Lanau lempungan (Foto.3.1) mendominasi permukaan daerah studi, umumnya berwarna coklat
kekuningan, padu, terkonsolidasi sedang, dapat diremas.
Lempung lanauan, umumnya berwarna abu-abu / kelabu berbarik kemerahan, padu agak lunak
sampai lunak, plastisitas sedang.
Pasir lanauan, berwarna abu-abu, terkonsolidasi lemah sampai urai, lunak sampai sangat lunak,
pasir berbutir halus sampai sedang.
Pasir kerikilan, berwarna kelabu, setempat kecoklatan, terkonsolidasi lemah sampai urai, pasir
berbutir halus sampai kasar, dengan sedikit kerikil berukuran 0.3 – 0.7 cm. Lapisan ini
merupakan lensa didalam endapan sedimen halus.
Konglomerat, berwarna coklat berbintik kehitaman, padu, terkonsolidasi sedang, getas sampai
dapat diremas, berbutir 0.3 – 1.2 cm dengan matriks pasir berbutir sedang sampai kasar, kemas
tertutup. Komposisi aneka bahan, didominasi oleh batuan tersilisifikasi, kwarsit dan basaltic.
Lapisan ini juga merupakan lensa didalam lapisan sedimen halus.
Material tanah sebagai bahan timbunan, tersedia di sepanjang tepi kiri / bagian selatan rencana
embung, dengan luasan lebih dari 4 Ha. Dari hasil sumuran uji bahan timbunan ini berupa lanau
lempungan sampai lempung lanauan pasiran dengan ketebalan lebih dari 2 m, volumenya
sekitar 40.000. m3. Secara rinci hasil sumuran uji dapat dilihat pada Log Testpit / Sumuran Uji
berikut ini ;
Tespit Embung
Puasana.pdf
Quary batu terdapat di Desa Dunggua, Kecamatan Pondida’a sekitar 12 km dari lokasi embung,
akses jalan sangat mudah, hanya saja lahannya sudah dikuasai Perusahaan Galian C, dengan
kata lain batu yang dibutuhkan harus dibeli dari Perusahaan yg bersangkutan.
Batuannya adalah batuan ultrabasa, dari satuan Batuan Ofiolit (Foto.3.2; Foto.3.3). Di lokasi
ini juga tersedia bahan timbunan berupa laterit (Foto.3.4.)
Foto.3.2.
Foto.3.3.
Foto. 3.4.
Pasir dan kerikil, terdapat di Unaha, (S. Konawesha) sekitar 40 km dari lokasi embung,
sedangkan batu pecah / chipping sebagai agregat beton yang baik terdapat di Moramo, sekitar
60 km dari lokasi embung.