Anda di halaman 1dari 58

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki ribuan sungai. Sungai-sungai yang
ada banyak yang mengalami penurunan kondisi, baik kualitas airnya maupun
keadaan fisik palungnya. Prasarana sungai dan bangunan pengaman pantai juga
tidak jauh berbeda kondisinya, banyak diantaranya dalam keadaan rusak dan
kurang terawat. Penurunan kondisi sungai, bangunan sungai, dan kerusakan
bangunan pengaman pantai merupakan kendala bagi pencapaian target
kemakmuran dan kesejahteraan, serta kesehatan masyarakat. Indikasi
penurunan ini dapat diamati melalui berbagai fenomena sebagai berikut:

1. Kian banyak sungai mengalami penurunan mutu air baik karena limbah cair
maupun limbah padat yang dibuang tidak sebagaimana mestinya.
2. Semakin banyak sungai yang mengalami pendangkalan baik karena terisi
sedimen yang berasal dari erosi lahan di daerah tangkapan air maupun
karena tumpukan sampah padat.
3. Kawasan yang rentan terpapar banjir dan kekeringan, semakin meluas dan
paparannya tereskalasi di hampir seluruh kota dan kabupaten.
4. Banyak prasarana dan sarana sungai yang kurang terawat sehingga tidak
dapat berfungsi optimal sesuai dengan kinerja layanan yang direncanakan.
5. Banyak struktur bawah bangunan sungai dalam keadaan kritis akibat
degradasi dasar sungai karena lemahnya pengendalian dan pengawasan
terhadap aktivitas pengambilan material di sungai.
6. Terjadi kerusakan tebing sungai akibat aktivitas transportasi sungai,
vandalisme serta aktivitas pembangunan lainnya.
7. Semakin banyak sungai dan sumber sumber air lainnya yang tergusur,
terdesak atau dirambah oleh pertumbuhan kawasan permukiman dan
peruntukan lain.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 1


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

8. Beberapa bangunan pengaman pantai banyak yang mengalami kerusakan


lebih cepat daripada yang umur efektifnya, karena vandalisme atau kurang
terawat sebagaimana mestinya.

Keadaan tersebut diatas merupakan beban dan tantangan yang berat dalam
pencapaian tujuan OP sungai dan bangunan sungai, serta OP bangunan
pengaman pantai, yaitu untuk menjaga kondisi dan kelestarian fungsi sungai
beserta bangunan-bangunannya, serta mengoptimalkan kemanfaatan sungai
bagi masyarakat dan kehidupan pada umumnya.

1.2 Identifikasi masalah

Sungai, bangunan sungai dan bangunan pengaman pantai mengalami degradasi


fungsi dan kondisi, terutama karena disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor-faktor internal, baik yang menyangkut proses pelaksanaan OP


maupun kapasitas sumber daya OP, misalnya:

a. ketiadaan standar operasi prosedur (SOP) penyelesaian urusan OP dalam


organisasi yang bersangkutan;
b. keterbatasan kapasitas perangkat dan sumber daya pelaksanaan OP yang
meliputi kapasitas organisasi., sumber daya manusia, pendanaan, dan
peralatan pendukung;
c. kelemahan tatakelola lingkungan, misalnya ketidak konsistenan dalam
pemeliharaan sungai, bangunan sungai dan bangunan pengaman pantai;
d. kualitas konstruksi bangunan sungai dan bangunan pengaman pantai
yang tidak memenuhi standar dan kriteria perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan; dan
e. faktor umur bangunan.

2. Faktor-faktor eksternal OP, baik yang bersifat alami maupun karena


perilaku manusia, misalnya:

a. cuaca ekstrim, aliran air bah, tanah longsor, gelombang pasang, gempa
bumi, letusan gunung berapi;

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 2


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

b. sikap, keadaran, perilaku dan kepedulian masyarakat terhadap


sungai, bangunan sungai dan bangunan pengaman pantai;
c. pertambahan jumlah penduduk dengan berbagai ragam kebutuhan
hidupnya; dan
d. faktor-faktor administratif, misalnya: inkonsistensi kebijakan pemerintah,
dan kesenjangan produk peraturan perundang-undangan.
Berhubung topik kajian ini terbatas mengupas mengenai pemberdayaan
masyarakat dalam pelaksanaan OP sungai dan OP bangunan pengaman pantai,
maka kajian ini akan difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan
pemberdayaan masyarakat dan OP sungai dan prasarana sungai, dan OP
bangunan pengaman pantai.

Pemberdayaan masyarakat berkaitan erat dengan proses peningkatan


kesadaran, kepedulian, sikap mental, kemampuan dan perilaku masyarakat
agar tergerak untuk mengambil peran positif bagi kepentingan diri dan
keluarganya, serta masyarakat dan lingkungan di sekelilingnya.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa perilaku masyarakat terhadap


sungai, bangunan sungai, dan bangunan pengaman pantai, secara garis besar
terbagi atas tiga kategori, yaitu:

1. Perilaku negatif, yang diekspresikan dalam bentuk sikap dan tindakan,


misalnya:

a. Kebiasaan membuang limbah baik cair maupun padat di sembarang


tempat,
b. Perambahan sungai sebagai tempat permukiman, dan
c. Perusakan atau pengotoran terhadap bangunan sungai dan bangunan
pengaman pantai,
Sikap dan perilaku negatif tersebut dapat terjadi karena berbagai sebab,
misalnya ketidaktahuan dan ketidakmampuan, kebiasaan lingkungan,
ataupun karena kesalahpahaman.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 3


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

2. Perilaku apatis, yang diekspresikan dalam bentuk sikap acuh, masa bodoh,
dan pembiaran terhadap permasalahan yang terjadi pada sungai, bangunan
sungai dan bangunan pengaman pantai.

3. Perilaku positif, yang diekspresikan dalam bentuk kepedulian dan tindakan


untuk melakukan pencegahan atau koreksi terhadap situasi yang dapat
berpotensi mengganggu atau merusak fungsi sungai, bangunan sungai, dan
bangunan pengaman pantai. Perilaku positif tersebut diekspresikan,
misalnya melalui:

a. gerakan pemungutan sampah di sungai yang dilakukan secara periodik,


b. gerakan anti penambangan liar dengan tujuan untuk mencegah kerusakan
sungai, bangunan sungai dan bangunan pengamanan pantai,
c. gerakan anti pencemaran air
d. gerakan swadaya dalam peringatan dini bahaya banjir bandang.
Aktivitas atau gerakan positif yang dilakukan secara sukarela dan swadaya
oleh masyarakat itu dilakukan dalam bentuk berkelompok. Dalam kelompok,
mereka menghimpun komunitas peduli sungai dan lingkungan hidup. Kegiatan
positif yang mereka lakukan bahkan ada yang sudah tumbuh dan berkembang
kearah peningkatan nilai tambah bagi perekonomian rumah tangga, misalnya
dalam bentuk usaha budidaya perikanan, daur ulang sampah, rekreasi sungai,
dan lain-lain kegiatan.

Begitu pula dari pihak dunia usaha pun tidak sedikit diantaranya yang telah
ikut andil dengan cara menyediakan donasi dari sebagian laba perusahaan
untuk mendukung pembiayaan kegiatan konservasi atau pemeliharaan
sumber daya alam dan lingkungan melalui program company social
responsibility (CSR).

Berbagai program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang terkait


dengan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup pun banyak
dilakukan baik oleh instansi pemerintah, lembaga pendidikan, lembaga
penelitian, lembaga militer, ormas, serta lembaga keuangan baik dari dalam
negeri maupun luar negeri.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 4


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Aktivitas positif komunitas masyarakat yang telah tumbuh dan berkembang


secara positif bagi kelestarian sungai dan perlindungan bangunan sungai dan
bangunan pengaman pantai selayaknya perlu mendapat perhatian secara
khusus dari pemerintah. Perhatian yang dapat diberikan oleh pemerintah
misalnya dalam bentuk pengakuan, pendampingan, bahkan penghargaan
kepada komunitas masyarakat peduli sungai baik yang baru tumbuh maupun
terhadap yang sudah berkembang.

Pemberdayaan masyarakat dalam OP sungai dan prasarana sungai, serta OP


bangunan pengaman pantai tidak hanya menyasar pada lapisan masyarakat
yang berperilaku positif saja, tetapi ditujukan pula kepada masyarakat yang
masih berperilaku negatif dan apatis.

Agar pemberdayaan masyarakat dapat terselenggara secara sistematis,


terarah dan selaras dengan tujuan OP sungai dan OP bangunan pantai, perlu
dipersiapkan sebuah pedoman. Pedoman dimaksud diharapkan dapat
menjadi panduan dalam perencanaan dan pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat yang efektif. Selain itu, pedoman ini diharapkan pula menjadi
acuan dalam pencegahan terhadap penyalahgunaan hak atau otoritas
tertentu yang telah diberikan kepada suatu kelompok masyarakat, sehingga
tidak cenderrung mengarah pada perbuatan anarkhis, serta memicu timbulnya
konflik bahkan melawan hukum.

Sebagai acuan, pedoman ini harus memiliki legalitas yang kuat dalam
mendukung keberlanjutan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat
agar ditaati oleh semua pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan
pemberdayaan. Karena itu pedoman ini perlu ditetapkan sebagai salah satu
oleh pejabat yang berwenang sebagai produk peraturan perundang-undangan.

Untuk mencapai harapan tersebut, pedoman yang akan disusun perlu dikemas
dalam Peraturan Tentang Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka
Pelaksanaan OP Sungai dan OP Bangunan Pantai. Sesuai dengan prosedur dan
tata cara pembentukan peraturan perundang-undangan, maka sebelum
rancangan peraturan tersebut disusun, terlebih dulu dilakukan kajian
mengenai konsepsi pengaturan. Melalui naskah yang termuat dalam buku

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 5


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

ini, Direktorat OP SDA menyusun Konsepsi Pengaturan mengenai rancangan


Peraturan Menteri Tentang Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Rangka Pelaksanaan OP Sungai dan OP Bangunan Pengaman Pantai.

1.3 Tujuan penyusunan konsepsi pengaturan

Konsepsi pengaturan disusun dengan tujuan untuk menghasilkan kajian


komprehensif yang akan menjadi dasar atau landasan pemikiran dalam
mempersiapkan substansi rancangan Peraturan Menteri Tentang Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pelaksanaan OP Sungai dan OP
Bangunan Pengaman Pantai.

1.4 Metode pelaksanaan kajian konsepsi pengaturan


Untuk mencapai keluaran yang diharapkan, pelaksanaan kajian ini menggunakan
metode pendekatan penyelesaian pekerjaan menurut metodologi sebagaimana
digambarkan dalam bentuk langkah-langkah kerja sebagaimana tersebut pada
diagram alir sebagaimana dipaparkan pada gambar 1.1. Simpul-simpul yang
terdapat di dalam diagram alir tersebut menunjukkan jenis-jenis kegiatan dan
outputnya, sedangkan garis aliran antarsimpul kegiatan menggambarkan
mengenai urutan pelaksanaannya. Output atau keluaran dari suatu simpul
kegiatan tertentu akan menjadi masukan bagi simpul kegiatan yang lain dan
sebaliknya.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 6


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Gambar 1.1. Diagram alir penyelesaian pekerjaan


Uraian mengenai metodologi pelaksanaan pekerjaan ini telah dimuat di dalam
naskah Laporan Pendahuluan, dan telah pula dipaparkan oleh konsultan dan
dibahas dengan direksi pekerjaan bersama para narasumber dan pihak-pihak
yang terkait pada tanggal 22 Juni 2015.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 7


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Tujuan dan Deskripsi Realita aktivitas


OP Sungai dan masyarakat thd
OP Pantai Sungai dan Pantai

Kemanfaatan
Kontra maksimal bagi
Pro OP masy. dan LH
OP

Dampak dan Definisi dan


Implikasi Tujuan PM
Kajian:
Literatur Kriteria PM
Produk Hukum dan Arahan
Empirik pelaks. PM
Pertimbangan: Strategi
Filosofis, Juridis, pengelolaan
Teknis, dan dampak dan
Sosiologis implikasi

Gambar 1.2. Pola pikir penyusunan konsepsi pengaturan


Dalam penyusunan naskah konsepsi pengaturan ini, dikembangkan pola pikir
yang berawal dari pemahaman mengenai pengertian, maksud dan tujuan
“pemberdayaan masyarakat (PM)” . Pemahaman ini didasarkan pada kajian dari
berbagai buku pustaka ilmiah. Berdasarkan pemahaman tersebut, pola pikir
kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan pengkajian mengenai manfaat dan
implikasi PM ketika akan diterapkan kedalam proses pelaksanaan OP sungai dan
OP pantai. Implikasi tersebut akan dikaji menurut pertimbangan filosofis, juridis,
teknis dan sosiologis, dalam rangka mencari alternatif solusi atas persoalan-
persoalan yang diperkirakan timbul akibat penerapan PM.

Untuk dapat mengkaji implikasi PM dalam pelaksanaan OP sungai dan OP


bangunan pantai, terlebih dulu harus dipahami pula maksud, tujuan, dan lingkup
kegiatan OP sungai dan OP bangunan pengaman pantai.

Pola pikir dimaksud digambarkan sebagaimana diperlihatkan di dalam Gambar


1.2.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 8


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

BAB 2
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

2.1 Kajian teoritis

Kata “empowerment” dan “empower” yang kemudian diterjemahkan dalam


bahasa Indonesia menjadi “pemberdayaan” dan “memberdayakan”, menurut
Merriam Webster dan Oxfort English Dictionery (dalam Prijono dan Pranarka,
1996 : 3) mengandung dua pengertian yaitu :

1. to give power or authority to, dan


2. to give ability to or enable.
Dalam pengertian pertama, pemberdayaan diartikan sebagai memberi
kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak
lain. Sedangkan dalam pengertian kedua, pemberdayan diartikan sebagai upaya
untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan.

Dari beberapa literatur dapat ditemukan beberapa definisi mengenai PM. Dari
beberapa definisi itu, ada tiga diantaranya yang hampir mempunyai kemiripan
maksud dan tujuan, yaitu sebagai berikut:

1. Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) adalah suatu proses


mengembangkan dan menguatkan kemampuan masyarakat untuk terus
terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis
sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta
dapat mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri
(Oakley, 1991; dan Fatterman, 1996).
2. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses membantu masyarakat
untuk mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga bebas dan
mampu mengatasi masalah dan sekaligus mampu mengambil keputusan
secara mandiri. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dengan
memberikan kewenangan (power), aksesibilitas terhadap sumberdaya
dan lingkungan yang akomodatif (Zimmerman, 1996:18, Ress, 1991:42).

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 9


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

3. pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi


yang menerangkan nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma
yang berbasis pada pembangunan yang bersifat people centered,
participatory, empowering dan sustainable. (Kartasasmita, 1996 mengacu
pada pendapat Chambers)
Dari tiga buah definisi diatas, pemberdayaan masyarakat dapat dimengerti
sebagai konsepsi yang lebih luas daripada hanya sekedar pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Pemberdayaan masyarakat lebih diartikan
sebagai upaya menjadikan manusia sebagai sumber, pelaku dan yang
menikmati hasil pembangunan. Dengan kata lain pembangunan dari, oleh dan
untuk masyarakat Indonesia.

Pemberdayaan merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari


perkembangan alam pemikiran dan kebudayaan masyarakat. Konsep
pemberdayaan pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana
kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara
struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional,
internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi dan lain-lain.

Memberdayakan masyarakat menurut Kartasasmita (1996 : 144) adalah upaya


untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam
kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan.

Pemberdayaan memiliki dua kecendrungan yaitu kecenderungan primer dan


kecenderungan sekunder. Kecenderungan primer menekankan pada proses
memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan
kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Kecenderungan
sekunder, merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses
menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan
mereka.

Pemberdayaan masyarakat bertujuan menghapuskan hambatan-hambatan


guna membebaskan organisasi dan orang-orang yang bekerja di dalamnya,

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 10


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

melepaskan mereka dari halangan-halangan yang hanya memperlamban reaksi


dan merintangi aksi mereka.

Sejauh ini terlihat bahwa pemberdayaan yang dilakukan menekankan


kecenderungan sekunder yang menekankan kepada proses menstimulasi,
mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihannya.

Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan


masyarakat, yang sejalan dengan definisi Sumodiningrat (1999 : 254),
“pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau
meningkatkan kemandirian masyarakat”. dengan demikian pemberdayaan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang
dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan.

Upaya pemberdayaan masyarakat menurut Kartasasmita (1996: 159) dapat


dilihat dari sudut pandang atau dimensi :

1. iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling);


2. peningkatan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam membangun
melalui berbagai bantuan dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan
sarana baik fisik maupun sosial serta mengembangkan kelembagaan di
daerah;
3. perlindungan melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah
persaingan yang tidak seimbang, dan
4. menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.
5. meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai aspek
pembangunan, sehingga setiap program yang dilaksanakan menumbuhkan
penyadaran akan minat dan kepentingan yang sama dengan tujuan
pelaksanaan suatu proyek.
Sehingga warga masyarakat dituntut untuk terlibat, tidak hanya dalam aspek
praktis tetapi juga ada keterlibatan emosional pada program tersebut.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 11


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Dari beberapa pendapat yang telah diungkapkan para ahli pemberdayaan


sebagaimana dimaksud dalam uraian diatas. Dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa sebagian besar definisi PM itu memiliki kemiripan pengertian bahwa PM
adalah merupakan suatu proses yang berkaitan dengan pengembangan dan
penguatan kemampuan masyarakat yang bertujuan agar komunitas masyarakat
yang bersangkutan terlibat dan mempunyai kemandirian dalam
menyelesaikan suatu urusan/kegiatan baik yang menyangkut pengambilan
keputusan maupun pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan hasil-hasil
pembangunan dan lingkungan hidup.

Tujuan PM dapat diwujudkan melalui berbagai cara, yaitu:

1. memprakarsai, memfasilitasi atau membantu kegiatan pengembangan dan


penguatan kemampuan masyarakat melalui pelibatan dalam proses
pembangunan yang berlangsung dinamis; dan/atau
2. melakukan upaya untuk memberikan beberapa bagian dari ruang
kewenangan (power) kepada sekelompok masyarakat, dan aksesibilitas
terhadap sumberdaya dan lingkungan yang akomodatif.
Berdasarkan definisi dan cara tersebut diatas, dapat dinyatakan bahwa hakekat
PM adalah merupakan upaya yang:

1. terencana secara sistematis


2. melibatkan banyak pihak baik pemerintah maupun pihak atau lembaga lain
yang memiliki kompetensi tertentu baik sebagai pemrakarsa ataupun
fasilitator
3. dilaksanakan secara aktif, konsisten dan berkelanjutan
Karakter unsur-unsur yang terkait dalam PM pada umumnya adalah:

1. bersifat inklusif dan partisipasif;


2. berkaitan dengan akses informasi;
3. berorientasi pada kapasitas organisasi lokal; dan
4. berfokus pada profesionalitas pelaku pemberdaya.
Keempat elemen ini mempunyai kaitan satu sama lain dan saling mendukung.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 12


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Yang dimaksud dengan inklusif adalah unsur yang berfokus pada pertanyaan
siapa yang diberdayakan. Sedangkan yang dimaksud dengan partisipasif
adalah unsur yang berfokus pada bagaimana mereka diberdayakan dan peran
apa yang akan dapat mereka mainkan setelah mereka menjadi bagian dari
kelompok yang diberdayakan.

Menyediakan ruang partisipasi bagi masyarakat, khususnya masyarakat miskin


dalam pembangunan adalah memberi mereka otoritas kontrol tertentu atas
keputusan mengenai rencana pembangunan, pelaksanaan pembangunan dan
pemanfaatan atau pengoperasian dan pemeliharaan hasil pembangunan.

Partisipasi yang keliru adalah melibatkan masyarakat dalam pembangunan


hanya untuk sekedar didengar suaranya tanpa betul-betul menyedaikan peluang
bagi mereka untuk ikut berperan dalam proses pengambilan keputusan tentang
rencana dan implementasi dari suatu rencana. Untuk mewujudkan partisipasi
aktif masyarakat, sekurang-kurang ada lima prasyarat yang harus dipenuhi,
yaitu:

1. sadar dan paham mengenai kondisi lingkungan di sekitarnya;


2. mendapatkan informasi yang benar;
3. termotivasi untuk berbuat sesuatu bagi kepentingan umum selain
kepentingannya sendiri sebagai pencerminan sumbangan individu/kelompok
terhadap nasionalisme lingkungan;
4. tahu mengenai cara-cara menyampaikan atau menyalurkan peran dimaksud
dengan benar dan tak berisiko baik bagi dirinya maupun bagi lingkungan; dan
5. mendapat respons yang positif dari unsur eksekutif dan legislatif
Partisipasi dapat disalurkan melalui berbagai cara, diantaranya yaitu:

1. secara langsung,
2. secara perwakilan, yaitu memilih wakil dari kelompok-kelompok masyarakat,
3. secara politis, yaitu melalui pemilihan terhadap mereka yang mencalonkan
diri untuk mewakili mereka,
4. berbasis informasi, yaitu dengan data yang diolah dan dilaporkan kepada
pengambil keputusan,

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 13


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

5. berbasis mekanisme pasar yang kompetitif, misalnya dengan menyediakan


insentif terhadap jasa yang telah mereka berikan.

Setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi energi yang dapat


dikembangkan, sehingga pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya
itu dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimiliki serta untuk mengembangkannya.

Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, menurut Kartasasmita (1996:159-160),


harus dilakukan melalui beberapa kegiatan :

1. menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat


berkembang (enabling),
2. memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
(empowering).
3. memberdayakan mengandung pula arti melindungi.

Disinilah letak titik tolaknya yaitu bahwa pengenalan setiap manusia, setiap
anggota masyarakat, memiliki suatu potensi energi yang selalu dapat terus
dikembangkan. Sesungguhnya tidak ada masyarakat yang sama sekali tidak
berdaya. Karena itu pemberdayaan masyarakat tidak hanya menyasar kepada
masyarakat yang telah bersikap positif terhadap sungai, bangunan sungai dan
bangunan pengaman pantai. Tetapi harus pula menyasar pada masyarakat yang
berperilaku negatif dan berperilaku apatis terhadap keadaan dan permasalahan
sungai, bangunan sungai, serta bangunan pengaman pantai.

Pemberdayaan merupakan suatu upaya yang harus diikuti dengan tetap


memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Dalam
rangka itu pula diperlukan langkah-langkah yang lebih positif selain dari
menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata
dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) serta membuka akses
untuk mereka yang diberdayakan kepada berbagai peluang (upportunities) yang
nantinya dapat membuat masyarakat menjadi semakin berdaya.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 14


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Untuk memberdayakan masyarakat diperlukan pendekatan utama adalah


bahwa masyarakat tidak dijadikan sebagai obyek melainkan subyek dari berbagai
upaya pembangunan oleh karena itu Kartasasmita (1997:29) mengatakan
pemberdayaan harus mengikuti pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

1. upaya pemberdayaan harus terarah ( targeted )


2. program pemberdayaan harus langsung mengikutsertakan atau bahkan
dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran.
3. menggunakan pendekatan kelompok
Berdasarkan kajian teoritis tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pedoman
yang akan disusun nanti hendaknya memuat mengenai hal hal sebagai berikut:

1. PM perlu diarahkan untuk menjadikan masyarakat tidak hanya sebagai


pelaku tetapi juga mampu menciptakan berbagai peluang kemitraan dengan
pemerintah agar masyarakat dapat memetik manfaat bagi kehidupan
keluarganya dari apa yang mereka ikut kerjakan. Hal ini bermakna penting
untuk meningkatkan motivasi masyarakat yang akan diberdayakan.
2. Komunitas masyarakat yang diberdayakan harus diberikan perlindungan
melalui pemihakan untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak
seimbang dengan badan usaha tertentu, misalnya badan usaha yang memilki
previlege berdasarkan izin.
3. Komunitas masyarakat yang diberdayakan tidak hanya terlibat dalam aspek
praktis saja, tetapi juga ada keterlibatan emosional dalam proses pelaksanaan
OP sungai, bangunan sungai dan OP bangunan pengaman pantai.
4. Komunitas masyarakat yang diberdayakan, pada akhirnya harus diarahkan
untuk membangun kemandirian, bahkan pada akhirnya mampu
mengembangkan jenis kegiatannya, dan dapat ikut serta mendorong
terjadinya proses replikasi di tempat lain.

2.2 Kajian terhadap prinsip yang terkait dengan penyusunan norma

Gagasan pembangunan yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat


perlu untuk dipahami sebagai suatu proses transformasi dalam hubungan sosial,
ekonomi, budaya, dan politik masyarakat. Dalam perubahan struktur, sangatlah
diharapkan terjadinya proses yang berlangsung secara alamiah, yaitu yang

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 15


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

menghasilkan keluaran yang dapat dinikmati bersama. Begitu pula sebaliknya,


yang menikmati diutamakan pada mereka yang menghasilkan.

Proses ini perlu diarahkan agar setiap upaya pemberdayaan masyarakat dapat
meningkatkan kapasitas masyarakat (capacity building) melalui penciptaan
norma atau ketentuan hukum yang berfungsi sebagai akumulasi modal yang
bersumber dari surplus yang dihasilkan. Pada gilirannya nanti akumulasi modal
itu dapat pula membuka peluang berupa penciptaan sumber pendapatan yang
dapat dinikmati oleh seluruh rakyat. Proses transformasi ini harus dapat
digerakan sendiri oleh masyarakat.

Menurut Sumodiningrat (1999 : 134), bahwa kebijaksanaan pemberdayaan


masyarakat secara umum dapat dipilah dalam tiga kelompok yaitu :

1. kebijaksanaan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran tetapi


memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat.
2. kebijaksanaan yang secara langsung mengarah pada peningkatan
kegiatan ekonomi kelompok sasaran. dan
3. kebijaksanaan khusus yang menjangkau masyarakat miskin melalui
upaya khusus.
Upaya pelibatan masyarakat dalam pengertian yang benar adalah memberi
masyarakat kewenangan untuk memutuskan sendiri mengenai hal-hal
yang menurut mereka bernilai penting bagi kehidupan mereka. Sekalipun
demikian, pilihan upaya yang tersebut terakhir ini pun harus dilakukan secara
selektif dan berhati-hati, dan jangan sampai mereka yang diberdayakan itu malah
terjerumus pada tindakan bersifat anarkhis atau haus kekuasaan. Upaya
pencegahan kearah perilaku negatif dapat dilakukan misalnya cara dengan
menentukan kriteria atau batas-batas suatu kewenangan yang boleh
didelegasikan kepada mereka. Penentuan kriteria tersebut bertujuan untuk
mencegah timbulnya situasi over-acting atau arogansi bagi kelompok masyarakat
yang diberi kewenangan tertentu, sehingga berpotensi pada penyalahgunaan
wewenang, memicu timbulnya konflik antarkelompok masyarakat dan bahkan

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 16


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

berpotensi mengabaikan kewenangan pemerintah dalam pengaturan dan


pengendalian.

Berdasarkan kajian sebagaimana tersebut di dalam sub bab ini, dapat


disimpulkan bahwa pedoman yang akan disusun nanti perlu memuat ketentuan
dan persyaratan sebagai berikut:

1. Ketentuan yang memberikan dasar bagi tercapai suasana yang mendukung


kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang tidak berkaitan langsung dengan
bidang-bidang kegiatan OP sungai dan OP bangunan pengaman pantai, tetapi
suasana dimaksud mampu memberikan efek positif bagi peningkatan kinerja
OP.
2. Persyaratan atau batas-batas suatu kewenangan yang boleh dilegasikan
kepada komunitas masyarakat yang diberdayakan bertujuan mencegah
timbulnya sikap arogansi, overakting, anarkhisme bahkan mengabaikan
kewenangan pemerintah selaku pengemban kekuasaan negara.

2.3 Kajian terhadap praktik pemberdayaan masyarakat

Dari berbagai produk publikasi baik berupa jurnal, buletin, informasi dalam
bentuk berita di media massa dapat dicatat bahwa kegiatan PM di Indonesia telah
berlangsung di berbagai sungai. Hingga sejauh ini kegiatan PM yang ada dapat
dikatakan belum terencana dalam perspektif meraih tujuan berjangka panjang
atau setidaknya berjangka menengah.

Bahkan sebagian besar diantaranya ada yang hanya bersifat serimonial belaka.
Kegiatan PM yang acapkali dihubungkan dengan even istimewa tertentu,
misalnya peringatan hari kemerdekaan, peringatan Hari Air Dunia, peringatan
hari penting di lingkungan instansi tertentu pada akhirnya tidak begitu jelas
ujungnya. Begitu pula dengan pilihan tema dan konten kegiatannya terkadang
hanya didasarkan pada pemikiran yang serba spontan dan pragmatis
menyesuaikan isu yang sedang berkembang pada saat itu, dan sama sekali tidak
terencana berdasarkan target kinerja berjangka panjang.

Selain itu sejak dua dasawarsa yang lalu banyak pula dicanangkan berbagai
gerakan konservasi sumber daya air, Bahkan diantara gerakan gerakan berskala

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 17


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

nasional ini ada pula yang diperkuat pencanangannya dengan Keputusan


Presiden dan pelaksanaannya pun melibatkan beberapa Kementerian. Munculnya
gerakan gerakan ini menandakan adanya keinginan menggelorakan semangat
peduli terhadap upaya pelestarian fungsi sungai dan kawasan pantai. Patut
disayangkan bahwa gerakan gerakan semacam ini nampaknya banyak yang
kurang terencana secara sistematis. Kalaupun ada yang sudah terencana tetapi
pelaksanaannya hanya bersifat adhock sehingga konsistensi pelaksanaannya
tidak terbukti, dan akuntabilitasnya pun masih banyak yang mengundang tanda
tanya.

Gagasan PM dalam membangun kepedulian masyarakat terhadap kelestarian


sungai dan kawasan pantai seharusnya dapat memanfaatkan adanya gerakan-
gerakan yang bersifat nasional tersebut sebagai salah satu peluang untuk
memperkuat pencapaian target PM dalam OP sungai dan OP pantai. Gaung dari
gerakan yang berskala nasional ataupun regional dan lokal, seharusnya dapat
dimanfaatkan sebagai wahana yang kondusif bagi pelaksanaan kegiatan PM
dalam OP sungai dan OP pantai.

Karena itu pedoman yang akan disusun nanti perlu memuat arahan yang bertema
menjaga konsistensi pelaksanaan PM dalam gerakan konservasi yang
sudah ada di berbagai tingkatan. Selain itu pedoman PM yang akan disusun
perlu pula memuat arahan pengelolaan terhadap gerakan/aksi komunitas
masyarakat yang telah ada di beberapa sungai agar mereka ini mampu
menjadi komponen pendukung yang sangat berarti dalam pencapaian target
kinerja OP sungai dan pantai, dan sekaligus mencegah terjadinya
penyalahgunaan wewenang dan arogansi komunitas tertentu.

Hingga kini masih banyak diantara warga masyarakat yang tidak atau belum
mengetahui mengenai manfaat pemeliharaan sungai, bangunan sungai dan
bangunan pengaman pantai. Ketidak tahuan ini menjadi salah satu faktor
penyebab utama terjadinya ketidak pedulian terhadap upaya pelestarian kondisi
sungai, bangunan sungai, dan bangunan pengaman pantai. Ketidak-tahuan, dan
ketidak-pedulian itu dibuktikan antara lain dari cacatan hasil survai lapangan di
tiga WS sebagai obyek survai. Ketidak-tahuan atau ketidak-pedulian terhadap

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 18


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

sungai dan pantai telah mengakibatkan terjadinya degradasi kondisi lingkungan


sungai, bangunan sungai dan bangunan pantai. Faktor ketidak-tahuan atau
ketidak pedulian masyarakat ini perlu menjadi cacatan untuk dimuat
solusi penanganannya di dalam substansi pedoman PM yang akan disusun
nanti.

Dalam kajian ini juga telah dilakukan survai lapangan untuk mengumpulkan data
primer ke Balai yang ditunjuk yaitu BBWS Serayu Opak, BBWS Bengawan Solo
dan BBWS Citarum. Dalam pengamatan lapangan ini, tim survai melakukan
wawancara terstruktur dengan para pihak yang berhubungan langsung dengan
topik OP sungai dan OP pantai serta PM. Subyek yang diwawancarai meliputi
para pelaku atau pelaksana kegiatan OP dan PM, yaitu dari unsur: Balai Besar
Wilayah Sungai, Pemda setempat, serta masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
di lapangan.

Survai lapangan bertujuan untuk melihat secara langsung aktivitas atau hasil
pelaksanaan PM yang terkait dengan OP sungai dan OP pantai. Data dan
informasi yang dihimpun meliputi beberapa hal mengenai:

1. proses penyusunan rencana PM,


2. proses dan metoda pelaksanaan PM,
3. jenis/bentuk kegiatan yang sudah dilaksanakan dan dihasilkan dalam
kegiatan PM
4. para pihak yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan PM,
5. bentuk peran nyata yang telah dilakukan oleh masyarakat atau kelompok
mayarakat
6. manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah
7. dampak kegiatan PM terhadap lingkungan sekitar dan lingkungan di luar
lokasi kegiatan, dan
8. foto dokumentasi selama studi lapangan dilaksanakan.

Dari kegiatan survai lapangan ini dapat diungkapkan beberapa catatan sebagai
berikut:

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 19


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Sebuah upaya cerdas telah dilakukan di Kampung Baru Kota Surakarta, yaitu
memasang kursi taman di sepanjang bantaran sungai dan kursi taman tersebut
ditata menarik dan menghadap ke sungai. Secara filosofis, upaya tersebut, adalah
menggeser kondisi status sungai dari common property menjadi private
property. Maknanya keberhasilan menggeser status menjadi private property,
maka diyakini masyarakat akan merawat sungai secara sukarela.

Upaya cerdas tersebut diperkuat dengan adanya rencana menempatkan sungai


sebagai obyek wisata andalan Kota Solo dengan menjadikannya sebagai sarana
wisata transportasi sungai. Keberhasilan ini akan memperluas wilayah dan
jumlah masyarakat yang merasa memiliki sungai tersebut (private property).
Maknanya adalah akan diyakini semakin banyak orang yang mau merawat sungai
secara sukarela. Selanjutnya keberhasilan upaya cerdas tersebut akan menjadi
alasan penyebab adanya perubahan-perubahan baik ditinjau dari hidrologis,
sosial ekonomik, sosial budaya, maupun kualitas lingkungan.

Contoh upaya cerdas yang lain dilakukan di Bumijo, tepatnya di Kampung


Badran. Upaya cerdas tersebut adalah dengan membangun fasilitas publik di
sempadan Sungai. Fasilitas tersebut berupa taman dengan pergola, kolam lele
dan kolam renang. Upaya tersebut dapat bermanfaat untuk membatasi akses
masyarakat untuk langsung menjangkau sungai. Selain itu diharapkan mampu
mencegah masyarakat untuk memanfaatkan sempadan sungai untuk hal-hal yang
bersifat pribadi dan berpotensi mengganggu fungsi sungai.

Salah satu kunci sukses pemberdayaan masyarakat adalah konsistensi.


Maknanya bahwa sebelum, selama dan sesudah kegiatan Pemberdayaan
masyarakat harus terbangun komunikasi dan kerjasama intensif diantara
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
telah berjalan merupakan kegiatan keproyekan yang terikat pada mata
anggaran. Selanjutnya dari survei didapatkan informasi bahwa setelah
kegiatan pemberdayaan masyarakat praktis tidak ada tindak lanjut yang
berarti.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 20


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Sebuah perkembangan luar biasa terkait upaya menyusun kebijakan


pembangunan, khususnya pemeliharaan sungai. Dalam hal ini Lembaga
Swadaya Masyarakat Ngrekso Lepen Mangku Keprabon telah mampu
menyampaikan beberapa saran terkait pemeliharaan sungai. Usulan
tersebut disambut baik dan dipastikan akan dilaksanakan. Bukti bahwa
usulan saran tersebut dipastikan akan dilaksanakan adalah dengan
dicantumkan dalam RPJMD Kota Surakarta.

Setiap program pemberdayaan yang dilaksanakan seyogianya mampu


memberikan manfaat, baik bagi target bagi pelaksana maupun masyarakat
sekitar. Dalam pelaksanaannya,setiap program pemberdayaan masyarakat
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari kelompok
masyarakat itu sendiri atau dari luar. Hal ini juga terjadi pada pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai di
lokasi survei, dimana terdapat faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi jalannya program yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor kekuatan internal

Ada beberapa fakor internal yang diidentifikasi menjadi kekuatan program


pemberdayaan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai di lokasi survei,
antara lain:

a. merupakan program pemerintah yang membuka peluang kerjasama


dengan berbagai pihak dalam kaitan program pemberdayaan masyarakat.
b. masyarakat memahami fungsi sungai
c. masyarakat memahami kotor dan tercemarnya sungai berpotensi sebagai
ancaman

2. Faktor-faktor kelemahan internal.

Selain itu juga terdapat beberapa faktor internal yang menjadi kelemahan
yaitu:

a. secara umum kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di bantaran


sungai kurang menguntungkan

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 21


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

b. membuang sampah ke sungai merupakan pemandangan sehari-hari


c. pemberdayaan belum merata ke berbagai wilayah sepanjang bantaran
sungai
d. pemberdayaan masyarakat tanpa dukungan pendampingan yang
memadai, hal ini esensial karena pendampingan merupakan
fasilitator,mediator, motifator, edukator, komunikator, konselor bagi
masyarakat pemanfaat program pemberdayaan.
e. Pemberdayaan hanya berorientasi pada proyek menyebabkan proses
pengawasan dari pemerintah terbatas, sehinga kemandirian masyarakat
pemanfaat program bersifat tidak berkelanjutan.

3. Faktor peluang eksternal

Sementara itu, faktor eksternal yang menjadi peluang pengembangan


program pemberdayaan masyarakat yang tinggal di tepian sungai di lokasi
survei penelitian antara lain:

a. Dukungan kebijakan pemerintah merupakan dasar yang baik bagi


program pemberdayaan masyarakat di ruang sungai.
b. adanya rencana pembangunan yang memanfaatkan sungai sebagai obyek
wisata andalan merupakan peluang sukses program pemberdayaan
masyarakat yang tinggal di tepian sungai setempat
c. sukses program kreatif penanganan pemeliharaan sungai merupakan
pendorong bagi berbagai daerah untuk membangun ide kreatif lainnya
d. Peran pendampingan merupakan salah satu program penting
pemberdayaan masyarakat.
4. Faktor ancaman eksternal

Faktor eksternal yang menjadi ancaman program di lokasi penelitian adalah:

a. Konsistensi Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat di Daerah dan Nasional


b. Kerjasama regional dan kerjasama antar instansi secara umum belum
optimal.
Berdasarkan kajian sebagaimana tersebut di dalam sub bab ini, dapat
disimpulkan bahwa pedoman yang akan disusun nanti perlu memuat berbagai

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 22


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

potensi masalah yang berpotensi terjadi dalam pelaksanaan kegiatan OP sungai


dan OP bangunan pengaman pantai. Tabel berikut memberikan contoh gambaran
mengenai arahan pengelolaan masalah yang berpotensi terjadi pada setiap jenis
kegiatan OP sungai dan OP bangunan pengaman pantai.

Tabel 2.1. Permasalahan internal OP sungai, bangunan sungai dan bangunan pengaman pantai
yang terkait dengan perilaku masyarakat.

No Kegiatan OP Deskripsi Arahan


sungai dan
Permasalahan pengelolaan masalah
bangunan
sungai dan
pantai

Keterbatasan pengetahuan Melaksanakan sosialisasi mengenai


1 Penyediaan dan
masyarakat terhadap penyediaan dan pengalokasian air.
pengalokasian
norma/ketentuan
Merespon keluhan para pihak yang
air mengenai penyediaan dan
memperoleh pelayanan air baku
pengalokasian air
Memberdayakan masyarakat dalam
Keluhan para pihak yang
penyampaian laporan mengenai
berhak memperoleh
kebocoran air di sepanjang jaringan
pelayanan air baku.
sungai
Potensi kebocoran air di
Menyediakan pos penampung laporan
sepanjang jaringan sungai
dan keluhan masyarakat
Melaksanakan sosialisasi dan
2 Pengendalian Keterbatasan kemampuan
pendampingan kepada masyarakat untuk
penggunaan air petugas OP dalam
mencegah terjadinya tindakan yang dapat
sungai melaksanakan
menimbulkan kerusakan bangunan
pengawasan terhadap
pengendali aliran sungai dan peralatan
penggunaan air
pemantau air sungai

Ketidak pedulian Membangun keaktifan masyarakat dalam


masyarakat terhadap pencegahan terhadap pengambilan air
efisiensi penggunaan air ilegal

Melaksanaan sosialisasi mengenai cara-


cara dan teknologi penggunaan air yang
efisien.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 23


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Keterbatasan kemampuan Melaksanakan sosialisasi mengenai


3 Pengelolaan
unit OP sungai dalam: manfaat pengelolaan kualitas air
kualitas air
a) pemantauan periodik Membangun keikutsertaan masyarakat
sungai
terhadap kualitas air dalam uapaya pencegahan terhadap
pada sumber air; perbuatan yang dapat menimbulkan

b) pengawasan rutin pencemaran sungai,

Meningkatkan peran masyarakat dalam


pencegahan terjadinya pencemaran air di
lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Meningkatkan kesediaan masyarakat


untuk melaporkan kepada pihak yang
berwenang dalam hal mengetahui atau
memergoki aktivitas pembuangan limbah
yang dapat diduga akan membahayakan
lingkungan sungai.

Meningkatkan kesedian masyarakat untuk


melaporkan secepatnya bila melihat
kejadian pencemaran air luar biasa
Melibatkan msyarakat dalam pelaksanaan
4 Pengendalian Keterbatasan kemampuan
kegiatan, atau membantu dalam
pemanfaatan unit OP sungai dalam
pemantauan, pengawasan dan
ruang sungai pemantauan, pengawasan
pengendalian dampak akibat kegiatan
dan pengendalian.
sbb:
1) pelaksanaan konstruksi pada ruang
sungai;
2) pemanfaatan bantaran sungai untuk
keperluan tertentu;
3) pemanfaatan lahan bekas sungai;
4) pemanfaatan sungai untuk usaha
PLTA;
5) pemanfaatan sungai sebagai
prasarana transportasi;
6) pembuangan air limbah ke sungai;
7) pengambilan komoditas tambang di
sungai; dan
8) pemanfaatan sungai untuk
perikanan budidaya dengan

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 24


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

karamba atau jaring apung.

5 Pengendalian Keterbatasan kemampuan Mengikutsertakan masyarakat dalam:


banjir (air unit OP sungai dalam
1) penelusuran lokasi yg rentan
tinggi) persiapan menghadapi
banjir 2) penyiapan bahan banjiran

3) pembentukan regu piket banjir

4) sosialisasi pedoman siaga banjir

5) perencanaan jalur evakuasi

6) penyiapan kelengkapan tempat


evakuasi dan dapur umum

7) perencanaan dan pelaksanaan


sistem komunikasi SATLAK
Penanggulangan Bencana

8) pelaksanaan simulasi menghadapi


peristiwa banjir

Keterbatasan kemampuan Mengikutsertakan masyarakat dalam:


petugas OP sungai pada 1) pelaksanaan ronda banjir
saat menghadapi banjir
2) peringatan dini bahaya banjir

3) pelaksanaan pekerjaan darurat


penanggulangan banjir

4) pelaporan kejadian banjir

Keterbatasan kemampuan Mengikutsertakan masyarakat dalam:


petugas OP sungai pada
1) pengumpulan data kerugian akibat
paska banjir
banjir

2) penyusunan rencana perbaikan


kerusakan akibat banjir

3) pelaksanaan perbaikan kerusakan


akibat banjir
Mengikutsertakan masyarakat dalam:
6 Pengendalian Keterbatasan kemampuan
1) sosialisasi mengenai pemanfaatan
pemanfaatan petugas OP sungai dalam
ruang di dataran banjir
ruang di pengendalian pemanfaatan
ruang di dataran banjir 2) pemasangan patok batas dataran
dataran banjir
banjir dan perenc zona peruntukan

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 25


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

lahan di dataran banjir

3) pemasangan peil banjir

4) pemantauan pelaksanaan ketetapan


mengenai zona peruntukan lahan di
dataran banjir

5) melaporkan kejadian pelanggaran


ketentuan mengenai zona
peruntukan lahan di dataran banjir

6) pemilihan lokasi evakuasi korban


banjir

7 Pengoperasian Keterbatasan kemampuan Mengikutsertakan masyarakat dalam

bangunan petugas OP sungai dalam mengecek kesiapan dan kesempurnaan

pengatur atau pengoperasian bangunan operasi bangunan sungai (pintu pengatur


sungai dan pengendali, pompa air, bendung
pengendali
karet, alat pantau curah hujan, alat pantau
debit dan arah
tinggi muka air)
aliran air
sungai

Penatausahaan
8 Keterbatasan pengetahuan Mengikutsertakan masyarakat dalam
sungai dan
masyarakat mengenai penempatan/pemasangan patok
bangunan
manfaat patok kilometer kilometer sungai
sungai
sungai

Pemeliharaan 1) Melaksanakan sosialisasi mengenai


9 Keterbatasan pengetahuan
ruang sungai fungsi/manfaat ruang sungai
masyarakat mengenai
2) Mengajak masyarakat agar bersedia
manfaat ruang sungai
ikut menjaga eksistensi rambu
peringatan/ larangan

3) Memberdayakan potensi masyarakat


dalam pemantauan dan pengawasan
terhadap aktivitas pemanfaatan ruang
sungai

4) Memberdayakan potensi masyarakat


dalam pengendalian pemanfaatan
ruang sungai

5) Mendorong keaktifan masyarakat

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 26


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

dalam penyampaian laporan


mengenai terjadinya pelanggaran
terhadap norma pemanfaatan ruang
sungai.

6) Meningkatkan peran masyarakat


dalam pemeliharaan ruang sungai
Pemeliharaan 1) Melaksankan sosialisasi mengenai
10 Keterbatasan pengetahuan
dataran banjir fungsi/manfat dataran banjir
masyarakat mengenai
2) Mengajak masyarakat agar bersedia
manfaat dataran banjir
ikut menjaga eksistensi rambu
peringatan/ larangan

3) Meningkatkan keswadayaan
masyarakat dalam pemantauan
terhadap aktivitas pemanfaatan ruang
di dataran banjir

4) Meningkatkan keaktifan masyarakat


dalam penyampaian laporan
mengenai terjadinya pelanggaran
terhadap norma pemanfaatan dataran
banjir.

5) Mengikutsertakan masyarakat dalam


pelestarian fungsi dataran banjir dan
eksistensi dataran banjir
Restorasi 1) Melaksanakan sosialisasi mengenai
11 Keterbatasan pengetahuan
sungai tujuan dan manfaat restorasi sungai
masyarakat mengenai
2) Melibatkan masyarakat dalam
tujuan restorasi sungai
perumusan tujuan restorasi sungai

3) Mengikutsertakan masyarakat dalam


pelaksanaan restorasi sungai

4) Mendayagunakan potensi masyarakat


dalam pelaksanaan pemeliharaan dan
pengembangan dan pendayagunaan
hasil kegiatan restorasi sungai
Pemeliharaan 1) Melaksanakan sosialisasi mengenai
12 Keterbatasan pengetahuan
bangunan manfaat/kegunaan bangunan sungai
masyarakat mengenai
sungai dan dan bangunan pengaman pantai

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 27


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

bangunan 2) Meningkatkan keaktifan masyarakat


manfaat bangunan sungai
pengaman dalam menjaga eksistensi, dan

pantai pencegahan terjadinya kerusakan


Kerusakan bangunan
bangunan sungai dan bangunan
sungai dan bangunan
pengaman pantai
pengaman pantai karena
vandalisme . 3) Mendayagunakan potensi masyarakat
dalam pemeliharaan bangunan sungai
dan bangunan pengaman pantai

4) Meningkatkan keaktifan masyarakat


untuk melaporkan kerusakan atau
terjadinya gangguan pada bangunan
sungai dan bangunan pengaman
pantai

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 28


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

2.4 Kajian mengenai implikasi penerapan ketentuan baru yang akan diatur.

Agar potensi energi masyarakat dapat diperkuat dan disalurkan untuk


menciptakan semangat menjaga atau melindungi eksistensi dan kelestarian
fungsi sungai, bangunan sungai dan bangunan pengaman pantai, maka kepada
komunitas masyarakat yang akan diberdayakan dan para pendamping
pemberdayaan perlu diberikan pengenalan dan pemahaman yang benar
mengenai fungsi tujuan, dan bentuk kegiatan OP sungai dan OP bangunan
pengaman pantai.

Pengenalan dan pemahaman ini merupakan langkah awal yang penting dalam
proses pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, terutama karena di dalam ruang
sungai dan pantai ada berbagai macam aktivitas terjadi. Aktivitas dimaksud tidak
selalu bersifat positif bagi kelestarian ekosistem sungai dan pantai, bahkan
banyak pula yang cenderung bersifat destruktif.

Selain itu, tidak semua proses dan kegiatan OP sungai bersifat bebas terbuka bagi
peran masyarakat. Begitu pula dengan kegiatan OP pantai. Karena itu mengenali
karakter pekerjaan pada setiap komponen kegiatan OP sungai dan OP
pantai berikut proses/cara pelaksanaannya merupakan bagian penting
dalam penyusunan pedoman pemberdayaan masyarakat. Memperkenalkan
kepada masyarakat mengenai karakter, tujuan, dan proses pelaksanaan kegiatan-
kegiatan OP sungai dan OP bangunan pengendali pantai merupakan hal yang
harus dilakukan. Sesudah masyarakat diberikan pemahaman mengenai karakter,
tujuan, dan proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan OP, kemudian mereka perlu
diberikan informasi mengenai batasan atau kriteria kegiatan yang
pelaksanaannya boleh dan tidak boleh dilakukan oleh masyarakat .

Jika batasan atau kriteria ini tidak disampaikan dengan sejelas-jelasnya, maka
akan berpotensi memicu terjadinya partisipaasi masyarakat yang tak terkendali
yang selanjutnya dapat menimbulkan berbagai konsekwensi atau implikasi baik
yang bersifat teknis, hukum, dan politis dan dapat pula berdampak pada resiko
sosial dan kerugian negara.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 29


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Dalam kajian ini diperoleh informasi bahwa menurut rancangan Peraturan


Menteri Tentang Pedoman Tata Cara OP Sungai dan Bangunan pengaman Pantai,
mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1.Kegiatan operasi sungai dan prasarana sungai, terdiri atas beberapa komponen
kegiatan sebagai berikut:
a. Penyediaan dan pengalokasian air
b. Pengendalian penggunaan air sungai
c. Pengelolaan kualitas air sungai
d. Pengendalian pemanfaatan ruang sungai
e. Pengendalian banjir (air tinggi)
f. Pengendalian pemanfaatan ruang di dataran banjir
g. Prakiraan dan peringatan dini bahaya banjir
h. Pengoperasian bangunan pengatur atau pengendali debit dan arah aliran
air sungai;
i. Pengoperasian bangunan atau pos pemantau kondisi hidrologi,
hidroklimatologi, dan kualitas air sungai;
j. Pengoperasian prasarana penunjang atau pendukung kegiatan OP
(peralatan dan kendaraan).
2.Kegiatan pemeliharaan sungai dan prasarana sungai, terdiri atas beberapa
komponen kegiatan sebagai berikut:
a. Penatausahaan sungai dan prasarana sungai
b. Pemeliharaan ruang sungai
c. Pemeliharaan dataran banjir
d. Restorasi sungai
e. Pemeliharaan bangunan sungai
f. Pemeliharaan bangunan/pos pemantau kondisi hidrologi,
hidroklimatologi, dan kualitas air sungai
g. Pemeliharaan prasarana penunjang dan pendukung kegiatan OP baik
berupa gedung, peralatan dan kendaraan.

3.Kegiatan OP bangunan pengaman pantai.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 30


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Kegiatan ini bertujuan menjaga kondisi bangunan pengaman pantai agar


tidak cepat mengalami kerusakan, serta untuk mewujudkan keteraturan dan
ketertiban penggunaan pantai. OP bangunan pengaman pantai terdiri atas
komponen kegiatan sebagai berikut:
a. Penatausahaan bangunan pengaman pantai
b. Pemeliharaan bangunan pengaman pantai (revetmen, tembok laut,
pemecah gelombang, krib, jetty, tanggul laut termasuk pasir pengisi)
Semua kegiatan tersebut perlu dilakukan pengkajian guna mengidentifikasi
sejauhmana peluang yang terbuka bagi peran masyarakat dalam rangka
meningkatkan pencapaian tujuan OP. Kajian dilakukan berdasarkan tinjuan dari
aspek juridis, teknis, ekonomis, sosiologis, dan ekologis guna memilah-milah jenis
kegiatan atau proses kegiatan OP mana yang eligible dan layak dikembangkan
bagi kegiatan PM.

Ruang sungai dan pantai merupakan area yang terbuka bagi publik untuk
melakukan berbagai aktivitas dan aneka tujuan. Terlebih lagi kawasan pesisir
dan pantai merupakan area yang menarik untuk dikembangkan sebagai kawasan
terbangun. Pembangunan kawasan ini terutama berkaitan dengan kepentingan
pariwisata, perindustrian dan usaha perikanan.

Sebagai konsekwensinya, di dalam ruang sungai dan pantai sangat mungkin


bahwa aktivitas yang berlangsung disana dapat berpotensi menimbulkan
dampak positif maupun negatif bagi kelangsungan kondisi dan fungsi sungai
serta pantai termasuk prasarananya. Tindakan atau aktivitas yang berdampak
negatif akan sangat bertentangan dengan maksud dan tujuan OP. Apabila di
dalam kawasan ini tidak dilakukan pengendalian dengan baik, pembangunan di
kawasan pesisir dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan alam sekitar
dan ekosistem kawasan pantai. Aktivitas masyarakat atau kelompok masyarakat
yang bersifat positif bagi sungai dan pantai perlu diarahkan, diberdayakan dan
didorong atau bahkan diperlakukan sebagai mitra kerja pemerintah dalam
melaksanakan program dan kegiatan OP sungai dan OP pantai. Pemberdayaan
kepada mereka ini akan dapat membantu mengatasi keterbatasan sumber daya

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 31


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

pemerintah dalam pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang sungai dan


pantai.

Sebagai salah satu ilustrasi dapat diungkapkan bahwa kemampuan pemerintah


dalam pengendalian pemanfaatan ruang sungai dan pengendalian pencemaran
air sungai sangat terbatas. Keterbatasan tersebut tidak hanya karena cakupan
wilayahnya yang sangat luas, tetapi juga variasi permasalahannya. Sementara itu
di beberapa ruas sungai atau pantai terdapat sekelompok masyarakat yang
sudah lama telah melakukan prakarsa perbaikan lingkungan sungai dan pantai.
Prakarsa yang dilakukan oleh komunitas masyarakat tersebut tumbuh dengan
motif ingin mengoreksi keadaan lingkungan yang mereka anggap kumuh, kotor
atau kurang nyaman sebagai tempat hidup. Aktivitas masyarakat yang
bermanfaat bagi perbaikan lingkungan sungai dan pantai semacam ini selain
perlu diberikan apresiasi juga perlu diarahkan dan diberdayakan agar dapat
terus berkembang menguat dan meluas cakupan areanya.

Pedoman PM yang disusun perlu memuat kriteria mengenai elemen atau


jenis-jenis kegiatan OP yang terbuka bagi masyarakat untuk berperan
(positif list) berdasarkan tinjauan juridis, teknis, serta kesesuaiannya dengan
kondisi lingkungan setempat. Sesudah positif list terindentifikasi, selanjutnya
perlu dilakukan pengkajian untuk menemukan rumusan strategi PM yang paling
tepat diterapkan. Strategi yang telah terumuskan akan dipergunakan sebagai
acuan dalam merancang langkah-langkah yang perlu ditempuh guna mencapai
keefektifan tujuan PM.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 32


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

BAB 3
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PER-UU-AN DAN
LITERATUR TERKAIT

3.1 Evaluasi mengenai peraturan perundang-undangan yang terkait

Sub bab ini memberikan pandangan atau usulan yang intinya mengarah pada
tujuan pembentukan kondisi yang harmoni dan sinkron secara vertikal dan
horisontal dengan peraturan perundang-undanganan yang ada; dan mencegah
tumpang tindih antaraturan.

Dalam kajian ini berhasil dihimpun dan dipelajari beberapa produk pengaturan
mengenai pemberdayaan masyarakat yang barangkali ada kemiripan hubungan
dengan pemberdayaan masyarakat dalam OP sungai dan OP bangunan pantai.
Hasil pencermatan menunjukkan bahwa hingga kini telah terbit beberapa
produk pengaturan mengenai PM yang substansinya memiliki keterkaitan baik
langsung maupun tidak langsung dengan urusan OP sungai dan OP bangunan
pengaman pantai. Produk pengaturan dimaksud ada yang diterbitkan baik oleh
instansi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum maupun instansi lain.
Garis besar substansi dari produk-produk pengaturan yang dapat dihimpun
dalam kajian ini selanjutnya diuraikan di dalam Tabel 3.1.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 33


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Tabel 3.1. Daftar produk pedoman PM yang telah diterbitkan dan berdekatan substansinya
dengan bidang OP Sungai dan OP Bangunan Pengaman Pantai

No Judul pedoman Pejabat/Instansi Garis besar substansi yang diatur


yang menerbitkan dan korelasinya dengan pedoman
pedoman yang akan disusun
1 Pedoman Umum Ditjen Cipta Karya, Memuat panduan mengenai:

3R Permukiman Kementerian PU  Perencanaan dan pelaksanaan


pengelolaan sampah terpadu 3R
berbasis msyarakat
 Upaya pengurangan sampah sejak dari
sumbernya dengan metoda yang praktis
dan teruji dalam praktik di lapangan.
2 Pedoman Memuat ketentuan mengenai:
Peraturan Menteri
Pemberdayaan
Pekerjaan Umum  Pembentukan P3A/GP3A/IP3A
P3A/GP3A/IP3A
Nomor No. 33  Keanggotaan dan susunan organisasi

/PRT/M/2007 P3A/GP3A/IP3A
 Wilayah kerja P3A/GP3A/IP3A
 Hubungan kerja P3A dengan GP3A
dan/atau IP3A dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi
 Lingkup dan Sasaran Pemberdayaan
 Metode Pemberdayaan
 Mekanisme Pemberdayaan
 Tanggung Jawab Pemberdayaan
 Pembiayaan untuk pemberdayaan
 Pemantauan dan evaluasi
3 Pedoman Teknis Direktorat  Metoda pelaksanaan kegiatan
Pemberdayaan Pengelolaan Air  Tahapan pelaksanaan kegiatan
Kelembagaan Irigasi, Ditjen  Indikator kinerja PM
Prsarana dan Sarana  Pemantauan, evaluasi, pelaporan dan
Pertanian, pengendalian
Kementerian
Pertanian, 2014
4 Panduan Indonesia Sanitation Memuat panduan mengenai:

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 34


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Pemberdayaan Sector Development  Pembentukan Kelompok Kerja Sanitasi


Masyarakat Program (ISSDP), Kota
dengan Tim Teknis  Penilaian dan Pemetaan Situasi Sanitasi
Pelibatan Jender Pembangunan Kota
dan Kemiskinan Sanitasi (TTPS),  Penyusunan Dokumen Strategi Sanitasi
dalam bekerja sama dengan Kota
Pembangunan Water  Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
Sanitasi Kota and Sanitation  Pemantauan dan Evaluasi
Program (WSP).
Bappenas, 2010
5 Pedoman Peraturan Menteri Memuat panduan untuk meningkatkan:
Pelaksanaan dan Kesehatan Republik  perubahan perilaku dan kemandirian
Pembinaan Indonesia Nomor 65 masyarakat agar hidup bersih dan
Pemberdayaan Tahun 2013 sehat,
Masyarakat
 kemandirian masyarakat dalam
Bidang Kesehatan
sistem peringatan dini,
penanggulangan dampak kesehatan
akibat bencana, serta terjadinya
wabah/KLB,

 keterpaduan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan dengan
kegiatan yang berdampak pada
income generating.
6 Pedoman Umum Direktorat Pesisir Memuat panduan mengenai:
Penyusunan dan Lautan, Ditjen
 Prinsip-prinsip perencanaan, meliputi
Rencana Kelautan, Pesisir dan
penerapan konsep bina manusia, bina
Pulau Pulau Kecil,
Pengembangan usaha, bina kelembagaan, bina
Kementerian
Desa Pesisir lingkungan dan bina siaga bencana
Kelautan dan
serta keterkaitan wilayah kecamatan.
Perikanan.
 Penyusunan rencana pengembangan
desa mulai dari persiapan, pelaksanaan
penyusunan sampai dengan penetapan,

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 35


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

pengendalian serta evaluasi program.

 Metoda pengumpulan data, metode


analisis data dan metode penyusunan
rencana.

 Evaluasi pelaksanaan rencana


pengembangan desa.
7 Panduan Pusat Kajian Hutan Merupakan panduan yang ditujukan untuk

Pemberdayaan Rakyat, Fakultas pengelola hutan. Panduan ini memuat

Lembaga Kehutanan, UGM, mengenai:


bekerjasama dengan  Penguatan dan pengembangan lembaga,
Masyarakat Desa
French Agricultural
Hutan (LMDH)  perencanaan partisipatif petak hutan
Research Centre for
pangkuan desa,
International
 kriteria dan indikator keberlanjutan
Development
sumberdaya hutan, dan
Research Unit Forest
Resources and Public  pemantauan dan evaluasi

Policies, dan Center


for International
Forestry Research
8 Pedoman Badan Pengelola  Memuat panduan bagi setiap lembaga/
Pemberdayaan Lingkungan Hidup instansi/organisasi atau bahkan
Masyarakat Prov. DKI Jakarta individu-yang ada di masyarakat yang
Dalam bekerjasama mempunyai kepedulian terhadap
Pengelolaan dengan URDI. masalah sampah di lingkungannya.
Sampah  Mencakup sampah rumah tangga yang
terdiri atas sampah organik, sampah
non organik, dan sampah bahan
beracun berbahaya (B3).
 Pedoman ini bersifat positif mencegah
potensi sampah yang mencemari atau
mengalir masuk ke sungai.
Dari hasil pencermatan mengenai substansi yang diatur di dalam delapan
pedoman sebagaimana tercantum di dalam Tabel 3.1, dapat dikatakan bahwa
pedoman yang akan disusun tidak terkandung adanya duplikasi baik dari segi
ruang lingkup kegiatan maupun lokasi kegiatan. Meskipun demikian dapat
dinyatakan bahwa diantara delapan pedoman yang ada dalam Tabel 3.1 ada yang
memuat dukungan positif dalam pencegahan terhadap pencemaran air.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 36


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

3.2 Analisa terhadap perundang-undangan yang terkait


Pedoman yang akan disusun pada dasarnya memiliki esensi tujuan untuk
meningkatkan upaya perlindungan sungai, prasarana sungai dan bangunan
pengaman pantai melalui pemberdayaan potensi energi yang ada di masyarakat
dalam pelaksanaan OP sungai, prasarana sungai dan OP bangunan pengaman
pantai. Esensi tujuan itu ternyata sejalan dengan ketentuan yang terdapat di
dalam Pasal 13 ayat (1) UU No.11 Tahun 1974 Tentang Pengairan.

Dalam Pasal 13 ayat (1) UU No.11 Tahun 1974 Tentang Pengairan dinyatakan
bahwa: “air, sumber-sumber air beserta bangunan-bangunan pengairan harus
dilindungi serta diamankan, dipertahankan dan dijaga kelestariannya, supaya
dapat memenuhi fungsinya sebagaimana tersebut di dalam Pasal 2 Undang-
undang ini, dengan jalan:

1. Melakukan usaha-usaha penyelamatan tanah dan air;


2. Melakukan pengamanan dan pengendalian daya rusak air terhadap
sumbersumbernya dan daerah sekitarnya;
3. Melakukan pencegahan terhadap terjadinya pengotoran air, yang dapat
merugikan penggunaan serta lingkungannya;
4. Melakukan pengamanan dan perlindungan terhadap bangunan-bangunan
pengairan, sehingga tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
Sedangkan substansi pengaturan yang berkaitan dengan keterlibatan masyarakat
dalam pelaksanaan perlindungan air, sumber-sumber air beserta bangunan
pengairan dapat ditemukan di dalam PP No.22 Tahun 1982 Tentang Tata
Pengaturan Air, yaitu berturut-turut dalam Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34,
dan Pasal 35. Ketentuan dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Masyarakat wajib membantu usaha pengendalian daya rusak air


2. Dalam kegiatan penanggulangan bahaya banjir masyarakat dapat diikut
sertakan sesuai dengan kepentingan dan kemampuannya
3. Masyarakat wajib membantu usaha pengendalian dan pencegahan terjadinya
pencemaran air yang dapat merugikan penggunaan air serta lingkungannya
4. Masyarakat wajib berusaha ikut melindungi, mengamankan,
mempertahankan serta menjaga kelangsungan fungsi bangunan pengairan.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 37


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

5. Masyarakat dilarang melaksanakan kegiatan dalam hubungannya dengan


penggunaan tanah yang mengakibatkan kerusakan terhadap kelangsungan
fungsi air dan/atau sumber air.
Legalitas peran masyarakat dalam pemeliharaan sungai sebagai salah satu wujud
sumber air sebagai bagian dari komponen lingkungan hidup juga dapat di
temukan di dalam Pasal 70 UU No.32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Pasal ini menyatakan bahwa:

1. Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya


untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
2. Peran masyarakat dapat berupa:
a. pengawasan sosial;
b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau
c. penyampaian informasi dan/atau laporan.
3. Peran masyarakat dilakukan untuk:
a. meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
b. meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;
c. menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
d. menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk
melakukan pengawasan sosial; serta
e. mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka
pelestarian fungsi lingkungan hidup.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 38


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

BAB 4
LANDASAN YURIDIS, MAKSUD DAN TUJUAN
PENGATURAN

4.1 Landasan yuridis


Sebagaimana telah diungkapkan dalam bab sebelumnya bahwa spirit pelibatan
masyarakat dalam penyelenggaraan urusan pengairan khususnya yang berkaitan
dengan urusan pengamanan dan perlindungan bangunan bangunan pengairan
telah dinyatakan secara jelas di dalam UU 11 tahun 1974. Spirit itu kemudian
diatur lebih lanjut di dalam PP No.22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan Air,
yaitu berturut-turut dalam Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, dan Pasal 35.
Ketentuan dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Masyarakat wajib membantu usaha pengendalian daya rusak air


2. Dalam kegiatan penanggulangan bahaya banjir masyarakat dapat diikut
sertakan sesuai dengan kepentingan dan kemampuannya
3. Masyarakat wajib membantu usaha pengendalian dan pencegahan terjadinya
pencemaran air yang dapat merugikan penggunaan air serta lingkungannya
4. Masyarakat wajib berusaha ikut melindungi, mengamankan,
mempertahankan serta menjaga kelangsungan fungsi bangunan pengairan.
5. Masyarakat dilarang melaksanakan kegiatan dalam hubungannya dengan
penggunaan tanah yang mengakibatkan kerusakan terhadap kelangsungan
fungsi air dan/atau sumber air.
Sejalan dengan itu, legalitas dari peran masyarakat inipun telah pula dinyatakan
di dalam Pasal 70 UU No.32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

Selain itu di dalam UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah pun
terdapat Pasal 12 yang dapat dimaknai sebagai ketentuan yang lebih
memperkuat mengenai urgensi pengaturan mengenai pemberdayaan masyarakat
dalam OP sungai yang memang merupakan salah satu komponen dari urusan di

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 39


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

bidang pekerjaan umum. Dalam Pasal 12 UU No.23 Tahun 2014 Tentang


Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa:
1. Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan
f. sosial.
2. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:
a. tenaga kerja;
b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;
c. pangan;
d. pertanahan;
e. lingkungan hidup;
f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;
h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
i. perhubungan;
j. komunikasi dan informatika;
k. koperasi, usaha kecil, dan menengah; ........dan seterusnya.
Berpedoman pada semua ketentuan peraturan perundangan tersebut diatas,
bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan urusan wajib yang secara implisit
harus terintegrasi ke dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan wajib di
bidang pekerjaan umum dan penataan ruang sebagai pelayanan dasar.

Walaupun peraturan perundangan-undangan tersebut diatas tidak secara


eksplisit memerintahkan bahwa Pedoman PM harus ditetapkan dalam sebuah
peraturan, tetapi Menteri PUPR dalam kapasitasnya sebagai pejabat
penyelenggara di bidang urusan pekerjaan umum mempunyai tugas untuk

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 40


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

melaksanakan pemberdayaan masyarakat di bidang OP sungai dan OP bangunan


pantai. Dalam kapasitas ini, dan sesuai dengan ketentuan yang tercantum di
dalam UU No. 12 tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangan-
Undangan yaitu dalam Pasal 8 berikut penjelasannya, bahwa Menteri dapat
menetapkan peraturan yang berkaitan dengan obyek tertentu yang bersifat
teknis mengenai hal hal yang harus dikerjakan, diperhatikan, dan dilaksanakan
sesuai dengan bidang tugas yang diatur di dalam peraturan perundang-
undangan.

Oleh karena itu legalitas dari penyusunan dan penetapan Menteri PUPR Tentang
Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pelaksanaan OP Sungai dan OP
Pantai adalah sah secara juridis, karena hal hal yang akan diatur di dalam
pedoman yang akan disusun itu berkaitan berkaitan erat dengan hal hal yang
harus dikerjakan, diperhatikan, dan dilaksanakan dalam pengelolaan sumber
daya air.

4.2 Maksud dan tujuan peraturan yang akan disusun


Konsepsi pengaturan yang akan disusun sekurang-kurangnya akan memuat
ketentuan dan arahan PM yang bertujuan untuk membangun atau mewujudkan
suasana yang kondusif agar:

1. Masyarakat mampu mengartikulasi/menyatakan kehendaknya guna


memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2. Mampu menumbuhkan suasana yang kondusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan gerakan komunitas masyarakat peduli sungai,
prasarana sungai dan bangunan pengaman pantai.
3. Peningkatan jumlah masyarakat yang menjalankan dan melakukan
inisiatif lokal dalam menghadapi masalah lingkungan sungai dan pantai di
sekitar tempat tinggalnya.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 41


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

BAB 5
RUANG LINGKUP MATERI MUATAN, SASARAN, DAN
JANGKAUAN PENGATURAN

5.1 Ketentuan umum


Peristilahan yang terkait dengan substansi rancangan pedoman yang akan
disusun mencakup beberapa istilah dan/atau frasa dengan batasan pengertian
sebagai berikut:
1. Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.
2.Prasarana sungai adalah prasarana fisik yang dibangun untuk keperluan
pengelolaan sungai termasuk fasilitas pendukung pelaksanaan OP sungai
yang berupa bangunan atau pos, peralatan, dan kendaraan.
3.Bangunan sungai adalah bangunan yang berfungsi sebagai pelindung sungai,
pendayagunaan sungai, penahan, penguat tebing sungai, pengendali dan
pengarah aliran air sungai dan sedimen.
4.Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber-
sumber air, baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah,
tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat di laut
5.Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat

pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.


6.Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air
yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan
penghidupan manusia serta lingkungannya.
7.Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di
dalamnya.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 42


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

8.Pengairan adalah suatu bidang pembinaan atas air, sumber-sumber air,


termasuk kekayaan alam bukan hewani yang terkandung di dalamnya baik
yang alamiah maupun yang telah diusahakan oleh manusia.
9.Eksploitasi dan pemeliharaan sumber air dan bangunan pengairan atau
EP Pengairan adalah kegiatan yang bertujuan menjaga keutuhan dan
kelestarian fungsi bangunan bangunan pengairan serta menjaga tata
pengairan dan tata air yang baik.
10.Operasi dan pemeliharaan sumber daya air atau OP Sumber Daya Air
adalah kegiatan EP Pengairan dalam arti luas yang mencakup kegiatan
pengaturan, pengalokasian, dan penyediaan air dan sumber air untuk
mengoptimalkan pemanfaatan prasarana sumber daya air, serta kegiatan
merawat sumber air dan prasarana sumber daya air yang ditujukan untuk
menjaga kelestarian fungsi sumber air dan prasarana sumber daya air.
11.Operasi dan pemeliharaan sungai dan prasarana sungai yang selanjutnya
disebut sebagai OP sungai dan prasarana sungai adalah tindakan
pengaturan, pengalokasian, dan penyediaan air dan ruang sungai, serta
pemeliharaan sungai dan prasarana sungai yang bertujuan untuk menjaga
kelestarian fungsi sungai dan prasarana sungai.
12.Ruang sungai adalah hamparan ruang yang terdiri atas palung sungai dan
sempadan sungai.
13.Palung sungai adalah bagian dari ruang sungai yang berfungsi sebagai
tempat air mengalir dan tempat berlangsungnya kehidupan ekosistem sungai.
14.Sempadan sungai adalah bagian dari ruang sungai yang berfungsi sebagai
tempat penyangga antara ekosistem sungai dan daratan, agar fungsi sungai
dan kegiatan manusia tidak saling terganggu.
15.Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai
yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
16.Bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung sungai dan kaki tanggul
sebelah dalam yang terletak di kiri dan/atau kanan palung sungai.
17.Dataran banjir adalah dataran di sepanjang kiri dan/atau kanan sungai yang
tergenang air pada saat banjir.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 43


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

18. Pengalokasian air adalah proses pejatahan air untuk berbagai jenis penggunaan
menurut kuantitas, tempat dan waktu penggunaan yang besarnya disesuaikan
dengan ketersediaan total volume air yang terdapat pada suatu sumber air.
19.Penyediaan air adalah tindakan menentukan dan/atau memenuhi
kebutuhan air untuk berbagai jenis penggunaan yang terukur menurut
kuantitas, waktu, dan kualitas air sesuai dengan jatah yang ditetapkan dalam
rencana alokasi air.
20.Kebutuhan air adalah volume air yang dibutuhkan oleh para pengguna air
sesuai dengan jumlah kebutuhan yang diinginkan.
21.Penggunaan air adalah semua aktivitas pemanfaatan air sungai yang
dilakukan melalui berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan tertentu baik
yang bersifat konsumtif maupun non-konsumtif.
22.Pengguna air adalah seseorang atau kelompok, lembaga, instansi atau badan
hukum tertentu yang menggunakan air dari suatu sumber air.
23.Pencemaran air adalah memasukkan atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya
24.Banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai.

25.Unit pelaksana OP adalah satuan organisasi yang mendapat tugas dan


bertanggung jawab untuk melaksanakan OP yang merupakan sub ordinat
dari instansi yang diberi wewenang dan tanggung jawab melaksanakan
urusan di bidang pengairan.
26.Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pengelolaan sumber daya air.
27.Gubernur adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah tingkat provinsi.
28.Bupati/Walikota adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah tingkat kabupaten/kota.

5.2 Materi yang akan diatur

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 44


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Konsepsi pengaturan menyajikan pertimbangan-pertimbangan yang


berkaitan dengan:
1. Indikasi kegiatan atau sub kegiatan OP sungai dan OP pantai yang kondusif
bagi penyaluran partisipasi masyarakat
2. Cara-cara atau metoda untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat
3. Cara-cara menyiapkan masyarakat sebagai subyek yang perlu dibekali
dengan pengetahuan dan informasi mengenai sungai dan bangunan
pengamanan pantai.
4. Tahapan atau langkah langkah yang akan dicapai dalam proses PM, yaitu :
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar
dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kesadaran tinggi.
b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan, ketrampilan agar terbuka wawasan dan memberikan,
ketrampilan dasar sehingga masyarakat mampu mengambil peran di
dalam pelaksanaan OP sungai dan pantai.
c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan, ketrampilan
sehingga terbentuk inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan kemandirian
5. Ketentuan, persyaratan, dan hal hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan setiap langkah kegiatan sebagaimana dimaksud di dalam poin 4.
6. Bentuk kerjasama antara pemerintah dengan lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) pendamping masyarakat yang dimungkinkan menurut ketentuan
perundang-undangan, serta
7. Cara pendampingan yang dipandang efektif dalam penyampaian program-
program pemerintah yang dapat diterapkan secara langsung oleh
masyarakat.

Berdasarkan hasil kajian mengenai substasi kegiatan OP sungai dan OP pantai


dan kajian substansial mengenai konsep dan prinsip-prinsip pemberdayaan,
tabel berikut ini menyajikan daftar mengenai kegiatan atau sub kegiatan OP
sungai dan OP pantai yang kondusif bagi ruang penyaluran partisipasi
masyarakat. Selain itu, dalam Tabel 5.1 juga diuraikan mengenai beberapa

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 45


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

bentuk peran yang dapat dilakukan masyarakat, unsur masyarakat yang


diberdayakan dan jenis kegiatan pemberdayaan yang perlu dilakukan.
Tabel 5.1. Daftar tentatif kegiatan OP sungai dan pantai yang terbuka peluang untuk
peran masyarakat dan memerlukan pemberdayaan

No Jenis kegiatan yg Bentuk Peran Unsur Jenis Kegiatan


terbuka untuk Masyarakat Masyarakat Pemberdayaan
peran yang
masayarakat diberdayakan
1 Penyediaan dan Menyampaikan Kelompok Peningkatan
pengalokasian air usulan kebutuhan pengguna air pengetahuan mengenai
air hak pakai air
Melaporkan potensi Kelompok Sosialisasi dan
kebocoran air peduli sungai peningkatan
pengetahuan
2 Pengendalian Melakukan efisiensi Kelompok Sosialisasi, peningkatan
penggunaan air penggunaan air pengguna air pengetahuan,
sungai danpendampingan
Mencegah Kelompok
pengambilan air pengguna air;
ilegal dan/atau Peningkatan
Menyampaikan
Kelompok pengetahuan,
laporan pelanggaran
peduli sungai pendampingan, dan
norma pengambilan
kerjasama
air pada sumber air
3 Pengelolaan kualitas Mencegah Penduduk di Sosialisasi, pelatihan,
air sungai pencemaran air pada sekitar sungai; dan pendampingan
sumber air dan/atau
Melaporkan kejadian Sosialisasi, pelatihan,
Kelompok
pencemaran air pada dan pendampingan
peduli sungai
sumber air
4 Pengendalian Menjaga kelestarian
pemanfaatan ruang fungsi ruang sungai
sungai dari dampak negatif Penduduk di
akibat kegiatan sekitar sungai; Sosialisasi, pelatihan,
pemanfaatan ruang dan/atau pendampingan, dan

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 46


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

sungai Kelompok kerjasama


Melaporkan
peduli sungai
pelanggaran norma
pemanfataan ruang
sungai
5 Pengendalian air mengurangi
tinggi (banjir) resiko/kerusakan Masyarakat Sosialisasi, pelatihan,
atau korban yang yang tinggal di pendampingan, dan
timbul akibat banjir, kawasan rawan kerjasama
dan menjaga banjir, dan/atau
kelestarian Kelompok
ekosistem sungai peduli sungai

6 Pengendalian Menjaga eksistensi Masyarakat


pemanfaatan ruang dataran banjir yang tinggal di Sosialisasi, peningkatan
di dataran banjir Melaporkan dataran banjir, pengetahuan, dan
pelanggaran norma dan/atau pendampingan.
pemanfaatan ruang kelompok
di dataran banjir peduli LH
7 Prakiraan dan Penyebar luasan Masyarakat
peringatan dini informasi mengenai yang tinggal di Sosialisasi, pelatihan,
bahaya banjir perkiraan waktu kawasan rawan dan pendampingan.
kejadian banjir. banjir, dan
Pelaksanaan piket
kelompok
dan ronda banjir
peduli banjir
8 Pemeliharaan ruang Menjaga eksistensi Penduduk di
sungai ruang sungai. sekitar sungai; Sosialisasi, pelatihan,
Melaporkan kasus dan pendampingan, dan
pelanggaran Kelompok kerjasama
terhadap norma peduli sungai
penggunaan ruang
sungai.
9 Pemeliharaan Menjaga eksistensi Penduduk di
dataran banjir dataran banjir. dalam dataran Sosialisasi, peningkatan
Melaporkan kasus banjir; dan pengetahuan,
pelanggaran kelompok pendampingan, dan
terhadap norma peduli LH kerjasama

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 47


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

penggunaan ruang di
dalam dataran banjir
10 Restorasi sungai Berperan aktif dalam Penduduk di Sosialisasi dan
perumusan target sekitar sungai peningkatan
restorasi sungai, yang akan pengetahuan
dilakukan
restorasi.
Kelompok
peduli sungai
Menyampaikan Penduduk di Sosialisasi, peningkatan
usulan dalam sekitar sungai pengetahuan
penyusunan rencana yang akan
restorasi dilakukan
restorasi
Berperan aktif dalam Penduduk di
pelaksanaan sekitar sungai Sosialisasi,
restorasi, yang akan pendampingan dan
Berperan dalam
dilakukan kerjasama
pemanfaatan dan
restorasi; dan
menjaga kelestarian
Kelompok
hasil restorasi
peduli
11 Pemeliharaan Ikut serta menjaga Penduduk di Peningkatan
bangunan sungai eksistensi fisik sekitar pengetahuan,
bangunan sungai bangunan; dan pendampingan, dan
Mencegah
kelompok kerjasama
vandalisme
peduli
Ikut serta dalam
perawatan
12 Pemeliharaan Ikut serta menjaga Penduduk di Peningkatan
bangunan/pos eksistensi fisik pos sekitar pos pengetahuan,
pemantau kondisi dan peralatan pantau pendampingan, dan
Mencegah
hidrologi, kerjasama
vandalisme dan
hidroklimatologi, dan
pencurian peralatan
kualitas air sungai
13 Pengendalian Menjaga kelestarian Penduduk di Peningkatan
pemanfaatan ruang fungsi sempadan tepian pantai; pengetahuan,
di dalam sempadan pantai dan pendampingan, dan

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 48


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

pantai Melaporkan Kelompok kerjasama


pelanggaran norma peduli pantai
pemanfataan ruang
sempadan pantai
14 Pemeliharaan Ikut serta menjaga Penduduk di Peningkatan
bangunan pengaman eksistensi fisik sekitar pantai; pengetahuan,
pantai bangunan pengaman dan pendampingan, dan
pantai kelompok kerjasama
peduli pantai

Partisipasi kelompok masyarakat dalam pelaksanaan OP sungai dan prasarana


sungai, serta OP bangunan pengaman pantai pada dasarnya bersifat sukarela
harus tumbuh dari kehendak dan kesadaran sendiri baik karena adanya
sosialisasi, ajakan ataupun tidak. Guna meningkatkan motivasi, memperkuat
kemandirian dan kekokohan komunitas yang sudah terbentuk, pemerintah dalam
hal tertentu dapat memberikan penugasan kepada komunitas yang bersangkutan
atas dasar perjanjian kerjasama. Bagi masyarakat yang baru tergugah kesadaran
dan kepediliannya, pemerintah diharapkan senantiasa berusaha mendorong atau
memfasilitasi proses pembentukan komunitas peduli sungai dan pantai, misalnya
dalam bentuk penyediaan bantuan teknis ataupun penyediaan tenaga fasilitator
pendamping.

5.3 Sasaran

Konsepsi pengaturan yang perlu dimuat sebagai sasaran dari pedoman yang akan
disusun sekurang-kurangnya akan mengarah pada sasaran PM menuju
terwujudnya:

1. Masyarakat yang mampu mengartikulasikan/menyatakan kehendaknya


guna memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat, antara lain melalui:

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 49


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

a. penyediaan dukungan politik untuk mengurangi segala bentuk eksploitasi


sumber daya alam yang bertentangan dengan tujuan OP sungai dan OP
pantai;
b. penghapusan berbagai aturan yang menghambat pengembangan lembaga
dan organisasi keswadayaan masayarakat dalam pelaksanaan OP sungai
dan OP pantai

2. Suasana yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan gerakan


komunitas masyarakat peduli sungai, prasarana sungai dan bangunan
pengaman pantai.
Suasana yang kondusif tersebut dapat ditumbuhkan kembangkan antara lain
melalui adanya legalitas dan kemudahan akses bagi masyarakat untuk dapat
berperan serta dalam pelaksanaan OP secara substansial. Hal tersebut dapat
diwujudkan, misalnya dengan cara:
a. Membuka peluang atau kesempatan bagi partsipasi masyarakat dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang terkandung di dalam
ruang sungai dan pantai. Melalui peluang tersebut diharapkan pula agar
masyarakat dapat meningkatan kesejahteraan hidup komunitas dan
keluarga yang kurang berdaya dari segi perekonomian rumah tangga.
b. Mengembangkan berbagai opsi kemitraan lintas pelaku dalam kegiatan
keswadayaan masyarakat, serta membuka peningkatan kemitraan
pemerintah, masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan OP sungai dan OP
bangunan pengaman pantai;
c. Mengaitkan pelaksanaan OP sungai dan OP bangunan pengaman pantai
dengan upaya penanggulangan kemiskinan dan kerawanan sosial;
d. Menyediakan prasarana dan sarana sosial ekonomi dan penyediaan
tenaga pendamping untuk mengembangkan kemampuan usaha dan
kebiasaan hidup produktif;
e. Mengembangkan sistem perlindungan sosial kepada komunitas
masyarakat yang terbukti mampu memberikan kontribusi positif bagi
upaya pengamanan, perlindungan, dan pemeliharaan sungai, prasarana
sungai dan bangunan pengaman pantai;

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 50


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

f. Memfasilitasi atau memprakarsai pelaksanaan komunikasi antar tokoh


penggerak kegiatan keswadayaan masyarakat; dan

3. Peningkatan jumlah masyarakat yang menjalankan dan melakukan


inisiatif lokal dalam menghadapi masalah lingkungan sungai dan pantai di
sekitar tempat tinggalnya, antara lain melalui :
a. Mengembangkan berbagai opsi kemitraan lintas pelaku dalam kegiatan
keswadayaan masyarakat.
b. Penyebarluasan informasi kepada organisasi sosial dan atau kelompok
masyarakat mengenai ketesediaan peluang partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan OP sungai dan prasarana sungai, serta OP bangunan
pengaman pantai;
c. Pengembangan forum lintas pelaku untuk mengintensifkan komunikasi
dan konsultasi baik antara pemerintah dan lembaga masyarakat, maupun
antar-lembaga masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik;
d. Peningkatan kapasitas daerah untuk mengelola bantuan sistem
pemberdayaan masyarakat;
e. Pengembangan kapasitas lembaga-lembaga keswadayaan masyarakat
atau komunitas tertentu.

4. Komunitas masayarakat yang memilki kekuatan, kemampuan dan


kemandirian dalam menjaga eksistensi dan keberlanjutan fungsi sungai
dari gangguan atau ancaman yang berkaitan dengan dinamika
lingkungan sosial, antara lain melalui berbagai upaya yang berorientasi
pada pembentukan keterikatan emosional masyarakat terhadap sungai.

5.4 Arah dan jangkauan


Substansi pengaturan yang akan dimuat dalam pedoman yang akan disusun
mencakup:

1. Daftar kegiatan-kegiatan OP sungai dan OP bangunan pengaman pantai yang


terbuka bagi masyarakat untuk berperan aktif di dalamnya.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 51


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

2. Siapa saja yang patut menjadi target grup pemberdayaan

3. Bentuk peran apa saja yang diharapkan dapat dimainkan oleh masyarakat

4. Bentuk kegiatan pemberdayaan yang akan diterapkan pada tiap tiap bidang
kegiatan OP sungai dan OP bangunan pengaman pantai

5. Cara-cara atau metoda pelaksanaan pemberdayaan masyarakat

6. Urutan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan


pemberdayaan.

7. Para pihak yang perlu dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan.

8. Jenis jenis usaha yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan motivasi


peran masyarakat dalam perlindungan air, sungai dan bangunan
bangunannya.

9. Ketentuan, norma, dan persyaratan yang perlu diterapkan dalam setiap


langkah sebagaimana dimaksud pada angka 6).

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 52


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

BAB 6
SARAN TINDAK LANJUT

6.1. Kebutuhan tenaga ahli penyusun pedoman

Dalam penyusunan rancangan Peraturan Menteri nanti, disarankan untuk


melibatkan beberapa orang tenaga ahli yang sekurang-kurangnya terdiri dari
atas berbagai bidang keahlian sebagai berikut:

1. Seorang sarjana teknik sipil berpendidikan minimal S2 yang berpengalaman


kerja dalam bidang pengelolaan sungai dan prasarana sungai sekurang-
kurangnya selama lima tahun.

2. Seorang sarjana teknik sipil berpendidikan minimal S1 yang berpengalaman


kerja dalam bidang bangunan pengaman pantai sekurang-kurangnya selama
lima tahun.

3. Seorang sarjana hukum berpendidikan minimal S1 yang berpengalaman


kerja dalam bidang penyusunan peraturan perundang-undangan sekurang-
kurangnya selama lima tahun.

4. Seorang sarjana sosial-ekonomi berpendidikan minimal S1 yang


berpengalaman kerja dalam bidang perekonomian mikro sekurang-
kurangnya selama lima tahun.

5. Seorang sarjana sosiologi kemasyarakatan atau sosial politik berpendidikan


minimal S1 yang berpengalaman kerja dalam bidang pelatihan dan
pendampingan masyarakat atau bidang kehumas sekurang-kurangnya selama
lima tahun.

6. Beberapa orang tenaga asisten tenaga ahli yang relevan dengan bidang tugas
tenaga ahli yang dibantunya, berpendidikan sekurang-kurangnya S1 dengan
pengalaman kerja spaling sedikit selama 3 tahun.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 53


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

6.2. Jangka waktu penyusunan pedoman


Penyusunan pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam OP Sungai dan
Prasarana Sungai serta OP Bangunan Pengaman Pantai hendaknya disediakan
waktu penyusunan paling sedikit selama 6 (enam) bulan atau 180 (seratus
delapan puluh) hari kalender.
6.3. Substansi pedoman
Pedoman yang akan disusun pada dasarnya terdiri atas dua jenis naskah, yaitu:
1. Naskah Rancangan Peraturan Menteri PUPR Tentang Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat dalam OP Sungai dan Prasarana Sungai serta
OP Bangunan Pengaman Pantai.
2. Naskah Lampiran dari naskah sebagaimana dimaksud pada butir 1. Naskah
Lampiran memuat uraian detail mengenai ruang lingkup, tujuan, metoda,
proses pelaksanaan, serta ketentuan dan persyaratan Pemberdayaan
Masyarakat dalam OP Sungai dan Prasarana Sungai serta OP Bangunan
Pengaman Pantai.
6.3.1. Subtansi yang perlu dimuat di dalam naskah Rancangan Peraturan
Menteri.
Naskah Rancangan Peraturan Menteri Tentang Pedoman Pemberdayaan
Masyarakat dalam OP Sungai dan Prasarana Sungai serta OP Bangunan
Pengaman Pantai, sekurang-kurang memuat beberapa hal pokok sebagai
berikut sebagaimana di uraikan di dalam Tabel 6.1.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 54


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Tabel 6.1. Substansi yang perlu dimuat di dalam naskah Rancangan


Peraturan Menteri

No Bagian Besar Pointer yang perlu dimuat


Isi

1 Judul Peraturan Keterangan mengenai: jenis, nomor, tahun


pengundangan atau penetapan, dan nama peraturan.
2 Pembukaan Jabatan pembentuk peraturan
Konsideran, memuat mengenai unsur: filosofis,
sosiologis, dan yuridis yang menjadi pertimbangan
dan alasan pembentukan peraturan
Dasar hukum, memuat mengenai:

 Dasar kewenangan pembentukan peraturan ini


 Peraturan perundang-undangan yang
memerintahkan pembentukan peraturan ini
Diktum, memuat:

 kata Memutuskan

 kata Menetapkan

 jenis dan nama peraturan yang diacu


3 Batang Tubuh Ketentuan umum, memuat mengenai definisi atau
batasan pengertian istilah atau nomenklatur yang
disebut beberapa kali di dalam materi pokok batang
tubuh peraturan
Materi pokok yang diatur, memuat mengenai:

 Tujuan PM

 Prinsip PM

 Arah PM

 Strategi PM

 Metode PM

 Langkah langkah yang perlu dilakukan

 Hal-hal yang perlu diperhatikan pada setiap


langkah kegiatan

 Ketentuan dan persyaratan

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 55


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

 Wewenang dan tanggung jawab pemerintah


dan pearngkatnya

 Hak dan kewajiban masyarakat yang


diberdayakan
Ketentuan peralihan (jika diperlukan), memuat
mengenai penyesuaian pengaturan tindakan
hukum atau hubungan hukum yang sudah ada
berdasarkan Peraturan yang lama terhadap
Peraturan yang baru, yang bertujuan untuk:

 menghindari terjadinya kekosongan hukum;

 menjamin kepastian hukum;

 memberikan perlindungan hukum bagi pihak


yang terkena dampak perubahan ketentuan
Peraturan; dan

 mengatur hal-hal yang bersifat transisional


atau bersifat sementara.
Ketentuan penutup, memuat mengenai:

 penunjukan organ atau alat kelengkapan yang


melaksanakan Peraturan;

 nama singkat Peraturan Perundang-undangan;

 status Peraturan yang sudah ada; dan

 saat mulai berlaku Peraturan


4 Lampiran Teks naskah lengkap Pedoman Pemberdayaan
Masyarakat dalam OP Sungai dan OP Bangunan
Pengaman Pantai, berikut Daftar isi dan Daftar
Pustaka.

6.3.2. Subtansi yang perlu dimuat di dalam naskah Lampiran.


Yang dimaksud dengan naskah Lampiran adalah naskah yang berisi
substansi teknis pemberdayaan masyarakat dalam OP sungai dan OP
bangunan pengaman pantai. Naskah Lampiran ini sekurang-kurangnya
memuat beberapa bab dan pointer sebagaimana tercantum di dalam Tabel
6.2.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 56


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

Tabel 6.2. Saran mengenai pokok-pokok isi Naskah Lampiran Peraturan


Menteri

No Judul Bab Pokok-pokok isi

1 Pendahuluan Latar belakang, menguraikan:

 kondisi unum kerusakan sungai dan


prasarananya termasuk bangunan pengaman
pantai
 Implikasinya kerusakan terhadap
perekonomian, keberlanjutan pembangunan
dan kesejahteraan masyarakat .

 Faktor-faktor penyebab terjadinya kerusakan


dan keterkaitannya dengan OP sungai dan
pemberdayaan masyarakat

Kegunaan Pedoman
Pengguna pedoman

Penggunaan pedoman

2 Definisi dan Tujuan  Definisi PM


PM  Tujuan PM

 Landasan hukum PM

 Prinsip/ asas-asas PM
3 Kegiatan PM dalam OP  Daftar kegiatan OP yang terbuka bagi
Sungai dan OP masyarakat untuk berperan aktif.

bangunan pengaman  Target grup PM pada setiap komponen kegiatan


pantai OP

 Bentuk peran yang dapat dimainkan oleh target


grup PM
4 Strategi dan deskripsi  Strategi PM yang perlu diterapkan
dari input kegiatan PM  Input kegiatan PM yang perlu dilakukan pada
yang perlu dilakukan setiap komponen kegiatan OP.
pada setiap komponen  Cara-cara atau metoda pelaksanaan PM
kegiatan OP.

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 57


Konsepsi Pengaturan Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka OP Sungai dan Pantai

5 Penyusunan rencana  Urutan langkah langkah yang perlu dilakukan


PM pada setiap dalam perencanaan PM

komponen kegiatan  Para pihak yang perlu dilibatkan dalam


OP. prencanaan PM

 Jenis jenis usaha yang dapat dikembangkan


guna meningkatkan motivasi peran
masyarakat

 Ketentuan, norma, dan persyaratan yang perlu


diterapkan dalam PM

 Komponen pembiayan dalam PM


6 Pelaksanaan PM  Urutan langkah langkah yang perlu dilakukan
dalam pelaksanan PM

 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam setiap


langkah pelaksanaan

 Cara atau metoda pelaksanaan PM


7 Pemantuan dan  Tujuan pemantauan dan evaluasi
Evaluasi Pelaksanaan  Hal hal yang dipantau
PM  Cara atau metoda pemantauan dan evaluasi

 Pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi

PT. CATURBINA GUNA PERSADA 58

Anda mungkin juga menyukai