BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
rumah sakit saat anak dalam masa perawatan sering didapatkan anak sering
menangis, terlihat gelisah, rewel dan bersikap tidak kooperatif. Hal tersebut dapat
terjadinya karena ada rasa takut anak terhadap pengobatan, terlebih lagi terhadap
tindakan yang sifat melukai jaringan seperti pemasangan infus serta peralatan
medis dan lingkungan sekitar yang tampak asing bagi anak (Ambarwati, 2015).
tidak hanya mengganggu psikologi anak, tetapi juga akan berpengaruh terhadap
keperawatan yang akan diberikan misalnya saat melakukan tindakan “Insersi IV”
pada anak. Rasa nyeri yang disebabkan oleh tindakan insersi dapat menimbulkan
keperawatan. Nyeri pada anak merupakan satu hal kompleks, individual, subjektif
dan merupakan hal yang umum terjadi. Apabila tidak diatasi membuat anak
32
Prosedur tindakan invasive yang rutin dilakukan pada anak yang dirawat
menimbulkan kondisi nyeri akut bagi anak, artinya nyeri yang dirasakan hanya
berlangsung dengan periode waktu yang singkat sekitar 1 menit saat penusukan
(Sarfika, 2015). Walco (2008) dalam Maharani (2018) yang meneliti tentang
prevalensi nyeri dan sumber utama penyebab nyeri pada 200 anak yang dirawat di
yang menyebabkan nyeri dengan hasil 83 % dialami oleh anak usia prasekolah (3-6
tahun).
Salah satu teknik distraksi yang dapat dilakukan pada anak dalam
penatalaksanaan nyeri adalah menonton kartun animasi. Pada film animasi terdapat
unsur gambar warna dan cerita sehingga anak-anak menyukai menonton kartun
animasi. Ketika anak lebih fokus pada kegiatan menonton flim kartun, hal tersebut
membuat impuls nyeri akibat adanya cidera tidak mengalir melalui tulang
belakang, pesan tidak mencapai otak sehingga anak tidak merasakan nyeri
(Sarfika, 2015).
pemasangan infus di rumah sakit khususnya di instalasi gawat darurat cukup tinggi
yaitu 85 % per tahun. 120 juta orang dari 190 juta pasien yang di rawat di rumah
sementara angka kesakitan anak di daerah perkotaan sebesar 14,47 % (Profil Anak
Indonesia, 2015).
populasi anak yang dirawat dirumah sakit meningkat, sehingga semakin banyak
Perhimpunan Nasional Rumah Sakit Anak di Amerika, sebanyak 6,5 juta anak /
tahun yang menjalani perawatan di rumah sakit dengan usia kurang dari 17 tahun
angka kesakitan anak tertinggi terdapat pada umur 1-2 tahun yakni pada anak
perawatan selama 4 hari. Proporsi angka kesakitan anak di ruang rawat anak RSUD
Sungai Dareh pada tahun 2017 adalah 432 anak dan pada tahun 2018 meningkat
sebanyak 521 anak dengan usia terbanyak berada direntang usia 1-3 tahun
(Toddler).
B. Rumusan Masalah
dengan judul “Pengaruh tehnik distraksi menoton video kartun terhadap tingkat
nyeri anak pra sekolah yang dilakukan tindakan insersi IV di Ruang Rawat Inap
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
tingkat nyeri anak pra sekolah yang dilakukan tindakan insersi IV di Ruang
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui rata-rata tingkat nyeri anak usia pra sekolah saat dilakukan
animasi di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Sungai Dareh tahun 2019.
b. Mengetahui rata-rata tingkat nyeri anak usia pra sekolah saat dilakukan
animasi di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Sungai Dareh tahun 2019.
tingkat nyeri anak saat dilakukan tindakan insersi IV di Ruang Rawat Inap
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan menjadi data dasar untuk penelitian lebih lanjut terkait
pengaruh tehnik distraksi menoton video kartun terhadap tingkat nyeri anak
pra sekolah yang dilakukan tindakan insersi IV dan juga menjadi referensi
penggunaan perlakuan atau metode lain guna membantu mengurangi rasa nyeri
E. Ruang Lingkup
sesudah (postest) perlakuan dan pengumpulan data akan dilakukan pada bulan
November 2019 di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Sungai Dareh untuk mengetahui
pengaruh tehnik distraksi menoton video kartun terhadap tingkat nyeri anak pra
sekolah yang dilakukan tindakan insersi IV. Populasi pada penelitian ini adalah
semua anak usia pra sekolah yang dirawat di ruang rawat Inap Anak RSUD Sungai
kuesioner sebagai instrumennya. dengan analisa data yang digunakan adalah analisis
univariat dan analisis bivariate menggunakan uji hipotesis adalah uji Uji mann-
whitney.
37
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Nyeri
1. Defenisi Nyeri
bahwa nyeri adalah kejadian fisik, yang tentu saja untuk penatalaksanaan
(Tamsuri, 2007).
Nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut yaitu nyeri yang biasanya
berlangsung singkat (waktu atau durasinya dari i detik sampai kurang dari 6
bulan) dan nyeri kronik yaitu nyeri yang berkembang lebih lambat dan terjadi
dalam waktu yang lebih lama sehingga terkadang pasien sulit untuk
mengingat sejak kapan nyeri tersebut dirasakan. Nyeri juga dapat dibedakan
menjadi nyeri somatogenik yaitu nyeri secara fisik dan nyeri psikogenik yaitu
dari stimulasi fisik dan mental atau stimuli emosional. Oleh karena itu dalam
pada faktor fisik semata tapi juga faktor mental dan emosional yang
tentang nyeri adalah tidak pada pernyataan verbal. Beberapa pasien tidak
dapat atau tidak akan melaporkan secara verbal bahwa mereka mengalami
verbal yang dapat terjadi bersamaan dengan nyeri (Brunner & Suddarth,
2002).
2. Fisiologi Nyeri
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosiseptor. Secara
anatomis, nosiseptor ada yang bermielin dan ada juga yang tidak bermielin
bagian tubuh yaitu pada kulit dan subkutan (kutaneus), somatik dalam (deep
somatic), dan pada daerah visceral. Karena letaknya berbedabeda maka nyeri
yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nyeri yang berasal dari
a. Serabut A delta
b. Serabut C
0,5-2m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya
yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, saraf, otot, dan jaringan
visceral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang
( Tamsuri,2007).
dapat timbul, namun teori gate control yang dianggap paling relevan
(Tamsuri,2007).
40
dengan lembut.
masukan yang dominan berasal dari serabut delta-A dan serabut C, maka
kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf
1) Respon Fisik
oleh medulla spinalis menuju batang otak dan thalamus, sistem saraf
e) Diaporesis
g) Dilatasi pupil
antara lain:
42
a) Muka pucat
b) Kelelahan otot
f) Kelelahan.
2) Respon Psikologis
terhadap nyeri yang terjadi. Arti nyeri bagi individu berbeda-beda antara
lain :
c) Penyakit baru
f) Peningkatan ketidakmampuan
g) Kehilangan mobilitas
h) Menjadi tua
i) Sembuh
l) Tantangan
3) Respon Perilaku
lain :
a) Fase antisipasi
Fase ini merupakan fase yang paling penting karena fase ini
b) Fase sensasi
terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil dan
kecil dan sudah berupaya mencegah nyeri sebelum nyeri itu datang.
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase
a. Budaya
mengalami nyeri.
b. Perhatian
karena mereka menganggap nyeri adalah hal yang harus dijalani dan
f. Efek plasebo
kriteria berikut :
c. Mudah dinilai
a. Kulit – menjadi pucat, dingin dan lembab saat nyeri hebat dan lama.
intensitas.
bergerak saat disuruh atau perlu; mungkin tidak pernah istirahat dan
Wong & Baker. Pada skala oucher terdiri dari skala dengan nilai 0-10
pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang lebih besar dan skala
fotografik enam gambar pada sisi kanan untuk anak yang lebih kecil. Foto
Skala wajah terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang
Gambar 2.1
Skala Nyeri
Keterangan
B. Penatalaksanaan Nyeri
1. Intervensi Farmakologis
a. Analgesik
dengan jalan mendepresi sistem saraf pusat pada Thalamus dan Korteks
3) Analgesik kombinasi
4) Plasebo
air) tetapi hal ini dapat menurunkan nyeri. Hal itu karena faktor
a. Distraksi
1) Mendengar musik
2) Menonton video
humor atau acara yang disukai oleh klien akan menjadi tehnik
53
3) Pernafasan terkontrol
4) Imajinasi
kenyamanan.
desenden.
penyembuhan.
8) Hipnosis
sistem endorfin.
1. Pengertian
dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang
lama dengan menggunakan jarum abocath dan infus set (Potter, 2005).
melalui pembuluh darah vena dalam jumlah yang banyak serta dalam waktu
2. Tujuan
jumlah terbatas.
b. Absorsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat
diandalkan
d. Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau
e. Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena
gastrointestinalis
a. Tidak bisa dilakukan “drug Recall” dan mengubah aksi obat tersebut
tertentu
maupun kemasannya
d. Pengalas
g. Sarung tangan
58
9. Prosedur Kerja
b. Cuci tangan
d. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi
sebagian dan buka klem selang hingga cairan memenuhi selang dan
penusukan
atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak
59
l. Membuka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang
diberikan
n. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
p. Catat jenis cairan, letak infus, kecepatan aliran, ukuran dan tipe jarum
infus.
f. Tusukkan ujung penusuk infus set ke botol secara tegak lurus dengan