PENDAHULUAN
1. Kian banyak sungai mengalami penurunan mutu air baik karena limbah cair
maupun limbah padat yang dibuang tidak sebagaimana mestinya.
2. Semakin banyak sungai yang mengalami pendangkalan baik karena terisi
sedimen yang berasal dari erosi lahan di daerah tangkapan air maupun
karena tumpukan sampah padat.
3. Kawasan yang rentan terpapar banjir dan kekeringan, semakin meluas dan
paparannya tereskalasi di hampir seluruh kota dan kabupaten.
4. Banyak prasarana dan sarana sungai yang kurang terawat sehingga tidak
dapat berfungsi optimal sesuai dengan kinerja layanan yang direncanakan.
5. Banyak struktur bawah bangunan sungai dalam keadaan kritis akibat
degradasi dasar sungai karena lemahnya pengendalian dan pengawasan
terhadap aktivitas pengambilan material di sungai.
6. Terjadi kerusakan tebing sungai akibat aktivitas transportasi sungai,
vandalisme serta aktivitas pembangunan lainnya.
7. Semakin banyak sungai dan sumber sumber air lainnya yang tergusur,
terdesak atau dirambah oleh pertumbuhan kawasan permukiman dan
peruntukan lain.
Keadaan tersebut diatas merupakan beban dan tantangan yang berat dalam
pencapaian tujuan OP sungai dan bangunan sungai, serta OP bangunan
pengaman pantai, yaitu untuk menjaga kondisi dan kelestarian fungsi sungai
beserta bangunan-bangunannya, serta mengoptimalkan kemanfaatan sungai
bagi masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
a. cuaca ekstrim, aliran air bah, tanah longsor, gelombang pasang, gempa
bumi, letusan gunung berapi;
2. Perilaku apatis, yang diekspresikan dalam bentuk sikap acuh, masa bodoh,
dan pembiaran terhadap permasalahan yang terjadi pada sungai, bangunan
sungai dan bangunan pengaman pantai.
Begitu pula dari pihak dunia usaha pun tidak sedikit diantaranya yang telah
ikut andil dengan cara menyediakan donasi dari sebagian laba perusahaan
untuk mendukung pembiayaan kegiatan konservasi atau pemeliharaan
sumber daya alam dan lingkungan melalui program company social
responsibility (CSR).
Sebagai acuan, pedoman ini harus memiliki legalitas yang kuat dalam
mendukung keberlanjutan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat
agar ditaati oleh semua pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan
pemberdayaan. Karena itu pedoman ini perlu ditetapkan sebagai salah satu
oleh pejabat yang berwenang sebagai produk peraturan perundang-undangan.
Untuk mencapai harapan tersebut, pedoman yang akan disusun perlu dikemas
dalam Peraturan Tentang Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka
Pelaksanaan OP Sungai dan OP Bangunan Pantai. Sesuai dengan prosedur dan
tata cara pembentukan peraturan perundang-undangan, maka sebelum
rancangan peraturan tersebut disusun, terlebih dulu dilakukan kajian
mengenai konsepsi pengaturan. Melalui naskah yang termuat dalam buku
Kemanfaatan
Kontra maksimal bagi
Pro OP masy. dan LH
OP
BAB 2
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
Dari beberapa literatur dapat ditemukan beberapa definisi mengenai PM. Dari
beberapa definisi itu, ada tiga diantaranya yang hampir mempunyai kemiripan
maksud dan tujuan, yaitu sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan inklusif adalah unsur yang berfokus pada pertanyaan
siapa yang diberdayakan. Sedangkan yang dimaksud dengan partisipasif
adalah unsur yang berfokus pada bagaimana mereka diberdayakan dan peran
apa yang akan dapat mereka mainkan setelah mereka menjadi bagian dari
kelompok yang diberdayakan.
1. secara langsung,
2. secara perwakilan, yaitu memilih wakil dari kelompok-kelompok masyarakat,
3. secara politis, yaitu melalui pemilihan terhadap mereka yang mencalonkan
diri untuk mewakili mereka,
4. berbasis informasi, yaitu dengan data yang diolah dan dilaporkan kepada
pengambil keputusan,
Disinilah letak titik tolaknya yaitu bahwa pengenalan setiap manusia, setiap
anggota masyarakat, memiliki suatu potensi energi yang selalu dapat terus
dikembangkan. Sesungguhnya tidak ada masyarakat yang sama sekali tidak
berdaya. Karena itu pemberdayaan masyarakat tidak hanya menyasar kepada
masyarakat yang telah bersikap positif terhadap sungai, bangunan sungai dan
bangunan pengaman pantai. Tetapi harus pula menyasar pada masyarakat yang
berperilaku negatif dan berperilaku apatis terhadap keadaan dan permasalahan
sungai, bangunan sungai, serta bangunan pengaman pantai.
Proses ini perlu diarahkan agar setiap upaya pemberdayaan masyarakat dapat
meningkatkan kapasitas masyarakat (capacity building) melalui penciptaan
norma atau ketentuan hukum yang berfungsi sebagai akumulasi modal yang
bersumber dari surplus yang dihasilkan. Pada gilirannya nanti akumulasi modal
itu dapat pula membuka peluang berupa penciptaan sumber pendapatan yang
dapat dinikmati oleh seluruh rakyat. Proses transformasi ini harus dapat
digerakan sendiri oleh masyarakat.
Dari berbagai produk publikasi baik berupa jurnal, buletin, informasi dalam
bentuk berita di media massa dapat dicatat bahwa kegiatan PM di Indonesia telah
berlangsung di berbagai sungai. Hingga sejauh ini kegiatan PM yang ada dapat
dikatakan belum terencana dalam perspektif meraih tujuan berjangka panjang
atau setidaknya berjangka menengah.
Bahkan sebagian besar diantaranya ada yang hanya bersifat serimonial belaka.
Kegiatan PM yang acapkali dihubungkan dengan even istimewa tertentu,
misalnya peringatan hari kemerdekaan, peringatan Hari Air Dunia, peringatan
hari penting di lingkungan instansi tertentu pada akhirnya tidak begitu jelas
ujungnya. Begitu pula dengan pilihan tema dan konten kegiatannya terkadang
hanya didasarkan pada pemikiran yang serba spontan dan pragmatis
menyesuaikan isu yang sedang berkembang pada saat itu, dan sama sekali tidak
terencana berdasarkan target kinerja berjangka panjang.
Selain itu sejak dua dasawarsa yang lalu banyak pula dicanangkan berbagai
gerakan konservasi sumber daya air, Bahkan diantara gerakan gerakan berskala
Karena itu pedoman yang akan disusun nanti perlu memuat arahan yang bertema
menjaga konsistensi pelaksanaan PM dalam gerakan konservasi yang
sudah ada di berbagai tingkatan. Selain itu pedoman PM yang akan disusun
perlu pula memuat arahan pengelolaan terhadap gerakan/aksi komunitas
masyarakat yang telah ada di beberapa sungai agar mereka ini mampu
menjadi komponen pendukung yang sangat berarti dalam pencapaian target
kinerja OP sungai dan pantai, dan sekaligus mencegah terjadinya
penyalahgunaan wewenang dan arogansi komunitas tertentu.
Hingga kini masih banyak diantara warga masyarakat yang tidak atau belum
mengetahui mengenai manfaat pemeliharaan sungai, bangunan sungai dan
bangunan pengaman pantai. Ketidak tahuan ini menjadi salah satu faktor
penyebab utama terjadinya ketidak pedulian terhadap upaya pelestarian kondisi
sungai, bangunan sungai, dan bangunan pengaman pantai. Ketidak-tahuan, dan
ketidak-pedulian itu dibuktikan antara lain dari cacatan hasil survai lapangan di
tiga WS sebagai obyek survai. Ketidak-tahuan atau ketidak-pedulian terhadap
Dalam kajian ini juga telah dilakukan survai lapangan untuk mengumpulkan data
primer ke Balai yang ditunjuk yaitu BBWS Serayu Opak, BBWS Bengawan Solo
dan BBWS Citarum. Dalam pengamatan lapangan ini, tim survai melakukan
wawancara terstruktur dengan para pihak yang berhubungan langsung dengan
topik OP sungai dan OP pantai serta PM. Subyek yang diwawancarai meliputi
para pelaku atau pelaksana kegiatan OP dan PM, yaitu dari unsur: Balai Besar
Wilayah Sungai, Pemda setempat, serta masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
di lapangan.
Survai lapangan bertujuan untuk melihat secara langsung aktivitas atau hasil
pelaksanaan PM yang terkait dengan OP sungai dan OP pantai. Data dan
informasi yang dihimpun meliputi beberapa hal mengenai:
Dari kegiatan survai lapangan ini dapat diungkapkan beberapa catatan sebagai
berikut:
Sebuah upaya cerdas telah dilakukan di Kampung Baru Kota Surakarta, yaitu
memasang kursi taman di sepanjang bantaran sungai dan kursi taman tersebut
ditata menarik dan menghadap ke sungai. Secara filosofis, upaya tersebut, adalah
menggeser kondisi status sungai dari common property menjadi private
property. Maknanya keberhasilan menggeser status menjadi private property,
maka diyakini masyarakat akan merawat sungai secara sukarela.
Selain itu juga terdapat beberapa faktor internal yang menjadi kelemahan
yaitu:
Tabel 2.1. Permasalahan internal OP sungai, bangunan sungai dan bangunan pengaman pantai
yang terkait dengan perilaku masyarakat.
Penatausahaan
8 Keterbatasan pengetahuan Mengikutsertakan masyarakat dalam
sungai dan
masyarakat mengenai penempatan/pemasangan patok
bangunan
manfaat patok kilometer kilometer sungai
sungai
sungai
3) Meningkatkan keswadayaan
masyarakat dalam pemantauan
terhadap aktivitas pemanfaatan ruang
di dataran banjir
2.4 Kajian mengenai implikasi penerapan ketentuan baru yang akan diatur.
Pengenalan dan pemahaman ini merupakan langkah awal yang penting dalam
proses pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, terutama karena di dalam ruang
sungai dan pantai ada berbagai macam aktivitas terjadi. Aktivitas dimaksud tidak
selalu bersifat positif bagi kelestarian ekosistem sungai dan pantai, bahkan
banyak pula yang cenderung bersifat destruktif.
Selain itu, tidak semua proses dan kegiatan OP sungai bersifat bebas terbuka bagi
peran masyarakat. Begitu pula dengan kegiatan OP pantai. Karena itu mengenali
karakter pekerjaan pada setiap komponen kegiatan OP sungai dan OP
pantai berikut proses/cara pelaksanaannya merupakan bagian penting
dalam penyusunan pedoman pemberdayaan masyarakat. Memperkenalkan
kepada masyarakat mengenai karakter, tujuan, dan proses pelaksanaan kegiatan-
kegiatan OP sungai dan OP bangunan pengendali pantai merupakan hal yang
harus dilakukan. Sesudah masyarakat diberikan pemahaman mengenai karakter,
tujuan, dan proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan OP, kemudian mereka perlu
diberikan informasi mengenai batasan atau kriteria kegiatan yang
pelaksanaannya boleh dan tidak boleh dilakukan oleh masyarakat .
Jika batasan atau kriteria ini tidak disampaikan dengan sejelas-jelasnya, maka
akan berpotensi memicu terjadinya partisipaasi masyarakat yang tak terkendali
yang selanjutnya dapat menimbulkan berbagai konsekwensi atau implikasi baik
yang bersifat teknis, hukum, dan politis dan dapat pula berdampak pada resiko
sosial dan kerugian negara.
1.Kegiatan operasi sungai dan prasarana sungai, terdiri atas beberapa komponen
kegiatan sebagai berikut:
a. Penyediaan dan pengalokasian air
b. Pengendalian penggunaan air sungai
c. Pengelolaan kualitas air sungai
d. Pengendalian pemanfaatan ruang sungai
e. Pengendalian banjir (air tinggi)
f. Pengendalian pemanfaatan ruang di dataran banjir
g. Prakiraan dan peringatan dini bahaya banjir
h. Pengoperasian bangunan pengatur atau pengendali debit dan arah aliran
air sungai;
i. Pengoperasian bangunan atau pos pemantau kondisi hidrologi,
hidroklimatologi, dan kualitas air sungai;
j. Pengoperasian prasarana penunjang atau pendukung kegiatan OP
(peralatan dan kendaraan).
2.Kegiatan pemeliharaan sungai dan prasarana sungai, terdiri atas beberapa
komponen kegiatan sebagai berikut:
a. Penatausahaan sungai dan prasarana sungai
b. Pemeliharaan ruang sungai
c. Pemeliharaan dataran banjir
d. Restorasi sungai
e. Pemeliharaan bangunan sungai
f. Pemeliharaan bangunan/pos pemantau kondisi hidrologi,
hidroklimatologi, dan kualitas air sungai
g. Pemeliharaan prasarana penunjang dan pendukung kegiatan OP baik
berupa gedung, peralatan dan kendaraan.
Ruang sungai dan pantai merupakan area yang terbuka bagi publik untuk
melakukan berbagai aktivitas dan aneka tujuan. Terlebih lagi kawasan pesisir
dan pantai merupakan area yang menarik untuk dikembangkan sebagai kawasan
terbangun. Pembangunan kawasan ini terutama berkaitan dengan kepentingan
pariwisata, perindustrian dan usaha perikanan.
BAB 3
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PER-UU-AN DAN
LITERATUR TERKAIT
Sub bab ini memberikan pandangan atau usulan yang intinya mengarah pada
tujuan pembentukan kondisi yang harmoni dan sinkron secara vertikal dan
horisontal dengan peraturan perundang-undanganan yang ada; dan mencegah
tumpang tindih antaraturan.
Dalam kajian ini berhasil dihimpun dan dipelajari beberapa produk pengaturan
mengenai pemberdayaan masyarakat yang barangkali ada kemiripan hubungan
dengan pemberdayaan masyarakat dalam OP sungai dan OP bangunan pantai.
Hasil pencermatan menunjukkan bahwa hingga kini telah terbit beberapa
produk pengaturan mengenai PM yang substansinya memiliki keterkaitan baik
langsung maupun tidak langsung dengan urusan OP sungai dan OP bangunan
pengaman pantai. Produk pengaturan dimaksud ada yang diterbitkan baik oleh
instansi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum maupun instansi lain.
Garis besar substansi dari produk-produk pengaturan yang dapat dihimpun
dalam kajian ini selanjutnya diuraikan di dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Daftar produk pedoman PM yang telah diterbitkan dan berdekatan substansinya
dengan bidang OP Sungai dan OP Bangunan Pengaman Pantai
/PRT/M/2007 P3A/GP3A/IP3A
Wilayah kerja P3A/GP3A/IP3A
Hubungan kerja P3A dengan GP3A
dan/atau IP3A dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi
Lingkup dan Sasaran Pemberdayaan
Metode Pemberdayaan
Mekanisme Pemberdayaan
Tanggung Jawab Pemberdayaan
Pembiayaan untuk pemberdayaan
Pemantauan dan evaluasi
3 Pedoman Teknis Direktorat Metoda pelaksanaan kegiatan
Pemberdayaan Pengelolaan Air Tahapan pelaksanaan kegiatan
Kelembagaan Irigasi, Ditjen Indikator kinerja PM
Prsarana dan Sarana Pemantauan, evaluasi, pelaporan dan
Pertanian, pengendalian
Kementerian
Pertanian, 2014
4 Panduan Indonesia Sanitation Memuat panduan mengenai:
keterpaduan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan dengan
kegiatan yang berdampak pada
income generating.
6 Pedoman Umum Direktorat Pesisir Memuat panduan mengenai:
Penyusunan dan Lautan, Ditjen
Prinsip-prinsip perencanaan, meliputi
Rencana Kelautan, Pesisir dan
penerapan konsep bina manusia, bina
Pulau Pulau Kecil,
Pengembangan usaha, bina kelembagaan, bina
Kementerian
Desa Pesisir lingkungan dan bina siaga bencana
Kelautan dan
serta keterkaitan wilayah kecamatan.
Perikanan.
Penyusunan rencana pengembangan
desa mulai dari persiapan, pelaksanaan
penyusunan sampai dengan penetapan,
Dalam Pasal 13 ayat (1) UU No.11 Tahun 1974 Tentang Pengairan dinyatakan
bahwa: “air, sumber-sumber air beserta bangunan-bangunan pengairan harus
dilindungi serta diamankan, dipertahankan dan dijaga kelestariannya, supaya
dapat memenuhi fungsinya sebagaimana tersebut di dalam Pasal 2 Undang-
undang ini, dengan jalan:
BAB 4
LANDASAN YURIDIS, MAKSUD DAN TUJUAN
PENGATURAN
Selain itu di dalam UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah pun
terdapat Pasal 12 yang dapat dimaknai sebagai ketentuan yang lebih
memperkuat mengenai urgensi pengaturan mengenai pemberdayaan masyarakat
dalam OP sungai yang memang merupakan salah satu komponen dari urusan di
Oleh karena itu legalitas dari penyusunan dan penetapan Menteri PUPR Tentang
Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pelaksanaan OP Sungai dan OP
Pantai adalah sah secara juridis, karena hal hal yang akan diatur di dalam
pedoman yang akan disusun itu berkaitan berkaitan erat dengan hal hal yang
harus dikerjakan, diperhatikan, dan dilaksanakan dalam pengelolaan sumber
daya air.
BAB 5
RUANG LINGKUP MATERI MUATAN, SASARAN, DAN
JANGKAUAN PENGATURAN
18. Pengalokasian air adalah proses pejatahan air untuk berbagai jenis penggunaan
menurut kuantitas, tempat dan waktu penggunaan yang besarnya disesuaikan
dengan ketersediaan total volume air yang terdapat pada suatu sumber air.
19.Penyediaan air adalah tindakan menentukan dan/atau memenuhi
kebutuhan air untuk berbagai jenis penggunaan yang terukur menurut
kuantitas, waktu, dan kualitas air sesuai dengan jatah yang ditetapkan dalam
rencana alokasi air.
20.Kebutuhan air adalah volume air yang dibutuhkan oleh para pengguna air
sesuai dengan jumlah kebutuhan yang diinginkan.
21.Penggunaan air adalah semua aktivitas pemanfaatan air sungai yang
dilakukan melalui berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan tertentu baik
yang bersifat konsumtif maupun non-konsumtif.
22.Pengguna air adalah seseorang atau kelompok, lembaga, instansi atau badan
hukum tertentu yang menggunakan air dari suatu sumber air.
23.Pencemaran air adalah memasukkan atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya
24.Banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai.
penggunaan ruang di
dalam dataran banjir
10 Restorasi sungai Berperan aktif dalam Penduduk di Sosialisasi dan
perumusan target sekitar sungai peningkatan
restorasi sungai, yang akan pengetahuan
dilakukan
restorasi.
Kelompok
peduli sungai
Menyampaikan Penduduk di Sosialisasi, peningkatan
usulan dalam sekitar sungai pengetahuan
penyusunan rencana yang akan
restorasi dilakukan
restorasi
Berperan aktif dalam Penduduk di
pelaksanaan sekitar sungai Sosialisasi,
restorasi, yang akan pendampingan dan
Berperan dalam
dilakukan kerjasama
pemanfaatan dan
restorasi; dan
menjaga kelestarian
Kelompok
hasil restorasi
peduli
11 Pemeliharaan Ikut serta menjaga Penduduk di Peningkatan
bangunan sungai eksistensi fisik sekitar pengetahuan,
bangunan sungai bangunan; dan pendampingan, dan
Mencegah
kelompok kerjasama
vandalisme
peduli
Ikut serta dalam
perawatan
12 Pemeliharaan Ikut serta menjaga Penduduk di Peningkatan
bangunan/pos eksistensi fisik pos sekitar pos pengetahuan,
pemantau kondisi dan peralatan pantau pendampingan, dan
Mencegah
hidrologi, kerjasama
vandalisme dan
hidroklimatologi, dan
pencurian peralatan
kualitas air sungai
13 Pengendalian Menjaga kelestarian Penduduk di Peningkatan
pemanfaatan ruang fungsi sempadan tepian pantai; pengetahuan,
di dalam sempadan pantai dan pendampingan, dan
5.3 Sasaran
Konsepsi pengaturan yang perlu dimuat sebagai sasaran dari pedoman yang akan
disusun sekurang-kurangnya akan mengarah pada sasaran PM menuju
terwujudnya:
3. Bentuk peran apa saja yang diharapkan dapat dimainkan oleh masyarakat
4. Bentuk kegiatan pemberdayaan yang akan diterapkan pada tiap tiap bidang
kegiatan OP sungai dan OP bangunan pengaman pantai
BAB 6
SARAN TINDAK LANJUT
6. Beberapa orang tenaga asisten tenaga ahli yang relevan dengan bidang tugas
tenaga ahli yang dibantunya, berpendidikan sekurang-kurangnya S1 dengan
pengalaman kerja spaling sedikit selama 3 tahun.
kata Memutuskan
kata Menetapkan
Tujuan PM
Prinsip PM
Arah PM
Strategi PM
Metode PM
Kegunaan Pedoman
Pengguna pedoman
Penggunaan pedoman
Landasan hukum PM
Prinsip/ asas-asas PM
3 Kegiatan PM dalam OP Daftar kegiatan OP yang terbuka bagi
Sungai dan OP masyarakat untuk berperan aktif.