BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 GEOGRAFIS, ADMINISTRATIF DAN KONDISI FISIK
2.1.1 Kondisi Geografis
Kota Jayapura yang terletak di timur Indonesia merupakan pusat permukiman terpadat di Provinsi Papua.
Dengan luas wilayah hanya 940 km2, kota ini harus menampung penduduk 271,012 jiwa dengan tingkat
pertumbuhan per tahun mencapai 4,10% per tahun. Sekitar 94,5% penduduk Kota Jayapura terpusat di bagian
barat kota yang hanya mencakup 33,33% dari luas wilayah. Kota Jayapura terletak di bagian utara Provinsi
Papua pada 1°28’17,26”-3°58’0,82” Lintang Selatan dan 137°34’10,6“–141°0’8,22” Bujur Timur. Secara
Geografis, Kota Jayapura terdiri dari 5 (lima) distrik yaitu Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik
Abepura, Distrik Muara Tami dan Distrik Heram.
Secara geografis wilayah administrasi Kota Jayapura terletak di bagian utara Provinsi Papua pada 1028’17,26” –
30 58’ 0.82 LS dan 1370 34’ 10.6” – 1410’8.22” Bujur Timur.
Kota Jayapura berdasarkan kedudukan lokasi memiliki batasan administrasi sebagai berikut:
Gambar 2.1
Peta 5 Distrik di Kota Jayapura
Untuk menjaga keberlanjutan ketersediaan air tanah di wilayah Kota Jayapura, maka perlu pengelolaan dan
pemanfaatan alam secara optimal dan tidak menimbulkan dampak terhadap air tanah itu sendiri. Sumber air
tanah di Kota Jayapura ada yang termasuk tipe “uncounfined aquifer” atau sumber air tanah dengan permukaan
air tanah bebas. Air tanah pada sumber dangkal ini berasal dari air “meteoric” (air hujan) yang mengisi formasi
aquifer bagian pangkal dan fan. Di samping itu juga terhadap sumber air dalam dengan tipe “confined aquifer”.
Penggunaan air bersih di Kota Jayapura digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (masak, minum,
mandi, dan cuci), untuk kebutuhan industri dan kebutuhan lain. Untuk keperluan tersebut, masyarakat pada
umumnya menggunakan air sumur, mata air, dan sumber dari PDAM. Sedangkan untuk keperluan pengairan
sawah digunakan sumber air yang berasal dari Ingar ataupun limpahan air yang berasal dari mata air. Sistem
pengelolaan dan pemanfaatan sumber air perlu dibatasi guna menjaga kelestariannya. Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan menjaga serta membatasi pembangunan pada kawasan-kawasan lindung.
Tabel 2.1
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kota Jayapura
Nama DAS Luas Debit
(Ha) (M3/det)
1 2 3
Jaringan Drainase Sungai Heram 1 ( S – Heram 1 ) 1,928,14
Tabel 2.2
Nama, luas wilayah per-Distrik dan jumlah kelurahan / Kampung
Pemerintah Kota Jayapura terdiri dari 5 distrik dengan 39 Kelurahan/kampung terdiri dari 25 kelurahan dan 14
kampung. Distrik Abepura merupakan distrik dengan jumlah Kelurahan dan Kampung terbanyak dengan rincian
8 jumlah kelurahan dan 3 jumlah kampung. Sedangkan distrik dengan jumlah kelurahan/kampung terkecil yaiu
Distrik Heram dengan rincian 3 Kelurahan dan 2 kampung. Nama kampung dan kelurahan serta status
pemerintahan wilayah kota jayapura menurut distrik dapat dilihat pada tabel 2.2.1 terlampir
Peta 2.1
PETA ADMINISTRASI KOTA JAYAPURA
B. Kondisi Geohidrologi
Iklim di Kota Jayapura adalah tropis basah. Suhu udara rata-rata berkisar 30°C dengan suhu udara minimum
berkisar 29°C dan suhu udara maksimum 31,8°C. Curah hujan bervariasi antara 45-255 mm/tahun dengan hari
hujan rata-rata antara 148-175 hari hujan/tahun. Kelembaban udara bervariasi antara 79% - 81%. Menurut
pencatatan Badan Meteorologi dan Geofisika wilayah V Jayapura Tahun 2005 suhu udara rata-rata 23,0 °C -
32,2°C. Kelembaban udara berkisar antara 77% - 82%, sedang curah hujan tertinggi pada bulan Maret 2005
yaitu 500 mm dan terendah bulan Desember 2005 yaitu 100 mm.
Kota Jayapura memiliki 17 sungai/kali, yaitu:
i. Distrik Jayapura Utara : Kali Anafre, Kloofkamp, Bahabuaya, APO, Yapis dan Dok IX.
ii. Distrik Jayapura Selatan : Kali Acai, Siborogonyi, Entrop I, II, III dan Hanyaan.
iii. Distrik Abepura : Kali Kampwalker, Buper
iv. Distrik Muara Tami : Sungai Tami, Skamto, Buaya
Arah aliran sungai bermuara ke Laut Pasifik kecuali Sungai Kampwolker dan Buper yang bermuara ke Danau
Sentani. Sungai-sungai yang terdapat di wilayah kota Jayapura secara umum mengalir ke arah utara dan selatan
yang dipisahkan oleh suatu pemisah morfologi yang membentang dari barat ke timur, sehingga memisahkan
aliran permukaan (Surface run off) pada dua area tangkapan hujan secara makro. Arah aliran sungai pada
umumnya sejajar dengan sungai utama yaitu Kali Kamp Wolker, Kali Acai, Kali Entrop, Kali Anafre, Kali
Kloofkamp, Kali APO, Kali Dok IX dan Kali Tami yang menyebar di Kota Jayapura dan sebagian besar bermuara
ke lautan Pasifik kecuali Kali Kamp Wolker yang bermuara ke danau Sentani.
Sebagian besar alian sungai dapat dijadikan sebagai aliran air bersih yang dikelola oleh pihak PDAM yang
meliputi Kali Kujabu, Kali Entrop II, Kali Kloofkamp, Kali APO, juga sebagian masyarakat menggunakan air tanah
berupa sumur (air tanah dangakal) yang kedalamannya berkisar antara 1-3 meter namun dengan tingkat kadar
kapur yang sangat tinggi. Air tanah di daerah datar yang berada di tepi pantai atau rawa mempunyai tinggi muka
air sekitar 1 meter, terdapat di kelurahan Gurabesi, sekitar pasar Hamadi di kelurahan Argapura.
A. Geologi
Kota Jayapura memiliki potensi bahan galian golongan B dan golongan C. Golongan B diantaranya berupa pasir
besi yang terdapat di waena, angkasa dan Base-G dengan luasan ± 8.000 ha; dan nikel yang terdapat di
sepanjang kaki pengunungan cycloop dengan luasan ± 18.000 ha. Golongan C diantaranya adalah batu
gamping/batu karang yang terbesar di daerah entrop, polimak, tanah hitam, koyo koso, koya barat, moso dan
koya tengah; pasir dan batu (sirtu) tersebar di daerah pasir II, waena, padang bulan dan yoka dengan luas
keseluruhan ± 32.000 ha; bentonit terdapat di daerah Nafri dengan luasan ± 1000 ha, tanah liat/batu lempung
terdapat di daerah Nafri, Koya Timur, Koya Barat, Koya Tengah, Holtekamp dan Koya Koso dengan luasan ±
28.000 ha; dan pasir besi terdapat di daerah angkasa dan waena dengan luasan ± 12.000 ha. Bahan galian ini
tersebar sesuai dengan kondisi geologi (morfologi, stratigrafi dan struktur geologi) daerah Kota Jayapura.
Eksploitasi bahan galian golongan B dan C di Kota Jayapura telah dilakukan oleh perorangan maupun
perusahaan berbadan hokum, namun kontribusi terhadap pendapatan asli daerah Kota Jayapura dan
pengelolaan lingkungan tambang belum optimal.
Dengan jumlah usaha yang cukup banyak dan luas lahan yang dikelola cukup besar maka kegiatan ini
berpotensi menimbulkan dampak negatif seperti: kerusakan dan pencemaran lingkungan sekitar daerah
kegiatan, rusaknya daerah-daerah konservasi dan daerah tangkapan hujan, bencana geologi seperti banjir,
gerakan tanah/longsor dan erosi/sedimentasi dan menurunnya kualitas dan muka air tanah sehingga
menyebabkan berkurangnya debit air permukaan. Untuk meminimalisasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
tersebut, maka perlu disusun suatu system pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian yang berwawasan
lingkungan.
B. Hidrologi
Peta 2.1.1
Peta Daerah Aliran Sungai / DAS
2.2 DEMOGRAFI
A. Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Bagian ini membahas tentang jumlah dan kepadatan penduduk, persebaran penduduk, struktur kependudukan
menurut kelompok umur, pendidikan, dan sosial budaya masyarakat.
Berdasarkan Data Kota Jayapura Dalam Angka Tahun 2012 jumlah penduduk Kota Jayapura tahun 2011
adalah 271,012 jiwa dengan laju pertumbuhan 4,10% per tahun yang tersebar pada 5 (lima) distrik yaitu Distrik
Abepura, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Jayapura Utara, Distrik Muara Tami dan Distrik Heram.
Secara keseluruhan kepadatan penduduk jika dilihat dari penyebaran per- distrik, pada tahun 2012 Distrik
Abepura yang penduduknya paling banyak di Kota Jayapura yaitu sebanyak 77.235 jiwa. Sedangkan posisi ke
dua Distrik Jayapura Selatan 70.668 jiwa, dan posisi ke tiga Distrik Jayapura Utara sebanyak sebanyak
68.663 jiwa. Posisi ke empat adalah Distrik Heram dengan jumlah penduduk 42.689 jiwa dan distrik yang paling
sedikit jumlah penduduknya adalah Distrik Muara Tami dengan 11.757 jiwa.
Tabel 2.9
Jumlah Penduduk Kota Jayapura saat ini dan Proyeksi 5 (lima) Tahun
Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Keluarga ngkat Pertumbuhan
Distrik
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016
ABEPURA 77.235 80.448 83.795 87.280 90.911 94.693 20.112 20.949 21.820 22.728 23.673 4,16 4,16 4,16 4,16 4,16
JAYAPURA
SELATAN 70.668 71.516 72.374 73.243 74.122 75.011 17.879 18.094 18.311 18.530 18.753 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20
JAYAPURA
UTARA 68.663 71.519 74.495 77.594 80.821 84.184 17.880 18.624 19.398 20.205 21.046 4,16 4,16 4,16 4,16 4,16
MUARA TAMI 11.757 12.357 12.987 13.649 14.345 15.077 3.089 3.247 3.412 3.586 3.769 5,10 5,10 5,10 5,10 5,10
HERAM 42.689 43.201 43.720 44.244 44.775 45.313 10.800 10.930 11.061 11.194 11.328 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20
TOTAL 271.012 279.041 287.370 296.010 304.975 314.277 69.760 71.842 74.003 76.244 78.569
Sumber: Kota Jayapura Dalam Angka (BPS) dan diolah oleh pokja AMPL.
Tabel 2.4
Ringkasan Realisasi APBD 5 tahun terakhir
Tabel 2.5
Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per penduduk 5 Tahun Terakhir
Tabel 2.5.1
Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per penduduk 5 tahun terakhir.
Tabel 2.6
Data Mengenai Ruang Fiskal Kota Jayapura 5 Tahun Terakhir
Indeks Kemampuan Fiskal/Ruang Fiskal Daerah
Tahun
(IRFD)
2007 Sedang (273.910.487.568,-)
2008 Sedang (265.275.037.351,-)
2009 Sedang (242.410.388.063,-)
2010 Sedang (276.545.773.000,-)
2011 Sedang (294.690.374.926,-)
Sumber : BPKAD Kota Jayapura
Tabel 2.7
Data Perekonomian umum daerah 5 tahun terakhir
No. Deskripsi 2007 2008 2009 2010 2011
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
1 PDRB harga konstan (struktur
2,187,362.50 2,548,994.45 3,012,658.14 3,246,556.69 3,742,476.87
perekonomian) (milyar Rp.)
2 Pendapatan Perkapita Kota
10,171,177.14 10,449,696.44 12,017,560.25 12,717,152.73 13,809,266.26
Jayapura (Rp.juta/kapita)
3 Upah Minimum Regional Kota
987,000,- 1,105,500,- 1,216,100,- 1,316,500,- 1,403,000,-
jayapura (Rp.)
4 Inflasi (%) 9,15 9,53 7,20 5,74 5,69
5 Pertumbuhan Ekonomi (%) 13,21 9,41 16,02 6,79 12,59
Sumber: PDRB Kota Jayapura
Sebagai suatu rencana tata ruang, RTRW Kota Jayapura mempunyai fungsi utama dalam pengaturan dan
pengarahan pemanfaatan ruang bagi berbabagai kegiatan. Dalam hal ini sebagai salah satu aspek
pelaksanaannya RTRW akan terkait dengan upaya pengendalian perkembangan/ pembangunan (development
control) yang dilakukan melalui:
• Pengarahan berbagai lokasi kegiatan pembangunan fisik (sarana dan prasarana), baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun oleh swasta/ masyarakat.
• Pemberian ijin bagi berbagai kegiatan pembangunan atau pemanfaatan ruang.
Pengendalian perkembangan/ pembangunan dengan dua cara di atas dilakukan terutama sekali dalam
kaitannya dengan rencana kawasan budidaya. Untuk kawasan lindung, ketentuanyang ada relatif ketat
memberikan pembatasan terhadap segala bentuk pemanfaatan ruangyang bersifat budidaya.
Sementara itu ketentuan mengenai rencana pemanfaatan ruang yang bersifat budidaya padadasarnya
memberikan arahan kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan. Dalam hal ini prosedur (atau sistem dan
mekanisme) perijinan diperlukan untuk mengarahkan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya terutama
pada kawasan terbangun, yang meliputi kawasan terbangun permukiman, kawasan terbangun bukan
permukiman, sertakawasan tertentu. Untuk dapat menjadikan RTRW Kota Jayapura sebagai pedoman perijinan
berbagai kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah, swasta dan masyarakat, maka tentu saja
yang pertama yang harus dipenuhi adalah legalitas dari RTRW. Setelah menjadi suatu peraturan daerah,
barulah RTRW dapat dijadikan pedoman yang mempunyai kekuatan hukum bagi pembeian ijin lokasi kegiatan.
kesemrawutan di pusat kota maka dibuat jalur alternatif. Jalur alternatif ini juga sebagai batas pengembangan
kota ke arah kawasan fungsi budidaya terbatas atau penyangga. Jalan kolektor primer sebagai penghubung
Kota Jayapura dengan kota-kota yang berdekatan. Jalan kolektor untuk menghubungkan arteri primer dengan
kolektor primer maupun dengan arteri sekunder. Jalan ini juga difungsikan untuk mencapai pusat-pusat
sekunder.
Pemanfaatan ruang di Kota Jayapura memiliki karakteristik yang cukup spesifik. Beberapa kawasan memiliki
karakter yang kuat sebagai kawasan perkotaan yaitu kelurahan-kelurahan di Distrik Jayapura Utara dan Distrik
Jayapura Selatan misalnya seperti Kelurahan Mandala, Tanjung Ria, Entrop dan Hamadi. Kelurahan-kelurahan
inilah yang sebenarnya masuk sebagai kawasan pusat kota. Sedangkan kelurahan-kelurahan yang lain masih
menunjukkan karakter peralihan dari kawasan perdesaan ke perkotaan.
Sebagai daerah Kota yang juga berfungsi penjaga keseimbangan ekologis wilayah di sekitarnya, konsep
pemanfaatan ruang di Kota Jayapura harus dilakukan dengan mempertimbangkan kelayakan pengembangan
fungsi lahan dan penetapan intensitas/ kepadatan bangunan. Beberapa konsep yang diajukan untuk
pemanfaatan lahan di Kota Jayapura adalah :
a. Kawasan sepanjang jalan jalan arteri primer diharapkan sebagai kawasan yang memiliki kegiatan perkotaan
dengan skala pelayanan regional dan Kota. Fungsi yang dapat dikembangkan pada kawasan ini adalah:
perdagangan dan jasa, transportasi, industri, perkantoran dan pendidikan. Tipikal pemanfaatan lahan
dikawasan ini adalah: memiliki kepadatan tinggi dan bisa berorientasi pada bangunan-bangunan vertikal.
b. Kawasan-kawasan antara pusat kota dan kawasan terluar dimanfaatkan untuk pengembangan permukiman
dan kegiatan/fasilitas yang memiliki skala pelayanan sub kota (BWK) dan lokal. Tipikal pemanfaatan lahan
dikawasan ini adalah: memiliki kepadatan sedang dan bisa berorientasi pada bangunan-bangunan
horisontal yang dilengkapi dengan vegetasi-vegetasi pendukung estetis dan kehijauan kawasan.
c. Kawasan terluar, yang sebagian masih berupa kawasan perdesaan dimanfaatkan untuk engembangan
pertanian modern dengan nuansa agropolitan. Tipikal pemanfaatan lahan dikawasan ini adalah: memiliki
kepadatan rendah dan mengandalkan produktivitas lahan sebagai penopang ekonomi masyarakat.
d. Kawasan perbatasan dengan PNG dioptimalkan lagi fungsinya terutama dalam hal penyediaan sarana dan
prasarana sehingga tidak terjadi adanya “Free riders” yaitu adanya sekelompok orang maupun pihak-pihak
tertentu yang memanfaatkan situasi dankondisi kawasan perbatasan secara cuma-cuma. Mengingat kondisi
saat ini banyaknya penduduk PNG yang membeli kebutuhan sehari-hari maupun keperluan lain di Pasar
Loncin (Distrik Muara Tami).
Peta 2.2
Rencana Pusat Layanan
Peta 2.3
Rencana Pola Ruang
Struktur penduduk menurut agama berdasarkan data dari Profil Kota Jayapura 2012 menunjukkan bahwa
mayoritas penduduk Kota Jayapura adalah pemeluk agama Kristen Protestan, yaitu berjumlah 120.170 orang.
Pemeluk agama Islam menempati urutan kedua terbanyak yaitu 96.460 orang. Selanjutnya pada tempat ketiga,
pemeluk agama Katolik dengan jumlah 45.561 orang. Di tempat keempat, pemeluk agama Budha dengan jumlah
1.863 orang, pemeluk agama Hindu menempati urutan terakhir dengan jumlah 1.586 orang.
Total Sarana ibadah yang ada di Kota Jayapura terdiri dari 270 bangunan gereja Protestan, 146 bangunan
masjid, 44 bangunan mushola, 13 bangunan gereja Katolik, 45 bangunan kopel, 3 bangunan wihara dan 1 pura.
Berdasarkan data tahun 2012 pada Badan Pusat Statistik Kota Jayapura, pencari kerja yang belum
berpengalaman yang mendaftarkan diri di disnaker Kota Jayapura berjumlah 7.408 orang, tidak tamat SD 526
orang, tamat SD 434 orang, tamat SMP 952 orang, tamat STLA 2.834 orang, tamat Sarjana Muda 1.763 orang,
tamat Sarjana (S1) 874 orang dan tamat Pasca Sarjana 25 orang. Hal ini berpengaruh terhadap jumlah
penduduk yang berada di garis kemiskinan.
Tabel 2.8
Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kota Jayapura
Tabel 2.9
Jumlah Penduduk Miskin Per Distrik di Kota Jayapura Tahun 2012
Tabel 2.10
Jumlah Rumah Per Distrik Tahun 2011
Nama Distrik Jumlah Rumah
Distrik Abepura 19.309
Distrik Jayapura Selatan 17.667
Distrik Jayapura Utara 17.166
Distrik Heram 10.672
Distrik Muara Tami 2.894
Sumber: Bappeda Kota Jayapura, 2012
Gambar 2.2
Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Kota Jayapura
dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Jayapura