleh karena itulah pada ciri litologi dan hasil observasi
lapangan tidak terdapat muka air tanah sampai kedalaman 12 meter.
Gambar 4. 7 Kondisi Muka Air Tanah Lokasi 1 (Jalan M. Yamin)
Berdasarkan ciri litologi dan hasil observasi lapangan, akuifer pada daerah penelitian
berjenis akuifer bebas. Akuifer bebas disebut juga sebagai akuifer muka air tanah
(water table akuifer), yaitu akuifer yang tidak tertekan oleh lapisan sedimen atau batuan
di atasnya dan muncul di permukaan akibat pembukaan pada zona aerasi.
Sementara itu, sistem akuifer di daerah penelitian termasuk pada sistem akuifer batuan
sedimen, artinya bahwa akuifer di daerah penelitian tersusun atas litologi berupa batuan
sedimen. Kondisi ini didasarkan pada geologi daerah penelitian yang telah dijelaskan
sebelumnya. Muka air tanah di daerah penelitian berada pada kedalaman 1-1,5 m pada
elevasi permukaan yang berbeda-beda.
Gambar 4. 8 Muka Muka Air Tanah Lokasi 2 (Jalan Wijaya Kusuma)