Anda di halaman 1dari 17

BAB I.

PENDAHULUAN

1. Anggrek

Gambar 1: Tanaman anggrek

Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya indah.

Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai

dibudidayakan secara luas di Indonesia. Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia

termasuk jenis yang indah antara lain:

 Vanda tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang,

 Vanda hookeriana, berwarna ungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera,

 anggrek larat/Dendrobium phalaenopis, anggrek bulan/Phalaenopsis

amabilis,

 anggrek Apple Blossom, anggrek Paphiopedilun praestans yang berasal

dari Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilun glaucophyllum yang berasal

dari Jawa Tengah.

Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:

1. Anggrek Ephytis adalah jenis anggrek yang menupang pada batang/pohon lain

tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai untuk

1
menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari

makanan adalah akar udara.

2. Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada

pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar lekatnya

juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk

berkembang.

3. Anggrek tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas

tanah.

2. Manfaat Tanaman

Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga

anggrek mempunyai keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek bermanfaat

sebagai campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut.

3. Sentra Penanaman

Sentra tanaman anggrek di Eropa adalah Inggris, sedangkan di Asia adalah

Muangthai. Di Indonesia, anggrek banyak terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah,

Sumatra ataupun di Irian Jaya.

4. Syarat Petumbuhan

1. Angin dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman anggrek.

2. Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini. Kebutuhan

cahaya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek.

2
3. Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 °C. Jika suhu

udara malam berada di bawah 12,7 °C, maka daerah tersebut tidak

dianjurkan untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng).

4. Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus menerus, akan

tetapi menyukai kelembaban udara di siang hari 65-70 %.

5. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat dibedakan

menjadi 3 macam yaitu:

1. Anggrek Panas (ketinggian 0-650 m dpl)

Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-30 °C pada siang hari, 21 ° C

pada malam hari, dengan daerah ketinggian 0-650 meter dpl. Contoh jenis

anggrek ini adalah:

a. Dendrobium phalaenopsis

b. Onchidium papillo

c. Phaphilopedillum bellatum

2. Anggrek sedang (ketinggian 150-1500 m dpl).

Anggrek sedang pada suhu udara siang hari 21 °C dan 15-21 °C, pada

malam hari, dengan ketinggian 150-1500 m dpl.

3. Anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl)

Anggrek dingin jarang tumbuh di Indonesia, tumbuh baik pada suhu udara

15-21 ° C di siang hari dan 9-15 ° C pada malam hari, dengan ketinggian

1500 m dpl. Contoh: anggrek jenis Cymbidium. PEDOMAN BUDIDAYA

3
BAB II. BIOLOGI

2. 1 klasifikasi

2.1.1 Phytium ultimum

Gambar 2: Phytium ultimum

Filum : Heterokontophyta

Kelas : Oomycetes

Ordo : Pythiales

Famili : Pythiaceae

Genus : Pythium

Spesies : P. ultimum

P. ultimum adalah spesies kompleks,yang mencakup P. u. var. ultimum dan P.

u. var. .perbedaan utamanya adalah sporangia dan zoospora (spora renang) jarang

diproduksi oleh P. u. var. ultimum .

4
Kedua spesies membuat oospora , yang merupakan struktur berdinding

tebal yang dihasilkan oleh rekombinasi seksual. Kedua varietas itu subur sendiri

( homothallic ), yang berarti bahwa satu strain dapat kawin dengan dirinya

sendiri. Selain oospora, P. u. var. ultimum juga membuat pembengkakan hifa yang

berkecambah dengan cara menyerupai sporangia untuk membentuk hifa yang

menginfeksi tanaman. Salah satu perbedaan ekologis yang penting antara berbagai

jenis spora adalah sporangia dan zoospora berumur pendek, sedangkan oospora

berdinding tebal dapat bertahan selama bertahun-tahun di dalam tanah, bertahan

bahkan membeku di musim dingin. Miselia dan oospora di tanah dapat

menginfeksi biji atau akar. Hal ini menyebabkan layu, mengurangi hasil, dan pada

akhirnya menanam kematian. Tanda-tanda umum infeksi Pythium termasuk

pengerdilan tanaman, warna coklat ujung akar, dan layu tanaman selama bagian

hangat hari itu. Manajemen penyakit itu menantang tetapi berfokus

pada sanitasi , fungisida , dan kontrol biologis . Resistansi efektif pada tanaman

inang umumnya tidak tersedia. Sanitasi sangat

2.1.2 Phytophora palmivora

Gambar 3: Phytophora palmivora

5
Domain : Eukaryota

Kingdom : chromalveolata

Filum : Heterokontophyta

Kelas : Oomycetes

Ordo : Peronosporales

Famili : Pythiaceae

Genus : P.palmivora

2.1.3 Phytophora cactarum

Gambar 4: Phytophora cactarum

Domain : Eukaryota

Kingdom : chromalveolata

Filum : Heterokontophyta

Kelas : Oomycetes

Ordo : Peronosporales

6
Famili : Pythiaceae

Genus : P.cactarum

2.2 morfologi patogen)

Phytium ultimum hidup saprofit di tanah lembab, Saprofit merupakan jamur

pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap

makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh.

Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat

makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana

sehinggamudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap

bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.

Struktur tubuh jamur phytium ini terdiri dari golongan Ascomycotina,

golongan ini struktur tubuhnya ada yang multiseluler atau uniseluler. Golongan

Ascomycotina ini hidup saprofit di dalam tanah atau hipogean, hidup di kotoran

ternak disebut koprofil,ada juga yang parasit pada tumbuhan. Tubuhnya terdiri

atas benang-benang yang bersekat atau ada yang unisel. Jamur Phytium adalah

organisme yang kecil, bersifat filamen yang kekurangan klorofil.

Oleh karena itu organisme ini mendapatkan makanannya dari tanaman

atau binatang yang mengandung bahan organik, apakah itu sebagai saprophyte,

parasyte ataupun patogen.

Oospora memiliki dinding yang agak tebal dan halus, diameter 17 – 19

mikrometer Hyfa Phytium sp adalah hyaline, tidak bersekat dan umumnya

memiliki lebar 4 – 6 mikrometer. Sporangia panjangnya bervariasi dari 50 – 1000

um dan umumnya memiliki cabang banyak (multi). Sporangia hanya

7
berkecambah dengan produksi vexicle yang membebaskan zoospora. Oogonia nya

berbentuk spherical dan terminal dengan diameter 22 – 27 um/ antherium

berbentuk interclary, barrel ataupun kubah.

Aplerotic oospora memiliki dinding yang tebal. Jamur Phytium Spp.

mempunyai miselium kasar, lebarnya kadang-kadang sampai 7 mikrometer.

Selain membentuk sporangium biasa, (berbentuk bulat atau lonjong), jamur juga

membentuk sporangium yang bentuknya tidak teratur seperti batang atau

bercabang-cabang yang dipisahkan dari ujung hifa. Bagian ini sering disebut

presporangium dan ukurannya dapat mencapai 800 x 20 mikrometer.

Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).

Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan

ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila

kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah

besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila

mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh

menjadi jamur dewasa.

Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan

konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu

persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama

adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami

(peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk

bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel

dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga

8
beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera

melakukan pembelahan meiosis.

Phytium sp hidup saprofit di tanah lembab, tetapi zoospora yang

dihasilkannya melalui perkembangbiakan aseksual sedangkan oospora melalui

perkembangbiakan seksual. Jamur ini dapat menginfeksi tanaman seperti pada

persemaian tem-bakau yang dikenal dengan penyakit patah rebah semai.

Jamur ini bersifat polyfag sehingga dapat mempunyai beberapa jenis

tanaman inang antara lain lamtoro (Leucana leucocephala), bayam duri

(Amaranthus sp), kucingan (Mimosa invisa), kerokot (Portulaca oleracea), dll

. Phytium sp terdapat di dalam tanah sebagai saprophyt atau dalam bahan-bahan

organik yang mengalami perombakan atau sebagai parasit fakultatif yang lemah

dan dapat bertahan untuk masa waktu tertentu tanpa adanya makanan.

Sporangium akan berfungsi sebagai struktur survival jangka panjang.

9
BAB III. GEJALA SERANGAN

Gejala serangan penyakit bercak daun busuk hitam

 Gejala serangan awal berupa titik-titik kuning dan berair. Biasanya titik-titik

ini terletak dibagian tengah daun. Oleh sebab itulah penyakit ini disebut bercak

daun busuk hitam.

 Pada tingkat serangan yang cukup parah, warna titik berubah menjadi

kehitaman.

 Pada bagian yang terserang penyakit, maka bagian tersebut akan berair, lunak,

dan mengeluarkan aroma tidak sedap.

 Jika serangan tersebut sudah mencapai titik tumbuh, maka kemungkinan

terbesar tanaman akan segera mati.

 Serangan penyakit pada satu tanaman akan dapat menyebar ke tanaman lain

dengan cepat.

Penyakit ini menular dengan cepat melalui akar dan alat-alat yang digunakan

untuk merawat tanaman anggrek yang tidak steril. Pada ujung akar, bagian tunas

dan juga daun, akan muncul warna coklat kehitaman sebagai identifikasi awal

yang dapat diperhatikan jika tanaman anggrek terkena penyakit ini. Tanaman akan

terlambat tumbuh, kerdil da akhirnya akan membunuh tanaman anggrek

Pegendaliann yang daat dilakukan adalah dengan cara memotong dan membuang

bagain tanaman yang terserang penyakit ini atau menyemprotkan fungisida. Hala

yang perlu diperhatikan sebelum menangani anggrek yang terserang penyakit ini

10
adalah sterilkan alat-alat potong dengan menyiramnya dengan alkohol atau

dibakar terlebih dahulu sebelum digunakan.

Tanda-tanda umum infeksi Pythium termasuk pengerdilan tanaman, warna

coklat ujung akar, dan layu tanaman selama bagian hangat hari itu. Manajemen

penyakit itu menantang tetapi berfokus pada sanitasi , fungisida ,dan kontrol

biologis .

Fungisidatermasuk mefenoxam, tiadiazole, etridiazole, propamocarb, dime

thomorph, dan fosfonat. Agen kontrol biologis termasuk bakteri Bacillus

subtilis, Streptomyces griseoviridis, dan jamur Candida oleophila, Gliocladium

catenulatum, Trichoderma harzianum dan Trichoderma virens .

Gambar 4: anggrek terkena patogen penyakit busuk hitam

11
BAB IV. PENYEBARAN PATOGEN

Penyakit busuk hitam pada tanaman anggrek disebabkan oleh beberapa

patogen. Busuk hitam sering disebabkan olehPhytophthora cactorum atau

Phytophthora palmivora(Uchida 1994)

Penyebaran patogen tanaman anggrek ini dapat disebabkan oleh

kekuatan jamur tersebut, berawal dari daun satu sisi terkena menyebar keseluruh

daun, dan dalam perpidahan dari daun pertama ke daun lain sehingga

memungkinkan tanaman anggrek disekitar anggrek terserang akan berpindah.

Beberapa penyebab penyebaran patogen penyakit busuk hitam pada

tanaman anggrek yang lain yaitu:

1. Air

Phytophthora cactorum dan Phytophthora palmivora dianggap sebagai

cetakan air dan membutuhkan air untuk menyebarkan spora dan untuk

berkecambah pada inang baru. Spora dapat dengan mudah menyebar

dalam air irigasi dan dapat memercik dari satu tanaman ke tanaman

lainnya selama penyiraman (Uchida 1994).

Gambar 5 : penyebaran patogen yang disebabkan oleh air

12
Jamur ini dapat menyebar kedaun lain ataupun tanaman lain dari aliran

air hujan ataupun air siraman, percikan air akan mengenai tanaman lain.

Jarak sebar nya relatif dekat karna hanya tanaman yang terkana percikan

air ini yang terkena dari penyiraman

2. Manusia

Cara penyebaran kali ini yaitu pada tangan manusia ataupun oleh alat

alat dalam perawatan tanaman anggrek. Pada awalnya tanaman yang

terkena patogen dipegang atau disentuh oleh tangan atapun alat, sehingga

jamur Phytophthora cactorum atau Phytophthora palmivoraini tinggal di

alat, kemudian dilakukan hal serupa pada tanaman yang masih sehat

hingga akhirnya jamur ini tinggal di inang baru. Jarak sebar dari cara ini

tergantung pada tumbuhan yang terkena oleh alat yang sudah tidak steril

ini.

13
BAB V. TEKNIK PENGENDALIAN PENYAKIT

Tujuan perlindungan tanaman adalah untuk mendapatkan hasil ekonomi

yang optimal dengan kerusakan lingkungan yang minimal.

Pemeliharaan yang baik dapat miningkatkan kesehatan tanaman.

Penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penambahan

media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung,

pemeliharaan yang berkelanjutan dapat memantau keberdaan hama dan penyakit

secara dini. Langkah-langkah pengendalian penyakit yang perlu dilakukan adalah:

1. Setiap menggunakan gunting atau pisau, usahakan selalu steril

dengan dibasuh alkohol 70% atau disinfektan lain

2. Tanaman yang baru diperoleh sebaiknya di karantina selama 2-3

bulan. Setelah diketahui benar-benar sehat dan tidak terjangkit

penyakit, tanaman boleh ditanam kembali

3. Media tumbuh yang akan digunakan harus disuci hamakan atau

disterilkan dari uap air panas, fumigan, atau direndam dengan

larutan fungisida

4. Tanaman harus dihindarkan dari serangan atau kehadiran serangga

pembawa atau penyebar penyakit

5. Disekitar pertanaman, lingkungan harus selalu bersih dan sirkulasi

udara baik

6. Tanaman yang dicurigai terkena penyakit harus diisolasi agar tidak

menular ke tanaman lain

14
7. Tanaman atau bagian yang terkena penyakit harus dibuang dan di

musnahkan

Pengendalian penyakit busuk hitam dapat dilakukan dengan cara

memotong bagian tanaman yang terinfeksi berat, menjaga sirkulasi udara, megatur

kelembapan lingkungan pertanaman agar tidk terlalu lembab, serta

menyemprotkan fungisida yang magkus, misalnya Dithane M-45 atau antrocol 70

wp (Rahmat, 2000)

Gambar 7: fungisida Dithane M-45 dan Antrocol 70 Wp

15
BAB VI. PENUTUP

Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya

indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir

mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia. Penyakit busuk hitam pada

tanaman anggrek disebabkan oleh beberapa patogen. Busuk hitam sering

disebabkan olehPhytophthora cactorum atau Phytophthora palmivora.

Pemeliharaan yang baik dapat miningkatkan kesehatan tanaman.

Penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penambahan

media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung,

pemeliharaan yang berkelanjutan dapat memantau keberdaan hama dan penyakit

secara dini

16
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 1987. Budidaya Tanaman Anggrek. Deptan. Jakarta.hal

63.

Erwin, Donald C. and Ribeiro, Olaf K. (1966) Phytophthora Diseases

Worldwide American Phytopathological Society Press, St. Paul,

Minnesota, ISBN 0-89054-212-0

Lucas, J.A. et al. (eds.) (1991) Phytophthora based on a symposium held at

Trinity College, Dublin, Ireland September 1989. British Mycological

Society, Cambridge University Press, Cambridge, UK, ISBN 0-521-

40080-5 ;

Uchida, J. Y. 1994. “Diseases of Orchids in Hawaii.” Plant Disease. 78: 220–224

Orlikowski, L. B. Phitopthora. Phitopathol. VOL. 40 : 57-61.

17

Anda mungkin juga menyukai