Anda di halaman 1dari 10

Available online at AL-KAUNIYAH: Journal of Biology

Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/kauniyah
AL-KAUNIYAH; Journal of Biology, 10(2), 2017, 133-142

Naskah Review
TANAMAN GENETICALLY MODIFIED ORGANISM (GMO)
DAN PERSPEKTIF HUKUMNYA DI INDONESIA
THE GENETICALLY MODIFIED ORGANISM (GMO) OF PLANT
AND THEIR LEGAL PERSPECTIVE IN INDONESIA
Yuwono Prianto1, Swara Yudhasasmita2*
1
Fakultas Hukum, Universitas Tarumanagara, Jakarta
2
Bioteknologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung
Corresponding author: swarayudha@mail.ugm.ac.id

Naskah Diterima: 14 April 2017; Direvisi: 15 Juni 2017; Disetujui: 05 Juli 2017

Abstrak
Genetically modified organism (GMO) merupakan organisme yang gen-gennya telah diubah dengan
menggunakan teknik rekayasa genetika. Produk rekayasa genetika diklasifikasikan menjadi 4
macam, yaitu generasi pertama: satu sifat; generasi kedua: kumpulan sifat; generasi ketiga dan
keempat: near-intragenic, intragenic, dan cisgenic. Adapun produk rekayasa genetika pada
tanaman di Indonesia di antaranya adalah padi, tomat, tebu, singkong, dan kentang. Regulasi
tanaman hasil rekayasa genetika diatur oleh beberapa lembaga, di antaranya Kementerian
Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Komisi Keamanan Hayati, Tim Teknis Keamanan
Hayati, dan Biosafety Clearing House, berdasarkan peraturan pemerintah No. 21 tahun 2005.
Pengujian yang dilakukan pada produk rekayasa genetika meliputi analisis sumber gen penyebab
alergi, sekuens homolog asam amino, resistensi pepsin, skrining serum, serta penggunaan hewan
uji. Berbagai produk GMO di Indonesia sejauh ini merupakan produk yang dibutuhkan dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, yang perlu diawasi secara ketat dari segi dampaknya
terhadap lingkungan melalui ketentuan hukum yang berlaku, yang diwakili oleh instansi-instansi
terkait tersebut.
Kata kunci: GMO; Hukum Indonesia; Regulasi; Tanaman

Abstract
Genetically modified organism (GMO) is an organism whose genes that have been altered by using
genetic engineering techniques. Genetic engineering products are classified into 4 types, which are
the first generation: one trait; the second generation: a collection of properties; the third and
fourth generation: near-intragenic, intragenic, and cisgenic. The genetic engineering products in
plants in Indonesia include rice, tomatoes, sugar cane, cassava, and potatoes. The application of
the genetically engineered crops is regulated by several institutions, including the Ministry of
Environment, the Ministry of Agriculture, the Biosafety Commission, the Biosafety Technical Team
and the Biosafety Clearing House, under government regulation No. 21 of the year 2005.
Assessment for GMO product can be conducted by analyzing the source of an allergic gene,
sequence homology of amino acid, resistance to pepsin, serum screening and use of an animal
model. The GMO products in Indonesia are required so far to meet the needs of daily use, which
need to be closely monitored in terms of their impact on the environment through the legal
provisions, represented by the respective agencies.
Keywords: GMO; Indonesian Law; Plant; Regulation
Permalink/DOI: http//:dx.doi.org/10.15408/kauniyah.v10i2.5264

Copyright © 2016, AL-KAUNIYAH: Journal of Biology,


P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720
AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, 10(2), 2017

PENDAHULUAN resisten hama seperti gen Bt akan menyebab-


Genetically modified organism (GMO) kan organisme tersebut lebih adaptif dan
merupakan organisme yang gen-gennya telah toleran terhadap hama, tetapi mempunyai
diubah dengan menggunakan teknik rekayasa potensial dalam mengganggu keseimbangan
genetika. Perkembangan produk GMO ekosistem (De Jaramillo, 2009). Kasus yang
semakin lama semakin meningkat karena pernah terjadi adalah tanaman transgenik yang
kebutuhan dan permintaannya yang tinggi. menghasilkan kapas dan mengandung gen Bt
Kehadiran tanaman transgenik memegang akan membuat yield yang dihasilkan mening-
peran penting dalam ketahanan pangan kat. Di India, kapas yang dihasilkan pada
nasional. Hal ini disebabkan adanya tanaman bukan trasngenik hanya mencapai 292
pertambahan jumlah penduduk dunia yang kg/ha, sedangkan dengan menggunakan
tidak berbanding lurus dengan ketersediaan tanaman transgenik mampu mencapai 531
lahan pertanian (Kementrian Pertahanan kg/ha dengan peningkatan ±82% (Kranti,
Republik Indonesia, 2015). Sebagai contoh di 2012). Namun demikian, kehadiran gen
Indonesia, kedelai yang merupakan tanaman tersebut akan mengganggu beberapa organisme
yang banyak digunakan terhadap produk yang bukan target. Penelitian Han et al. (2010)
makanan khas Indonesia seperti tempe dan menunjukkan bahwa perlakuan dengan
tahu, terus mengalami peningkatan. Laporan menggunakan pollen dari tanaman kapas yang
Global Agricultural Information Network mengekspresikan Cry1Ac dan CpTI selama 7
(GAIN) menunjukkan bahwa konsumsi kacang hari memberikan perubahan dalam pola makan
kedelai tahun 2014 mencapai 2,7 juta metrik lebah. Sementara itu, pada penelitian lain,
ton yang hampir seluruhnya dipenuhi melalui jagung transgenik yang mengandung gen Bt
impor. Data lain menyebutkan bahwa menyebabkan kematian larva monarch dan
konsumsi jagung juga mencapai angka yang efek buruk terhadap perkembangan, berat
tinggi, yaitu mencapai 7,5 juta metrik ton badan, serta perilaku kupu kupu (Lang &
dengan jumlah impor sebesar 3,5 juta metrik Vojtech, 2006; Losey et al., 1999; Mattila et
ton (Wright & Rahmanulloh, 2016). al., 2005; Perry et al., 2010; Prasifka et al.,
Permintaan yang tinggi tersebut akan menuntut 2007). Aplikasi rekayasa genetika pada produk
peneliti untuk mencari cara dalam tanaman pangan memiliki implikasi moral-
meningkatkan hasil yang lebih tinggi dengan etika serta agama, yaitu mendapat kecaman
menggunakan metode rekayasa genetika. dari berbagai golongan, terutama kaum
Disamping itu, pendekatan rekayasa genetika konservatif religious (Mudzakir, 2013).
digunakan untuk menghasilkan sifat yang
unggul terhadap herbisida, hama, dan serangga HASIL
(Li et al., 2013; Natarajan et al., 2013; Xue et Klasifikasi GMO pada Tanaman
al., 2012). Adapun tanaman yang telah Berdasarkan pada struktur dan strategi
dikembangkan di Indonesia sebagai produk yang digunakan dalam merekonstruksi
GMO di antaranya adalah padi, tebu, tomat, transgenik, GMO pada tanaman digolongkan
singkong, pepaya dan kentang (Rahayu, 2015). menjadi 4 generasi, yaitu: generasi pertama:
Menurut Mulyoprawiro, aplikasi rekayasa satu sifat; generasi kedua: kumpulan sifat;
genetika dapat meningkatkan efisiensi generasi ketiga dan keempat: near-intragenics,
produksi, nilai tambah, dan membantu intragenics, dan cisgenics (Lin & Pan, 2016).
pelestarian lingkungan (Hariadi, 2001). Pada klasifikasi generasi pertama atau
Kehadiran produk makanan ataupun satu sifat, tanaman mengandung elemen
tanaman GMO tidak selamanya menguntung- transgenik yang umum digunakan, seperti
kan. Beberapa kasus menunjukkan produk cauliflower mosaic virus (CaMV), 35S
GMO menyebabkan dampak buruk bagi ling- promoter (CaMV35S-P), aminoglycoside 30
kungan. Aliran gen dari organisme transgenik phosphotransferase gene (nptII),
ke wild type memiliki konsekuensi, di antara- phosphinothricin acetyltransferase gene
nya mempercepat terjadinya evolusi secara (pat/bar), 5-enolpyruvylshikimate 3-phosphate
invasive dan persisten, serta menyebabkan (CP4-epsp) gene, nopaline synthase promoter
kepunahan pada wild type. Transfer gen (nos-P), dan terminator (nos-T). Hampir 90%

134 | Copyright © 2016. AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720
AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, 10(2), 2017

tanaman transgenik mengandung satu atau ICABIOGRAD. Produk produk rekayasa yang
lebih dari 6 elemen gen tersebut (Lu et al., telah dibuat akan didaftarkan terlebih dahulu
2010). untuk mendapatkan hak paten pada Dirjen
Pada generasi kedua transgenik, tanaman HAKI di alamat http://www.dgip.go.id/. Dirjen
biasanya merupakan hasil persilangan antara HAKI memfasilitasi basis data untuk
generasi pertama yang komersial. Namun menelusuri status paten di alamat http://e-
demikian, generasi kedua memiliki dua statushki.dgip.go.id/. Dengan demikian,
masalah yang besar yang muncul dalam sebelum mendaftarkan produknya, pemohon
mendeteksi kumpulan sifat pada tanaman diharapkan benar-benar mengetahui bahwa
transgenik, yaitu: analisis gen yang mendalam produk yang didaftarkan adalah produk yang
mungkin dibutuhkan untuk membedakan baru. Adapun elemen transgenik yang berada
antara sifat tanaman yang menumpuk dan yang dalam tanaman tersebut dapat dilihat pada
tidak, dan membedakan dari campuran Tabel 1.
peristiwa yang berasal dari single stack trait Berdasarkan Tabel 1, produk-produk
hanya mampu dideteksi dengan biji atau GMO yang ada di Indonesia merupakan
tanaman tunggal. produk yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
Pada generasi ketiga, tanaman disebut dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan
sebagai near-intragenics yang elemen permintaan pasar akan GMO yang terus
transgenik tidak digunakan dalam tanaman melonjak setiap tahun yang diikuti dengan
transgenik lain. Transgenik yang dikonstruksi pertumbuhan penduduk yang semakin tidak
berasal dari inang dan telah mengalami terkontrol, serta didukung dengan lahan
rekombinasi atau modifikasi sehingga lebih pertanian yang semakin menyempit memaksa
sulit untuk dideteksi dibandingkan dengan ilmuwan menemukan cara untuk memenuhi
generasi pertama ataupun kedua. kebutuhan tersebut. OsGS3 merupakan gen
Generasi keempat merupakan tanaman yang terdapat dalam Oryza sativa yang terlibat
yang digolongkan dalam intragenik dan dalam menentukan ukuran padi. Gen ini
cisgenik. Jika gen donor dan seluruh regulator berfungsi dalam regulasi negatif pada
sequence transgenic dimiliki oleh spesies pembelahan sel dan elongasi dari integument.
tanaman yang sama atau dimiliki oleh spesies Dalam bentuk protein, protein GS3 memiliki
inang yang mampu disilangkan, maka akan domain VWFC yang berperan dalam interaksi
menghasilkan cisgenik. Pada teknologi ini protein dan signaling (Takano-Kai et al.,
cisgen harus memiliki copy host native gene 2009). Ketika gen ini disisipkan ke dalam
cassette yang identik, termasuk sekuens tanaman padi maka diharapkan tanaman padi
regulator yang terintegrasi pada tanaman pada bagian fenotip dari biji tersebut memiliki
inang. Sementara itu, pada intragenik, cassettes bentuk yang panjang, dan yield (beras) yang
gene insert mengandung sekuens genetik dihasilkan meningkat.
spesifik yang berasal dari tanaman yang
memiliki gene pool yang sama. Dalam hal ini, Pengujian Alergi pada Tanaman GMO
sekuens pengkode dapat diregulasi dengan Alergi didefinisikan sebagai kapasitas
promoter dan terminator dari gen yang untuk memperoleh respons imun IgE ketika
berbeda. hewan atau manusia terimunisasi atau terpapar.
Pada dasarnya tipe tersebut merupakan alergi
Produk Tanaman Transgenik di Indonesia tipe I yang diindikasikan oleh adanya aktivasi
Tanaman transgenik di Indonesia yang yang berlebih dari sel mast dan basofili yang
dikembangkan di antaranya adalah padi, tomat, akan menginduksi inflamasi. Di samping
tebu, pepaya, singkong, dan kentang, dengan reaksi yang menginduksi IgE, terdapat alergi
menambahkan gen yang memiliki sifat resisten makanan yang menyebabkan beberapa
terhadap salinitas, hama, dan kekeringan. penyakit, di antaranya Eosinophilic GI disease
Pengembangan produk tanaman transgenik di (EGID), Food protein-induced enterocolitis
Indonesia melibatkan beberapa universitas, syndrome (FPIES), Systemic (whole body)
seperti UNPAD, IPB dan Universtias Jember, contact dermatitis, dan Allergic contact
serta peran aktif Lembaga riset LIPI dan dermatitis (ACD). EGID merupakan penyakit

Copyright © 2016, AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720 | 135
AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, 10(2), 2017

yang menyerang gastrointestinum pada anak- dan tekanan darah yang rendah. Di samping
anak dan dewasa. Hal tersebut dapat diketahui itu, biasanya tubuh akan terlihat lesu, dan
dengan adanya sakit perut. Penyakit tersebut kehilangan berat badan. ACD merupakan
bergantung pada akumulasi dari eosinofili bentuk dari eksim yang menandai reaksi alergi
terlokalisasi pada bagian saluran terhadap molekul pada makanan. Reaksi alergi
gastrointestinum. FPIES umumnya menyerang tersebut menginduksi sel imun tetapi bukan
bayi dan anak muda. Adapun gejala yang antibody IgE, yang ditandai dengan gatal-gatal
muncul di antaranya muntah diare, dehidrasi (Arora & Mishra, 2011).

Tabel 1. Produk tanaman transgenik di Indonesia


Tanaman Sifat Gen Developer
Padi Efisiensi penggunaan nitrogen CsNitri1-L ICABIOGRAD
Padi Toleransi kekeringan OsER1 ICABIOGRAD
Padi Produktivitas OsGS3; dep1 ICABIOGRAD
Padi Toleransi salinitas OsErf1; ICABIOGRAD
OsDREB1A
Padi Resisten terhadap wereng Padjadjaran
University
Tebu Kadar glukosa yang tinggi SoSUT & PTPN-
SoSPSSoSPS1 XI/Universitas
Jember
Tomat Resisten terhadap virus (tomato yellow Coat protein ICABIOGRAD/RIV
leaf curl virus dan cucumber mosaic
virus)
Tomat Partenokarpi defH9-iaaM and ICABIOGRAD
defH9-RI-iaaM
Singkong Kadar amylose yang rendah IRC-GBSS ICABIOGRAD/IIS
Pepaya Menghambat pematangan Antisense ACC ICABIOGRAD
Oxidase
Kentang Resisten terhadap Pytophthora RB ICABIOGRAD
Infestans
Tomat Miraculin UNPAD
Padi Resisten terhadap yellow stem borer Cry1Ab & cry18- LIPI
varietas cry1Aa
Rojolele
Padi Toleransi terhadap kekeringan oshox6 LIPI
Tebu Ketersediaan unsur fosfat Phytase IPB
Padi Toleransi terhadap aluminium MaMt2, MmSOD, IPB
PaCS
Tebu Toleransi terhadap kekeringan P5CS LIPI
Sumber : (Slette & Rahayu, 2012)

Seluruh protein baru yang diekspresikan Evaluasi penyebab alergi dapat


dalam tanaman hasil rekaya genetika dapat dilakukan dengan cara mencari sumber gen
terkandung di dalam produk akhir seperti yang dimasukkan ke dalam organisme
makanan atau pakan yang akan dikonsumsi transgenik. Menurut (Arora & Mishra, 2011)
oleh manusia, sehingga dibutuhkan pengujian berdasarkan sumbernya, gen tersebut dapat
alergi dari produk tanaman hasil rekayasa diklasifikasikan menjadi alergi, cukup alergi,
genetika. Adapun beberapa uji alergi yang atau tidak diketahui potensinya dalam
dapat dilakukan tertera pada Gambar 1. menyebabkan alergi. Jika sumber gen berasal

136 | Copyright © 2016. AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720
AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, 10(2), 2017

dari 8 produk yang memiliki gen penyebab maka analisis sumber gen tersebut harus
alergi seperti kacang, susu, telur, ikan, dilakukan secara ketat.
cangkang krustasea, gandum, kacang kedelai,

Gambar 1. Alur pengambilan keputusan terhadap pengujian protein penyebab alergi


Sumber: (FAO & WHO, 2001)

Jika tidak mampu ditemukan deteksi gen segmen asam amino yang mirip dapat
penyebab alergi, maka tahap selanjutnya memberikan interpretasi data yang salah
adalah menganalisis pada tingkat yang lebih (Arora & Mishra, 2011).
tinggi, yaitu sekuens homolog pada tingkat Menurut FAO et al. (2003), resistensi
asam amino. Asam amino yang saling novel protein terhadap pepsin dapat dijadikan
terhubung akan membentuk struktur 3 dimensi parameter untuk penilaian keamanan. Hal ini
yang disebut protein. Protein yang membawa dikarenakan novel protein yang menyebabkan
sifat alergi akan memiliki urutan asam amino alergi dan berasal dari hasil produk rekayasa
yang mirip sehingga dapat dilakukan skrining genetika akan stabil pada saat diberikan pep-
melalui BLAST dan FASTA (Altschul et al., sin, sedangkan pada protein yang tidak menye-
1997; Pearson & Lipman, 1988). Aalberse babkan alergi akan terdegradasi lebih cepat.
(2005) menunjukkan bahwa ketika sekuens Screening serum test dilakukan untuk
homolog memberikan kemiripan lebih dari mengevaluasi ikatan antara IgE dengan novel
70%, ada 80 asam amino yang akan bereaksi protein yang dihasilkan dari produk rekayasa
dengan IgE, sehingga akan menyebabkan genetika. (FAO & WHO, 2001)
alergi. Analisis homologi sekuens dapat merekomendasikan dilakukan baik spesifik
dilakukan di beberapa basis data online, seperti maupun screening serum target. Screening
Food Allergy Researh and Resource Program serum yang spesifik melibatkan pengujian
(FARRP), Structural Database of Allergenic protein transgenik dengan serum dari pasien
Protein (SDAP), Allermatch, AlgPred, dan melalui uji klinis alergi makanan untuk
Allergen Database for Food Safety (Fiers et mengetahui bahwa protein yang diuji tidak
al., 2004; Ivanciuc et al., 2003; Nakamura et berikatan dengan protein yang diproduksi oleh
al., 2005; Saha & Raghava, 2006). Adapun pasien seperti antibodi IgE. Sementara itu,
kekurangan dari pendekatan melalui sekuens screening serum target melibatkan produk dari
homolog asam amino di antaranya adalah gen yang diinginkan dengan sera dari pasien
masih sedikitnya data mengenai asam amino yang sensitif terhadap makanan atau
atau protein yang menyebabkan alergi, serta aeroallergens.

Copyright © 2016, AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720 | 137
AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, 10(2), 2017

Penggunaan hewan uji dapat dilakukan ditambahkan pasal yang mengatur tentang
untuk melakukan uji alergi pada makanan. Hal produk rekayasa genetika pada pasal 1 ayat 33,
ini dikarenakan hewan uji dibuat memiliki dan 34 junto pasal 69 sampai pasal 77.
kemiripan dengan penyakit yang ada pada Kemudian dampak yang ditimbulkan oleh
manusia. Beberapa model sangat membantu adanya produk rekayasa genetika terhadap
dalam mempelajari mekanisme yang terjadi lingkungan diatur dalam UU No. 21 tahun
pada reaksi alergi, yang beberapa lainnya dapat 2004 tentang ratifikasi protokol Cartagena dan
digunakan untuk mengevaluasi efek dari Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2005
imunoterapi dari suatu reagen. Beberapa tentang keamanan hayati produk rekayasa
hewan uji yang dapat digunakan dalam genetika. Protokol Cartagena merupakan
pengujian alergi makanan di antaranya pelaksanaan lebih lanjut dari konvensi tentang
BALB/c, DBA/2, C3H/HeJ, BDF-1,A/J, dan keanekaragaman hayati yang bertujuan untuk
C57/B16 (McClain & Bannon, 2006). menjamin tingkat proteksi yang memadai
dalam perpindahan, penanganan, dan
Regulasi Tanaman Transgenik di Indonesia pemanfaatan yang aman dari perpindahan
Kehadiran produk rekayasa genetika kini lintas batas organisme hasil modifikasi genetik,
menjadi sebuah solusi dalam mengatasi termasuk dalam pangan, pakan dan
keterbatasan lahan dan menghadapi krisis pengolahannya (Ishak, 2004). Sementara itu,
pangan global. Tuntutan global yang Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2005
dijalankan pemerintah Indonesia mengatur tentang pengawasan, keamanan serta
mengharuskan pemerintah merevisi UU No. 7 regulasi dari produk rekayasa genetika.
Tahun 1996 yang diganti menjadi UU No. 18
Tahun 2012. Dalam UU yang baru tersebut

Gambar 2. Prosedur dalam Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005

Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun serta pemanfaatan produk rekayasa genetika


2005 (Gambar 2) memiliki ruang lingkup di pengawasan dan pengendalian produk rekayasa
antaranya: jenis dan persyaratan produk genetika kelembagaan, dan pembiayaan. Pasal
rekayasa genetika (PRG), penelitian dan 6 ayat 1 menyebutkan bahwa terdapat
pengembangan produk rekayasa genetika, persyaratan keamanan lingkungan yang perlu
pemasukan produk rekayasa genetika dari luar dipenuhi, di antaranya: deskripsi dan tujuan
negeri, pengkajian, pelepasan dan peredaran penggunaan; perubahan genetik dan fenotipe

138 | Copyright © 2016. AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720
AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, 10(2), 2017

yang diharapkan harus terdeteksi; identitas kepada menteri yang yang berwenang serta
jelas mengenai taksonomi, fisiologi, dan melaksanakan pengawasan terhadap
reproduksi PRG; organisme yang digunakan pemasukan dan pemanfaatan produk rekayasa
sebagai sumber gen harus dinyatakan secara genetika, serta pemeriksaan dan pembuktian
jelas dan lengkap; metode rekayasa genetika atas kebenaran laporan adanya dampak negatif.
yang digunakan mengikuti prosedur baku yang Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH)
secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan kemudian akan melakukan kajian teknis
kesahihannya; karakterisasi molekuler PRG keamanan hayati. TTKH memiliki wewenang
harus terinci dengan jelas; ekspresi gen yang dalam menjalankan FUT (Fasilitas Uji
ditransformasikan ke PRG harus stabil; dan Terbatas) serta LUT (Lapangan Uji Terbatas).
diuraikan cara pemusnahan yang digunakan Ketika produk transgenik tersebut dinyatakan
bila terjadi penyimpangan. aman, komisi tersebut kemudian akan
Adapun prosedur dalam menguji merekomendasikan Menteri Lingkungan
keamanan produk transgenik yang harus Hidup untuk mengumumkan ke Menteri
dipenuhi untuk memenuhi PP No. 21 Tahun Pertanian bahwa produk tersebut aman
2005 dapat dilihat pada Gambar 2. Terdapat terhadap lingkungan. Di samping melakukan
beberapa lembaga yang berwenang dalam pengujian, terdapat 3 analisis yang perlu
regulasi tanaman transgenik di antaranya dilakukan dari aplikasi GMO, diantaranya
TTKH (Tim Teknis Keamanan hayati), KKH research and development, food safety
(Komisi Keamanan Hayati), BCH (Biosafety assement procedure and feed safety assessment
Clearing House), serta Kementrian procedure. Kemudian pemerintah juga akan
Lingkungan Hidup dan Kementrian Pertanian. bertanggung jawab dalam membuat pedoman
Pemohon terlebih dahulu mengajukan produk untuk pengujian keselamatan biologis serta
tersebut melalui Kementerian Pertanian yang mengatur pembentukan Biosafety Clearing
kemudian akan dilanjutkan melalui House (BCH). Fungsi dari BCH meliputi
Kementerian Lingkungan Hidup. Komisi mengatur dan mengeluarkan informasi ke
Keamanan Hayati (KKH) memiliki wewenang publik dan menghadiri respons publik.
dalam merekomendasikan keamanan hayati
Tabel 2. Peraturan produk rekayasa genetika di Indonesia
Peraturan Perihal
UU No. 6 Tahun 1967 Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan
UU No. 5 Tahun 1990 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
UU No. 12 Tahun 1992 Budidaya Tanaman
UU No. 16 Tahun 1992 Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan
UU No. 5 Tahun 1994 Ratifikasi Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati
(United Nation Convention on Biological Diversity/ CBD)
PP No. 6 Tahun 1995 Perlindungan Tanaman
PP No. 44 Tahun 1995 Perbenihan Tanaman
UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
UU No. 23 Tahun 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
Kep.Ber. Empat Menteri Tahun Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian
1999 Hasil Rekayasa Genetik
UU No.29 Tahun 2000 Perlindungan Varietas Tanaman
UU No. 14 Tahun 2001 Tentang Paten
UU No. 21 Tahun 2004 Ratifikasi Protokol Cartagena
PP No. 21 Tahun 2005 Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik
PP No. 39 Tahun 2010 Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik
Sumber: (Indonesia Biosafety Clearing House, 2012)

Copyright © 2016, AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720 | 139
AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, 10(2), 2017

Ketentuan hukum yang mengatur and PSI-BLAST: a new generation of


rekayasa genetika tanaman pangan tertera protein database search programs.
dalam peraturan perundang-undangan (Tabel Nucleic Acids Research, 25(17), 3389–
2) dan belum sepenuhnya memberikan jaminan 3402.
perlindungan hukum kepada masyarakat, Arora, N., & Mishra, A. (2011). Safety
terutama konsumen dan petani lokal, serta assessment of genetically modified food
terindikasi adanya gejala kartel dan telah crops. Allergy Asthma Immunology,
memakan korban. Sebagai contoh, Kunoto 25(2), 53–60.
(petani asal Kediri) yang dijerat pasal 60 dan De Jaramillo, E. H. (2009). Biosafety of
61 UU No. 12 Tahun 1992 tentang system genetically modified organisms: basic
budidaya tanaman. Kunoto menjual benih concepts, methods and issues. (M.
jagung transgenik yang ditanamnya. Hal Khalequzzaman A. Chowdhury, M. I.
tersebut membuat Jaringan Advokasi Hoque, & A. Sonnino, Eds.). Rome,
Kedaulatan Petani atas benih mengajukan Italy: FAO.
gugatan ke Mahkamah Konstitusi sehingga FAO & WHO. (2001). Joint FAO/WHO expert
membuat MK menghilangkan beberapa pasal, consultation on allergenicity of foods
di antaranya pasal 5 ayat (1) huruf a, b, c, dan derived from biotechnology.
d, pasal 6, pasal 9 ayat (3), pasal 12 ayat (1) Biotechnology. Rome, Italy: FAO &
dan ayat (2), pasal 60 ayat (1) huruf a dan b, WHO.
pasal 60 ayat (2) huruf a dan b UU No. 12 FAO, WHO, & Codex Alimentarius
Tahun 1992 (Mahkamah Konstitusi Republik Commission. (2003). The third session of
Indonesia, 2012). the codex ad hoc intergovernmental task
force on foods derived from
KESIMPULAN biotechnology. Rome, Italy.
Berbagai produk GMO di Indonesia Fiers, M. W. E. J., Kleter, G. a, Nijland, H.,
sejauh ini merupakan produk yang dibutuhkan Peijnenburg, A. a C. M., Nap, J. P., &
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, van Ham, R. C. H. J. (2004). Allermatch,
seperti padi, tebu, singkong, dan kentang. a webtool for the prediction of potential
Kehadiran ilmu bioteknologi menjadi cara allergenicity according to current
untuk mengatasi kebutuhan yang terus FAO/WHO Codex alimentarius
meningkat. Namun demikian, produk-produk guidelines. BMC Bioinformatics, 5, 133.
GMO yang telah berhasil diciptakan perlu http://doi.org/10.1186/1471-2105-5-133
diawasi secara ketat. Tidak hanya dari segi Han, P., Niu, C. Y., Lei, C. L., Cui, J. J., &
keuntungan, kerugian dan dampaknya terhadap Desneux, N. (2010). Quantification of
lingkungan perlu diawasi secara teliti melalui toxins in a Cry1Ac + CpTI cotton
ketentuan hukum yang berlaku. Adapun cultivar and its potential effects on the
lembaga-lembaga yang berkewajiban dalam honey bee Apis mellifera L.
mengawasi produk-produk GMO di antaranya Ecotoxicology, 19(8), 1452–1459.
Komisi Keamanan Hayati, Kementerian http://doi.org/10.1007/s10646-010-0530-
Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, z
Biosafety Clearing House, dan Tim Teknis Hariadi, A. (2001). Pemanfaatan bioteknologi
Keamanan Hayati, yang diatur dalam Peraturan dalam bidang kesehatan. Jakarta,
Pemerintah No. 21 tahun 2005. Indonesia: BPHN-Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
REFERENSI Republik Indonesia.
Aalberse, R. C. (2005). Assessment of Indonesia Biosafety Clearing House. (2012).
sequence homology and cross-reactivity. Peraturan perundangan produk rekayasa
Toxicology and Applied Pharmacology, genetika.
207(2 Suppl), 149–151. Ishak, I. I. (2004). Pengesahan Cartagena
http://doi.org/10.1016/j.taap.2005.01.021 protocol on biosafety to the convention
Altschul, S. F., Madden, T. L., Schaffer, A. A., on biological diversity.
Zhang, J., Zhang, Z., Miller, W., &
Lipman, D. J. (1997). Gapped BLAST

140 | Copyright © 2016. AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720
AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, 10(2), 2017

Ivanciuc, O., Schein, C. H., & Braun, W. Mattila, H. R., Sears, M. K., & Duan, J. J.
(2003). SDAP: database and (2005). Response of Danaus plexippus to
computational tools for allergenic pollen of two new Bt corn events via
proteins. Nucleic Acids Research, 31(1), laboratory bioassay. Entomologia
359–362. Experimentalis et Applicata, 116(1), 31–
Kementrian Pertahanan Republik Indonesia. 41. http://doi.org/10.1111/j.1570-
(2015). Buku putih pertahanan 7458.2005.00304.x
Indonesia. Jakarta, Indonesia: McClain, S., & Bannon, G. A. (2006). Animal
Kementrian Pertahanan Republik models of food allergy: opportunities and
Indonesia. barriers. Current Allergy and Asthma
Kranti, K. . (2012). Bt cotton Q & A. Mumbai: Reports, 6(2), 141–144.
Indian Society For Cotton Improvement. Mudzakir. (2013). Pengkajian hukum tentang
Lang, A., & Vojtech, E. (2006). The effects of ketentuan pidana dalam penerapan
pollen consumption of transgenic Bt bioteknologi kesehatan. Jakarta,
maize on the common swallowtail, Indonesia: BPHN-Departemen
Papilio machaon L. (Lepidoptera, Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Papilionidae). Basic and Applied Republik Indonesia.
Ecology, 7(4), 296–306. Nakamura, R., Teshima, R., Takagi, K., &
http://doi.org/10.1016/j.baae.2005.10.00 Sawada, J. (2005). Development of
3 allergen database for food safety (adfs):
Li, S. X., Chen, L. H., Zheng, F. Y., & Li, Y. an integrated database to search
C. (2013). Effect of the cp4-epsps gene allergens and predict allergenicity.
on metal bioavailability in maize and Kokuritsu Iyakuhin Shokuhin Eisei
soybean using bionic gastrointestinal Kenkyujo hokoku = Bulletin of National
tracts and ICP-MS determination. Institute of Health Sciences, 123, 32–36.
Journal of Agricultural and Food Natarajan, S., Luthria, D., Bae, H., Lakshman,
Chemistry, 61(7), 1579–1584. D., & Mitra, A. (2013). Transgenic
http://doi.org/10.1021/jf303962a soybeans and soybean protein analysis:
Lin, C. H., & Pan, T. M. (2016). Perspectives An overview. Journal of Agricultural
on genetically modified crops and food and Food Chemistry, 61(48), 11736–
detection. Journal of Food and Drug 11743. http://doi.org/10.1021/jf402148e
Analysis, 24(1), 1–8. Pearson, W. R., & Lipman, D. J. (1988).
http://doi.org/10.1016/j.jfda.2015.06.011 Improved tools for biological sequence
Losey, J. E., Rayor, L. S., & Carter, M. E. comparison. Proceedings of the National
(1999). Transgenic pollen harms Academy of Sciences of the United States
monarch larvae. Nature, 399(May), 214– of America, 85(8), 2444–2448.
215. Perry, J. N., Devos, Y., Arpaia, S., Bartsch, D.,
Lu, I.-J., Lin, C.-H., & Pan, T.-M. (2010). Gathmann, A., Hails, R. S., … Sweet, J.
Establishment of a system based on B. (2010). A mathematical model of
universal multiplex-PCR for screening exposure of nontarget Lepidoptera to Bt-
genetically modified crops. Analytical maize pollen expressing Cry1Ab within
and Bioanalytical Chemistry, 396(6), Europe. Proceedings of the Royal Society
2055–2064. B-Biological Sciences, 277(1686), 1417–
http://doi.org/10.1007/s00216-009-3214- 1425.http://doi.org/DOI10.1098/rspb.200
x 9.2091
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Prasifka, P. L., Hellmich, R. L., Prasifka, J. R.,
(2012). Putusan Nomor 99/PUU-X/2012. & Lewis, L. C. (2007). Effects of
Jakarta, Indonesia. Retrieved from Cry1Ab-expressing corn anthers on the
https://www.spi.or.id/wp- movement of monarch butterfly larvae.
content/uploads/2014/11/putusan_sidang Environmental Entomology, 36(1), 228–
_99-PUU-2012-tanaman-telah-ucap-18- 233.
Juli-2013.pdf

Copyright © 2016, AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720 | 141
AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, 10(2), 2017

Rahayu, T. (2015). Indonesia agricultural Wright, T., & Rahmanulloh, A. (2016).


biotechnology annual. Indonesia. Oilseeds and Products annual report
Saha, S., & Raghava, G. P. S. (2006). AlgPred: 2017. Indonesia.
Prediction of allergenic proteins and Xue, K., Yang, J., Liu, B., & Xue, D. (2012).
mapping of IgE epitopes. Nucleic Acids The integrated risk assessment of
Research, 34, 202–209. transgenic rice Oryza sativa: A
http://doi.org/10.1093/nar/gkl343 comparative proteomics approach. Food
Takano-Kai, N., Jiang, H., Kubo, T., Sweeney, Chemistry, 135(1), 314–318.
M., Matsumoto, T., Kanamori, H., … http://doi.org/10.1016/j.foodchem.2012.0
McCouch, S. (2009). Evolutionary 4.042
history of GS3, a gene conferring grain
length in rice. Genetics, 182(4), 1323–
1334.
http://doi.org/10.1534/genetics.109.1030
02

142 | Copyright © 2016. AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720

Anda mungkin juga menyukai