Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian


Penambangan Unit Pertambangan Timah Primer (UPTP) Batubesi secara
administratif terletak di Desa Burong Mandi, Kecamatan Damar, Kabupaten
Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung. UPTP Batubesi secara geografis
terletas pada koordinat antara 2°46’18”LS - 2°47’38”LS dan 108°13’25”BT -
108°15’25”BT. Lokasi UPTP Batubesi berjarak ± 67 km ke timur dari Bandara
Internasional H.A.S Hanandjoeddin dan dapat ditempuh dengan jalan darat
menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat selama ± 60 menit. Luas
IUP UPTP Batubesi adalah 603.5 ha.

Batas UPTP Batubesi secara administrasi sebagai berikut:


1) Pada bagian Utara berbatasan dengan Desa Burongmandi
2) Pada bagian Timur berbatasan dengan Desa Burongmandi
3) Pada bagian Selatan berbatasan dengan Desa Mengkubang
4) Pada bagian Barat berbatasan dengan Desa Mengkubang

Gambar 2.1
Peta Kesampaian Daerah
(Sumber: PT. TIMAH Tbk)
2.2 Keadaan Geologi
2.2.1 Morfologi

Secara umum, daerah tambang UPTP Batubesi mempunyai topografi yang


bervariasi mulai dari dataran rendah hingga perbukitan. Morfologi awal wilayah
penambangan UPTP Batubesi berada pada area perbukitan dengan ketinggian
bukit tertinggi yaitu 286 mdpl yang berada di utara Pit Blok 3 Batubesi
sedangkan di selatan didominasi oleh dataran rendah berupa perkebunan karet.
Daerah ini banyak dijumpai vegetasi yang sebagian besar merupakan tumbuhan
hutan tropika dan semak belukar.

2.2.2 Genesa
Pada lokasi penelitian endapan greisen terbentuk pada kontak bagian
atas antara intrusi granit, kadang-kadang muncul berupa stockwork.
Mineralisasi muncul secara irregular (tidak beraturan) yang terkonsentrasi
pada sekitar zona kontak. Sedangkan untuk endapan skarn mengalami
rekristalisasi dari batuan samping akibat adanya intrusi. Sehingga
batugamping menjadi marbel, shale menjadi hornfles, serta batupasir kuarsa.
Kemudian adanya infiltrasi antara fluida hidrothermal-metamorfik
mengakibatkan terubahnya batuan samping yang sebelumnya sudah terbentuk
pada tahapan pertama menjadi skarn.

Endapan timah primer terbentuk sebagai bagian dari proses


magmatisme pembentukan batuan beku granit yang merupakan batuan
bersifat asam. Sebagai larutan sisa yang banyak mengandung gas maka
mudah bergerak mengisi rongga dan celah batuan yang ada di atasnya.
Dengan demikian endapan timah primer terjebak di bagian atas tubuh batuan
granit, di celah-celah retakan dan rongga batuan yang berada di atasnya.

Sebagian besar endapan timah primer di Bangka dan Belitung sebagian


besarnya saat ini diketemukan pada batuan yang sudah lapuk, sehingga
mudah dikakukan kegiatan pemanbangan (penggalian). Oleh karena itu, perlu
dilakukan serangkaian kegiatan persiapan penambangan untuk dapat
melakukan kegiatan penambangan timah primer.

2.2.3 Stratigrafi
Wilayah penelitian (Pit Batubesi) disusun oleh tiga satuan batuan yaitu

2
Satuan Batupasir sisipan Batulempung, Intrusi Diorit dan Intrusi Granit.
penjelasan masing-masing satuan sebagai berikut :
• Satuan Batupasir dengan sisipan Batulempung
Batuan berwarna abu-abu, berukuran butir pasir sedang (0,25 – 0,5 mm),
struktur masif, sortasi baik, bentuk butir sub-rounded hingga sub-angular, kemas
grain supported, komposisi fragmen berupa kuarsa (80%), komposisi matriks
berupa mineral lempung (20%). Nama batuan = Batupasir
Batuan berwarna coklat keungu-unguan, berukuran butir lempung hingga lanau
(0,004 – 0,125 mm), Struktur berlapis, sortasi baik, bentuk butir tak teramati,
kemas tak teramati, komposisi berupa mineral lempung (100%). Nama batuan =
Batulempung. Pada beberapa lokasi ditemukan batubesi (magnetit) dan fragmen
hematit.
• Satuan Diorit
Batuan berwarna abu-abu kehijau-hijauan, berukuran kristal 0,5-3 mm, struktur
masif, tekstur berdasarkan kristalitas holokristalin, berdasar granularitas
faneritik, berdasar bentuk kristal euhedral-subhedral, komposisi mineral berupa
kuarsa (15%), plagioklas (60%), hornblende (18%), biotit (5%) dan klorit (2%).
Nama Batuan = Diorit. Pada beberapa tempat, batuan telah mengalami alterasi
prospolitik dalam tingkat rendah.
• Satuan Granit
Batuan berwarna putih keabu-abuan, berukuran kristal 1-7 mm, struktur masif,
tkestur berdasar kristalinitas holokristalin, berdasar granularitas faneritik,
berdasar bentuk kristal euhedral-subhedral, komposisi berupa kuarsa (40%),
plagioklas (20%), orthoklas (30%), biotit (10%). Pada beberapa tempat, batuan
mengalami alterasi argilik dan greisen.
2.2.4 Struktur Geologi
Struktur geologi daerah peneitian terdiri dari Struktur sesar-sesar geser,
Sesar geser kiri berarah timur laut-barat daya yang memotong sesar geser kanan
berarah timur tenggara-barat barat laut. Kedua jenis sesar tersebut memotong
seluruh satuan batuan yang ada. Peta geologi dapat dilihat pada gambar 2.2.

3
Gambar 2.2
Peta Geologi Regional Daerah Burungmandi (PT. Timah, 2016)

Gambar 2.3
Stratigrafi dan Litologi Lapisan (PT. Timah, 2016)

2.3 Persiapan Penambangan


Endapan timah primer terbentuk sebagai bagian dari proses
magmatisme pembentukan batuan beku granit yang merupakan batuan
bersifat asam. Sebagai larutan sisa yang banyak mengandung gas maka
mudah bergerak mengisi rongga dan celah batuan yang ad adi atasnya.
Dengan demikian endapan timah primer terjebak di bagian atas tubuh batuan
granit, di celah-celah retakan dan rongga batuan yang berada di atasnya.

4
Sebagian besar endapan timah primer di Bangka dan Belitung sebagian
besarnya saat ini diketemukan pada batuan yang sudah lapuk, sehingga
mudah dikakukan kegiatan pemanbangan (penggalian). Oleh karena itu,
perlu dilakukan serangkaian kegiatan persiapan penambangan untuk dapat
melakukan kegiatan penambangan timah primer. Persiapan penambangan ini
meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:

2.3.1 Pembukaan Lokasi Penambangan dan Pembersihan Lahan


Pembukaan lokasi penambangan merupakan kegiatan awal untuk
mempersiapkan medan kerja yang baik untuk kegiatan penambangan.
Kegiatan pembukaan lokasi penambangan meliputi pekerjaan pembersihan
lahan dari vegetasi (land clearing), pengupasan overburden dan pembuatan
jalan akses penambangan.
Pembersihan dan pembukaan lahan dari semak-semak dan pohon besar
menggunakan Bulldozer. Penanganan tersebut mempunyai tujuan untuk
memudahkan pekerjaan selanjutnya yaitu pengupasan overburden pada
penambangan timah.

2.3.2 Pengupasan Lapisan Tanah Pucuk ( Pre Stripping top soil )


Lapisan top soil dan sub soil adalah lapisan yang banyak
mengandung unsur hara dengan ketebalan antara 10–40cm, sedangkan sub
soil mempunyai ketebalan sekitar 3–5m.

Gambar 2.5
Lapisan Tanah Pucuk / Top Soil

Setelah pembukaan dan pembersihan lahan, kegiatan selanjutnya


adalah pengupasan lapisan tanah pucuk atau top soil dan sub soil yang sangat
kaya akan unsur hara. Untuk kegiatan pengupasan lapisan tanah pucuk ini

5
menggunakan alat mekanis yaitu Excavator jenis SANY SY365H (lihat
Gambar 2.5)

2.3.3 Pengupasan Overburden


Setelah kegiatan penggusuran dan pengupasan lapisan tanah pucuk
selesai dikerjakan, selanjutnya yang dilakukan adalah pengupasan
overburden yang terdiri dari tanah dan batuan (lihat Gambar 2.4).
Overburden yang terdiri dari batu pasir dan batu lempung ditangani dengan
tiga metode,yaitu:
1) Direct Digging
Overburden digali langsung dengan menggunakan alat gali-muat yaitu
Excavator SANY SY365H
2) Ripping dan Dozing
Untuk overburden yang agak keras dilakukan penggaruan (Ripping),
kemudian dilakukan kegiatan penggusuran material dengan
menggunakan Bulldozer

2.4. Kegiatan Penambangan


2.4.1 Kegiatan Pembongkaran

Alat bongkar yang digunakan di PT. TIMAH Tbk di UPTP untuk


pembongkaran overburden adalah jenis Excavator SANY SY365H, dengan
kapasitas bucket 2,3 m3 , kegiatan pembongkaran pada fleet pertama dan fleet
kedua menggunakan jenis Excavator yang sama (lihat Gambar2.6).

Gambar 2.6

6
Kegiatan Pembongkaran Overburden
2.4.1 Kegiatan Pemuatan

Alat muat yang digunakan untuk kegiatan pemuatan overburden adalah


jenis Excavator SANY SY365H, dengan kapasitas bucket 2,3 m3, pemuatan
dikombinasikan dengan artificial dump truck Volvo A35E dengan kapasitas
vessel sebesar 33,5 m3 pada fleet pertama, sedangkan pada fleet kedua
dikombinasikan dengan dump truck Volvo FMX440, kapasitas vessel
sebesar 18 m3 (lihat Gambar2.7).

Gambar 2.7
Kegiatan Pemuatan oleh Excavator SANY SY365H

2.5. Kegiatan Pengangkutan Overburden


Untuk kegiatan pengangkutan overburden dari lokasi penambangan
menuju lokasi disposal menggunakan dump truck jenis Volvo A35E dan
FMX440 (lihat Gambar2.8).

7
Gambar 2.8
Kegiatan Pengangkutan menuju Disposal

2.6. Penimbunan Overburden


Top soil merupakan overburden yang paling atas dan terdiri dari tanah
ataupun batu lempung. Lapisan material ini memiliki kandungan unsur hara
tinggi yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi. Oleh
karena itu, pada tahap penimbunan, jenis material ini dipisahkan dari yang
lain (overburden dan interburden) karena pada penutupan tambang, material
ini dipergunakan pada tahap reklamasi.
Pada tahap penimbunan ini, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu:

1) Lokasi Penimbunan
Tidak terlalu jauh dari lokasi hauling dan dumping karena akan
mempengaruhi waktu edar alat yang kemudian berdampak pada
produksi.
2) Kestabilan timbunan
Material yang ditimbun merupakan material loose dengan void yang
besar sehingga harus dilakukan penataan ulang pada area disposal,
material yang keras dibuang pada bagian tepi, sedangkan material
pasir/lepas ditengah dengan tujuan mencegah terjadinya longsoran,
kemudian top soil berada diatasnya.

Gambar 2.9
Kegiatan Penimbunan Overburden

Kegiatan penimbunan overburden berada pada disposal dimana


lokasi penimbunan untuk dump truck Volvo A35E dan Volvo FMX 440

8
(lihat Gambar 2.9). Secara keseluruhan kondisi buruk disposal harus selalu
diperhatikan dan diperbaiki sehingga tidak menghambat laju dump truck
yang akan berdampak pada produksi dump truck tersebut.

Anda mungkin juga menyukai