Kontrak No : HK.02.03/97/PKT-XII/SDBOP/V/2015
Tanggal 08 Mei 2015
ASLI
pg. 1
KONSEPSI PENGATURAN
Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Air Baku
pg. 2
RANCANGAN
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ../PRT/M/2016
TENTANG
OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN AIR BAKU
MEMUTUSKAN:
BAB I
Ketentuan Umum
Pasal 1
1. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan
air laut yang berada di darat.
2. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/ataubuatan yang terdapat
pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
3. Air baku adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
4. Sistem jaringan air baku meliputi jaringan air baku, air baku, manajemen air
baku, kelembagaan pengelolaan air baku, dan sumber daya manusia.
5. Penyediaan air baku adalah penentuan volume air per satuan waktu yang
dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu daerah layanan yang
didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai dengan kebutuhan untuk
menunjang air minum.
6. Pengaturan air baku adalah kegiatan yang meliputi pembagian, pemberian, dan
penggunaan air baku.
7. Pembagian air baku adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam
jaringan transmisi.
8. Pemberian air baku adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu
dari jaringan transmisi sampai pada intake bangunan penjernih air (Water
Treatment Plant (WTP)).
9. Penggunaan air baku adalah kegiatan memanfaatkan air dari saluran transmisi.
10. Pembuangan air baku, selanjutnya disebut drainase, adalah pengaliran air dari
bangunan pra sedimen pada saat pengurasan.
11. Jaringan air baku adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
sebagai satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air baku.
12. Perkumpulan pemanfaat air baku adalah lembaga pengelolaan jaringan air
minum, mulai dari penjernih air sampai saluran distribusi.
15. Pembangunan jaringan baku adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan air
baku di wilayah tertentu yang belum ada jaringan air bakunya.
16. Peningkatan jaringan air baku adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi
jaringan air baku yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan
pada jaringan air baku yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan
kondisi lingkungan.
17. Operasi dan pemeliharaan jaringan air baku adalah serangkaian upaya
pengaturan air baku termasuk pembuangannya dan upaya menjaga serta
mengamankan jaringan air baku agar selalu dapat berfungsi dengan baik.
18. Operasi jaringan air baku adalah upaya pengaturan air baku untuk air minum,
termasuk kegiatan pemompaan dan pendistribusian air sampai ke intake bak
penjernih sesuai dengan kebutuhan.
19. Pemeliharaan jaringan air baku adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan air baku agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.
20. Pengembangan jaringan air baku adalah pembangunan jaringan air baku baru
dan/atau peningkatan jaringan air baku yang sudah ada.
21. Rehabilitasi jaringan air baku adalah kegiatan perbaikan jaringan air baku guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan air baku seperti semula.
22. Persiapan operasi dan pemeliharaan jaringan air baku yang selanjutnya disebut
persiapan OP, adalah tindakan yang dilaksanakan menuju kesiapan operasi dan
pemeliharaan jaringan air baku.
23. Kesiapan operasi dan pemeliharaan jaringan air baku yang selanjutnya disebut
kesiapan OP, adalah kondisi jaringan air baku yang telah memenuhi aspek
teknis, administrasi dan kelembagaan.
24. Kinerja jaringan air baku adalah suatu gambaran proporsi dari kemampuan
berfungsinya suatu sistem jaringan air baku terhadap tujuan dibangunnya
sistem tersebut.
25. Angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan (AKNOP) jaringan air baku
adalah nilai kebutuhan biaya yang diperlukan setiap tahun untuk pelaksanaan
operasi dan pemeliharaan jaringan air baku.
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
melaksanakan operasi dan pemeliharaan jaringan air baku.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan agar pengelola jaringan air baku mampu
melaksanakan kegiatan – kegiatan meliputi :
a. Operasi dan pemeliharaan jaringan air baku;
b. Penilaian kesiapan operasi dan pemeliharaan untuk jaringan air baku yang
telah selesai dilaksanakan pengembangan atau rehabilitasi;
c. Penilaian kinerja jaringan air baku; dan
d. Penentuan angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan jaringan air
baku secara efektif dan efisien.
Pasal 3
BAB II
PEDOMAN PENYELENGGARAAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN
JARINGAN AIR BAKU
Pasal 4
(2) Operasi jaringan air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
merupakan upaya pengaturan air baku dan pembuangannya, termasuk
kegiatan membuka menutup pintu bangunan air, menjalankan mesin penggerak
dan pompa air, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan pembagian
air, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.
(3) Pemeliharaan jaringan air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
merupakan upaya menjaga dan mengamankan jaringan air baku agar selalu
dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi jaringan
air baku dan mempertahankan kelestariannya.
(4) Pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan air baku mengacu
pada:
Bagian Kesatu
Lingkup Pengaturan Kesiapan OP
Pasal 5
Bagian Kedua
Penetapan Kesiapan OP
Pasal 6
(1) Penetapan status kesiapan OP, dilakukan oleh Kepala BBWS/BWS/Dinas
sesuai dengan lingkup tugasnya;
Bagian Ketiga
Tata Cara Pelaksanaan Persiapan OP
Alinea Kesatu
Prinsip Penilaian Kesiapan OP
Pasal 7
(2) Kesiapan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
dokumen perencanaan, dokumen pembangunan, dan dokumen hukum dalam
bentuk dokumen tulis, dokumen elektronik dan/atau dokumen cetak
(3) Kesiapan fisik termasuk uji pengaliran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi semua jaringan utama, jaringan pendukung, dan peralatan
pendukung untuk terselenggaranya proses OP;
(4) Kesiapan manajemen dan kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi ketersediaan sumber daya manusia, serta manajemen dan
kelembagaan,
Alinea Kedua
Lingkup Kegiatan Persiapan OP
Pasal 8
Lingkup kegiatan persiapan OP meliputi :
Alinea Ketiga
Tugas, Fungsi dan Susunan Tim Persiapan OP
Pasal 9
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Tim
Persiapan OP menyelenggarakan fungsi pelaksanaan penilaian kesiapan OP;
(3) Tim Persiapan OP sebagaimana dimaksud ayat (1), dibentuk oleh Kepala BBWS,
Kepala BWS, dan Kepala Dinas sesuai dengan lingkupnya.
(4) Anggota Tim Persiapan OP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari :
(5) Dalam hal pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan air baku yang
akan/sedang ditugas pembantuankan kepada pemerintah daerah, anggota tim
ditambah dengan perwakilan dari institusi yang akan melaksanakan tugas
pembantuan.
(6) Tim Pesiapan OP sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat didampingi oleh
Unit Penjamin Mutu pada lembaga yang bersangkutan.
Alinea Keempat
Pelaksanaan Persiapan OP
Pasal 10
(2) Dalam hal kelompok pemanfaat air baku belum terbentuk, pelaksanaan
penilaian kesiapan OP melibatkan pemanfaat air baku yang ditetapkan oleh
Kepala Desa/Camat/Bupati.
(3) Secara bersamaan dengan persiapan operasi dan pemeliharaan jaringan air
baku, Bupati segera memfasilitasi pembentukan kelompok pemanfaat air baku;
(5) Pelaksanaan persiapan OP, dimulai pada saat penerimaan pertama pekerjaan
pengembangan atau rehabilitasi (PHO).
(8) Unit pelaksana pengembangan dan rehabilitasi jaringan air baku, bertanggung
jawab atas seluruh kegiatan selama masa Persiapan OP.
Alinea Kelima
Serah Terima Pekerjaan Persiapan OP
Pasal 11
(1) Penyerahan hasil pekerjaan persiapan OP, diserah terimakan kepada unit
pelaksana operasi dan pemeliharaan jaringan air baku,
Alinea Keenam
Rincian Pelaksanaan Kegiatan Persiapan OP
Pasal 12
Rincian pelaksanaan kegiatan persiapan OP, mengacu pada pedoman sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB IV
Pasal 13
(2) Pelaksanaan kegiatan penilaian kinerja jaringan air baku mengacu pada
pedoman penyelenggaraan penilaian kinerja jaringan air baku. sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB V
Pasal 14
(1) Penyusunan angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan jaringan air
baku disusun berdasarkan :
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 15
b. kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan air baku yang masih dalam proses
sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini, tetap dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal …..
ttd.
M. BASUKI HADIMULJONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal …..
ttd.
YASONNA H. LAOLY
1.1.1. Perencanaan
1
d) Peyusunan laporan rencana Pengoperasian
e) Rapat Komisi Irigasi untuk Menyusun Rencana Pemberian Air
Tahunan
f) Perencanaan Pemberian Air Tahunan untuk tiap pemanfaat air baku.
1.1.2. Pelaksanaan
a) Laporan kondisi debit air dan kondisi jaringan air baku (01-O).
b) Penentuan rencana pengambilan air baku dari sumber air (02-O);
c) Penetapan pemberian air baku ke saluran transmisi (03-O)
d) Pencatatan debit saluran transmisi bulanan (04-O);
e) Pencatatan debit sumber air dan debit pengambilan (05-O);
f) Laporan pengambilan air baku tahunan (06-O);
g) Laporan pengoperasian bangunan pengatur.
Agar operasi Jaringan air baku dapat dilaksanakan dengan baik, harus
tersedia data pendukung antara lain:
1) Peta Daerah Layanan Pengelolaan Air Baku sesuai dengan tugas dan
tanggung-jawab (Skala 1 : 5.000 s/d 1 : 25.000) Dengan plotting sumber
air, jaringan dan Jaringan air baku.
2) Skema Jaringan Air Baku : Menggambarkan intake, saluran transmisi,
bangunan air dan bangunan lainnya yang ada dari sumber air sampai
sebelum pengolah air (water treatment plant/WTP) dilengkapi dengan
nomenklatur.
3) Skema Rencana/Alokasi Pemberian Air
4) Gambar Purna Konstruksi (as built drawing) : Gambar kerja purna
konstruksi untuk saluran maupun bangunan.
5) Dokumen dan Data lain Berupa:
Manual pengoperasian bendung, bangunan ukur debit, pintu pintu
air, stasiun pompa, atau bangunan khusus lainnya;
Data seri dari catatan curah hujan;
Data debit sumber air (kuantitas) dan kualitas air;
2
Data klimatologi; dan
Data lainnya.
1.3. Peran Serta Perkumpulan Pemanfaat Air Baku (PPAB) dalam Operasi
Jaringan Air Baku
3
2.1.2. Perencanaan Pemberian Air Tahunan
4
mengadakan rapat membahas dan mengkoordinasikan usulan-usulan
dari Perkumpulan Pemakai Air Baku (PPAB) guna menentukan
Rencana Pemberian Air Tahunan (RPAT). Rencana Pemberian Air
Tahunan ini disepakati oleh Pengelola Jaringan air Baku, PPAB, dan
Komisi Irigasi/TKPSDA untuk dijadikan pedoman bersama.
Rencana Pemberian Air Tahunan untuk air baku (bersamaan dengan
rencana penyediaan air irigasi) ini disyahkan oleh instansi sesuai dengan
kewenanganya sebagai berikut:
1. Bupati/Walikota untuk Jaringannya yang terletak di satu wilayah
Kabupaten/Kota
2. Gubernur untuk jaringannya yang terletak di lintas wilayah
Kabupaten/Kota
3. Menteri untuk prasarannya yang terletak di lintas Provinsi.
1. Cara Pemberian air untuk Jaringan air baku single user ditetapkan
sebagai berikut :
a) kondisi debit ketersediaan air lebih besar dari 90% debit
rencana maka pemberian air dilakukan sesuai dengan rencana.
b) kondisi debit ketersediaan antara 70% s/d 90% dari debit rencana,
maka pemberian air dilakukan dengan mengurangi rencana
pemberian air secara proporsional antar pemakai air baku air
bersih.
c) Kondisi debit ketersediaan kurang dari 70% dari debit rencana,
maka pemberian air dilakukan secara terputus-putus (intermitten)
atau secara bergiliran.
2. Cara Pemberian air untuk Jaringan air baku single user ditetapkan
sebagai berikut :
5
a) kondisi debit ketersediaan air lebih besar dari 90% debit
rencana maka pemberian air dilakukan sesuai dengan rencana.
b) kondisi debit ketersediaan antara kurang dari 90% dari debit
rencana, maka pemberian air baku diprioritaskan dipenuhi terlebih
dahulu. Setelah itu baru dimanfaatkan untuk pengguna lain
(irigasi, dll)
6
bangunan pengambilan yang dilaksanakan setiap 1 (satu) bulan guna
mengetahui realisasi detil air yang diambil.
7
e. Elevasi muka air di hulu bendung dicatat dua kali sehari atau tiap
jam di musim banjir.
f. Debit air yang masuk ke saluran dicatat setiap kali terjadi
perubahan.
g. Bangunan pengambilan dilengkapi pintu dengan tujuan sebagai
berikut :
untuk mengatur air yang masuk ke dalam saluran intake,
untuk mencegah endapan masuk ke dalam saluran intake,
untuk mencegah air banjir masuk ke dalam saluran intake.
h. Apabila pintu pengambilan lebih dari satu buah maka selama
operasi berlangsung tinggi bukaan pintu harus sama besar, kecuali
pada kondisi dimana salah satu pintu yang sedang diperbaiki.
i. Pada waktu banjir atau kandungan endapan di sungai terlalu
besar, pintu bangunan pengambilan harus ditutup dan pengaliran
air di saluran dihentikan.
j. Kalau di depan pintu pengambilan di pasang saringan
sampah, pembersihan sampah dilakukan setelah pintu
pengambilan ditutup.
a. Pengurasan berkala.
Selama terjadi pengendapan di kantong lumpur kecepatan air
akan bertambah dan proses pengendapan mulai berkurang
pada saat itu endapan mulai akan masuk ke dalam saluran.
Untuk menanggulangi keadaan ini kantong lumpur harus dikuras.
Operasi dilakukan sebagai berikut:
Pertama-tama pintu saluran ditutup dengan demikian
pengaliran di kantong lumpur terhenti dan permukaan air
berangsur-angsur naik sampai sama dengan permukaan air
di hilir bendung. Sesudah itu bukaan pintu pengambilan
diatur sedemikian agar debit yang masuk sama dengan debit
9
yang dibutuhkan untuk pengurasan (sekitar 0,5 -1,0 debit
rencana ruangan), kemudian pintu penguras diangkat
sepenuhnya. Dengan urutan seperti itu permukaan air di
kantong lumpur turun dan air mulai masuk ke kantong lumpur
sesuai dengan debit yang diperlukan untuk pengurasan.
Akibat kecepatan air endapan di dasar kantong lumpur
mulai terkuras.
Setelah pengurasan selesai, pintu penguras ditutup,
permukaan air di kantong lumpur kemudian akan sama
dengan permukaan air di hulu bendung, selanjutnya pintu
pengambilan dibuka penuh dan setelah itu pintu saluran
dibuka.
b. Pengurasan terus menerus.
Dari namanya jenis kantong lumpur ini endapan tidak
dibiarkan mengendap, melainkan dikuras terus menerus melalui
pintu penguras yang dipasang di ujung kantong lumpur. Oleh
karena itu debit air yang masuk melalui pintu pengambilan
harus lebih besar, sebanyak debit saluran (Qs) ditambah debit
pengurasan (Qp) dari dasar. Akan tetapi operasi semacam ini
dilakukan hanya pada saat banjir ketika kandungan endapan
dalam air sungai cukup tinggi, sedangkan di musim kemarau
dapat diadakan pengurasan berkala. Agar di saat banjir air di hilir
bendung tidak masuk ke dalam kantong lumpur melalui pintu
penguras, dasar kantong lumpur harus lebih tinggi dan muka air
di hilir bendung atau pada saat muka air di hilir bendung lebih
tinggi dan dasar kantong lumpur, pintu penguras ditutup dan
kalau perlu pengaliran air ke saluran dihentikan.
10
a. Bendung Tetap
11
pintu harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah
endapan masuk kedalam saluran dan terlampau banyak
terjadi pengendapan di kantong pembilas. Apabila dalam
pengamatan kegiatan operasi kolam tenang dapat berfungsi
dengan baik, maka kegiatan ini dapat diteruskan bersamaan
dengan pembilas endapan pada kantong pembilas.
Apabila ada bangunan pembersih lumpur, pintu pembilas
dapat dioperasikan sebagaimana pada pengoperasian debit
normal.
Bila memungkinkan debit sungai melalui pembilas sungai,
dengan debit pembilas sungai dibuat lebih besar dan pada
debit saluran ditambah debit pembilas atau vs/vp >1.
Debit yang masih tersisa dibiarkan melimpas di atas mercu
bendung.
Apabila tidak ada pembilas sungai, debit sisa dan debit
saluran ditambah debit pembilas dapat dibiarkan melimpas
di atas mercu bendung.
Apabila dalam kenyataan cara operasi kolam tenang
rnenyebabkan terlampau banyak endapan di kantong
pembilas dan di dasar sungai atau debit yang masuk terlalu
besar dan dikhawatirkan kandungan sedimen yang masuk
ke dalam saluran terlalu besar, sebaiknya pintu pengambilan
ditutup penuh sementara waktu. Untuk menetapkan
prosedur operasi yang tepat, perlu dilakukan penelitian
yang seksama pada berbagai ketinggian air atau berbagai
kandungan endapan.
12
diambil contoh air dan sungai dan saluran untuk dianalisa
kandungan endapannya.
b. Bendung Gerak
Bendung gerak dibagi dalam beberapa bagian, dibatasi oleh pilar-
pilar dan tembok tepi satu ke tepi lainnya. Tiap pintu dapat dibuka
untuk membilas endapan yang berada di hulu masing-masing
pintu (tidak serupa dengan bendung tetap yang rnenyebabkan
endapan bertambah terus sampai mencapai ketinggian mendekati
mercu bendung).
Pada bendung gerak yang agak kecil (lebar < 200 m), hanya
dibuat pintu pelimpah/pintu spillway dan pintu kantong bilas.
Pada konstruksi yang lebih panjang dapat dibangun pembilas
sungai dan diletakkan antara pintu bilas dan pintu
pelimpah/pintu gerak ( spillway gate ). Bangunan pembersih
lumpur boleh dibuat atau pun tidak. Umumnya bila tak
dilengkapi bangunan pembersih lumpur dan kandungan lumpurnya
tinggi, kantong lumpur perlu dibangun pada saluran induk di hilir
pengambilan.
Cara mengoperasikan pintu gerak dianjurkan sebagai berikut:
13
melalui dua atau tiga pintu pelimpah yang dekat dengan
pembilas. Pintu pembilas tidak dibuka lebih tinggi dan atap
(lantai atas) bangunan pembersih lumpur. Apabila dalam
kenyataan alur sungai menjauhi kantong pembilas, operasi
kolam semi tenang dapat dicoba.
14
Contoh bila pengambilan hanya terletak pada salah satu sisi
(katakanlah sisi kanan)
Anggap lebar kantong pembilas "W", yaitu lebar dan
tembok tepi ke dinding pembatas (pilar) pertama.
Bagilah (daun) pintu gerak dalam grup-grup, misalnya W1,
W2, W3 dan W4 flap grup sama dengan "W" Bila debit pada
kantong pembilas Qi, atur bukaan pintu melalui grup. W i
yang debitnya = 1,25 x Qi
Catatan: Qi adalah debit pengambilan ditambah debit
excluder jika ada.
Sekarang, diharapkan vs/vp > 1
Buka pintu grup W4 yang terletak paling jauh dari
kantong pembilas sedemikian agar bagian atas pintu 15 cm di
atas muka banjir rencana (muka air di hulu bendung).
Buka pintu W2 dan W3 berbentuk miring (wedge shape)
Misalnya bukaan pintu W1 dan W3 masing-masing 160 cm
dan 70 cm, maka bukaan W3 = 70 + (160 - 70)/3 =
100 cm.
Sedangkan bukaan W2 = 70 + (160 - 70) x 2/3 = 130 cm.
Contoh bila bendung gerak dilengkapi bangunan
pengambilan pada dua sisi sungai, apabila:
W1 = lebar pembilas kanan
W2 = lebar pembilas kiri
Qi = debit yang lewat pada pembilas (kantong pembilas) kanan
Q2 = debit pembilas yang lewat pembilas kiri.
Urutan grup pintu adalah ( dari kiri ke kanan ) W2, W5, W4, W3,
W1
Lepaskan debit sebesar 1,25 x Q1 pada pintu gerak paling
dekat dengan pintu bilas kanan (W1)
Dengan cara yang sama atur bukaan pintu di samping
dinding paling kiri sehingga debit = 1,25 x Q2 (W2)
Bagilah bukaan grup lain misalnya W 3, W4, W5, agar
(bank) grup W4 terletak paling tengah
Atur grup pintu tengah (W 4) hingga puncaknya 15 cm
diatas muka air banjir rencana
Atur W3 disamping Wi agar bukaannya sama dengan (W 1
+ W4)/2
15
Dengan cara sama, atur bukaan W5 = ( W4 + W2)/2
Catatan :
Pelaksanaan operasi di lapangan mungkin perlu sedikit berbeda
tergantung pada pengangkatan kandungan sedimen yang
masuk ke dalam saluran.
Pada saat ini semua pintu (bendung gerak, pintu bilas dan pintu
bilas sungai) dibuka penuh sedangkan pintu pengambilan
ditutup. Saat banjir surut, kalau kandungan sedimen dalam
air sesuai toleransi, pintu pengambilan dibuka lagi dan
pengoperasian pintu sama dengan waktu banjir kecil seperti
diterangkan terdahulu.
Apabila terjadi kekurangan air dalam kegiatan pemberian air baku maka
dapat diupayakan pemanfaatan sumber-sumber air lainnya seperti
pemanfaatan air tanah dan pemanfaatan air hujan.
Air tanah dapat merupakan sumber air utama atau secara terpadu
bersama- sama dengan air permukaan memenuhi kebutuhan air baku
(Conjunctive use). Pengelolaan terpadu dalam penggunaan air
permukaan dan air tanah diperlukan terutama pada pemanfaatan air
tanah sebagai pengganti air baku pada musim kemarau dan atau
sebagai tambahan (suplesi) bagi jaringan air baku.
16
2.4. Monitoring dan Evaluasi
Jenis alat ukur yang dipakai pada pengambilan dan pada pemberian air
harus dilengkapi dengan bangunan pengatur dan pengukur debit
pemberian air atau meter air. Jenis alat ukur yang dipakai
diantaranya adalah :
1) Tipe Romijn
2) Tipe Cipoletti
3) Tipe Parshall Flume
4) Tipe CHO (Constant head orifice)
5) Tipe Crump de Gruyter
6) Tipe Drempell
7) Pintu Sorong
Dari tipe-tipe di atas sudah ada rumus standar (asal dipenuhi
syarat hidrolisnya).
Untuk dapat dicapainya operasi yang efektif dan efisien,
pengambilan dan pemberian air harus dapat diukur dengan baik.
Besarnya air yang mengalir melewati suatu alat ukur dalam satuan
waktu tertentu tidak selalu sama dengan perhitungan memakai rumus
standar yang berlaku. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain
nilai kekasaran, endapan, umur dan kekentalan air-sedimen itu
sendiri, dan ketepatan bukaan alat ukur. Disamping itu pengerjaan dan
pemasangan alat ukur pada saat pembangunan juga sangat berpengaruh.
Mengingat hal tersebut sebelum dipergunakan, alat ukur harus
dikalibrasi yaitu dengan membandingkan kenyataan besarnya debit
yang mengalir dengan besarnya debit sesuai dengan perhitungan
menggunakan rumus umum. Tata cara kalibrasi harus dilakukan
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan tata cara kalibrasi. Kalibrasi
harus dilakukan setiap ada perubahan/perbaikan dari alat ukur
atau minimal lima tahun sekali.
17
Apabila terjadi kerusakan alat ukur, maka sambil menunggu
perbaikan, pengukuran debit pada alat ukur yang rusak dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut :
Pengukuran debit dengan metode pelampung
Dibuat lubang pintu ukur yang proporsional dengan pintu ukur yang
masih berfungsi
18
BAB III. KELEMBAGAAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA
3.1. Tugas Pokok Dan Fungsi Petugas Dalam Kegiatan Operasi Yang
Berada Di Lapangan
19
3) Mencatat besarnya debit yang mengalir / atau masuk ke saluran
induk pada blangko operasi.
4) Mencatat elevasi muka air banjir.
20
3.4. Tugas Pokok dan Fungsi PPAB Dalam Operasi Jaringan air Baku
21
LAPORAN KONDISI DEBIT PENGAMBILAN DAN KONDISI JARINGAN AIR BAKU
Laporan Tahunan : Unit Pengelola Jaringan Air Baku ----> Kepala Dinas/BWS/BBWS
22
RENCANA PENGAMBILAN AIR DARI SUMBER AIR
Nama Jaringan Air Baku : .........
Blangko 02 - O
Lokasi Jaringan Air Baku
- Unit Pengelola jaringan Air Baku : .........
- Kabupaten : .........
- Provinsi : .........
- BWS/BBWS : .........
Tipe Bangunan Pengambilan : Bendung / Pompa / Free Intake / Broncaptering
Jenis Sumber Air : .........
Nomenklatur Bangunan Pengambilan : .........
Periode Pemberian : 01 Januari - 31 Desember tahun ybs.
Laporan Tahunan
Unit Pengelola Jaringan Air Baku ----> Kepala Dinas/BWS/BBWS .....................................
NIP :
23
PENETAPAN PEMBERIAN AIR BAKU KE SALURAN TRANSMISI
1 2 3 4 5 6 7 8=(6+7) 9=8
Laporan Tahunan :
Unit Pengelola Jaringan Air Baku ----> Kepala Dinas/BWS/BBWS
..................................... .....................................
NIP : NIP :
24
PENCATATAN DEBIT SALURAN TRANSMISI BULANAN
Nama Jaringan Air Baku : ......... Blangko 04 - O
Cakupan Layanan Air Baku : ......... KK
Lokasi Jaringan Air Baku
- Unit Pengelola jaringan Air Baku : .........
- Kabupaten : .........
- Provinsi : .........
- BWS/BBWS : .........
Tipe Bangunan Pengambilan : Bendung / Pompa / Free Intake / Broncaptering
Jenis Sumber Air : .........
Nomenklatur Bangunan Pengambilan : .........
Bulan/Tahun : .........
.....................................
NIP :
25
PENCATATAN DEBIT SUMBER AIR DAN DEBIT PENGAMBILAN
.....................................
NIP :
26
LAPORAN PENGAMBILAN AIR BAKU TAHUNAN
Nama Jaringan Air Baku : ......... Blangko 06 - O
Cakupan Layanan Air Baku : ......... KK
Lokasi Jaringan Air Baku
- Unit Pengelola jaringan Air Baku : .........
- Kabupaten : .........
- Provinsi : .........
- BWS/BBWS : .........
Tipe Bangunan Pengambilan : Bendung / Pompa / Free Intake / Broncaptering
Jenis Sumber Air : .........
Nomenklatur Bangunan Pengambilan : .........
Tahun : .........
.....................................
NIP :
27
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT
Nomor : xx / PRT/M/20xx
Tanggal : xx September 20xx
TENTANG OPERASI DAN PEMELIHARAAN
JARINGAN AIR BAKU
PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN
JARINGAN AIR BAKU
1. Peta Daerah Layanan Pengelolaan Air Baku sesuai dengan tugas dan
tanggung-jawab (Skala 1 : 5.000 s/d 1:25.000) Dengan plotting sumber air,
jaringan dan jaringan air baku.
2. Skema Jaringan Air Baku : Menggambarkan intake, saluran transmisi,
bangunan air dan bangunan lainnya yang ada dari sumber air sampai
sebelum pengolah air (water treatment plant/WTP) dilengkapi dengan
nomenklatur.
1
3. Gambar Purna Konstruksi (as built drawing) : Gambar kerja purna
konstruksi untuk saluran maupun bangunan.
4. Inventarisasi Jaringan Air Baku .
5. Perencanaan 5 (lima) tahunan pengelolaan asset jaringan air baku.
6. Dokumen dan Data lain Berupa:
a. Manual pengoperasian Bangunan Utama, bangunan ukur debit,
pintu pintu air, stasiun pompa, atau bangunan khusus lainnya;
b. Dokumen dan data pendukung lainnya.
2
pengambilan pasir diperlambat, warna merah pengambilan pasir
dihentikan sementara menunggu pengisian pasir dari hulu.
c. Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah
ditentukan dengan memasang papan larangan.
d. Petugas pengelola jaringan air baku harus mengontrol patok-patok
batas tanah supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.
e. Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan
inspeksi yang melebihi kelas jalan.
f. Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang
berbahaya.
g. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di
tanggul saluran, badan timbunan waduk/embung/situ.
h. Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan
instansi terkait tentang pengamanan fungsi Jaringan Air Baku.
2. Tindakan Pengamanan
a. Membuat bangunan pengamanan ditempat-tempat yang berbahaya,
misalnya : disekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang
tebingnya curam, daerah padat penduduk dan lain sebagainya.
b. Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.
c. Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul
saluran berupa portal, patok.
3
2. Yang bersifat Perbaikan ringan
a. Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.
b. Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang
retak atau beberapa batu muka yang lepas.
4
f. Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas,
kendaraan dan peralatan
g. Stasiun pompa, Perpipaan, dll
h. Perbaikan kolam tando/reservoir.
3. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Penggantian
a. Penggantian Pintu
b. Penggantian alat ukur
c. Penggantian peil schall
d. Penggantian pipa
e. Penggantian pompa
f. Penggantian peralatan mekanikal dan elektrikal
5
Kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pemeliharaan didapat melalui hasil
penelusuran bersama dengan proses sebagai berikut :
1. Perkumpulan Pemanfaat Air Baku (PPAB) bersama petugas pengelola
jaringan air baku melakukan penelusuran untuk mengindentifikasi
kerusakan-kerusakan, usulan rencana perbaikan dan skala prioritas.
2. Penyusunan jenis-jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh PPAB
3. Pengelola Jaringan Air Baku melaksanakan pemeliharaan Jaringan Air
Baku dapat dilakukan melalui kerjasama dengan PPAB secara swakelola
(partisipatip) sesuai dengan kemampuan Pengelola dan PPAB.
Kemungkinan kerjasama pemeliharaan jaringan air baku dicantumkan
dalam Tabel 1
6
BAB II. TATA CARA PEMELIHARAAN JARINGAN AIR BAKU
7
Penyusunan rencana pemeliharaan meliputi :
1. Inspeksi Rutin
2. Penelusuran Jaringan Air Baku
3. Identifikasi dan Analisa Tingkat Kerusakan
4. Pengukuran dan Pembuatan Detail Desain
5. Perhitungan RAB
6. Penyusunan Program/Rencana Kerja
8
kriteria pemeliharaan dilihat dari kondisi kerusakan phisik Jaringan Air
Baku. Pada hakekatnya pemeliharaan Jaringan Air Baku yang tertunda
akan mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dan memerlukan
rehabilitasi lebih dini.
9
2.2.5. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
1. Alokasi biaya pemeliharaan dari sumber APBN, APBD, atau DAK lewat
pengelola jaringan air baku.
2. Kontribusi biaya pemeliharaan oleh perkumpulan pemakai air untuk
yang hubungan antara pengelola dengan PPAB berupa kemitraan
sosial.
3. Alokasi biaya dari badan usaha atau sumber lainnya.
a. Pemeliharaan Rutin :
a. Pekerjaan pemeliharaan rutin dilaksanakan secara terus
menerus sesuai dengan kebutuhan/hasil inspeksi rutin juru.
b. Pelaksanaan oleh pengelola jaringan air baku atau oleh
perkumpulan pemakai air secara gotong royong dengan
bimbingan teknis dari pengelola jaringan air baku.
b. Pemeliharaan Berkala :
c. Pekerjaan dilaksanakan secara periodik disesuaikan dengan
tersedianya anggaran.
d. Pelaksanaan secara swakelola oleh pengelola jaringan air baku
atau dapat melibatkan perkumpulan pemakai air.
e. Pekerjaan berupa perawatan
c. Penanggulangan
f. Pekerjaan bersifat darurat agar bangunan dan saluran segera
berfungsi.
10
g. Pelaksanaan oleh pengelola jaringan air baku bersama
masyarakat/ perkumpulan pemakai air dengan cara gotong
royong.
Untuk program pemeliharaan yang akan dilaksanakan dengan cara
swakelola dibuat oleh pengelola jaringan air baku dengan menggunakan
Blangko 04-P
2. Pekerjaan Yang Dapat Dikontrakkan
a. Pekerjaan bersifat perbaikan, perbaikan berat, dan penggantian.
b. Pelaksanaan melalui pihak ketiga (kontraktor).
Untuk program pemeliharaan yang akan dilaksanakan dengan cara
kontraktual dibuat oleh pengelola jaringan air baku dengan
menggunakan Blangko 05-P
11
kerja antara pengelola jaringan air baku dengan kontraktor perlu
dicantumkan ketentuan yang mengikat antara lain :
Kontraktor harus menggunakan tenaga kerja setempat kecuali
tenaga kerja tersebut tidak tersedia.
adanya kesepakatan bersama antara kontraktor dengan PPA
mengenai jam kerja, upah kerja dan hal-hal lainnya.
12
2.4. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan
2.4.1. Pemantauan dan Evaluasi
13
a. Pemantauan Dan Evaluasi Mingguan
Pemantauan dan evaluasi kemajuan pekerjaan dilakukan secara
mingguan. Hal-hal yang dipantau dan dievaluasi secara mingguan
antara lain meliputi:
Jenis dan volume pekerjaan;
Rencana dan realisasi fisik dan keuangan;
Nilai bobot (dlm %) yaitu biaya dibagi volume yang telah
dilaksanakan;
Kemajuan hasil pekerjaan;
Nilai pelaksanaan (%) yaitu kemajuan hasil pekerjaan
dibandingkan dengan nilai bobot seluruh kegiatan.
b. Pemantauan Dan Evaluasi Bulanan
Pada setiap akhir bulan, dilakukan pemantauan dan evaluasi
bulanan yang mencakup :
Jenis dan volume pekerjaan;
Rencana dan realisasi fisik dan keuangan;
Nilai bobot (dlm %) yaitu biaya dibagi volume yang telah
dilaksanakan;
Kemajuan pekerjaan fisik (volume v.s. waktu);
Nilai tertimbang (%) yaitu bobot kemajuan biaya serta kinerja
fisik.
Hasil pemantauan dan evaluasi tersebut terutama ditujukan untuk
keperluan perbaikan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan yang sedang
berjalan. Sedangkan untuk perbaikan perencanaan program
pemeliharaan, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan pada setiap
akhir tahun. Dengan melihat hasil evaluasi tahunan. tersebut, dapat
dipelajari masalah dan kekurangan yang pernah terjadi, sehingga
dapat dilakukan perbaikan rencana tahun berikutnya.
Apabila pekerjaan sudah selesai, penilaian hasil pekerjaan dilakukan
terhadap kuantitas dan kualitas pekerjaan. Juga evaluasi dilakukan
terhadap fungsi atau kinerja Jaringan Air Baku melalui penelusuran
jaringan dan pengujian lapangan (trial run).
14
1. Laporan bulanan
Penggunaan bahan swakelola (Blangko 08 –P)
Realisasi pekerjaan yang diborongkan (Blangko 09 - P)
2. Laporan Tahunan (Blangko 10-P)
Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dibuat oleh pelaksana
kegiatan dan disampaikan kepada pengelola jaringan air baku.
15
d. Melakukan koordinasi penetapan besarnya reduksi proporsional untuk
pemberian air jika debit sumber air menurun. Yaitu dengan
memperhatikan apakah jaringannya untuk dimanfaatkan sebagai single
use atau multiple use.
e. Membuat laporan kegiatan operasi.
2. Perkumpulan Pemanfaat Air Baku (PPAB)
16
4. Petugas Operasi Bangunan Utama (POB)
Tugas pokok dan fungsi Petugas Operasi Bangunan Utama (POB), meliputi
:
17
3.3. Persyaratan Petugas Operasi dan Pemeliharaan
Persyaratan petugas operasi dan pemeliharaan jaringan air baku dapat
dilihat pada Tabel 2.
18
INVENTARISASI KONDISI JARINGAN
Tahun : Blangko Inventarisasi
Pendataan tanggal : ………….. BWS/BBWS : …………..
Nama Jaringan Air Baku : ………….. PROVINSI : …………..
Total Cakupan Layanan : …………..KK KABUPATEN : …………..
Juru : ………….. KECAMATAN : …………..
UPJAB : …………..
Jumlah
No BANGUNAN PENGAMBILAN KONDISI KETERANGAN
Bang Pintu
Bendung
Pompa
Pengambilan Bebas / Free Intake
Broncaptering
Jumlah
No BANGUNAN KONDISI KETERANGAN
Bang Pintu
Kantong Lumpur
Pengatur
Gorong-gorong
Pembilas
Jalan Inspeksi
Jembatan
Fasilitas lain-lain:
Kantor Unit
Rumah Kepala Unit
Rumah Juru
Rumah PPA/PPB
..........................................................
NIP :
19
LAPORAN KERUSAKAN JARINGAN AIR BAKU
Pencatatan Inspeksi Rutin Jaringan Air Baku
Nama Jaringan Air Baku : ......... Blangko 01 - P
Cakupan Layanan Air Baku : ......... KK
Lokasi Jaringan Air Baku
- Unit Pengelola Jaringan Air Baku : .........
- Kabupaten : .........
- Provinsi : .........
- BWS/BBWS : .........
Tipe Bangunan Pengambilan : Bendung / Pompa / Free Intake / Broncaptering
Nomenklatur Bangunan Pengambilan : .........
Tanggal/Bulan/Tahun : .........
KEADAAN TINDAKAN
Jumlah
Usulan Tindak
Nama Bangunan
Tonjolan (M')
Rusak/Putus
Pintu Rusak
Lokasi Administratif
Dikerjakan
Longsoran/
Retak (M')
Cakupan
Tersumbat
Waled (H)
Sedimen/
Bocoran
(M'/BH)
(M'/BH)
Lain-lain
Pengambilan/Salur
Lanjut
No. Layanan di
(BH)
(M')
an Transmisi (Hm..
Bawahnya
s/d Hm..)
(KK) Desa Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
JUMLAH
Penjelasan :
1 Diserahkan setiap tanggal 25 bulan ybs, walaupun tidak terjadi kerusakan pada bulan ybs. Juru
2 Kolom 2 diisi dengan bangunan yang diinspeksi
3 Kolom 3 s/d 10 diisi salah satu tingkat kerusakan dan volumenya yang paling tepat
R = Kerusakan ringan (M', BH, M 3 …) (Kerusakan yang dapat diatasi sendiri oleh pengelola jaringan air baku)
S = Kerusakan sedang (M', BH, M3 …) (Kerusakan yang tidak dapat diatasi sendiri, perlu bantuan bahan)
B = Kerusakan berat (M', BH, M3 …) (Kerusakan yang tidak dapat diatasi sendiri, perlu bantuan bahan dan tenaga)
dan harus dilaporkan apabila ada kerusakan baru atau kerusakan lama (yang pernah dilaporkan) berubah lagi. ...................................
4 Kolom 11 dan 12 keterangan diisi jenis kerusakan yang sudah dikerjakan dan diusulkan NIP :
5 Kolom 13 diisi luas areal layanan dibawah/dihilir lokasi kerusakan yang menjadi oncorannya
6 Kolom 14 dan 15 adalah letak administratif untuk data pada kolom 13
Laporan bulanan : Juru ----> Kepala Unit Pengelola Jaringan Air Baku
20
LAPORAN KERUSAKAN JARINGAN AIR BAKU
Penelusuran Jaringan Air Baku Blangko 02 - P
Nama Jaringan Air Baku : .........
Cakupan Layanan Air Baku : ......... KK
Lokasi Jaringan Air Baku
- Unit Pengelola Jaringan Air Baku : .........
- Kabupaten : .........
- Provinsi : .........
- BWS/BBWS : .........
Tipe Bangunan Pengambilan : Bendung / Pompa / Free Intake / Broncaptering
Nomenklatur Bangunan Pengambilan : .........
Tahun : .........
Rusak/Putus (M')
Sedimen/ Waled
Nama Bangunan Administratif
Tonjolan (M')
Longsoran/
Retak (M')
Cakupan
Prioritas
Tersumbat
(M'/BH)
Pengambilan/Saluran
Lain-lain
No. Kerugian Perbaikan Layanan di
(H)
Transmisi (Hm.. s/d
(Rp) (Rp) Bawahnya
Hm..)
(KK) Desa Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
JUMLAH
Penjelasan :
1 Diserahkan pada tanggal 25 bulan Desember pada tahun yang bersangkutan …………………, 25 Desember 20…
2 Kolom 2 diisi dengan bangunan/saluran yang diinspeksi Kepala Unit Pengelola Jaringan Air Baku
3 Kolom 3 s/d 10 diisi salah satu tingkat kerusakan dan volumenya yang paling tepat
R = Kerusakan ringan (M', BH, M 3 …) (Kerusakan yang dapat diatasi sendiri oleh pengelola jaringan irigasi)
S = Kerusakan sedang (M', BH, M3 …) (Kerusakan yang tidak dapat diatasi sendiri, perlu bantuan bahan)
B = Kerusakan berat (M', BH, M3 …) (Kerusakan yang tidak dapat diatasi sendiri, perlu bantuan bahan dan tenaga)
dan harus dilaporkan apabila ada kerusakan baru atau kerusakan lama (yang pernah dilaporkan) berubah lagi. …………………………………….
4 Kolom 11 dan 12 keterangan diisi perkiraan kerugian dan perbaikannya NIP.
5 Kolom 13 diisi dengan skala prioritas 1,2 atau 3 (1 = segera; 2 = perlu; 3 = dapat ditangguhkan)
6 Kolom 14 diisi luas areal layanan dibawah/dihilir lokasi kerusakan yang menjadi daerah layanannya
7 Kolom 15 dan 16 adalah letak administratif untuk data pada kolom 14
Laporan : Kepala Unit Pengelola Jaringan Air Baku ----> Dinas/BWS/BBWS
21
LAPORAN KERUSAKAN JARINGAN AIR BAKU AKIBAT KEJADIAN LUAR BIASA
Kejadian pada tanggal/bulan/tahun : ............/............./............
Nama Jaringan Air Baku : ......... Blangko 03 - P
Cakupan Layanan Air Baku : ......... KK
Lokasi Jaringan Air Baku
- Unit Pengelola Jaringan Air Baku : .........
- Kabupaten : .........
- Provinsi : .........
- BWS/BBWS : .........
Tipe Bangunan Pengambilan : Bendung / Pompa / Free Intake / Broncaptering
Nomenklatur Bangunan Pengambilan/Saluran : .........
Laporan Insidentil : Kepala Pengelola Jaringan Air Baku ----> Dinas/BWS/BBWS …………………………………….
NIP.
22
Lampiran
BALANGKO 03-P
Kepada :
Yth. Bupati / Gubernur Kepala Daerah ............
Di ……………….
1. Bencana
a. Macam Kejadian/Bencana :
b. Lokasi :
c. Tanggal Kejadian/Bencana :
d. Jam :
e. Lama :
2. Sumber-sumber air
a. Nama :
b. Desa :
3. Keadaan Hidrologi
b. Stasiun Hujan :
4. Kerusakan-kerusakan
e. Bangunan :
f. Lain-lain :
g. Taksiran kerugian :
5. Penyebab Bencana
c. Longsoran besar-besaran :
e. Lain-lain :
a. Macam pekerjaan :
b. Taksiran biaya :
d. Bantuan lain-lain :
:
8. Usul-usul untuk menghindari terulangnya bencana alam atau perbaikan lanjutan agar lebih sempurna
a. Macam pekerjaan :
b. Taksiran biaya :
d. Bantuan lain-lain :
10. Lampiran :
1. Keterangan penjelasan uraian tersebut diatas
2. Peta Situasi dan lokasi terjadinya bencana serta gambar sket
3. Foto-foto
4. Rencana Konstruksi
………………….............…, 20…
Kepala Unit Pengelola Jaringan Air Baku Kepala Dinas / BWS / BBWS
…………………….. ……………………..
NIP. NIP.
Ditujukan kepada :
1. Kepala Daerah Kabupaten / Provinsi
Tembusan
1. Kepala Dinas/BBWS/BWS
2. Kepala Unit Pengelola Jaringan Air Baku
3. Arsip
23
PROGRAM PEKERJAAN SWAKELOLA
Tahun 20…… Blangko 04 - P
Dinas/BBWS/BWS *) : .............................
Jadwal
Lokasi Jaringan Air Biaya Pelaksanaan
Nama
Baku Uraian Jenis Pekerjaan Tolok Ukur Pekerjaan
No Bangunan/Salu (Desa/Kecamatan/Kab Pemeliharaan
Tgl …….. s/d Keterangan
ran Air Baku Upah Bahan Jumlah …………. (…….
upaten/Provinsi)
(Bh/Km) (Rp) (Rp) (Rp) Hari)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
…………………………………….
NIP.
24
PROGRAM PEKERJAAN KONTRAKTUAL
Tahun 20…… Blangko 05 - P
Dinas /BWS/BBWS *) : .............................
Jadwal
Nama Lokasi Jaringan Air Baku Uraian Jenis Banyaknya Pelaksanaan
Biaya
No Bangunan/Saluran (Desa/Kecamatan/Kabup Pekerjaan Pekerjaan Tgl …….. s/d Keterangan
Air Baku aten/Provinsi) Pemeliharaan ………….
(Bh/Km) (RP) (……. Hari)
1 2 3 4 5 6 7 8
Penjelasan :
Kolom 2-3 : Diisi identitas saluran air baku yang diprioritaskan …………………, Tgl……………….., 20…
*) Sesuai kewenangannya Kepala Dinas /BWS/BBWS ……….. *)
…………………………………….
NIP.
25
DAFTAR KEBUTUHAN BAHAN SWAKELOLA
Untuk Pemeliharaan Rutin Tahun ………………………
Nama Jaringan Air Baku : .........
Blangko 06 - P
Cakupan Layanan Air Baku : ......... KK
Lokasi Jaringan Air Baku
- Unit Pengelola Jaringan Air Baku : .........
- Kabupaten : .........
- Provinsi : .........
- BWS/BBWS : .........
Pompa (Unit)
Lain-lain (…)
Semen (zak)
Nomenklatur
Paselin/sten
Oli SAE 90
Kerikil (m3)
Batu belah
Pasir urug
Pasir (m3)
Sikat baja
Solar (kg)
Paku (kg)
Kuas (bh)
Sparepart
Bangunan
Teer (kg)
vet (kg)
No. Bangunan Panjang Lebar Tinggi Diameter Panj. Lebar Tinggi Jml. Pintu Keterangan
(m3)
(m3)
(bh)
(ltr)
(ltr)
Pengambilan/
Pengambilan
Saluran
m m m cm m m m bh
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Penjelasan :
1. Penjelasan dari kebutuhan bahan, misalnya jenis cat, ukuran kayu dan atau kebutuhan lain-lain dapat diuraikan pada kolom keterangan …………………, Tgl……………….., 20…
Kepala Unit Pengelola Jaringan Air baku
Laporan 3 Bulanan :
Kepala Unit Pengelola Jaringan Air Baku ----> Dinas/BWS/BBWS
…………………………………….
NIP.
26
Dinas/Balai LAPORAN : HASIL PENGUKURAN DAN DESAIN PEKERJAAN Laporan : Tahunan
Kab/Kota PEMELIHARAAN JARINGAN AIR BAKU Formulir : 06-P
……………………… Dinas/Balai ---> Provinsi/Satker/Kepala Balai
27
DAFTAR KEBUTUHAN BAHAN SWAKELOLA DAN TENAGA KERJA
Untuk Pemeliharaan Berkala Tahun ………………………
Nama Jaringan Air Baku : .........
Cakupan Layanan Air Baku : ......... KK
Blangko 07 - P
Lokasi Jaringan Air Baku : .........
- Unit Pengelola Jaringan Air Baku : .........
- Kabupaten : .........
- Provinsi : .........
- BWS/BBWS : .........
Batu belah
Kerikil (m3)
Pasir urug
Pasir (m 3)
Paku (kg)
urug (m 3)
Teer (kg)
Sparepart
Lain-lain
Cat (kg)
Jml.
Tukang
Pekerja
Amplas
Semen
Tanah
Pompa
Panjang Lebar Tinggi Panj. Lebar Tinggi
(zak)
(OH)
(OH)
No. Pengambilan/Salur Bangunan masing- Diameter masing- Keterangan
(Unit)
(m 3)
(m 3)
(…)
(lb)
Pintu
an Pengambilan masing jenis masing jenis
m m m m cm m m m bh m/bh
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Laporan 3 bulanan :
Unit Pengelola Jaringan Air Baku ----> Dinas/BWS/BBWS
..................................................................
NIP.
PENJELASAN PENGISIAN BLANGKO 07-P
UNTUK PEKERJAAN PENGECATAN DAN PELUMASAN
Penjelasan :
1. Kebutuhan bahan pengecatan pintu :(Pengecatan 1 kali dalam setahun), 1 kali pengecatan diperlukan :
- Pintu besar bila B > 60 cm : cat 0,8 Kg; minyak cat 0,5 ltr; amplas 1,5 lbr; teer 0,5 kg; kuas dan lainnya diperkirakan sendiri
- Pintu kecil bila B < 60 cm : cat 0,5 Kg; minyak cat 0,25 ltr; amplas 1 lbr; teer 0,25 kg; kuas dan lainnya diperkirakan sendiri
2. Kebutuhan bahan pelumasan pintu : (pelumasan 36 kali dalam setahun), 1 kali pelumasan diperlukan :
- Drat stang besar bila panjang drat stang > 2 m : oli 90 = 0,07 ltr; oli 20 = 0,03 ltr; solar = 0,2 ltr; paslin = 0,05 kg; alat diperkirakan sendiri
- Drat stang sedang bila panjang drat stang > 1 s/d 2 m : oli 90 = 0,06 ltr; oli 20 = 0,02 ltr; solar = 0,15 ltr; paslin = 0,03 kg; alat diperkirakan sendiri
- Drat stang kecil bila panjang drat stang < 1 m : oli 90 = 0,05 ltr; oli 20 = 0,01 ltr; solar = 0,1 ltr; paslin = 0,02 kg; alat diperkirakan sendiri
3. Jenis cat dan atau kebutuhan lain-lain dapat diuraikan pada kolom 25 (Keterangan)
28
LAPORAN BULANAN : PELAKSANAAN PEKERJAAN SWAKELOLA
Nama Jaringan Air Baku : .........
Cakupan Layanan Air Baku : ......... KK Blangko 08 - P
Lokasi Jaringan Air Baku
- Unit Pengelola Jaringan Air Baku : .........
- Kabupaten : .........
- Provinsi : .........
- BWS/BBWS : .........
Tipe Bangunan Pengambilan : Bendung / Pompa / Free Intake / Broncaptering
Nomenklatur Bangunan Pengambilan : .........
Nama Pekerjaan ………………………………………… *)
Periode Pelaporan …………. - …………. s/d ………… - …………., 20…. **)
Target Fisik/ Plafond Biaya Progres Bulan yang lalu Progres dalam Bulan ini Progres sampai dengan bulan ini
No Uraian Keterangan
Volume (Rp) Volume (Rp) Volume (Rp) Volume (Rp) %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Upah tenaga harian
2. Kebutuhan bahan :
a. Semen (PC)
b. Pasir
c. batu kali d.
Sub-jumlah (Rp)
Jumlah Bahan dan Upah (Rp)
Dana tersedia untuk bahan
Jumlah (Rp)
3. Pelaksanaan Fisik
JUMLAH
29
LAPORAN BULANAN : PELAKSANAAN PEKERJAAN KONTRAKTUAL
Nama Jaringan Air Baku : .........
Cakupan Layanan Jaringan Air Baku : ......... KK Blangko 09 - P
Lokasi Jaringan Air Baku
- Unit Pengelola Jaringan Air Baku : .........
- Kabupaten : .........
- Provinsi : .........
- BWS/BBWS : .........
Tipe Bangunan Pengambilan : Bendung / Pompa / Free Intake / Broncaptering
Nama Tipe Bangunan Pengambilan : .........
JUMLAH
……………………………….
NIP.
30
LAPORAN TAHUNAN
Nama Jaringan Air Baku : .........
Cakupan Layanan Air Baku : ......... KK Blangko 10 - P
Lokasi Jaringan Air Baku
- Unit Pengelola Jaringan Air Baku : .........
- Kabupaten : .........
- Provinsi : .........
- BWS/BBWS : .........
Tipe Bangunan Pengambilan : Bendung / Pompa / Free Intake / Broncaptering
Nomenklatur Bangunan Pengambilan : .........
Tahun Anggaran 20….
Bangunan Uraian Pekerjaan Surat
Pengambilan / Target Fisik Biaya Realisasi Pertanggun
No Swakelola/Kontraktual No & Tgl Surat Tanggal Tanggal Biaya Keterangan
Saluran (km... Fisik gjawaban
3 Penugasan *) Mulai Selesai
s/d km ...) (bh/m /km) (RP) (bh/m 3 /km) (RP) (SPJ)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
JUMLAH
……………………………….
NIP.
31
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT
Nomor : xx / PRT/M/20xx
Tanggal : xx September 20xx
TENTANG OPERASI DAN PEMELIHARAAN
JARINGAN AIR BAKU
1. Seksi Pelaksanaan
Dapat ditambah:
1. Seksi Pelaksanaan
Dapat ditambah:
1
2. Bidang Operasi dan Pemeliharaan
Dapat Ditambah:
Dapat Ditambah:
2
Gambar 1. Jadwal Persiapan OP Air Baku
3
BAB II. PEMERIKSAAN KESIAPAN OP
Peta ikhtisar wilayah kerja pengelolaan air baku sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab (skala 1:25000 atau disesuaikan). Pada peta wilayah
kerja ini paling tidak memuat:
a. Lokasi sumber air seperti jaringan sungai, mata air, situ atau danau
b. Lokasi daerah layanan air baku meliputi bendung, waduk, jaringan air
baku dan lokasi areal air baku
Peta situasi daerah layanan air baku skala 1:5000 atau disesuaikan. Peta
ini memuat bangunan utama (bendung, pengambilan bebas, pompa dan
bangunan penangkap mata air), saluran transmisi, bangunan
pelengkap, dan daerah layanan.
4
4. Manual OP
a. Pengumpulan data;
1. Spesifikasi Teknik
2. Anggaran Biaya
5
4. Dokumen Uji Pengaliran
3. Izin Lingkungan
6
4. Surat Kesepakatan dengan Masyarakat
A. Kelengkapan Fisik
1. Bangunan Utama
2. Saluran Transmisi
3. Pra Sedimen
4. Jalan Masuk
5. Kantor, Perumahan dan Gudang
6. Kelengkapan Lainnya
7
B. Uji Pengaliran
Untuk uji pengaliran pada bangunan ini, hal-hal yang harus diperiksa
adalah:
2. Operasi Saluran
Hal yang harus diperiksa pada uji pengoprasian pada saluran jaringan
transmisi air baku:
a. Bangunan dan pintu pengatur muka air, berfungsi dengan baik dan
mudah dioperasikan secara hidrolis sesuai dengan desain
8
3. Jalan Masuk dan Jalan Inspeksi
C. Peralatan Pendukung
Alat transportasi:
1. Kendaraan roda 4
2. Kendaraan roda 2
Alat Komunikasi:
1. Telepon
2. Handy talkie
Peralatan Lapangan
1. Toolbox
2. Alat kebersihan
4. Meteran
9
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Nomor…/SE/Dirjen Air/2013
tentang….
BBWS/BWS/PJAT/
PDAM
Pekerja
10
Tabel 1. Persyaratan Minimal Sumber Daya Manusia
Unit pemanfaat air baku, sesuai dengan fungsi dan pemanfaatan dapat ditinjau
dengan keberadaannya Komisi Irigasi yang telah ditetapkan oleh kepala daerah
setempat sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR Nomor 17/PRT/M/2015
tentang Komisi Irigasi.
11
2.4. Sarana Penunjang
Sarana penunjang dalam kegiatan OP Air Baku yang perlu diterapkan adalah:
Dokumen pengelolaan aset air baku diperlukan untuk memperoleh data series
terkait dengan penggunaan dan keberadaan fungsi dan kondisi prasaraana air
baku yang harus dilakukan oleh setiap pengelola jaringan barang milik negara.
Dokumen pengelolaan asset air baku memuat antara lain:
Evaluasi yang dilakukan meliputi penilaian kelengkapan fisik jaringan air baku,
kelengkapan dokumen, serta manajemen dan kelembagaan yang meliputi:
1. Kelengkapan fisik jaringan air baku: data kondisi fisik dan fungsi jaringan
hasil pemeriksaan dan hasil uji pengaliran di lapangan yang dilakukan
bersama, dievaluasi dengan blanko 01 - K. Setelah diisi, kemudian dinilai
tingkat kesempurnaan bangunan, secara fisik mengacu kepada gambar
desain dan gambar purna konstruksi, dan secara fungsi mengacu kepada
hasil uji pengaliran dan desain hidrolis saluran dan bangunan, serta
kesesuaian dengan manual OP. Hitung presentase tingkat kesesuaian pada
kondisi yang ada.
12
indeks Kesiapan OP Air baku yang sudah disiapkan, bandingkan dengan
dokumen yang tersedia. Hitunglah presentase ketersediaan data
dibandingkan dengan keperluan data. Kolom fisik menunjukan kondisi fisik
dan fungsi menunjukan keandalan data yang tersedia.
13
Gambar 3. Bagan Alir Tata Cara Kesiapan OP Air Baku
14
BAB IV. REKOMENDASI TIM PERSIAPAN OP
15
BAB V. TINDAK LANJUT REKOMENDASI TIM PERSIAPAN OP
Dalam kondisi yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan air baku untuk
kebutuhan masyarakat, secara selektif dapat dilaksanakan operasional
pemberian/ pembagian air baku. Hal ini dapat secara paralel dilaksanakan
kegiatan melengkapi kekurangan sesuai dengan rekomendasi.
1. Dokumen perencanaan
a. Spesifikasi Teknis
b. Nota Desain
c. Manual OP
OP Bangunan utama
OP saluran transmisi
OP pintu pengukur
16
Monitoring dan evaluasi
2. Dokumen Pembangunan
a. Spesifikasi Teknis
b. Anggaran biaya
c. As built Drawing
17
d. Dokumen PHO dan FHO
Kekurangan dokumen PHO dan FHO harus dimuat dalam surat keterangan
dari unit pelaksana, secepat-cepatnya sebelum dimulai pekerjaan
persiapan OP, maksimal 1 (satu) bulan.
e. Manual OP
Dalam hal tidak tersedia manual OP maka unit pelaksana harus menyusun
manual OP berpedoman pada dokumen perencanaan, dalam waktu
maksimal 2 (dua) bulan selanjutnya dilakukan uji pengaliran dalam waktu
maksimal 2 (dua) bulan
Jaringan yang tidak memiliki dokumen uji pengairan dapat dibuat kembali
dengan melakukan uji pengaliran yang dihadiri oleh penyedia jasa dan
pengguna jasa.
3. Dokumen Administrasi
18
5.3. Kelengkapan Kekurangan Manajemen
5.3.1. Kelembagaan
Materi teknis yang disampaikan kepada peserta pelatihan, selain materi yang
sudah berlaku umum secara nasional juga harus ditambahkan dengan materi
19
teknis yang diadopsi dari masing-masing jaringan air baku yang akan
dioperasikan.
Jenis pelatihan berupa training dalam kelas (teori), dan training praktek
lapangan. Materi pelatihan yang diberikan kepada aparat pelaksana OP
Jaringan air baku di lapangan sebagaimana Tabel 4.
20
BAB VII. TATA CARA SERAH TERIMA
Hal yang penting ditetapkan dalam penetapan status kesiapan OP ini, juga
harus dapat menetapkan anggaran yang bersifat permanen untuk pelaksanaan
OP jaringan air baku pada unit pelaksana OP baik waktu maupun angka
kebutuhan nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP). Hal ini untuk
mengantisipasi waktu penetapan status kesiapan OP tidak sinkron dengan
siklus penetapan anggaran, sehingga dalam kondisi yang kontigensi dapat
minimal dipenuhi oleh unit pelaksana.
21
diselenggarakan di lokasi jaringan air baku dalam momentum yang tepat pada
acara-acara penting sebagai peresmian jaringan air baku.
22
FORM KESIAPAN OP BLANGKO AUDIT
IDENTITAS JARINGAN AIR BAKU KELENGKAPAN FISIK
Nama : BLANGKO 01 - K
Jml Layanan : KK
Kabupaten :
Provinsi :
BWS/BBWS :
1 Bangunan Utama
1.1 Intake untuk Sumber Mata Air
A. Bangunan Penangkap Air (Broncaptering) -
a. Bangunan Outlet -
b. Bangunan Pelimpah (Over Flow) -
c. Bangunan Penguras -
d. Bangunan Pengukur Debit -
e. Konstruksi Penahan Erosi -
f. Manhole -
g. Saluran Drainase Keliling -
h. Pipa Vertilasi -
i. Pagar Pengaman -
4 Jalan Masuk/Inspeksi
a. Jalan Masuk Ke Bangunan Utama -
b. Jalan Inspeksi Pipa Transmisi -
A. Dokumen Perencanaan -
1 Rencana Induk -
2 Studi kelayakan memuat informasi mengenai : -
a. Sistem pemberdayaan air minum yang ada -
b. Perh Mercu -
c. Kondisi Sayap -
d. Sistem Lantai Bendung -
3 Rencana Tanggul Penutup -
4 Nota Desain -
a. Data Debit Sungai -
b. Perhitungan hidrolis unit air baku -
c. Spesifikasi Teknis -
d. Gambar Teknik/Desain -
e. Rencana anggaran biaya -
5 Manual Operasi dan Pemeliharaan (OP) -
6 Peta Jaringan Distribusi -
B. Dokumen Pelaksanaan -
1 Kontrak Pembangunan -
a. Gambar Teknik -
b. Spesifikasi -
c. Anggaran Biaya -
2 Gambar Purna Konstruksi -
3 Manual OP -
4 Dokumen FHO -
C. Dokumen Administrasi -
1 Surat Tanah -
2 Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) -
3 Ijin Penggunaan Air (SIPA) -
4 Dokumen Kelengkapan dan Surat Perjanjian Pengelolaan -
24
FORM KESIAPAN OP BLANGKO AUDIT
IDENTITAS JARINGAN AIR BAKU KELENGKAPAN KELEMBAGAAN
Nama : BLANGKO 03 - K
Jml Layanan : KK
Kabupaten :
Provinsi :
BWS/BBWS :
B. Kelembagaan Masyarakat
a. Himpunan Pemakai Air Masyarakat (HIPAM) -
b. Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) -
c. Kelompok Swadaya Masyarakat -
25
FORM KESIAPAN OP PERHITUNGAN INDEKS 'KESIAPAN OP'
IDENTITAS JARINGAN AIR BAKU
Nama : BLANGKO PERHITUNGAN
Jml Layanan : KK
Kabupaten :
Provinsi :
BWS/BBWS :
Indeks Kondisi
Referensi / Indeks Nilai Bobot
Parameter yang Ada
Catatan Kaki Maksimum Bagian
(0-100)%
1 2 3 4 5
I. PRASARANA FISIK
1 Bangunan Utama
1.1 Intake untuk Sumber Mata Air
A. Bangunan Penangkap Air (Broncaptering)
a. Bangunan Outlet -
b. Bangunan Pelimpah (Over Flow) -
c. Bangunan Penguras -
d. Bangunan Pengukur Debit -
e. Konstruksi Penahan Erosi -
f. Manhole -
g. Saluran Drainase Keliling -
h. Pipa Vertilasi -
i. Pagar Pengaman -
4 Jalan Masuk/Inspeksi
a. Jalan Masuk Ke Bangunan Utama -
b. Jalan Inspeksi Pipa Transmisi -
26
1 2 3 4 5
2 Alat-alat Kantor
2.1 Perabot dasar untuk kantor
2.2 Alat kerja di kantor
3 Alat Komunikasi
3.1 Telepon
3.2 HT
3.3 Radio Komunikasi
4 Fasilitas Penunjang OP
4.1 Nomen klatur
4.2 Patok Batas
4.3 Papan Peringatan
B. Kelembagaan Masyarakat
a. Himpunan Pemakai Air Masyarakat (HIPAM)
b. Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus)
c. Kelompok Swadaya Masyarakat
IV. DOKUMENTASI
a. Dokumen rencana Induk
b. Dokumen Perencanaan
c. Peta Jaringan Distribusi
d. Dokumen Pelaksanaan Konstruksi
e. Dokumen Perjanjian
27
Berita Acara
Serah Terima Jaringan
No : / / /
Dibuat di
Pada tanggal
........................... ...........................
NIP : NIP :
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Tim Penilai Kepala BWS/BBWS
........................... ...........................
NIP : NIP :
28
Surat Keputusan
Pemeriksaan Kesiapan OP
Lokasi, Tahun
Ketua Tim Penilai
...........................
NIP :
Tembusan :
Kepala Dinas/BWS/BBWS
Kepala Bidang/Seksi Pelaksanaan Pembangunan
Kepala Bidang/Seksi OP
29
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT
Nomor : xxx / PRT/M/20xx
Tanggal : xxx September 20xx
TENTANG OPERASI DAN PEMELIHARAAN
JARINGAN AIR BAKU
IV. PERSONALIA
Yang Ada
Kebutuhan
No Bagian / Jabatan PNS Harian Jumlah
(or)
(or) (or) (or)
1.
TOTAL (I+II+III+IV+V+VI) -
Keterangan :
1 Kolom 3 adalah nilai bagian struktur (%) - Hasil Analisis
2 Kolom 5 adalah indeks kondisi maksimum (%) - Hasil Analisis Kolom 3
3 Petunjuk Pengisian :
- Kolom 4 diisi persentase kondisi hasil survey lapangan (0-100%)
- Kolom 2 adalah bobot final hasil kali antara kolom 4 dan 5 (%) Lokasi...tgl...bln...thn...
(.............................) (..............................)
NIP................... NIP.........................
BAB II. POMPA
I. DATA UMUM
1. Nama Daerah Jaringan Air Baku
2. Layanan Air Baku .......... liter/detik
3. Unit Pengelola
4. Nama BBWS/BWS
5. Kab./Kota
6. Provinsi
IV. PERSONALIA
Yang Ada
Kebutuhan
No Bagian / Jabatan PNS Harian Jumlah
(or)
(or) (or) (or)
TOTAL (I+II+III+IV+V+VI) -
Keterangan :
1 Kolom 3 adalah nilai bagian struktur (%) - Hasil Analisis
2 Kolom 5 adalah indeks kondisi maksimum (%) - Hasil Analisis Kolom 3
3 Petunjuk Pengisian :
- Kolom 4 diisi persentase kondisi hasil survey lapangan (0-100%)
- Kolom 2 adalah bobot final hasil kali antara kolom 4 dan 5 (%) Lokasi ,...tgl...bln....thn.....
(.............................) (..............................)
NIP................... NIP.........................
BAB III. FREE INTAKE
I. DATA UMUM
1. Nama Daerah Jaringan Air Baku
2. Layanan Air Baku .......... liter/detik
3. Unit Pengelola
4. Nama BBWS/BWS
5. Kab./Kota
6. Provinsi
IV. PERSONALIA
Yang Ada
Kebutuhan
No Bagian / Jabatan PNS Harian Jumlah
(or)
(or) (or) (or)
Keterangan :
1 Kolom 3 adalah nilai bagian struktur (%) - Hasil Analisis
2 Kolom 5 adalah indeks kondisi maksimum (%) - Hasil Analisis Kolom 3
3 Petunjuk Pengisian :
- Kolom 4 diisi persentase kondisi hasil survey lapangan (0-100%)
- Kolom 2 adalah bobot final hasil kali antara kolom 4 dan 5 (%) Lokasi...tgl...bln...thn...
(.............................) (..............................)
NIP................... NIP.........................
BAB IV. BRONKAPTERING
I. DATA UMUM
1. Nama Daerah Jaringan Air Baku
2. Layanan Air Baku
3. Unit Pengelola
4. Nama BBWS/BWS
5. Kab./Kota
6. Provinsi
IV. PERSONALIA
Yang Ada
Kebutuh
No Bagian / Jabatan PNS Harian Jumlah
an (or)
(or) (or) (or)
Keterangan :
1 Kolom 3 adalah nilai bagian struktur (%) - Hasil Analisis
2 Kolom 5 adalah indeks kondisi maksimum (%) - Hasil Analisis Kolom 3
3 Petunjuk Pengisian :
- Kolom 4 diisi persentase kondisi hasil survey lapangan (0-100%)
- Kolom 2 adalah bobot final hasil kali antara kolom 4 dan 5 (%) Lokasi...tgl...bln...thn...
(.............................) (..............................)
NIP................... NIP.........................
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT
Nomor : xxx / PRT/M/20xx
Tanggal : xxx September 20xx
TENTANG OPERASI DAN PEMELIHARAAN
JARINGAN AIR BAKU
JUMLAH TOTAL
PERHITUNGANBAB II. POMPA
KEBUTUHAN BIAYA OPERASI
2.1. Biaya Operasi 2. JARINGAN AIR BAKU INTAKE POMPA
JUMLAH TOTAL
BAB III. FREE INTAKE
PERHITUNGAN KEBUTUHAN BIAYA OPERASI
3.1. Biaya Operasi 3. JARINGAN AIR BAKU FREE INTAKE
JUMLAH TOTAL
BAB IV. BRONKAPTERING
PERHITUNGAN KEBUTUHAN BIAYA OPERASI
4.1. Biaya Operasi 4. JARINGAN AIR BAKU INTAKE BRONKAPTERING
Jaringan Air baku : ..................
Tipe Bangunan Penyadapan : Bronkaptering BBWS/BWS : ...............
HargaSatuan Jumlah Jumlah
JenisPengeluaran/ Uraian Kegiatan Volume Satuan
No. (Rp) (Rp.) Sub Total
1 2 3 4 5 6=3x5 7
1. GAJI / UPAH
a. Honor / Upah Bulanan
− Pelaksanan Teknik : ... org x 12 bln - OB -
− Petugas Bangunan Utama : ... org x 12 bln - OB -
− Petugas Jaringan Transmisi : ... org x 12 bln - OB -
− Satpam : ... org x 12 bln - OB -
b. Upah Harian
− Piket Banjir : ... org x ... hari - OH -
− Piket Kemarau : ... org x ... hari - OH -
c. Lembur
− Staf UPT : ... 0rg x ... jam x ... hr x ... bln - OJ -
Sub Total -
2 BAHAN BAKAR MINYAK
a. Bahan Bakar Operasional
Pompa air/Diesel/Ginset
− Solar : ... lt x ... bln - lt -
− Oil Sae 40 : ... lt x ... bln - lt -
JUMLAH TOTAL