Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN DESKRIPTIF BATUAN

PENELITIAN PALEONTOLOGI
PEMBUATAN MATERIAL ACUAN STANDAR MAKROFOSIL
DARI DAERAH BLORA, JAWA TENGAH

1. PENDAHULUAN
Materi acuan akan sangat diperlukan oleh suatu laboratorium sebagai pembanding atas
hasil analisis yang dikeluarkan oleh metoda-metoda yang diterapkan sehingga dapat
diperoleh gambaran mengenai akurasi dan presisi atas metoda dan peralatan yang
dipakai. Selain itu kemampuan sumber daya manusia di laboratorium juga perlu
ditingkatkan. Para analis dan laboran perlu mengetahui cara-cara pengambilan sampel
batuan dan melakukan pengamatan batuan di lapangan. Batuan yang nantinya akan
dianalisis sangat perlu diketahui mengenai tataan stratigrafi dan kerangka tektoniknya.
Hal ini bertujuan untuk lebih memahami arti dan tujuan dari preparasi dan analisis
laboratorium yang dilakukan.

Daerah Blora dan sekitarnya banyak ditemukan jenis batuan sedimen yang mengandung
makrofosil terutama moluska. Sampel -sampel bagi keperluan analisis di laboratorium
telah dilakukan pada berbagai jenis satuan batuan (Formasi) yang relatif segar dan
representatif untuk disiapkan sebagai materi acuan (standar).

2. Maksud Dan Tujuan


Kegiatan ini mempunyai maksud dan tujuan yaitu: mendapatkan sampel batuan dari
lokasi yang ditentukan yang nantinya dapat digunakan sebagai materi acuan standar,
yang bertujuan untuk melihat akurasi metoda yang diterapkan pada tahapan analisis
(terutama makrofosil) dan hasil analisis. Selain itu makrofosil yang dibawa dapat
dijadikan koleksi dasar (reference colection) yang akan disimpan di Pusat Survei
Geologi secara sistematis dan akan dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya.
Perolehan standar yang diharapkan berupa: standar sampel batuan, standar tahapan
analisis dan standar hasil analisis untuk makrofosil umumnya, khususnya moluska.

3. Lokasi Kegiatan

0
Lokasi kegiatan lapangan secara administratif termasuk ke dalam sebagian wilayah
Kecamatan Blora, Tunjungan, Banjarejo, Jepon, Ngawen, Todanan, Tambakromo dan
sekitarnya, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

6. HASIL KEGIATAN
Data lapangan diperoleh dengan melakukan orientasi lapangan yaitu pengamatan
singkapan dan pengambilan sampel batuan. Kemudian pada beberapa tempat dilakukan
juga pengukuran stratigrafi rinci. Hasil kegiatan orientasi lapangan, yaitu sebagai
berikut :
Stasiun 1.
Lokasi : Dusun Medang, Desa Sendanghardjo, di sekitar Gunung Guplo.
Pada stasiun ini di lapisan bagian bawah tersingkap batugamping pasiran, coklat muda,
keras, karbonatan, terpilah baik, membundar tanggung, teroksidasi dan mengandung
urat-urat kalsit dan foraminifera besar yang melimpah. Diatasnya terdapat batupasir
sangat halus bersisipan lapisan tipis batulempung (5-10 cm) dengan ketebalan 5 m,
coklat tua, non karbonatan, terpilah baik, membundar tanggung – membundar, getas,
teroksidasi, dengan lapisan tipis karbon, terdapat offset sepanjang 8 cm dan jejak-jejak
binatang (burrow). Pada bagian atas lapisan tersebut terdapat batupasir halus, kuning
sampai coklat terang, masif, membundar – membundar tanggung, terpilah baik, getas,
non karbonatan, terdapat urat-urat pasir yang sangat halus berwarna abu-abu, dijumpai
fosil kaki-kaki kepiting dan echinoid, lapisan ini tersingkap dengan ketebalan 10 m.
Lapisan paling atas terdapat batulempung, abu-abu, mengandung banyak fosil
(foraminifera dan moluska yang sangat rapuh), dengan ketebalan 1,5 m.
Stasiun 2.
Lokasi : Dusun Polaman, Desa Sendanghardjo, di Gunung Guplo.
Pada stasiun ini tersingkap batugamping (Muddy Limestone), kekuningan,
teroksidasikuat, banyak mengandung foraminifera.
Stasiun 3.
Lokasi : Dusun Polaman, Desa Sendanghardjo
Stasiun ini terletak ± 100 m dari stasiun 2. Tersingkap batugamping (Muddy Limestone)
berwarna kuning, teroksidasi kuat dengan komponen foraminifera besar yang
berasosiasi dengan moluska dan foraminifera benthos.

1
Stasiun 4.
Lokasi : Ditepi Sungai Lusi.
Tersingkap batugamping pasiran (Sandy Limestone) berwarna kuning, teroksidasi kuat
dengan komponen foraminifera besar yang berasosiasi dengan moluska, dan
foraminifera benthos.
Stasiun 5.
Lokasi : Ditepi Sungai Lusi
Tersingkap batugamping, berwarna abu-abu, dengan nodul-nodul batugamping berskala
besar, terdapat bryozoa.
Stasiun 6.
Lokasi : Sungai Braholo (= Sungai Lusi)
Tersingkap batugamping pasiran berwarna abu-abu, berbutir halus, banyak mengandung
fosil Foraminifera besar, Branching Coral, Solitary Coral dan moluska, terdapat nodul-
nodul pasir berukuran 0,5 – 5 cm, karbonatan, terdapat struktur sedimen silang siur
(cross bedding).
Stasiun 7.
Lokasi : Persimpangan Sedan dengan Kedungringin (Desa Waru, Sidoredjo,
Kecamatan Sedan).
Tersingkap napal berwarna putih, getas, terdapat foraminifera yang berlimpah, echinoid
dan cetakan cangkang moluska.
Stasiun 8.
Lokasi : Kedungringin
Pada stasiun ini tersingkap batulempung, coklat, sangat lapuk, tebal sekitar 80 cm,
mengandung moluska. Moluska diperkirakan berumur Kuarter, termasuk ke dalam
moluska air tawar sehingga diperkirakan batulempung tersebut diendapkan pada
lingkungan danau.
Stasiun 9.
Lokasi : Kali Gogo, Dusun Sedan, Kampung Tanggung
Tersingkap Napal, putih, teroksidasi, kaya akan foraminifera dan cetakan cangkang
moluska.
Stasiun 10.
Lokasi : Desa Mantingan

2
Pada lokasi ini tersingkap urut-urutan batuan sebagai berikut :
Bagian bawah terdapat singkapan batupasir sangat halus, putih keabu-abuan,
teroksidasi, getas, terpilah baik, membundar tanggung – membundar, banyak
mengandung kuarsa dan milky quartz, mineral terang, non karbonatan, terdapat nodul-
nodul batupasir berukuran kasar – sedang berwarna coklat, mengandung struktur
sedimen paralel laminasi dan silang siur. Ketebalannya 2,7 m. Diatasnya terdapat
perselingan batulempung dengan batupasir. Batulempung (3,5 – 6 cm), abu-abu, non
karbonatan. Batupasir sangat halus (20 cm), putih, teroksidasi kuat, getas, terpilah
buruk, membundar tanggung – membundar, mengandung kuarsa dan mineral gelap.
Ketebalannya mencapai 54 cm. Diatas perselingan tersebut terdapat perselingan
batupasir dengan batulanau. Batupasir sedang - kasar (20 – 70 cm), kuning sampai
coklat terang, porositas baik, membundar tanggung – menyudut tanggung, terpilah
buruk, getas, banyak mengandung kuarsa. Batulanau (35 – 130 cm), kuning terang
sampai coklat terang, non karbonatan, porositas baik, teroksidasi, mengandung milky
quartz. Ketebalan perlapisan ini 3,1 m.
Stasiun 11.
Lokasi : Desa Mantingan, di tempat penimbunan kayu.
Pada lokasi ini tersingkap batugamping, coklat, berbutir halus, keras, banyak
mengandung kuarsa, porositas baik, membundar tanggung – menyudut tanggung, masif,
banyak mengandung foraminifera (Cycloclypeus sp.) yang berasosiasi dengan moluska :
pectinid (jarang). Jika batugamping ini terumbu (reef) maka sangat mungkin pectinid
yang bersifat infaunal setelah mati ikut terendapkan dibatuan ini.
Stasiun 12.
Lokasi : Desa Mantingan, hutan jati di pinggir jalan.
Pada lokasi ini tersingkap batugamping pasiran, berwarna putih kekuningan, kaya akan
foraminifera besar, plangtonik, algae (Rodolith), yang menunjukan batugamping ini
terendapkan pada lingkungan laut dangkal yang berenergi tinggi.
Stasiun 13.
Lokasi : Jalan menuju Dusun Kebon, Desa Mantingan
Pada lokasi ini tersingkap batupasir gampingan, abu-abu terang kekuningan, berbutir
sedang, membundar – membundar tanggung, terpilah baik, getas, porositas baik dan

3
kaya akan foraminifera kecil. Pada batupasir ini terdapat kalice, yaitu bundaran kecil Ca
yang terbentuk secara biologis.
Stasiun 14.
Lokasi : Di bawah jembatan Kali Coban, Dusun Coban, Desa Mantingan
Pada lokasi ini tersingkap batupasir sangat halus – batulanau, abu-abu terang, terpilah
baik, membundar – membundar tanggung, karbonatan, kaya akan foraminifera kecil,
pecahan moluska , barnacle dan sisa-sisa tumbuhan (plant remain).
Stasiun 15.
Lokasi : Di tebing pesawahan, Dusun Coban.
Pada lokasi ini tersingkap batulempung, abu-abu kehijauan, karbonatan, kaya akan
foraminifera, keras, teroksidasi, dengan ketebalan 0,7 m. Diatas lapisan tersebut
terdapat batulanau, abu-abu kehijauan, terpilah baik, membundar – membundar
tanggung, kaya akan foraminifera dan pecahan moluska (weathered mollusca, red
mollusca, barnacle) dengan ketebalan 2,3 m.
Stasiun 16.
Lokasi : Desa Mantingan, Dusun Kebon.
Pada lokasi ini tersingkap batulempung dibagian bawah dan batupasir dibagian atasnya.
Batulempung, hijau kebiruan, keras, non karbonatan, kaya akan foraminifera, terdapat
pula pecahan moluska. Batupasir sangat halus, sedilit lempungan, hijau kebiruan,
membundar – membundar tanggung, terpilah baik, karbonatan, kaya akan foraminifera,
moluska, ostracoda dan Solitary Coral.
Stasiun 17.
Lokasi : Desa Mantingan, Dusun Kebon, di sungai kecil.
Pada lokasi ini tersingkap batulempung gampingan, abu-abu kehijauan, kadang-kadang
berlapis (laminated), sedikit karbonatan, mengandung foraminifera dan sedikit
moluska.
Stasiun 18.
Lokasi : Desa Mantingan, Dusun Kebon, di sungai kecil.
Stasiun ini terletak sekitar 200 m dari stasiun 17, tersingkap batupasir gampingan, abu-
abu, dengan warna lapuk kuning, berbutir sedang, terpilah sedang, membundar
tanggung - membundar, mengandung koral dan foraminifera.

4
Stasiun 19.
Lokasi : Kali Kedunglo, Desa Sugiyan.
Pada lokasi ini dilakukan pengukuran detail pada urut-urutan lapisan batuan sebagai
berikut :
Bagian bawah ditemukan napal, abu-abu terang, kaya akan foraminifera dengan
ketebalan 90 cm. Diatas lapisan tersebut terdapat napal pasiran, abu-abu terang,
mengandung foraminifera, dengan ketebalan 1,5 m. Berikutnya sepanjang 150 m diduga
merupakan kontak dengan batuan diatasnya, namun kondisi singkapan yang tertutup air
sungai menyebabkan tidak dapat dilakukan pendeskripsian. Selanjutnya tersingkap
batupasir gampingan, abu-abu terang, terpilah baik – sedang, berbutir halus – sedang,
membundar tanggung, mengandung foraminifera kecil, mineral terang (kuarsa) dan
gelap, terdapat tabular konkresi dengan ketebalan 6,25 m. Diatasnya terdapat batupasir
lempungan, hijau, glaukonitan, terpilah sedang, membundar – membundar tanggung,
terdapat fragmen moluska, mengandung foraminifera, dengan ketebalan 20 cm. Diatas
batupasir tersebut, terdapat batupasir gampingan, abu-abu terang, berbutir sedang,
terpilah sedang, membundar – membundar tanggung, terdapat mineral gelap dan terang
(kuarsa), mengandung foraminifera, terdapat struktur sedimen nodul-nodul
batugamping (nodular limestone), dengan ketebalan 6,80 m (2,8 m dibawahnya terdapat
konkresi). Selanjutnya diatas lapisan tersebut terdapat batugamping pasiran, abu-abu
kecoklatan, berbutir kasar – sedang, menyudut tanggung – membundar tanggung,
terdapat mineral gelap dan terang (kuarsa, kalsit), mengandung foraminifera, terdapat
nodul-nodul batupasir karbonatan (nodular calcareous sandstone), ketebalannya 8,5 m.
Lapisan berikutnya dengan ketebalan 1,2 m, tersingkap batupasir, kecoklatan, terpilah
sedang, berbutir sedang, menyudut tanggung, terdapat nodul-nodul batupasir karbonatan
(nodular calcareous sandstone). Diatas lapisan ini terdapat perlapisan batupasir dengan
sisipan batulempung. Batupasir, abu-abu kecoklatan, berbutir halus – sedang,
karbonatan, mengandung foraminifera dengan ketebalan 110 cm , sedangkan sisipan
batulempung, abu-abu, memiliki ketebalan 5 cm. Lapisan berikutnya tersingkap
batupasir lempungan, coklat, berbutir sangat halus, terpilah baik, membundar –
membundar tanggung, teroksidasi, karbonatan, banyak mengandung foraminifera, sisa-
sisa tumbuhan (plant remains), terdapat bola-bola batupasir sedang (medium sandstone
balls). Selanjutnya diatas lapisan tersebut tersingkap batupasir, berbutir sedang - kasar,

5
coklat, masif, menyudut tanggung, terpilah sedang, karbonatan, terdiri dari mineral
hitam, terdapat echinoid spine, fish bone, memiliki ketebalan 1,60 m. Kemudian
diatasnya terdapat batupasir lempungan, coklat kotor, berbutir sangat halus, terpilah
baik, membundar – membundar tanggung, terdapat urat-urat yang terisi batupasir yang
teroksidasi, mengandung bola-bola batupasir sedang (medium sandstone balls), fosil
terdiri dari foraminifera dan sisa-sisa tumbuhan (plant remains), dengan ketebalan 90
cm. Secara berangsur (gradual contact) batuan tersebut berubah menjadi batupasir
berbutir sedang, coklat, menyudut tanggung, terpilah sedang, bersifat konglomeratan
dengan fragmen terdiri dari batupasir sedang, karbonatan dan bola-bola lempung (2
cm), mengandung mineral hitam, cangkang-cangkang moluska, solitary coral dan
foraminifera, ketebalannya 2,2 m.
Stasiun 20.
Lokasi : Desa Jukung, Kelurahan Lumbungmas.
Pada lokasi ini tersingkap batupasir halus, putih kekuning-kuningan, terpilah baik,
membundar-membundar tanggung, porositas baik, karbonatan, teroksidasi, mengandung
mineral hitam dan foraminifera, bioturbasi (burrowed).
Stasiun 21.
Lokasi : Desa Jukung, Kelurahan Lumbungmas (kira-kira 50 m dari stasiun 20).
Pada lokasi ini tersingkap batugamping pasiran, abu-abu terang, berbutir halus –
sedang, membundar – membundar tanggung, terpilah sedang, teroksidasi, mengandung
sedikit mineral gelap, banyak mineral terang (kalsit, kuarsa), sedikit koral, echinoid
spine, terdapat alga dan kaya akan foraminifera besar .
Stasiun 22.
Lokasi : Desa Ngapus, Kali Kracakan.
Pada lokasi ini tersingkap batulempung lanauan, abu-abu kehijauan, membundar –
membundar tanggung, mengandung sedikit mineral gelap, pecahan moluska dan
foraminifera.
Stasiun 23.
Lokasi : Desa Ngapus, Kali Rancaan
Pada lokasi ini tersingkap perselingan batupasir sangat halus dan batulanau, batupasir
berwarna coklat terang, karbonatan, getas, batulanau berwarna abu-abu kehijauan,
banyak moluska terdapat kaki-kaki kepiting, mengandung foraminifera, terlihat ada

6
trace fossil. Beberapa meter dari singkapan tersebut (di tepi jalan) tersingkap
batugamping pasiran, putih kekuning-kuningan, berbutir sedang, terpilah buruk,
membundar – membundar tanggung, kaya akan foraminifera besar.
Stasiun 24.
Lokasi : Dusun Japah, Kali Kedung
Pada lokasi ini tersingkap napal berwarna abu-abu kehijauan, keras, glaukonitan,
karbonatan, terdapat solitary coral (pecahan), mengandung banyak foraminifera,
pecahan cangkang moluska (bivalvia), moluska air tawar. Sekitar lebih kurang 30m dari
Stasiun 24 terdapat batunapal berwarna abu-abu kehijauan, keras, kaya akan
foraminifera, sedikit pecahan moluska (bivalvia) dan kantung-kantung moluska (grup
amosium).
Stasiun 25.
Lokasi : Jembatan Dusun Wates Haji / Dusun Banyukuning
Pada lokasi ini di bagian atas tersingkap batugamping pasiran, dan di bagian bawahnya
batulempung, berlapis, kompak, perlapisan silang-siur mengandung foraminifera kecil
dan pecahan cangkang moluska.
Stasiun 26.
Lokasi : Desa Ngetrep, Kelurahan Kacangan
Pada lokasi ini tersingkap batulempung berwarna abu-abu terang, non karbonatan,
keras, masif, teroksidasi, mengandung sedikit foraminifera, pecahan cangkang moluska.
Stasiun 27.
Lokasi : Desa Karangpodang
Pada lokasi ini tersingkap batulempung berwarna hitam keabuan, non karbonatan,
teroksidasi, terdapat bola-bola batupasir (sand balls), mengandung foraminifera, sedikit
pecahan cangkang moluska (gastropoda).
Stasiun 28.
Lokasi : Desa Karangpodang
Lokasi ini berada sekitar 20 m Stasiun 27, tersingkap batupasirlempungan berwarna
hitam, mengandung lignit, di bagian bawahnya terdapat nodul-nodul batugamping,
dengan sisipan batugamping berlapis, berwarna abu-abu gelap, mengandung urat-urat
kalsit (melensa), teroksidasi kuat, mengandung sedikit foraminifera, terdapat kongresi
batugamping tabular.

7
Stasiun 29.
Lokasi : Desa Kedungungu
Batulempung yang tersingkap di lokasi ini berwarna abu-abu kehijauan, glaukonitan,
keras, karbonatan, sedikit teroksidasi, mengandung foraminifera, sedikit pecahan
cangkang moluska.
Stasiun 30
Lokasi : Jembatan antara Desa Kunduran dangan Desa Sindang Wates
Pada lokasi ini diperkirakan terdapat kontak antara Formasi Wonocolo dengan Formasi
Ledok. Pada bagian atas terdapat batulempung gampingan, abu-abu, karbonatan,
terdapat foraminifera, pecahan cangkang moluska, keras (Formasi Wonocolo). Pada
bagian bawahnya batulempung kehijauan, karbonatan, keras, teroksidasi, mengandung
foraminifera, cangkang moluska (bivalvia, gastropoda) (Formasi Ledok). Berdasarkan
urutan stratigrafinya, kenampakan di lapangan ini menunjukan posisi terbalik. Hal
tersebut kemungkinan diakibatkan oleh adanya sesar.
Stasiun 31
Lokasi : Desa Guyangan, Kali Kedungwatu.
Tersingkap batupasir, abu-abu kekuningan, berbutir sedang, terpilah baik, membundar
tanggung – membundar, kaya akan foraminifera dan moluska, mengandung koral. Pada
stasiun ini ditemui batugamping setempat-setempat, kuning tua, sangat keras,
mengandung kalsit. Selain itu dijumpai pula teras sungai.
Stasiun 32
Lokasi : Desa Kedungwaru, Kali Kedungwaru.
Pada lokasi ini ditemukan batulempung, abu-abu kehijauan, lunak, karbonatan, kaya
akan foraminifera dan pecahan moluska.
Stasiun 33
Lokasi : Desa Trumbulredjo, Kali Lo.
Tersingkap batulempung pasiran, abu-abu terang, berbutir sedang, menyudut tanggung
– membundar tanggung, terpilah sedang, lunak, mengandung foraminifera dan mineral
hitam.
Stasiun 34
Lokasi : Tempat galian di Desa Banjar, Kecamatan Ngawen.

8
Pada lokasi ini tersingkap batulempung, abu-abu, lunak, karbonatan, mengandung
foraminifera.
Stasiun 35
Lokasi : Kali Larangan, Dusun Larangan, Desa Tambakromo
Pengukuran stratigrafi secara detail dilakukan di lokasi ini, dimana ditemukan urut-
urutan batuan dari Formasi Tawun hingga Formasi Ledok (seperti terlampir).
Stasiun 36
Lokasi : Kali Cegrok, Desa Bacem, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora
Pada lokasi ini tersingkap batupasir, coklat terang, berbutir sangat halus, membundar-
membundar tanggung, terpilah baik, masif, lepas-lepas, lapuk, teroksidasi, mengandung
mineral gelap, kuarsa (± 80 %)
Stasiun 37
Lokasi : Kali Cegrok, Kawengan Kidul, Desa Dagel
Pada lokasi ini tersingkap napal, abu-abu kehijauan, membundar-membundar tanggung,
terpilah baik, masif, getas, teroksidasi, kaya akan foraminifera, glaukonitan (?)
Stasiun 38
Lokasi : Cabang Kali Cegrok, Desa Patalan
Pada lokasi ini tersingkap batulempung pasiran, masif, lapuk, teroksidasi, non
karbonatan, mengandung kuarsa dan kalsit.
Stasiun 39
Lokasi : Sungai Belo (dibawah jembatan), Desa Patalan
Pada lokasi ini tersingkap batulempung, hitam, korbonan, getas, berminyak. Dibawah
lapisan tersebut tersingkap batupasir, abu-abu kehitaman, berbutir sangat halus, terpilah
baik, membundar-membundar tanggung, teroksidasi, lepas-lepas, mengandung mineral
gelap dan kuarsa (± 80 %).

7. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kegiatan lapangan dan pekerjaan di laboratorium yang dilakukan


terhadap sampel batuan yang diambil dari daerah Kabupaten Blora, Propinsi Jawa
Tengah dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Daerah Blora didominasi batuan sedimen yang berasal dari bermacam-macam
formasi batuan, yaitu Formasi Tawun, Formasi Ngrayong, Formasi Bulu,

9
Formasi Wonocolo, Formasi Ledok, Formasi Mundu, Anggota Selorejo dan
Formasi Lidah (Tambakromo).
2. Pada umumnya kondisi batuan tersebut di atas berkeadaan segar hingga lapuk..
Tanda-tanda pelapukan dijumpai pada sebagian batuan yang mengalami
oksidasi.
3. Pada semua satuan litologi tersebut telah diambil sejumlah 39 (tiga
puluhsembilan) sampel batuan

8. DAFTAR ACUAN

Kadar, D., Sudijono., 1993, Peta Geologi Lembar Rembang, Jawa., Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Laporan Tahunan Pusat Survei GeologiT.A. 19991/1992., 1992, Penelitian
Paleontologi Jenjang Rembang di daerah Blora dan sekitarnya, Jawa Tengah,
Puslitbang Geologi, Bandung.
Laporan Tahunan Pusat Survei GeologiT.A. 19992/1993., 1993, Penelitian Moluska di
Tuban-Jatirogo-Sedan, Jawa Timur dan Jawa Tengah, Puslitbang Geologi,
Bandung.
Marks, P., 1957, Stratigraphic Lexicon of Indonesia. Pusat Jawatan Geologi, Publ.
Keilmuan, No. 31A, Ser. Geologi.

Lampiran Foto:

Bivalvia yang terdapat pada singkapan batugamping di daerah hutan jati,


Desa Mantingan, foto diambil di stasiun 11.

10
Kumpulan cangkang moluska yang berlimpah pada singkapan batupasir di
Kali Kedungwatu, Desa Guyangan, foto diambil di stasiun 31.

11

Anda mungkin juga menyukai