Anda di halaman 1dari 58

Draft Pedoman Penyusunan Rancangan

Pedoman Rencana Penyediaan


Air Tahunan

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... i

DAFTAR TABEL.......................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN............................................................................................................ 1

1.1. LATAR BELAKANG.............................................................................................. 1

1.2. MAKSUD & TUJUAN............................................................................................. 2

1.3. RUANG LINGKUP.................................................................................................. 3

1.4. PENGERTIAN-PENGERTIAN............................................................................ 3

II. WILAYAH SUNGAI........................................................................................................ 9

2.1. ASPEK YANG BERPENGARUH DALAM ALOKASI AIR...........................9

2.2. Komponen-Komponen Dalam Penyusunan Rencana Penyediaan


Alokasi Air Tahunan pada Wilang Sungai/ Daerah Aliran Sungai...9

III. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.........................................................14

IV. PRINSIP DASAR PENYEDIAAN DAN PENGALOKASIAN AIR....................18

V. PENYUSUNAN RENCANA ALOKASI AIR TAHUNAN....................................21

5.1. UMUM.................................................................................................................... 21

5.2. PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA ALOKASI AIR


TAHUNAN (RAAT)............................................................................................ 23

5.3. PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA ALOKASI AIR


TAHUNAN (RAAT)............................................................................................ 38

VI. PELAKSANAAN ALOKASI AIR /RENCANA ALOKASI AIR RINCI (RAAR)


........................................................................................................................................... 41

6.1. TATA CARA PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR...................................42

6.2. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN......................................................47


Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

VII. MONITORING DAN EVALUASI.............................................................................49

7.1. MAKSUD DAN TUJUAN MONITORING EVALUASI................49

7.2. INDIKATOR KINERJA ALOKASI AIR...........................................49

7.3. PENYELENGGARAAN MONITORING DAN EVALUASI.........50

7.4. PELAPORAN......................................................................................... 51

VIII. PENUTUP...................................................................................................................... 54
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

DAFTAR TABEL
Tabel III-1 Perundang-Undangan Terkait Penyusunan Rencana
Alokasi Air Tahunan............................................................................... 14
Tabel III-2 Perundang-Undangan Terkait Penetapan Rencana Alokasi
Air Tahunan................................................................................................. 15
Tabel III-3 Perundang-Undangan Terkait Penetapan Rencana Alokasi
Air Tahunan................................................................................................. 16
Tabel V-1 Data dan informasi yang perlu dikumpulkan untuk
menyusun RAAT....................................................................................... 25
Tabel V-2 Nilai kritis F untuk α = 0,05....Error! Bookmark not defined.
Tabel V-3 Pejabat yang berwenang untuk menetapkan RAAT..............38
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

DAFTAR GAMBAR

Gambar IV-1 Prinsip dasar Perencanaan Alokasi Air.....................................19


Gambar V-1 Bagan alir kegiatan pengalokasian air.......................................21
Gambar V-2 Bagan Alir Kegiatan Penyelenggaraan Alokasi Air..............22
Gambar V-3 Penetapan batas waktu minimal.....................................................23
Gambar V-4 Skematik sistem tata air..................................................................... 27
Gambar V-5 Volume effektif waduk (tanpa dan dengan pintu
pelimpah) 29
Gambar V-6 Pola Operasi waduk..............................................................................30
Gambar V-7 Karakteristik waduk............................................................................ 31
Gambar VI-1 Proses pelaksanaan RAAR................................................................44
Gambar VI-2 Jadwal Pengelolaan RAAR...................................................................46
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Air adalah salah satu zat yang dapat terbarukan dan sangat esensial
bagi kehidupan manusia dan oleh karenanya kehidupan manusia tidak
terlepas dari ketersediaan air ini. Air dapat memenuhi hajat hidup
rakyat sehingga perlu digunakan secara terencana dan beretika untuk
memenuhi hajat hidup rakyat serta memberikan andil dalam
melestarikan kehidupan.
Didalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 diamanahkan
bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasi oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat“ Oleh kerenanya Negara menjamin hak setiap
orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-
hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih dan produktif.
Tujuan manajemen pengalokasian air adalah untuk
menyelenggarakan alokasi air sesuai dengan Undang Undang Nomor
11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
Hak menguasai air oleh Negara sebagaimana yang diamanahkan
dalam Undang-Undang Pengairan pasal 3 ayat 1 memberikan
wewenang kepada Pemerintah antara lain untuk :
a. Mengelola serta mengembangkan kemanfaatan air dan atau
sumber sumber air.
b. Menyusun, mengesahkan dan atau member izin berdasarkan
perencanaan dan perencanaan teknis tata pengaturan air dan tata
pengairan.
c. Mengatur, mengesahkan dan atau member izin peruntukkan,
penggunaan penyediaan air dan atau sumber sumber air

1
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

Kondisi Potensi Air di Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar


6.492 milyar m3/th dan ketersediaan air sebesar 410,9 x 10 3 m3 per
kapita/tahun.
Sedangkan Kondisi Pemanfaatan Air adalah untuk air baku potensi
nya sebesar 3221 milyar m3/th dengan kapasitas mantapnya 691. 3
milyar m3/th dan sudah dimanfaatkan 175.2 milyar m 3/th dan belum
dimanfaatkan sebesar 516.1 milyar m3/th.
Dari alokasi air yang sudah dimanfaatkan terdiri atas peruntukkan
irigasi sebesar 141.0 milyar m3/th (80.5 %) dan air DMI (domestik,
municipal dan industri) 34.2 milyar m 3/th (19.5 %) dan lebih lanjut
rician pemanfaatan DMI adalah untuk air minum (rumah tangga dan
perkotaan) 6.4 milyar m3/th (3.7 %) dan industri 27.8 milyar m 3/th
(15.8%).
Dari gambaran diatas bahwa antara ketersediaan dan pemanfaatan air
secara umum masih surplus khususnya di luar pulau Jawa yang
pemanfaatannya masih relatif sedikit dibandingkan dengan Pulau
Jawa. Namun dengan laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan
infrastrukur sumber daya air yang semakin merata serta penggunaan
air yang semakin beragam situasi tersebut akan cepat berubah
sehingga dituntut adanya penyelenggaraan alokasi air yang adil sesuai
dengan prioritas nya.
Berdasarkan hal diatas maka neraca dan pengalokasian air diperlukan
untuk mengetahui potensi air baik yang belum dan telah
dimanfaatkan agar dapat dikelola dengan tepat dan berkelanjutan
serta sebagai dasar atau masukan bagi penyusunan kebijakan dan
perencanaan, pengelolaan sumber daya air wilayah sungai maupun
pembagunan pusat dan daerah.

1.2. MAKSUD & TUJUAN


Maksud dari pedoman ini adalah sebagai acuan kerja bagi Balai
Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) dalam penyelenggaraan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan alokasi air untuk berbagai

2
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

kepentingan berdasarkan asas kemanfaatan umum, keseimbangan


dan pelestarian.
Tujuan pedoman ini adalah sebagai petunjuk untuk mendapatkan
perhitungan dan pemenuhan kebutuhan air untuk berbagai
kepentingan secara adil dan merata sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.3. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup pedoman ini terdiri dari pokok bahasan yang
menyangkut aspek perencanaan, pelaksanaan, pengamanan dan
pengendalian alokasi air, yang meliputi:
a. Penyelenggaraan Alokasi Air
b. Penyusunan Rencana Alokasi Air
c. Pelaksanaan Alokasi Air
d. Monitoring dan Evaluasi

1.4. PENGERTIAN-PENGERTIAN

1) Sumber daya air (SDA) adalah air, sumber air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya.

2) Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di


bawah permukaan tanah termasuk dalam pengertian ini air
permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di
darat.

3) Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan
yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.

4) Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau


pada sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun
kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta
lingkungannya.

5) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang


merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

3
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan


mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan.

6) Cekungan air tanah (CAT) adalah suatu wilayah yang dibatasi


oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air
tanah berlangsung

7) Wilayah Sungai (WS) adalah kesatuan wilayah pengelolaan SDA


dalam satu atau lebih DAS, dan/atau pulau-pulau kecil.

8) Pulau kecil adalah pulau yang luasnya kurang dari atau seluas
2.000 km2.

9) Penggunaan air konsumtif adalah kegiatan mengambil atau


menggunakan air dari suatu sumber air dan sebagian atau
seluruh volume air yang diambil tidak lagi teralirkan kembali ke
sumber air yang bersangkutan.

10) Penggunaan air non konsumtif adalah kegiatan menggunakan air


di tempat pada suatu sumber air, misalnya untuk keperluan
navigasi, persyaratan aliran instream, kelangsungan hidup ikan,
rekreasi, dan pembangkit listrik tenaga air.

11) Aliran untuk lingkungan ialah aliran yang menggambarkan


kuantitas, waktu, dan kualitas air yang diperlukan untuk
mempertahankan kemanfaatan ekosistem perairan sumber air.

12) Pengalokasian air adalah proses pejatahan volume total air yang
tersedia dalam area pengelolaan air untuk berbagai jenis
penggunaan menurut tempat dan waktu penggunaan.

13) Penyediaan air adalah pemenuhan volume air per satuan waktu
untuk memenuhi kebutuhan air dan daya air serta memenuhi
berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas.

4
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

14) Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan
waktu yang dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu
daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai
dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan
lainnya.

15) Kebutuhan air adalah volume air yang dibutuhkan oleh para
pengguna air sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.

16) Pengguna air adalah seseorang atau kelompok, lembaga, instansi


atau badan hukum tertentu yang menggunakan air dari suatu
sumber air.

17) Pencemaran air adalah memasukkan atau dimasukkannya


makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air
oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya.

18) Pemeliharaan preventif adalah tindakan pencegahan yang


dilakukan secara terus menerus atau periodik yang bertujuan
agar suatu properti dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan tingkat kinerja layanan yang direncanakan.

19) Pemeliharaan korektif adalah tindakan perbaikan terhadap


properti yang mengalami kerusakan berat, ataupun tindakan
penyempurnaan atas kurang sempurnanya fungsi yang terdapat
pada suatu properti tanpa merubah tujuan dan tingkat kinerja
properti yang bersangkutan.

20) Pemeliharaan darurat adalah tindakan mendesak yang harus


segera dilakukan terhadap suatu properti atau suatu
bagian/komponen properti yang mengalami perubahan atau
gangguan mendadak, dengan spesifikasi pekerjaan yang benar-
benar darurat guna mencegah terjadinya eskalasi atau
peningkatan kerusakan atau gangguan yang lebih parah
terhadap lingkungan.

5
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

21) Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan


air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi
irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi
pompa, dan irigasi tambak.

22) Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen


irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya
manusia.

23) Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian,


pemberian, dan penggunaan air irigasi.

24) Pembuangan air irigasi, selanjutnya disebut drainase, adalah


pengaliran kelebihan air yang sudah tidak dipergunakan lagi
pada suatu daerah irigasi tertentu.

25) Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari
satu jaringan irigasi.

26) Masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang bergerak


dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung dalam
organisasi perkumpulan petani pemakai air maupun petani
lainnya yang belum tergabung dalam organisasi perkumpulan
petani pemakai air.
27) Perkumpulan petani pemakai air adalah kelembagaan
pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air
dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani
pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk lembaga lokal
pengelola irigasi.

28) Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah


Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

6
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

29) Pemerintah Provinsi adalah Gubernur dan perangkat daerah


provinsi lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.

30) Pemerintah Kabupaten/Kota adalah bupati/walikota dan


perangkat daerah kabupaten/kota lainnya sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.

31) Hak guna air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan
memakai atau mengusahakan air dari sumber air untuk
kepentingan pertanian.

32) Hak guna pakai air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh
dan memakai air dari sumber air untuk kepentingan pertanian.

33) Hak guna usaha air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh
dan mengusahakan air dari sumber air untuk kepentingan
pengusahaan pertanian.

34) Komisi irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan


komunikasi antara wakil pemerintah kabupaten/kota, wakil
perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, dan
wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten/kota.

35) Komisi Irigasi Provinsi adalah lembaga koordinasi dan


komunikasi antara wakil pemerintah provinsi, wakil
perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, wakil
pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi irigasi
kabupaten/kota yang terkait.

36) Komisi irigasi antar provinsi adalah lembaga koordinasi dan


komunikasi antara wakil pemerintah kabupaten/kota yang
terkait, wakil komisi irigasi provinsi yang terkait, wakil
perkumpulan petani pemakai air, dan wakil pengguna jaringan
irigasi di suatu daerah irigasi lintas provinsi.

37) TKPSDA WS merupakan adalah wadah koordinasi pengelolaan


sumber daya air tingkat wilayah sungai yang keanggotaan

7
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

berasal dari unsur pemerintah dan non pemerintah dalam


jumlah yang seimbang atas dasar prinsip keterwakilan.

38) Menteri adalah Menteri yang membidangi sumber daya air.

39) Dinas adalah instansi pemerintah provinsi atau pemerintah


kabupaten/kota yang membidangi irigasi.

40) Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu
bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun
sistem golongan, menyusun rencana pembagian air,
melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data,
memantau, dan mengevaluasi.

41) Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan


mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi
dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan kelestariannya.

42) Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan


irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti
semula.

8
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

II. WILAYAH SUNGAI

Pengalokasian dan penyediaan air berbasis pada Wilayah Sungai Apabila


pada suatu Wilayah Sungai belum semuanya dimanfaatkan airnya oleh para
pengguna maka pengalokasian dan penyediaan air dilakukan pada Daerah
Aliran Sungai dalam suatu Wilayah Sungai yang sudah dimanfaatkan.
2.1. ASPEK YANG BERPENGARUH DALAM ALOKASI AIR
 Institusi penyelenggara, dalam hal ini dapat terdiri dari:
 BBWS/ BWS : UPT dari Ditjen SDA
 UPTD : UPT dari Pemerintah Propinsi/ Kota
 PJT : BUMN yang mempunyai tugas
pengelola Sumber Daya Air atau
Penyelenggaraan Alokasi Air.
 Manajemen kegiatan dalam penyelenggaraan Alokasi Air pada
BBWS/ BWS/ UPTD meliputi:
 Kelembagaan
 Sumber Daya Manusia
 Prasarana yang menunjang
 Bahan dan Peralatan
 Pembiayaan

2.2. Komponen-Komponen Dalam Penyusunan Rencana Penyediaan Alokasi


Air Tahunan pada Wilang Sungai/ Daerah Aliran Sungai.
Komponen-komponen dalam pengalokasian dan penyediaan air
khususnya untuk analisa data ketersediaan dan kebutuhan air dan
yang terkait lainnya yang perlu diketahui adalah:
A. Hidrologi
 Curah hujan harian pada stasiun pengamatan dengan
periode pengamatan panjang ≥ 10 tahun.

9
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

 Data debit sungai harian pada stasiun pengamatan dengan


periode ≥ 10 tahun.
 Pola Operasi Waduk bila terdapat waduk dalam suatu
Wilayah Sungai/ Daerah Aliran Sungai.
 Ketersediaan air di waduk pada tahun berjalan dan
prakiraan pada tahun berikutnya.

B. Data yang terkait dengan kebutuhan air adalah


1) Letak Geografis
Peta Wilayah Sungai atau Daerah Aliran Sungai dilengkapi
dengan data Daerah Aliran Sungai antara lain luas, nama
sungai dan anak sungai dilengkapi dengan koordinat masing
masing .
2) Inventarisasi Pemanfaat SDA
Data yang perlu diinventarisasi tersebut diantaranya meliputi
sbb:
- Lokasi pemanfaat Sumber Daya Air
- Lokasi, kondisi pengelola pos hidrologi (Pos duga air, pos
penakar curah hujan, dan pos klimatologi),
- Tipe bangunan pengambilan
- Legalitas pemanfaat SDA (khusus untuk pemanfaat non
irigasi (PDAM dan Industri), meliputi data : Nama
Perusahaan, No SIPA, lokasi pengambilan, batas volume
air yang di ijinkan, tujuan pengambilan air, jadwal dan
teknologi/metode pengambilan air, masa berlakunya
SIPA, dll)
- Untuk penggunan air yang ilegal, selain diinventarisasi
lokasi, perlu didata besarnya debit yang diambil, jadwal
dan teknologi/cara pengambilan air, tujuan pengambilan
air.
- Lokasi dan luas areal daerah irigasi dengan pompanisasi
langsung dari sungai

10
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

- Identifikasi dan inventarisasi penggunaan air di masing-


masing titik pengambilan meliputi data antara lain:
o Irigasi, meliputi data antara lain: Luas DI, tipe irigasi
(teknis, semi teknis, sederhana, desa), Nama dan
jabatan petugas jaringan irigasi.
o Perikanan, meliputi data diantaranya: jenis dan luas
perikanan yang dikelola (air deras/semi air
deras/tradisional), metode/cara pengambilan air.
o PLTA meliputi data antaralain: debit minimal yang
diperlukan, legalitas pengambilan air, rencana
pembangunan/peningkatan yad.
o Industri meliputi data diantaranya: besarnya debit
yang dibutuhkan, tujuan penggunaan air.
o Pelayaran/sarana transportasi sungai data
diantaranya data mengenai: ketinggian air minimum
yang diperlukan agar perahu/kapal bisa beroperasi.
Masing-masing pengguna air kemudian diplot dalam sebuah
peta skematis alokasi air.
3) Neraca Air
Perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air dan
dinyatakan dalam indeks pemkaian air (IPA) yang merupakan
rasio antara pemakaian air dengan ketersediaan air. Analisa
perhitungan neraca air didasarkan pada ketersediaan air pada
lokasi pengambilan. Bilamana terjadi neraca air defisit yaitu
kebutuhan lebih besar dari ketersediaan maka diperlukan
penetapan prioritas penggunaan air.

C. Komponen lain terkait yang perlu diketahui:


1) Koordinasi antar penyelenggara

11
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

Pelaksanaan Alokasi Air merupak kegiatan lintas sektoral


sehingga keberhasilan dalam pengelolaan air sangat
tergantung dari keterpaduan kegiatan antara penyelenggara
dan para pemakai air. Oleh karena itu diperlukan adanya
koordinasi untuk menghasilkan consensus yang didasarkan
atas azas musyawarah mufakat agar supaya penyelenggaran
alokasi air ini berjalan dengan baik.
2) Inventarisasi bangunan ukur
Kegiatan pengalokasian dan penyediaan air dapat
dilaksanakan apabila dilapangan didukung dengan fasilitas
bangunan ukur operasional sehingga besarnya debit air yang
diberikan/ dipergunakan oleh masing-masing pemanfaat SDA
dapat diukur secara tepat sesuai dengan Rencana Pemberian
Air (RAAR).
Untuk itu bangunan ukur perlu diinventarisasi dan disusun
program pelaksanaan perbaikan/ pembangunannya bilamana
bangunan tersebut dalam kondisi tidak ada/ rusak. Bangunan
ukur ditempatkan/ dibangun pada setiap lokasi pemanfaat
SDA, dan pada titik control ruas sungai yang dipandang perlu,
misalnya pada perbatasan Kabupaten/ Kota. Debit
pengambilan pada bangunan ukur tersebut juga perlu
dimonitor, dicatat dan dilaporkan kepada pengelola SDA
secara rutin, dan disusun program untuk melakukan kalibrasi
secara berkala.
3) Jenis Perencanaan Alokasi Air
Rencana penyediaan air tahunan (RAAT) merupakan kegiatan
penting dalam rangka pengelolaan Sumber Daya Air yang
perlu dilakukan disetiap UPT (B/BWS, BPSDA/ Dinas Kab/
Kota) pada setiap Wilayah Sungai/ Daerah Aliran Sungai
terutama yang sudah tersedia bangunan bangunan
pengambilan air dan dimanfaatkan airnya oleh para pengguna
dan dilanjutkan dengan Rencana Penyediaan/ alokasi air

12
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

Rinci (RAAR) sebagai pelaksanaannya, Kegiatan ini diawali


dengan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air, pada
tahap ini kegiatan perencanaan alokasi air masih bersifat
global jangka panjang dan ditinjau per Wilayah Sungai.
4) Pembiayaan
Untuk meyelenggarakan penyediaan dan pengalokasian air
diperlukan pembiayaan yang memadai yang berasal dari
APBN/APBD ataupun BUMN/Swasta. Adapun struktur
pembiayaaan meliputi biaya rutin fisik dan non fisik.
Selengkapnya adalah sebagai tabel berikut :

No. Uraian Kegiatan Sumber Penanggung jawab


Dana

1. Fasilitasi Koordinasi APBN/APB Unit terkait


dalam penyusunan D Kelembagaan
RAAT
2. Sosialisasi penyeleng APBN/APB Unit terkait
alokasi air D perencanaan/ operasi
pemeliharaan
3. Monitoring dan Evaluasi APBN/APB Unit terkait
terdiri atas : D perencanaan/ operasi
pemeliharaan
3a. Penyusunan Dokumen APBN/APB Unit terkait
RAAT D perencanaan/ operasi
pemeliharaan
3b. Penyusunan SOP APBN/APB Unit terkait
D perencanaan/ operasi
pemeliharaan
3c. Training Petugas APBN/APB Unit terkait
D perencanaan/ operasi
pemeliharaan
3d. Honorarium Petugas APBN/APB Unit terkait
/Operator Lapangan D perencanaan/ operasi
pemeliharaan
3e. Honorarium Team APBN/APB Unit terkait
Pelaksana RAAR D perencanaan/ operasi
pemeliharaan
3f. Monev lapangan APBN/APB Unit terkait
D perencanaan/ operasi

13
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

pemeliharaan
3g. Uji Model APBN/APB Unit terkait
D perencanaan/ operasi
pemeliharaan
4. Pengadaan Peralatan APBN/APB Unit terkait
kantor, komunikasi dsb D
5. Pembangunan/rehabilita APBN/APB Unit terkait
si / kalibrasi bangunan D
ukur

Dari macam dan jumlah kegiatan diatas maka dalam


penyelenggaraan penyediaan dan pengalokasian air
dipelukan alokasi pembiayan yang terpadu dan melibatkan
beberapa unit terkait dalam suatu organisasi B/BWS/UPTD
pengelola sumber daya air.

14
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

III. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Dalam menyelenggarakan pengalokasian dan penyediaan air, pedoman


peraturan yang mendasari adalah Undang undang No.11 tahun 1974
tentang Pengairan dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Perumahan
Rakyat No. 06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber
Air dan Bangunan Pengairan serta Undang undang nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah serta Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun
1982 tentang Tata Pengaturan Air. Rincian dari pasal dan ayat yang
mendasari penyelengaraan pengalokasian dan penyediaan air adalah
sebagai berikut :

a. Penyusunan Draft Rencana Alokasi Air Tahunan/Skenario alokasi


air tahunan
Materi penyusunan draft rencana alokasi air tahunan beserta scenario
yang di analisa didalamnya meliputi aspek pengumpulan data hidrologi,
analisa data teknis dengan mempertimbangkan ketersediaan air dan
prioritas pengalokasian air. Peraturan perundang undangan yang terkait
atau mengatur substansi diatas adalah seperti tabel 3 berikut :
Tabel III-1 Perundang-Undangan Terkait Penyusunan Rencana
Alokasi Air Tahunan
Undang Undang & Peraturan
No Pasal yang mengatur
Per Undang undangan
1. UU No. 11/1974 tentang Pasal 3 ayat (1), Pasal 3 ayat (2),
Pengairan Pasal 8 ayat (1) , Pasal 8 ayat (2),
serta Pasal 11 dan Pasal 14 ayat
(1) ,(2) & (3)
2. UU No. 23/2014 tentang Pasal 9 ayat (3), Pasal 15
Pemerintah Daerah
3. Peraturan Pemerintah Nomor Pasal 3 dan 4 ayat (1)
22/1982 tentang Tata Pengaturan
Air
4. Permen PUPR No. Pasal 3 ayat (3) Pasal 6 ayat (1)
06/PRT/M/2015 tentang Huruf a, Pasal 7 ayat (1), Pasal 7
Eksploitasi dan Pemeliharaan ayat (2), Pasal 9 ayat (1), Pasal 9

15
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

Undang Undang & Peraturan


No Pasal yang mengatur
Per Undang undangan
Sumber Air dan bangunan ayat (2) Pasal 12 ayat (2) dan
Pengairan. Pasal 12 ayat (3)

b. Penetapan Rencana Alokasi Air Tahunan


Penetapan rencana alokasi air tahunan ditetapkan oleh Pejabat yang
berwenang sesuai dengan status wilayah sungai melalui mekanisme
pertimbangan/rekomendasi dari para pengguna air dalam wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air. Peraturan perundang undangan
yang terkait atau mengatur substansi diatas adalah seperti tabel
berikut:
Tabel III-2 Perundang-Undangan Terkait Penetapan Rencana
Alokasi Air Tahunan

Undang Undang & Peraturan


No Pasal yang mengatur
Per Undang undangan

1. UU No. 11/1974 tentang Pasal 3 ayat (2), Pasal 8 ayat (2),


Pengairan
2. UU No. 23/2014 tentang Pasal 15
Pemerintah Daerah

3. Peraturan Pemerintah Nomor Pasal 3 dan 4 ayat (1)


22/1982 tentang Tata Pengaturan
Air
4. Permen PUPR No.
Pasal 7 ayat (3), Pasal 7 ayat (4),
06/PRT/M/2015 tentang
Pasal 9 ayat (1), Pasal 9 ayat (2),
Eksploitasi dan Pemeliharaan
Pasal 10 ayat (1), Pasal 10 ayat
Sumber Air dan bangunan (2), Pasal 10 ayat (3), Pasal 10
Pengairan. ayat (4) Pasal 12 ayat (1), Pasal 12
ayat (2) dan Pasal 12 ayat (3)
Dalam hal koordinasi pasca UU no. 7/2004 sedang dalam proses
penyusunan kembali sehingga dalam masa transisi ini peraturan
perundang undangan yang terkait dengan koordinasi berdasarkan UU
No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah.

16
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

c. Pelaksanaan Penyediaan Air Pengawasan, Pengendalian Serta


Pemantauan Dan Evaluasi
Dalam melaksanakan rencana alokasi air tahunan pengelola sungai
berhadapan langsung dilapangan dengan banyak pengguna sehinga
diperlukan pengawasan, pengendalian dan monitoring dan evaluasi
untuk mendapatkan masukan (feed back) untuk penyempurnaan
penyusunan rencana alokasi air tahunan berikutnya. Peraturan yang
mengatur dalam subtansi ini khususnya dalam operasional pembagian
air irigasi dan penggunaan yang lain seperti air minum dan industri dan
lain lain diatur masing masing dalam peraturan yang terkait dengan
masing masing bidang/sektor yang mengatur tata cara termasuk kriteria
yang ditetapkan. Pada hakekatnya peraturan dimasing masing bidang
tersebut tidak bertentangan satu sama lain karena alokasi yang
dibutuhkan dari semua pengguna pada saat penyusunan rencana alokasi
air sudah diperhitungkan. Peraturan perundang undangan yang terkait
atau mengatur substansi diatas adalah seperti tabel berikut :
Tabel III-3 Perundang-Undangan Terkait Penetapan Rencana
Alokasi Air Tahunan
Undang Undang & Peraturan
No Pasal yang mengatur
Per Undang undangan
1. UU No. 11/1974 tentang Pasal 3 ayat (1), Pasal 3 ayat (2),
Pengairan Pasal 8 ayat (2) dan Pasal 11.

2. UU No. 23/2014 tentang Pasal 15


Pemerintah Daerah
3. Peraturan Pemerintah Nomor Pasal 3 dan 4 ayat (1)
22/1982 tentang Tata Pengaturan
Air
4. Permen PUPR No. Pasal 3 ayat (3), Pasal 6 ayat (1)
06/PRT/M/2015 tentang
Eksploitasi dan Pemeliharaan Huruf a, Pasal 6 ayat (2), Pasal 7
Sumber Air dan bangunan ayat (1), Pasal 7 ayat (2), Pasal 9
Pengairan. ayat (1), Pasal 10 ayat (3), Pasal
12 ayat (2) dan Pasal 12 ayat (3)

17
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

IV. PRINSIP DASAR PENYEDIAAN DAN


PENGALOKASIAN AIR

Pengalokasian air adalah proses penjatahan air untuk berbagai jenis


penggunaan yang besarnya disesuaikan dengan ketersediaan air yang
terdapat pada suatu sumber/lokasi.
Penyediaan air sesuai adalah merupakan tindakan untuk memenuhi
kebutuhan air dari berbagai jenis keperluan sesuai dengan kualitas dan
kuantitas yang telah ditetapkan.
Dalam pandangan manajemen yang modern, perencanaan alokasi air harus
menyeluruh dari hulu hingga ke hilir dan berbasis wilayah sungai (WS) atau
setidaknya dalam skala DAS. Prinsip dasar pengelolaan alokasi air harus
berdasarkan Permen PUPR no 06/PRT/M/2015, pasal 9 yaitu dalam
mengalokasikan air dan sumber air untuk kegiatan operasi prasarana
sumber daya air harus dilakukan berdasarkan prinsip:
a. Mengutamakan alokasi air untuk pemenuhan kebutuhan pokok
sehari-hari dan irigasi bagi pertanian rakyat pada sistem irigasi
yang sudah ada;
b. Menjaga kelangsungan alokasi air untuk pemakai air lain yang
sudah ada;
c. Memperhatikan alokasi air untuk pemenuhan kebutuhan pokok
sehari-hari bagi penduduk yang berdomisili di dekat sumber air
dan/atau sekitar jaringan pembawa air.

18
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

KEADILAN

PROMOSI
PERLIDUNGAN
EFISIENSI
LINGKUNGAN
PENGGUNAAN AIR

KESEIMBANGAN
ANTARA PASOKAN PRIORITAS
DAN PERMINTAAN PEMBANGUNAN
AIR

Gambar IV-1 Prinsip dasar Perencanaan Alokasi Air

Sumber: Modul Water Allocation, PT Virama Karya, 2014

Perencanaan alokasi air pada tingkat WS ataupun tingkat DAS merupakan


upaya menyeluruh yang dilandasi pada kebijakan yang bertujuan untuk
menegakkan lima prinsip sebagai berikut:
1) Keadilan; yaitu mengalokasikan air dengan adil dan proporsional
di antara kelompok jenis penggunaan, keadilan antar wilayah
administrasi, serta keadilan antara daerah hulu dan hilir.
2) Perlindungan lingkungan; yaitu mengalokasikan sejumlah air
tawar untuk kebutuhan ekosistem dan termasuk untuk
mengakomodasi kebutuhan sedimen transport, resapan air tanah,
penguraian limbah dan kelestarian ekosistem di muara.
3) Prioritas pembangunan; mengalokasikan air untuk mendukung
kebutuhan pembangunan ekonomi dan sosial, diantaranya untuk
mendukung prioritas strategis dan melindungi dependensi
kebutuhan yang sudah ada.
4) Keseimbangan antara pasokan dan permintaan air; yaitu
menyeimbangkan pasokan air dengan tuntutan kebutuhan yang
bersifat dinamis, khususnya untuk mengelola variabilitas pasokan

19
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

alami air, dan untuk menghindari atau mencegah seringnya


terjadi defisit air yang tak terduga.
5) Mempromosikan efisiensi penggunaan air; yaitu
mempromosikan secara terus menerus kepada para pengguna air
agar mereka tergerak dan mampu berprakarsa melakukan
efisiensi dalam penggunaan air
Berdasarkan prinsip dasar tersebut, penetapan proritas penyedian air adalah
sebagai berikut:
 Prioritas utama alokasi sumber daya air ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk memenuhi
kebutuhan irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi
yang sudah ada.
 Bilamana ketersediaan sumber daya air tidak mencukupi, maka
alokasi sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan pokok
sehari-hari lebih diutamakan.
 Prioritas alokasi sumber daya air untuk kebutuhan lain pada
setiap wilayah sungai ditetapkan berdasarkan hasil penetapan
zona pemanfaatan sumber air, peruntukan air, dan kebutuhan
air pada wilayah sungai yang bersangkutan.
Implementasi kelima prinsip tersebut diatas telah terakomodasi di dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Ketentuan tersebut
wajib diperhatikan baik oleh pihak yang berwenang melakukan penyediaan
dan pengalokasian air maupun para pengguna air.

20
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

V. PENYUSUNAN RENCANA ALOKASI AIR TAHUNAN

5.1. UMUM
Rencana Alokasi Air Tahunan (RAAT) pada dasarnya adalah rancangan
alokasi air tahunan berdasarkan neraca air yang seimbang antara
ramalan kemungkinan (probabilitas) ketersediaan air dengan rencana
penggunaan air untuk periode satu tahun kedepan.
Penyelenggaran alokasi air merupakan suatu lingkaran kegiatan yang
saling terkait seperti digambarkan dalam Gambar V -2 berikut ini

Gambar V-2 Bagan alir kegiatan pengalokasian air

Sumber: SE Dirjen Sumber Daya Air No. 4/SE/D/2012

Kegiatan Perencanaan pada Gambar IV -1, diatas merupakan kegiatan


Penyusunan Rencana Alokasi air Tahunan (RAAT) dan terdiri atas
kegiatan :
 Penyusunan skenario alokasi air tahunan dan
 Penetapan rencana alokasi air tahunan
Proses penyelenggaraan Pengelolaan alokasi air (RAAT dan RAAR)
secara menyeluruh dapat dilihat pada bagan alir seperti terlihat pada
Gambar V -3

21
Gambar V-3 Bagan Alir Kegiatan Penyelenggaraan Alokasi Air

Sumber: Modul Water Allocation, PT Virama Karya, 2014


Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

5.2. PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA ALOKASI AIR TAHUNAN


(RAAT)
Dalam rancangan pedoman ini ada 2 (dua) hal yang harus diketahui,
yaitu:
a. Penyusunan RAAT harus mendapatkan pertimbangan dari
wadah koordinasi (TKPSDA) yang kemudian baru bisa
ditetapkan. Untuk mendapatkan pertimbangan dari TKPSDA
perlu diadakan pembahasan Dokumen RAAT di TKPSDA.
b. Batas waktu untuk penetapan Rencana Alokasi Air Tahunan
(RAAT) minimal 2 bulan sebelum dimulai periode dimulainya
Rencana Alokasi Air Rinci (RAAR)/Pelaksanaan Alokasi air.
Oleh karena kebutuhan air irigasi merupakan kebutuhan yang paling
dominan dan merupakan kebutuhan yang bervariasi maka awal
pelaksanaan alokasi air (RAAR) ditetapkan untuk dimulai pada saat
Musim Tanam I (MT I) atau dapat dilihat seperti tergambar pada
Gambar V -4 dibawah ini.

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

MT I

RAAT SUDAH 2 Bln


HARUS DITETAPKAN

Gambar V-4 Penetapan batas waktu minimal


untuk penetapan RAAT
Agar tidak terjadi penyimpangan antara rencana alokasi air tahunan
(RAAT) dengan pelaksanaan alokasi air (RAAR) yang terlalu besar
makaperhitungan ketersediaan air dalam penyusunan rencana alokasi
air tahunan perlu dibuat berdasarkan atas 3 skenario yaitu :
 tahun basah (kondisi curah hujan diatas kondisi normal/rata-
rata historis curah hujan tahunan),
 tahun normal dan
 tahun kering (kondisi curah hujan lebih kecil dari kondisi
normal)

23
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah hasil perkiraan musim


dari BMKG yaitu dengan cara melakukan transformasi hasil perkiraan
sifat hujan untuk tahun mendatang dari BMKG menjadi data
ketersediaan air
Titik yang menjadi simpul (node) dalam perhitungan pemberian
air/model alokasi air merupakan titik/bangunan pengambilan yang
berada dan rencana pemanfaatan SDA di DAS seperti bendung, free
intake (irigasi), intake PDAM intake pengguna lainnya.
Berdasarkan ketiga skenario tersebut dan dengan memperhatikan
asas kelestarian lingkungan SDA, pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan sosial, urutan prioritas penyediaan air yang telah
ditetapkan, dapat dirancang beberapa alternatif, dan dengan
melakukan perhitungan simulasi neraca air (keseimbangan antara
kebutuhan air dan jumlah air yang tersedia) dapat ditetapkan
skenario yang paling optimum.
Manfaat dari neraca air adalah untuk mengetahui apakah akan terjadi
kondisi kekurangan air, sehingga dapat mewaspadai untuk
kemungknan akan terjadinya kerawanan terhadap kekeringan.
Bilamana berdasarkan hasil simulasi neraca air menunjukkan adanya
defisit (kebutuhan air > ketersediaan air), berarti rencana kebutuhan
air dalam sistem tersebut tidak dapat dipenuhi seluruhnya (100%),
dalam hal ini perlu dilakukan penyesuaian rencana pemakaian air
yaitu dengan mempertimbangkan skala prioritas yang telah
disepakati.
Penetapan RAAT perlu untuk melibatkan berbagai pihak yang terkait
dengan pemanfaatan SDA maupun kelestarian SDA, dengan demikian
akan melibatkan para pengguna air dan instansi pemerintah, untuk itu
sangat dibutuhkan keterlibatan TKPSDA WS sebagai wadah
koordinasi pengelolaan SDA, agar dapat melakukan konsensus yang
dapat disepakati oleh berbagai pihak yang terkait sehingga tersedia
dokumen RAAT yang dapat disepakati oleh seluruh instansi terkait.

24
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

Kegiatan pelaksanaan penyusunan RAAAT yang ada dalam pedoman


ini mempunyai urutan sebagai berikut:
A. Pengumpulan data lapangan
Data yang perlu dikumpulkan untuk menyusun RAAT adalah sebagai
berikut:
Tabel V-4 Data dan informasi yang perlu dikumpulkan untuk
menyusun RAAT

N
Data dan informasi yang diperlukan Kegunaan
o
I Data yang terkait dengan Penyusunan Sistem Alokasi Air
1 Peta topografi DAS/WS serta batas administrasi Bahan dokumen RAAT
2 Data lokasi jaringan hidrologi (termasuk lokasi Untuk membangun skematik sistem
bendung teknis), lokasi pemanfaat SDA (legal AA
maupun ilegal) yang berada dalam sistem tata
air yang akan dibangun.
3 Ploting seluruh lokasi tersebut diatas dalam Untuk menunjang peramalan
peta topografi dan batas DAS/SubDAS debit/ketersediaan air
4 Luas catchment area dari masing-masing sub Untuk menunjang perhitungan
DAS (pada titik-titik pos duga air maupun lokasi rainfall-runoff
bangunan pemanfaat SDA) (jika diperlukan)
II Data yang terkait dengan ketersediaan air
1 Data debit sungai dengan periode pengamatan Untuk menetapkan debit andalan
panjang (>10 thn) pada bangunan ukur (dependable flow) atau debit
maupun pos duga air kemungkinan (probabilitas) lainnya
2 Data hujan periode pengamatan panjang Untuk analisa hujan-limpasan
(>10 thn) serta data klimatologi (rainfall-runoff) jika data debit tidak
tersedia atau data debit kurang
panjang pengamatannya (<10 thn)
3 Pola operasi waduk (bila terdapat waduk) Untuk menghitung volume effektif
waduk yang dapat dimanfaatkan
berdasarkan skenario pola tahun
basah, normal, kering
4 Ketersediaan air di waduk pada tahun ini dan Untuk menetapkan skenario RAAT
prakiraan pada tahun berikutnya. yang akan diterapkan pada tahun
depan

B. Analisa data

25
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

Analisis data untuk penyusunan RAAT meliputi:


1) Validasi dan uji konsistensi dari seri data hidrologi (data hujan,
klimatologi dan debit) yang tersedia, dan tabulasi untuk menunjang
analisa selanjutnya. Seluruh data hidrologi harus tersimpan dalam
sistem database dan data tersebut harus di-update.
Validasi
Proses validasi data dilakukan paling tidak dengan menggunakan 2
macam pengujian (test) yaitu:
 Uji konsistensi (consistency test)
(i) Dengan Analisa Grafis
(ii) Dengan Analisa Statistik
a) Uji Konsistensi Varian (Uji F)
b) Uji konsistensi rata-rata (uji t),
 Uji keseragaman (homogeneity test).
Uji kesamaan jenis, dilakukan dengan menggunakan metode Mann
Whitney
Tata cara perhitungan proses validasi data dapat dilihat dalam
lampiran A.
Apabila pada hasil validasi (uji konsistensi dan uji keseragaman jenis),
mengindikasikan adanya perubahan, maka perlu dilakukan tahapan
lanjutan yang terdiri dari :
a. pemeriksaan ulang atas proses pengolahan dan updating basis
data (termasuk pemeriksaan atas updating rating curve khusus
untuk data debit)
b. Memeriksa kembali dokumen pencatatan/pelaporan dari petugas
lapangan/penjaga pos.
c. Membandingkan data yang diuji (dalam bentuk grafik) dengan
data pada pos hidrologi di sekitarnya. Khusus untuk data debit
dapat dibandingkan dengan pos yang ada di hulu dan hilirnya.
d. Pengecekan kondisi lapangan, agar dapat mengetahui
pelaksanaan operasional peralatan, cara pengambilan data dan

26
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

pengecekan lokasi titik kontrol pada pos yang datanya sedang


diuji.
2) Berdasarkan hasil inventarisasi lokasi pemanfaat SDA serta jaringan
pos duga air maka dapat disusun skematik sistem alokasi air, seperti
terlihat pada Gambar V -5 dibawah ini

Gambar V-5 Skematik sistem tata air


Sumber: Modul Water Allocation, PT Virama Karya, 2014

3) Bilamana tidak tersedia data debit andalan pada lokasi pos duga air
dan atau di lokasi bendung yang terdapat dalan sistem, maka perlu
melakukan perhitungan debit andalan terlebih dahulu.
Peramalan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air irigasi
dianjurkan menggunakan skenario tahun kering (pesimistik) dengan
mengambil dependable flow Q80%, sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai didasarkan atas Q95%
Perhitungan ketersediaan air dapat dilakukan antara lain dengan
menggunakan:
o Cara weibull bila tersedia data dengan periode > 10 tahun
o Perlu pembangkitan data terlebih dahulu (periode data <10
tahun) dengan menggunakan metode antara lain:

27
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

(i) Model NRECA


(ii) Model Mock
(iii) Model Regresi
Tata cara perhitungan kebutuhan dan ketersediaan air dapat dilihat
dalam lampiran A.
4) Bilamana data debit andalan tidak tersedia di setiap titik simpul maka
perlu melakukan peramalan ketersediaan air tahunan per periode
(bulanan/tengah bulanan/dasarian – 10 harian) pada setiap titik
simpul dalam sistem alokasi air..
5) Menetapkan ketersediaan air waduk (bilamana dalam sistem tata air
terdapat waduk)
Rencana pengelolaan waduk perlu dilengkapi dengan pola operasi
waduk, yaitu terdiri atas :
o Pola Tahun Basah, merupakan batas atas dalam
pengaturan volume effektif waduk
o Pola Tahun Normal merupakan pola operasi berdasarkan
o Pola Tahun Kering merupakan batas bawah dalam
pengaturan volume effektif waduk untuk pemenuhan
kebutuhan air
Pola operasi waduk adalah kerangka dasar operasi waduk
dan merupakan acuan pembuatan dan pelaksanaan rencana
operasi tahunan waduk, berisi tentang tata cara pengeluaran
air dari waduk sesuai dengan kondisi volume dan/atau
elevasi air waduk dan kebutuhan air serta kapasitas sungai di
hilir bendungan. Pola Operasi Waduk perlu ditetapkan tiap
tahun oleh Instansi pengelola.
Penyusunan pola operasi waduk ini disusun berdasarkan
kondisi hujan sesuai dengan hasil prediksi musim untuk
tahun yad dari BMKG.
Untuk membuat pola operasi waduk diperlukan data-data
sbb:
 Air yang masuk ke waduk (inflow)

28
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

 Air yang dilepas dari waduk (outflow)


 Tabel/curva hubungan antara volume waduk dengan
elevasi muka air
 Tabel/curva hubungan antara luas muka air waduk
dengan elevasi muka air
Volume tampungan waduk (Volume effektif) sangat
tergantung pada kondisi pelimpah (apakah pelimpah
dilengkapi dengan pintu atau tanpa pintu), seperti terlihat
pada Gambar V -6 dibawah ini

Pelimpah Tanpa Pintu Pelimpah dengan Pintu


Gambar V-6 Volume effektif waduk (tanpa dan dengan pintu
pelimpah)
Sumber: Modul Water Allocation, PT Virama Karya, 2014

Contoh Pola operasi waduk untuk masing-masing skenario


yaitu pola tahun basah, normal dan kering dapat dilihat pada
Gambar V -7 dibawah ini.

29
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

Gambar V-7 Pola Operasi waduk

Sumber: Modul Water Allocation, PT Virama Karya, 2014

Berdasarkan data karakteristik waduk (grafik hubungan


antara Elevasi – Volume) seperti terlihat pada Gambar V -8
dibawah ini, ketersediaan air dari waduk yang dapat
dimanfaatkan/dikeluarkan dari waduk per setengah
bulanan/dasarian dapat diketahui.
Perhitungan ketersediaan air pada segmen sungai di hilir
waduk menjadi:
QAT = QA + QW
Dimana
QAT = Ketersediaan air pada segmen sungai dihilir waduk
QA = Ketersediaan air di sungai (di hulu lokasi outflow
waduk)
QW = Ketersediaan air yang dapat dikeluarkan dari waduk
selama setengah bulan mendatang

30
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

110

105

100

95

90

85

80

Gambar V-8 Karakteristik waduk


Sumber: Modul Water Allocation, PT Virama Karya, 2014

6) Menghitung rencana kebutuhan air irigasi dan non irigasi per periode
setengah bulanan/dasarian sepanjang tahun pada setiap titik
simpul/node yang dibangun dalam sistem skematis/model alokasi air.
Perhitungan kebutuhan air irigasi dapat berdasarkan kebutuhan air
dari rencana tata tanam global (RTTG) yang diusulkan, atau
perhitungan kebutuhan air berdasarkan luas, jenis serta umur
tanaman sesuai dengan data lapangan yang dikumpulkan dan koef
tanaman yang berlaku di daerah terebut.
Perhitungan kebutuhan air secara lengkap akan dibahas pada
lampiran A.
7) Verifikasi data kebutuhan air irigasi dan non irigasi (baik yang punya
ijin maupun tidak mempunyai ijin) yang berada dalam sistem tata air
tersebut

C. Penetapan Prioritas penggunaan air


Bilamana terjadi neraca air (keseimbangan antara ketersediaan dan
kebutuhan air) defisit (kebutuhan > ketersediaan) maka diperlukan
penetapan prioritas penggunaan air.
Diuraikan tentang Prioritas pengunaan air yaitu sbb:

31
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

 Prioritas utama:
− Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok
sehari-hari dan
− irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang
sudah ada
 Untuk menunjang kepentingan kelestarian ekosistem sungai
harus diberikan aliran pemeliharaan sungai dengan
mengendalikan ketersediaan debit andalan 95%
Penetapan prioritas untuk kebutuhan air khusus seperti industri
strategis/industri dengan spesifikasi khusus dapat dilakukan melalui
sidang komisi Pemanfaatan dan Pendayagunaan SDA/Pokja TKPSDA
WS dan atau konsensus dalam rapat di TKPSDA WS.
Demikian pula bila terjadi neraca air defisit maka perlu dilakukan
penetapan batas toleransi yang masih dapat diijinkan untuk masing-
masing pengguna.

D. Penyusunan model AA
Tujuan penyusunan model adalah agar dapat melakukan simulasi
neraca air dengan cepat dan dapat menghasilkan rencana alokasi air
yang optimal.
Penyusunan model dapat dilakukan oleh pihak ketiga. Yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan model antara lain:
1) Model diusahakan memakai spresdsheet agar jika terpaksa
terjadi perubahan “rule” atau perlu untuk memodifikasi
model maka staf Balai dapat melakukan sendiri.
2) Mendiskripsikan dengan jelas prioritas penggunaan air.
3) Seluruh pemanfaat SDA/ pengguna air baik yang legal
maupun illegal, termasuk rencana pembangunan
pemanfaatan SDA dimasa yad, harus dimasukkan dalam
skematik sistem tata air dari model yang akan dibangun

32
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

4) Perhitungan ketersediaan air di masing-masing titik


simpul/node selain memperhitungkan air permukaan yang
masuk dari masing-masing sub DAS dan sisa air permukaan
dari node dihulu, bila terdapat indikasi adanya aliran kembali
(return flow) dari daerah irigasi dan atau air buangan dari
pabrik (air hanya dimanfaatkan untuk pendinginan mesin),
maka air return flow ini perlu juga untuk diperhitungkan.
5) Perlu disiapkan kemungkinan untuk menyesuaikan
parameter model seperti: Luas tanam/kebutuhan air
irigasi/non irigasi, faktor “k” irigasi, koefisien pengurangan
pemakaian air untuk non irigasi, faktor pengurangan luasan
tanam dll.
6) Bilamana pembuatan model dilakukan oleh Konsultan/pihak
ketiga maka konsultan/pihak ketiga tersebut harus memberi
pelatihan tentang tatacara pengoperasian model dan tatacara
memodifikasi model kepada staf Balai.

E. Simulasi Neraca Air dengan model


Dengan menggunakan model alokasi air yang disiapkan dan dengan
mempertimbangkan ketiga skenario tersebut yaitu tahun basah, tahun
normal, tahun kering dan informasi hasil prediksi musim yad dari
BMKG, dapat dilakukan simulasi sehingga diperoleh hasil rencana
alokasi air yang optimal.
Apabila dalam sistem tata air terdapat waduk maka perhitungan debit
andalan Q80% untuk segmen dihilir waduk, adalah :
Q segmen = Q andalan pada segmen + Qinflow waduk
Bilamana dari hasil perhitungan neraca air menghasilkan neraca air
deficit, maka distribusi air ke masing-masing pemanfaat SDA tidak
sesuai dengan data kebutuhan air akan tetapi perlu perhitungan
kebutuhan air yang disesuaikan dengan “rule” prioritas yang telah
disepakati/ditetapkan agar pendistribusian air dapat optimal.

33
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

F. Uji coba model


Uji coba model perlu dilakukan agar dapat diketahui apakah output
dari model dapat dilaksanakan di lapangan, terutama tentang
pelaksanaan pendistribusian air ke masing-masing lokasi pemanfaat
SDA antaralain meliputi:
• Apakah debit yang direncanakan untuk didistribusikan pada
setiap lokasi pemanfaat SDA dapat dilaksanakan sesuai dengan
kondisi lapangan?
• Apakah ada komplain dari pemanfaat air tentang besarnya
debit yang didistribusikan?
• Tingkat keakurasian dari besarnya debit yang distribusikan ke
masing-masing pengguna air
• Tingkat kesiapan sarana dan prasarana operasional
pelaksanaan Alokasi Air
Dengan demikian maka sebelum melakukan uji coba, terlebih dahulu
perlu melakukan pemeriksaan terhadap:
 Keberadaan/kesiapan para personil/petugas di pos yang
telah ditentukan
 Kesiapan blangko-blangko yang akandipergunakan.
 Kesiapan perangkat komunikasi yang akan digunakan untuk
mengirimkan dan mengklarifikasikan data.
 Kesiapan perangkat pengolah data dan operator pelaksana
kegiatan Alokasi Air
 Kesiapan/akurasi dari alat ukur dan pintu pengatur
 Kesiapan peralatan dan jaringan komunikasi dari pos duga air
serta pos penakar curah hujan.
Pelaksanaan uji coba tersebut meliputi :
- uji coba hasil dari model alokasi air,
- tatacara pengisian dan penyampaian blangko,
- ketepatan penyampaian blangko sebagai data input untuk
model,
- penggunaan peralatan komunikasi

34
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

- pelaksanaan pengalokasian air dilapangan,


- ketepatan dan akurasi debit yang didistribusikan ke masing-
masing pemanfaat.
Dengan uji coba model ini, diharapkan dapat teridentifikasi
permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan alokasi air, sehingga
mengakibatkan pelaksanaan dilapangan tidak dapat dilakukan sesuai
dengan output model, diantaranya akibat dari:
- ketidaktaatan pemanfaat SDA terhadap aturan/kesepakatan
yang telah disepakati,
- adanya pencurian air/kehilangan air yang belum
dimasukkan dalam sistem,
- keterlambatan penyampaian data/blangko yang digunakan
untuk input model, dll.
Berdasarkan hasil uji coba ini maka permasalahan dalam pelaksanaan
alokasi air tersebut dapat ditanggulangi diantaranya:
- Ketidaktaatan pemanfaat SDA dan penyampaian data
lapangan, maka perlu dilakukan sosialisasi,
- Ketidak-akuratannya dan atau tidak berfungsinya bangunan
ukur maka bangunan tersebut perlu direhabilitasi dan
dikalibrasi.

G. Penyiapan Dokumen RAAT


Dokumen RAAT disiapkan oleh pengelola sungai dan kemudian
melalui fasilitasi secretariat TKPSDA dibahas dalam sidang pleno.
Dokumen tersebut berisi uraian/informasi tentang :
1) Metodologi antara lain berisi rule prioritas alokasi air yang
digunakan bilamana terjadi neraca air defisit.
2) Skema tata air
3) Daftar pengguna air yang menerima rencana alokasi air
4) Rencana Neraca Air
5) Ketersediaan air waduk (bila dalam sistem tata air terdapat
waduk)

35
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

6) Uraian masing-masing skenario, yang berisi antara lain :


 Irigasi :
− Luas masing-masing DI. yang direncanakan untuk
diberi air
− Pola Tata Tanam (Jadwal tanam, luas dan jenis
masing-masing tanaman untuk masing-masing
Musim Tanam)
− Nilai faktor k yang diterapkan (jika ada)
− Jadwal penggunaan faktor k (jika ada)
 Non Irigasi (industri/PDAM/dll)
− Volume air yang diijinkan
− Jadwal akan terjadi pengurangan (jika ada)

H. Prosedur Pembahasan Dokumen RAAT pada TKPSDA


Dokumen RAAT perlu disepakati oleh para penggguna air. Prosedur
pembahasan dalam wadah koordinasi adalah sebagai berikut :
a. Dokumen ini terlebih dahulu perlu dibahas dalan rapat komisi
Pemanfaat dan Pendayagunaan SDA TKPSDA-WS.
b. Hasil kesepakatan dalam rapat komisi tersebut dibawa dalam
sidang pleno TKPSDA-WS.
c. Setelah disepakati dalam sidang pleno TKPSDA maka seluruh
anggota secara musyawarah dan mufakat memberikan
rekomendasi terhadap dokumen RAAT.
Sebagai catatan materi pembahasan dalam rapat koordinasi
tersebut antara lain:
1) Metodologi yang digunakan dalam melakukan analisa data,
kegiatan simulasi neraca air, termasuk skenario dan
skematik tata air.
2) Usulan rencana alokasi air yang diusulkan untuk ditetapkan
dan merupakan hasil yang optimum dari beberapa skenario
simulasi neraca air/besarnya air yang dapat didistribusikan

36
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

ke masing-masing pemanfaat SDA termasuk


scenario/alternatif bila terjadi kondisi yang ekstrim.
3) Indentifikasi permasalahan yang akan terjadi dalam
pelaksanaan alokasi air serta pembagian tugas dan tanggung
jawab dalam penyelenggaraan kegiatan alokasi air.
4) Penetapan jadwal dan luas tanam serta pola tata tanam
5) Bilamana terjadi neraca air defisit maka perlu dilakukan
koordinasi dengan seluruh pihak yang terkait dan
kesepakatan antaralain meliputi :
 penetapan rule/skala prioritas
 penetapan besarnya aliran untuk pemeliharaan sungai
agar tetap dapat mendukung kelestarian lingkungan dan
hayati.
 penetapan nilai efisiensi/faktor kehilangan air untuk
jaringan irigasi dengan mempertimbangkan aspek
kondisi sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.
 penetapan nilai satuan kebutuhan air untuk masing-
masing pengguna termasuk untuk keperluan khusus.
 penetapan saat penghentian aliran untuk pemeliharaan
jaringan irigasi dan yang terkait dengan pengambilan non
irigasi di saluran irigasi.
6) Hal lainnya yang dianggap perlu untuk dikoordinasikan dan
disepakatidalam rapat TKPSDA WS.
d. Setelah memperoleh rekomendasi dari para pengguna maka
dokumen RAAT disampaikan keoada pejabat yang berwenang
oleh Pengelola Sungai untuk mendapatkan penetapannya.

I. Penetapan Rencana Alokasi Air Tahunan

37
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

Penetapan Rencana Alokasi Air Tahunan (RAAT) dilakukan oleh


pejabat yang berwenang dan bertangungjawab atas pengelolaan WS
seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel V-5 Pejabat yang berwenang untuk menetapkan RAAT

No Tipe WS Peny Penetapa


usun n RAAT
RAAT oleh
1 WS Lintas BBWS Menteri
Negara /BWS PU
WS Lintas
Provinsi
WS Strategi
Nasional
2 WS Lintas BPSD Gubernur
Kabupaten A
dalam satu
provinsi
3 WS satu SKPD Bupati/W
kabupaten/ alikota
kota

RAAT yang telah ditetapkan tsb diatas hanya berlaku untuk satu tahun
berjalan, dan setiap tahun RAAT perlu ditinjau ulang.
Sesuai dengan Permen PUPR No 06/PRT/M/2015 pasal 13 ayat 3,
RAAT yang telah ditetapkan dapat diubah apabila terjadi:
1) Perubahan ketersediaan air yang diakibatkan oleh peristiwa
alam; atau
2) Perubahan kondisi lingkungan hidup dan/atau kerusakan
jaringan sumber air yang tidak terduga.

38
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

VI. PELAKSANAAN ALOKASI AIR /RENCANA


ALOKASI AIR RINCI (RAAR)

Berdasarkan RAAT yang telah ditetapkan, disusun Rencana Alokasi Air Rinci
(RAAR) yaitu rancangan pelaksanaan penyediaan air di lapangan yang
berbasis waktu lebih pendek (setengah bulanan/ dasarian) agar bilamana
terdeteksi akan terjadi neraca yang defisit maka segera dapat dilakukan
penyesuaian atas ketersediaan air sehingga air dapat didistribusikan dan
dimanfaatkan dengan optimal RAAR memuat informasi mengenai tentang
jadwal dan besarnya volume air yang harus tersedia volume air yang dapat
diambil oleh masng-masing pemanfaat SDA di setiap titik simpul/node yang
berada dalam sistem tata air/disepanjang sungai atau dalam satu DAS/WS.
Pedoman yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan RAAR adalah sebagai
berikut:
a) Memantau ketersediaan air yang menyeluruh di sepanjang
sungai, yaitu data aliran harian di beberapa titik kontrol;
b) Mengefektifkan pemantauan dan pengawasan terhadap
penggunaan air konsumtif dan non-konsumtif, untuk
mengurangi jumlah pengambilan air ilegal;
c) Mengembangkan sistem komunikasi dengan para penggunaan
air yang legal. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelancaran
penyampaian informasi mengenai kondisi aktual air yang
tersedia dan volume penggunaan air disepanjang jaringan
sumber air termasuk implikasi yang diperkirakan timbul pada
saat terjadinya krisis air;
Tahapan pelaksanaan penyusunan RAAR adalah sebagai berikut :
1) Persiapan pelaksanaan
2) Penyusunan SOP
3) Proses Simulasi dan pelaksanaan RAAR
4) Koordinasi dalam penyediaan air
5) Pemantauan dan evaluasi

39
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

6.1. TATA CARA PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR


a. Persiapan Pelaksanaan
Langkah kegiatan sebelum melaksanakan alokasi air rinci perlu
dilakukan kegiatan persiapan yaitu meliputi:
1. Pemeriksaan kesiapan sarana dan prasarana pemanfaat SDA
yaitu meliputi kondisi dari masing-masing bangunan intake.
Beberapa bangunan ukur yang seing dijumpai dalam sistem
jaringan irigasi ataupun intake air minum adalah sebagai
berikut :
 Alat ukur Thomson
 Alat ukur Cipoletti
 Alat ukur Ambang lebar
 Alat ukur Pintu Romyn
 Alat ukur Crump weir
 Alat ukur Parshall Flume
 Alat ukur Crump De Gruyter
 Mercu bendung.
Alat ukur tersebut mempunyai spesifikasi teknis tertentu
dalam penggunaan maupun dalam pemasangannya
2. Kesiapan SOP
Standar operasional prosedur merupakan dokumen yang
wajib disusun dalam melaksanakan alokasi air. Penyusunanya
dilakukan oleh pengelola sungai sebagai penanggung jawab
kegiatan dan dapat melibatkan para pengguna air untuk
mendapatkan masukkannya
3. Penyiapan SDM, yang terkait dalam penyelenggaraan alokasi
air perlu ditingkatkan kesiapannya melalui
pelatihan/sosialisasi dan diskusi tentang pemahaman rencana
alokasi air serta SOP
4. Pemeriksaan kesiapan peralatan pengukuran/ pemantauan
termasuk melakukan kegiatan kalibrasi peralatan.

40
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

Khusus untuk bangunan ukur perlu didahului dengan


kegiatan inventarisasi keberadaan, kondisi fisik, dan akurasi
(apakah bangunan ukur telah terkalibrasi) dari masing
masing bangunan ukur.
5. Pemeriksaan kesiapan peralatan pendukung termasuk sarana
komunikasi, software dan hardware untuk pelaksanaan
kegiatan alokasi air dan real time monitoring system.
6. Ketersediaan dana untuk pembiayaan kegiatan alokasi air.

b. Penyusunan SOP
Sebelum dimulai pelaksanaan penyediaan air, Pengelola SDA
wajib menyusun dan menetapkan dan mensosialisaskan SOP
(Standard Operation Procedure) alokasi air. Dokumen yang
berisikan tatacara rinci bagi pengelola SDA untuk
menyelenggarakan alokasi air termasuk pemberitahuan bilamana
terjadi atau diperkirakan akan terjadi penyimpangan dalam
penyelenggaraan alokasi air.
SOP disusun dan berisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Batas akseptabilitas pelayanan air
2. Batas akseptabilitas operasional prasarana pengairan
3. Kewenangan pengambil keputusan pada berbagai kondisi
yang tidak normal
Dalam menyusun SOP minimal memuat:
 Tata Cara pelaksanaan alokasi air
 Tata Cara pengendalian alokasi air
 Tata cara pemantauan dan evaluasi
 Peta dan data kondisi prasarana sumber daya air
 Struktur kelembagaan :
 Daftar nama petugas
 Nomor telepon yang bisa dihubungi
 Frekwensi radio komunikasi
 Tanggung jawab masing-masing petugas

41
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

 Ketersediaan Prasarana
 Struktur organisasi pelaksana, daftar nama petugas
dan alat komunikasi.
c. Pelaksanaan Rencana Alokasi Air Rinci RAAR
Pedoman dalam pelaksanaan RAAR digambarkan pada gambar
Gambar VI -9dibawah ini.

Gambar VI-9 Proses pelaksanaan RAAR


Sumber: Modul Water Allocation, PT Virama Karya, 2014

1. Running Model

Penyusunan model sama dengan saat penyusunan model.

2. Input data adalah data ketersediaan dan kebutuhan air yang


real time/ tepat waktu, dengan basis waktu sesuai dengan
interval waktu pengaturan pintu yang ditetapkan (dasarian
atau setengah bulanan).

3. Verifikasi data dan Koreksi

Perhitungan data ketersediaan air berbasis pada estimasi


bahwa:

o Data dasarian atau setengah bulanan yang akan datang


adalah sama dengan data dasarian atau setengah bulanan
yang lalu.

42
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

o Data dasarian dan setengah bulanan dikoreksi dengan


koef regresi dengan data pengamatan dasarian atau
setengah bulanan yang lalu.

Bilamana tidak tersedia data tersebut diatas maka terlebih


dahulu harus membangkitkan data ketersediaan air (lihat
annex 2). Perhitungan ketersediaan air ini perlu untuk
mempertimbangkan hasil prediksi musim yad dari BMKG.

Ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan adalah :

1. Bila didalam sistem tata air terdapat waduk, maka


ketersediaan air pada segmen dihilir waduk tergantung
pada pola operasi waduk

2. Perhitungan kebutuhan air irigasi disesuaikan dengan


kondisi tata tanam dilapangan, sedangkan kebutuhan air
non irigasi sesuai dengan jadwal dan volume air yang
direncanakan untuk dasarian atau setengah bulanan yad.

3. Agar debit dapat terdistribusi ke masing-masing titik


pemanfaat air/titik simpul sesuai dengan hasil
perhitungan alokasi air maka pada setiap titik simpul
perlu dilengkapi dengan bangunan ukur yang berfungsi
degan baik dan terkalibrasi.

4. Agar hasil proses dari RAAR dapat dikirimkan ke masing-


masing operator tepat waktu maka perlu untuk dibuat
jadwal waktu pengambilan/pengiriman data lapangan
tersebut dan dapat ditaati oleh seluruh petugas terkait.
Contoh penetapan jadwal pengelolaan model RAAR untuk
periode 15 harian (penyampaian data dari dan ke
lapangan, pemasukan data ke model, operasional
pembagian air) dapat dilihat pada Gambar VI -10
dibawah ini
Kegiatan Penanggung- 10/2 11/2 12/2 13/2 14/ 15/ 16/ 17/
No jawab 5 6 7 8 29 30 1 2

43
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

Periode I / II
1 Pengambilan Data
dari lapangan
2 Pengolahan Data
Lapangan
3. Penyiapan Lembar
Data Input
4. Running Model
5 Verifikasi Output
Model
6 Pengiriman data ke
lapangan
7 Penyampaian kepada
PAA
8 Pengaturan Pintu
Gambar VI-10 Jadwal Pengelolaan RAAR

5. Bilamana terjadi neraca air defisit (Kebutuhan >


Ketersediaan air) maka:
o perhitungan penyediaan air harus mengikuti “rule”
prioritas yang telah disepakati
o mengusulkan “rule prioritas yang baru” agar
pembagian air untuk periode yad dapat optimal.

6. Perubahan “rule prioritas yang baru” perlu dibahas dan


disepakati/dikoordinasikan dengan seluruh pengguna air
dan hal ini perlu dikoordiner oleh pengelola sungai.

7. Ketentuan yang wahib diketahui operator atau petugas pintu


air.

a. Data hasil perhitungan alokasi air yang telah disepakati


oleh seluruh pengguna air harus sampai ke operator tepat
waktu, agar operator dapat mengatur bukaan pintu/intake
sesuai yang disarankan/hasil perhitungan alokasi air.

b. Teknis pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara


diambil/diantar oleh petugas lapangan atau dikirimkan
datanya lewat radio komunikasi atau handphone.
d. Pemberitahuan Penyediaan Air
a. Hasil perhitungan simulasi alokasi air yang sudah disepakati
perlu disampaikan oleh pengelola alokasi air (B/BWS atau

44
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

BPSDA) kepada seluruh pengguna air (khususnya untuk


pengguna non irigasi yang mempunyai ijin) dan kantor UPT
Dinas Provinsi/Kabupaten yang telah siap dengan para
petugas/operator pintu intake irigasi (Juru bendung)
b. Pemberitahuan/penyerahan data debit (besarnya debit yang
di ijin kan dan jadwalnya) di masing-masing titik simpul/node
ke kantor UPT Dinas Provinsi/Kabupaten dan pemanfaat Air
yang memiliki SIPPA dengan cara:
- Pengiriman surat pemberitahuan secara resmi.
- Melalui alat komunikasi (radio komunikasi/telpon/HP
atau media electronik lainnya)

6.2. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan alokasi air dilapangan
serta penertiban terhadap pelanggaran penggunaan air, dilakukan
oleh pengelola sumber daya air (B/BWS atau BPSDA) dengan tujuan
agar pelaksanaannya sesuai dengan persyaratan teknis yang telah
ditetapkan dan dapat mengurangi terjadinya penyimpangan
pelaksanaan alokasi air bagi seluruh pemanfaat air (baik yang
ilegal/mempunyai ijin maupun yang tidak mempunyai ijin)
Periode pengawasan dilakukan minimal dua kali dalam satu tahun
yaitu pada awal musim hujan dan awal musim kemarau.
Pedomana dalam pengawasan dilakukan antaralain dengan cara sbb:
a) Mengontrol/inspeksi pelaksanaan alokasi air dan melakukan
pengecekan kesesuaian antara operasionil dengan rencana alokasi
air
b) Inspeksi dan Evaluasi kinerja sarana dan prasarana sumber daya
air.
c) Inspeksi dan penertiban penggunaan air yang illegal
Upaya pengendalian dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi
penyimpangan dapat dilakukan dengan melaksanakan:

45
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

a) Koreksi terhadap pelaksanaan alokasi air dilakukan apabila


penyimpangannya masih dalam batas toleransi yang telah
disepakati, dengan melakukan upaya pencegahan. Batas toleransi
yang dimaksud disesuaikan dengan kondisi lapangan dan criteria
pemberian air dari masing masing pengguna air.
b) Koreksi terhadap rencana alokasi air rinci, dilakukan apabila
terjadi penyimpangan yang melebihi batas toleransi yang telah
disepakati, antara lain disebabkan oleh adanya perubahan cuaca,
bencana alam, perubahan kebijakan.
Koreksi dimaksudkan untuk menghitung kembali pola alokasi air
tahun berkutnya dengan memasukkan asumsi dan kebijakan baru
yang disusun melalui mekanisme perencanaan alokasi air

46
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

VII. MONITORING DAN EVALUASI

7.1. MAKSUD DAN TUJUAN MONITORING EVALUASI


Monitoring dilakukan untuk memperoleh informasi pelaksanaan
alokasi air dan dilaksanakan secara periodik pada titik pantau utama
dan secara insidentil apabila diperkirakan adanya penyimpangan,
minimal setahun sekali pada akhir penyelenggaraan alokasi air dan
menjadi tanggung jawab pengelola yang dilaksanakan oleh Tim yang
ditunjuk oleh pengelola SDA.
Dengan tolok ukur pelaksanaan dapat dijalankan sesuai dengan
rencana alokasi air atau ada penyimpangan debit alokasi air kurang
dari sepuluh persen (< 10%)
Evaluasi dilakukan secara periodik setiap 1 – 3 untuk mengetahui
kesesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang telah ditetapkan
dalam pengelolaan alokasi air. Bilamana terjadi ketidaksesuaian
dengan rencana alokasi air maka perlu dilakukan evaluasi terhadap
sebab dan akibat dan dirumuskan sebagai renana pengendalian.

7.2. INDIKATOR KINERJA ALOKASI AIR


Indikator kinerja diperlukan untuk mengetahui tingkat kemajuan
kinerja dan keberhasilan Pengelolaan Alokasi Air.
Tujuan dari penetapan indikator kinerja adalah:
1. Untuk memperoleh informasi kinerja yang diperlukan dalam
menyelenggarakan pngelolaan alokasi air secara baik;
2. Untuk memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu
tujuan pelaksanaan kegiatan pengelolaan alokasi air serta untuk
perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja.
Indikator Kinerja secara garis besar dibagi atas:

47
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

1. Indikator Input: gambaran mengenai kegiatan pengumpulan dan


penyampaian data lapangan agar dapat mengoperasikan model
AA (kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu)
2. Indikator Process: gambaran mengenai modul dan ketersediaan
SDM dalam pelaksanaan kegiatan RAAR (kesesuaian output
terhadap kondisi lapangan).
3. Indikator prasarana penunjang: gambaran mengenai kondisi dan
keberadaan prasarana penunjang pelaksanaan kegiatan alokasi
air (peningkatan kuantitas, perbaikan prasarana, peningkatan
efisiensi, peningkatan kualitas, perubahan perilaku, peningkatan
efektivitas)
4. Indikator Dampak: gambaran mengenai akibat langsung atau
tidak langsung dari pelaksanaan kegiatan pelaksanaan alokasi air.
(penurunan konflik antar pengguna/kepentingan).

7.3. PENYELENGGARAAN MONITORING DAN EVALUASI


Pemantauan/monitoring pelaksanaan alokasi air dipantau oleh
petugas pengelola SDA (B/BWS, BPSDA).
Penyimpangan dalam penyelenggaraan alokasi air dilapangan
umumya disebabkan karena beberapa kekurangan antara lain:
a) Skema rencana alokasi air yang dipergunakan dalam model
belum menunjukkan keadaan yang sebenarnya ,
b) Data input yang belum di validasi
c) Petugas penjaga pintu air, dan atau masyarakat setempat yang
kurang disiplin/tidak mentaati rencana alokasi air yang
disarankan.
d) Rencana tata tanam yang sudah disepakati bersama dalam
forum rapat TKPSDA tidak ditaati
e) Perlu tambahan kebutuhan air untuk pengelontoran akibat
Kuantitas dan kualitas air limbah yang telah lewat dari ambang
batas

48
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

Sebagai tolok ukur monitoring adalah pelaksanaan pemberian air


dilapangan yang sesuai dengan rencana operasional/output dari
model, baik ditinjau dari besarnya debit yang diijinkan pada masing-
masing titik pengambilan air maupun ketepatan waktu pengaliran.
Berdasarkan laporan/informasi hasil monitoring, dilakukan penilaian
kinerja pengelolaan alokasi air, agar dapat membuat
keputusan/tindak lanjut yang perlu dilakukan agar sasaran
pengelolaan alokasi air yang adil dan merata dapat tercapai.
Laporan evaluasi hasil monitoring pelaksanaan alokasi air menjadi
merupakan salah satu bahan rapat dalam sidang pleno TKPSDA WS.

7.4. PELAPORAN
Dalam penyelenggaraan Alokasi Air terdiri dari beberapa macam
laporan yaitu laporan tahunan, bulanan dan dasaharian
Pelaporan secara berjenjang dilakukan oleh setiap unit pelaksana di
lapangan secara periodik membuat laporan tengah bulanan/dasarian
kepada pengelola sumber daya air dan laporan tahunan yang disusun
oleh Pengelola Sumber Daya Air. Uraian dari masing dari masing
masing laporan adalah sebagai berikut :
a. Laporan Tahunan
Setiap pengelola sumber daya air wajib menyusun laporan RAAT
setiap tahun setelah mendapat rekomendasi dari pengguna air
dalam wadah koordinasi TKPSDA dan kemudian dikirim oleh
Pengelola Sumber Daya Air kepada
Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai kewenangannya untuk
mendapatkan penetapannya. Tembusannya dikirimkan kepada unit
yang terkait dalam penyelenggaraan alokasi air. Untuk keseragaman
dalam laporan tahunan dibuat out line laporan yang terdiri dalam
laporan utama dan lampiran lampiran seperti dilihat pada lampiran
B. Pelaporan Rencana Alokasi Air Tahunan menggambarkan
prediksi penyediaan dan pengalokasian air dalam 1 tahun

49
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

mendatang pada masing masing Wilayah Sungai atau Daerah Aliran


Sungai yang telah dimanfaatkan airnya.

b. Laporan Bulanan
Setelah RAAT ditetapkan oleh pejabat yang berwenang maka dibuat
laporan pelaksanaan bulanan sebagai realisasi dari rencana yang
telah ditetapkan.
Laporan bulanan memuat laporan yang mencakup: realisasi
pemberian air, analisa pemantauan dan evaluasi penyimpangan (bila
terjadi), masalah yang dihadapi, langkah yang telah dilakukan dan
saran kebijakan yang perlu ditetapkan, sebagai hasil analisa
perhitungan yang dibagi dalam 9 formulir sebagai berikut:
Tabel VII-6 Pejabat yang berwenang untuk menetapkan RAAT
PENJELASAN ISI KETERANGA
No. NAMA FORMULIR
FORMULIR N
1. Formulir 1 Rincian Penggunaan Air

2. Formulir 2 Rincian Neraca Air

3. Formulir 3 Realisasi Alokasi Air Pada


Lokasi Pengambilan
(Pelaksanaan)
4. Formulir 4 Ketersediaan Air
Waduk/Embung (Pelaksanaan)
5. Formulir 5 Realisasi Perkembangan
Tanam dan Panen Padi
Rendeng (Pelaksanaan)
6. Formulir 6 Realisasi Alokasi Air Pada
Lokasi Pengambilan
(Pemantauan)
7. Formulir 7 Ketersediaan Air
Waduk/Embung (Pemantauan)
8. Formulir 8 Pola Operasi Waduk

9. Formulir 9 Realisasi Perkembangan


Tanam dan Panen Padi
Rendeng (Pemantauan)
c. Laporan Khusus
Laporan khusus disampaikan kepada pengguna air yang berisikan
sebagai berikut:

50
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

(i) Pemberitahuan awal adanya penyimpangan.


Pengelola alokasi air perlu menyampaikan informasi tentang
terjadinya penyimpangan alokasi air kepada
Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota dan pengguna air
apabila berdampak luas/lintas unit pelaksana. Akan tetapi
bilamana penyimpangan hanya berdampak lokal, maka
laporan hanya perlu disampaikan oleh unit pelaksana hanya
kepada pengguna air.
(ii) Pemberitahuan penyelesaian keluhan pengguna air.
Pengelola alokasi air perlu menyampaikan laporan
penanganan penyelesaian keluhan kepada pengguna air.

51
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

VIII. PENUTUP

8.1. KESIMPULAN
1. Kegiatan penyelenggaraan alokasi air merupakan kegiatan yang
sangat kompleks dan saling berkaitan antara penyedia dan pengguna
air.
2. Permasalahan yang dihadapi dalam penyelengaraan yang utama
adalah sumber daya manusia baik kuantitas dan kualitasnya,
pemahamanan dan koordinasi terhadap substansi, kebijakan dan
belum adanya petunjuk pelaksanaan sebagai turunan dari peraturan
peraturan yang ada serta prasarana yang mendukung serta alokasi
pembiayaan yang belum optimal.

8.2. SARAN
1. Diperlukan pengaturan dalam penyusunan rencana alokasi ar tahunan
yang mencakup sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
dan pengendalian serta monitoring dan evaluasi nya.
2. Dalam mengatasi permasalahan diatas disarankan halhal sebagai
berikut :
A. Manajemen penyelenggaraan alokasi air secara umum yang harus
terpadu dengan kebijakan dan aturan yang berlaku dengan
memeperhatikan kondisi setempat
B. Memberikan dorongan dan motivasi kepada para pengguna air
melalui sosialisasi maupun disseminasi dan pelatihan kepada
operator/ petugas yang menangani kegiatan alokasi air.
C. Menyusun pedoman dan kriteria kriteria yang diperlukan dengan
metode yang sesuai dan bisa diterapkan di masing masing wilayah
sungai/daerah aliran sungai serta dengan memperhatikan
ecosystem sungai setempat.

52
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

3. Dalam kaitan tersebut maka petunjuk teknis pelaksanaan alokasi air


yang ada sebelumnya perlu diadakan evaluasi agar rancangan
peraturan Menteri yang akan disusun sudah mempertimbangkan
kondisi dan situasi dilapangan.

53
Draft Pedoman Penyusunan Rancangan
Pedoman Rencana Penyediaan
Air Tahunan

Referensi

1. Implementation Of A Water Allocation Decision Support System In The


Namoi And Gwydir Valleys
2. Water Allocation Improvement in River basin Using Adaptive Neural
fuzzy Reinforcement Learning Approach
3. Aplikasi Model Hidrologi Ketersediaan Air Untuk Perbaikan Sistem
Operasi Irigasi (Studi Kasus Pada DAS Pekatan Lombok Barat)
4. Modul 2 Water Allocation, Water Resources and Irigation Sector
Management Project II, PT. Virama Karya, 2014

54

Anda mungkin juga menyukai