Anda di halaman 1dari 17

Kompre Spiritualitas (Sr.

Rosemary)
Fr. Paulus, CSE

1. Jelaskan inti dari ajaran St. Theresia dari Lisieux tentang “Jalan Kecil”.
Bagaimana spiritualitas “Jalan Kecil” dapat membawa seseorang kepada
kekudusan? Apa relevansinya bagi umat beriman zaman ini dalam
konteks menuju kesempurnaan Kristiani?
Inti ajaran “Jalan Kecil” (lift menuju Allah)
 Esensi: kerendahan hati yang dijiwai cinta kasih.
 Rahasia: Allah senang dan berkenan dengan jiwa yang kecil.
 Aspek:
o Semangat kemiskinan: sadar dan bersukacita akan kelemahan dan
kekecilannya (bdk. pasir & gunung).1
o Iman yang besar akan kerahiman Allah2
 Berani datang kepada Allah dengan kepercayaan dan cinta,
seperti anak dengan bapanya.
 Tidak kuatir akan apa pun karena yakin Bapa
memeliharanya.
o Kurban sebagai ungkapan cinta kasih kepada Yesus.3
 Nasihat praktis: lakukan perkara kecil tiap hari dengan cinta yang besar
kepada Allah.4

Relevansi “Jalan Kecil” bagi umat beriman zaman ini


 Untuk menjadi kudus, orang tidak harus melakukan hal-hal besar  cukup
setia dengan tugas sehari-hari (meskipun kecil) dengan cinta yang besar.
 Orang zaman ini perlu belajar untuk menjadi rendah hati, mengakui
ketidakberdayaannya dan percaya pada kerahiman Allah.5

1
“Untuk mencintai Yesus, untuk menjadi kurban dari cinta-Nya, orang justru harus semakin
lemah dan papa”
2
“Bahkan seandainya saya sadar telah melakukan segala dosa yang dapat dilakukan manusia,
dengan hati penuh penyesalan, aku akan segera melemparkan diriku ke dalam pelukan Yesus,
sebab aku tahu, betapa Ia mengasihi anak yang hilang itu.”
3
Semakin seseorang sadar bahwa dia lemah dan papa serta mencintai kelemahannya, semakin
cocok untuk menjadi kurban bakaran bagi kerahiman Allah atau semakin berpasrah pada
kerahiman Allah yang tak terbatas.
4
“Apa yang dapat kulakukan hari ini untuk cinta?”, “Seluruh tugasku hanyalah cinta.”
5
Zaman sekuler ditandai dengan pengagungan manusia hingga menolak Allah, bahkan merasa
tidak memerlukan Allah. Orang juga cenderung mengejar dan memimpikan hal-hal besar.
 Cara yang “terjangkau” untuk mempersembahkan kurban dan silih bagi dunia
yang sangat membutuhkannya.

2. “Kepercayaan” dan “Pasrah” adalah spiritualitas yang menjiwai seluruh


hidup St. Theresia dari Lisieux. Jelaskan fungsi, faedah atau buahnya
dalam hidup serta contoh-contoh yang konkret dalam kehidupannya. Apa
relevansinya bagi umat beriman untuk zaman ini?
Esensi dan fungsi dari spiritualitas “kepercayaan dan pasrah”
 Esensi: pengharapan sebagai iman yang hidup, yakni mempercayakan seluruh
hidup dalam pengharapan kepada Bapa yang memelihara dan mengatur
segala sesuatu demi kebaikan anak-anak-Nya.6
 Fungsi:
o Memberi dorongan (kehendak) yang kuat untuk menghampiri Allah.
 seluruh hidup dikuasai oleh tujuan akhir (fokus pada perkara
surgawi).7
o Memberi keberanian untuk mengharapkan kesucian yang tinggi
(dengan mengharapkan bantuan dan pertolongan rahmat Ilahi, bukan
kekuatan sendiri).
o Tidak putus asa/mundur meskipun mengalami banyak rintangan.8
o Kepasrahan kepada kehendak Allah = penuntun hidup.

Relevansi spiritualitas “kepercayaan dan pasrah”


 Mentalitas dunia zaman ini: ingin memegang kendali atas segala hal  putus
asa dan kecewa.
 Akar: kepercayaan yang keliru (pada diri sendiri, pada dunia).
 Spiritualitas “kepercayaan dan pasrah” membantu mengembalikan hati anak
kepada bapanya dan menjadi pasrah  ketenangan dan kedamaian.

3. Apa peristiwa penting yang dialami St. Theresia dari Lisieux pada tahun
1886? Mengapa peristiwa itu sangat penting dalam hidupnya? Apa
pengaruh atau efek dari peristiwa itu dalam hidupnya?
Peristiwa penting tahun 1886 (rahmat Natal)
 Rahmat untuk meninggalkan sifat kekanak-kanakan yang suka mencari
perhatian dan berputar-putar memikirkan diri sendiri.
 Rahmat untuk lepas dari sifat skrupel – dalam sekejap Allah mengerjakan apa
yang bertahun-tahun gagal diusahakannya.
6
Latar belakang: pengalaman pribadi dengan ayahnya, Louis Martin.
7
Sejak kecil, Theresia selalu memandang ke surga!
8
Pengharapan memberikan kepastian bahwa surga itu ada!
Pentingnya peristiwa rahmat Natal
 Theresia menjadi bebas dari kelemahan dirinya  mampu mencintai Allah
dan sesama dengan lebih baik.
 Theresia mulai memahami rahasia kesempurnaan secara mendalam: Allahlah
yang bekerja di dalam dirinya.

Efek peristiwa rahmat Natal


 Cinta Allah mengobarkan Theresia untuk membalas cinta-Nya dan hidup bagi
orang lain serta menyelamatkan jiwa-jiwa pendosa:
o Pengalaman rohani: kerinduan untuk tinggal di kaki salib
menampung tetesan darah suci dan membagikannya kepada jiwa-
jiwa agar tidak ada yang terbuang.
o Pengalaman praktis: berdoa bagi pertobatan Pranzini  mukjizat
pertobatan.
 Kerinduan Theresia untuk hidup bagi orang lain semakin kuat. Ia semakin
haus akan jiwa-jiwa sehingga mau berkorban segiat-giatnya.

4. Kerahiman Allah menurut St. Teresia Lisieux. Apa manfaat dari


ajarannya ini bagi Anda?
Kerahiman Allah menurut St. Theresia
 Allah mencintai manusia apa adanya, tanpa memandang kelemahan dan
kepapaannya. Ia justru mencintai manusia karena kepapaannya.
 Theresia menyadari bahwa ia bisa hidup semata-mata karena kerahiman
Allah, yang membimbingnya dan melindunginya dari dosa.9
 Kerahiman Allah menjadi dasar bagi Theresia untuk percaya dan pasrah.10
 Cara membalas Kerahiman Allah: menyerahkan diri kepada kehendak
Allah.11

Manfaat ajaran Kerahiman Allah bagi saya


 Saya tidak harus “memenangkan” kasih Allah, karena Ia telah mengasihi saya
tanpa syarat apa adanya  tidak usah berkecil hati apalagi putus asa.
 Banyak alasan untuk bersyukur dan membalas kasih Allah, karena Allahlah
yang menopang hidup saya hingga saat ini hingga masih berada dalam
keadaan rahmat.12
9
“Seluruh hidupku adalah karya cinta dan kerahiman Allah.”
10
“Sekalipun aku melakukan segala dosa/kejahatan yang dapat dilakukan oleh semua manusia,
aku tidak akan kehilangan kepercayaan. Dengan hati remuk redam aku akan berlari kepada Bapa
dan melemparkan diri ke dalam lautan kerahiman-Nya.”
11
Theresia akhirnya tidak memiliki keinginan apa pun dari dirinya sendiri (bahkan tidak
meminta penderitaan) apa pun yang dikehendaki Tuhan, itulah yang diinginkan Theresia dan
menjadi kebahagiaannya.
12
Tidak perlu menjadi pendosa besar yang bertobat untuk banyak mengasihi Allah.
 Memotivasi saya untuk lebih serius menyerahkan hidup kepada kehendak
Allah.

5. Apa pandangan Teresa Avila tantang jiwa manusia? Jelaskan pernyataan


Teresa tentang proses pertobatan/pemurnian jiwa manusia bagaikan dari
ulat menjadi kupu-kupu. Jelaskan inti ajaran St. Teresa Avila mengenai
Puri Batin dari setiap ruang (Ruang 1 – 7). Apa manfaatnya bagi Anda
mempelajari setiap ruang dari Puri Batin?
Pandangan Teresa tentang jiwa manusia
 Jiwa manusia sangat indah, mulia, dan berharga karena diciptakan menurut
gambar Allah dan menjadi tempat kediaman Allah di dunia.
o Manusia memantulkan kemuliaan Allah dalam dirinya.13
o Allah tinggal di dalam lubuk jiwa dan memancarkan cahaya
kemuliaan-Nya, namun sering kali terhalang oleh pelbagai kotoran
(dosa manusia).
 Manusia diciptakan dan dipanggil untuk menjadi serupa dan bersatu dengan
Allah.14
 Jiwa manusia adalah dunia interior yang mengagumkan yang harus
dimasuki.15
o Jalan masuk: doa.
o Syarat masuk: bertobat, menanggalkan kotoran, membiarkan diri
dipandang oleh cahaya kasih Allah  transformasi jiwa.

Proses pertobatan/pemurnian jiwa dengan alegori ulat & kupu-kupu


 Jiwa yang dipenuhi dosa bagaikan ulat yang menjijikkan. Namun, ia memiliki
potensi untuk berubah jika ia mau bertobat dan dimurnikan dengan cara
masuk ke dalam kepompong dan mati di dalamnya.16
 Kepompong = Yesus.
o Apa yang tidak sesuai dengan Yesus harus dibuang: kelekatan,
kesombongan, cacat cela, dll.
o Apa yang menyerupai Yesus harus dilatih: kebajikan (kasih &
kerendahan hati).
13
Kemuliaan manusia sepenuhnya terletak dalam ketergantungannya dengan Allah.
14
Perjalanan manusia ke dalam jiwanya adalah realisasi panggilannya untuk berkomunikasi
dengan Allah yang tinggal di dalamnya.
15
Jiwa bagaikan lautan yang lebih indah jika diselami daripada hanya dilihat dari pantai.
16
Proses ini sangat menyakitkan, karena ulat sudah terbiasa dengan hidupnya yang lama 
mematikan diri sendiri.
 Ketika akhirnya jiwa mati dalam Kristus Yesus, ia akan keluar dari
kepompong sebagai ciptaan baru: kupu-kupu yang indah, yang sama sekali
berbeda hidupnya dengan ulat.

Ajaran mengenai Puri Batin (ruang I-VII)


(lihat lembaran)

Manfaat mempelajari Puri Batin


 Mengenal peta perjalanan hidup rohani: tahap-tahap yang harus dilalui,
indikasi-indikasi, nasihat-nasihat, dan hal-hal yang harus diwaspadai 
sampai pada tujuan.
 Penting untuk membimbing orang lain dan diri sendiri.

6. Apa itu pengalaman mistik? Apa saja pengalaman mistik St. Teresa dari
Avila? (berikan contoh dari buku kehidupannya sendiri). Jelaskan efek
dari setiap pengalaman rohani tersebut dalam kehidupannya. Apakah
mungkin pengalaman mistik bisa dialami umat beriman zaman ini?
Definisi pengalaman mistik
 Pengalaman akan Allah yang begitu mendalam sehingga melampaui segala
“ada” manusia  tak dapat diungkapkan dengan konsep & kata-kata manusia
(transenden), hanya dapat dialami secara nyata.17
 Menurut Yohanes Salib: pengenalan rahasia akan Allah (kontemplasi).18
 Merupakan karunia Allah yang sangat mendalam dan indah. Manusia hanya
dapat merindukannya.

Contoh pengalaman-pengalaman mistik Teresa Avila & efeknya


 Prapaskah 1554: perjumpaan dengan Kristus melalui sebuah gambar Kristus
yang sangat terluka di tiang sesah.
o Efek: membuatnya merasa tidak tenang, merasa bersalah atas segala
dosa dan ketidakseriusannya dalam mengikuti Tuhan.19 
pertobatan pertama (masuk masa mistik)20
 Tahun 1556/8: ketika sedang menyanyikan Veni Creator, Tuhan
mengaruniainya pengalaman raptur dan lokusi yang pertama. Ia mendengar

17
Orang harus mengalaminya sendiri untuk dapat mengerti.
18
Dalam kontemplasi, Allah mengkomunikasikan diri (pribadi, cinta, & kebijaksanaan-Nya)
kepada jiwa secara langsung tanpa perantaraan panca indera, imajinasi, fantasi, bahkan daya-
daya jiwa yang terdalam  pengenalan dalam cinta kasih.
19
“Saya sadar benar betapa buruk saya berterima kasih kepada Dia untuk luka-luka itu, sehingga
hatiku hancur. Sambil banjir air mata, aku mohon Dia menguatkan saya sekarang dan selama-
lamanya agar supaya saya tidak menghina Dia lagi” (RH, Bab IX, 1).
20
Selain itu, Teresa juga mendapat rahmat pertobatan dari membaca buku Pengakuan
Agustinus.
kata-kata ini: “Mulai sekarang, Aku ingin agar engkau tidak lagi bergaul
dengan manusia, melainkan dengan malaikat.”
o Efek: Teresa tidak lagi mencari penghiburan dari pergaulan dan
relasi dengan orang-orang yang disukainya dan menaruh perasaan
pada orang tertentu kecuali mereka yang mencintai Tuhan dan
berusaha untuk melayani-Nya dengan sepenuh hati.21
 Tahun 1558: Teresa mengalami jenis pengalaman mistik yang lain, yakni
visiun non-imajinatif.22 Ia merasakan kehadiran Yesus persis di sampingnya,
tanpa melihat atau mendengar apa-apa. Namun kehadiran Yesus ini sungguh
nyata dan menghasilkan efek yang besar.
o Efek: Teresa terbakar oleh cinta untuk mencintai Yesus secara total
hingga bersedia menanggung penderitaan apa pun demi Dia.
 Tahun 1562: Teresa melihat malaikat Serafim menikam hatinya dengan
panah cinta berapi (visiun imajinatif).
o Efek: Meninggalkan luka cinta yang begitu mendalam dan nikmat di
dalam hati Teresa23  impuls kasih yang menggebu-gebu,
kerinduan besar untuk melayani Tuhan  pertobatan kedua (masuk
masa ekstatik).

Pengalaman mistik bagi umat beriman zaman ini


 Pengalaman-pengalaman mistik mungkin saja dialami oleh umat beriman
zaman ini, karena Allah tidak pernah berhenti berkarya dan berkomunikasi
dengan manusia, termasuk dengan cara yang supernatural.24
 Meskipun demikian, orang harus waspada untuk tidak mencari-cari bahkan
menginginkan pengalaman mistik karena bahaya tertipu oleh diri sendiri dan
setan.
 Nasihat Yohanes Salib: tolak semuanya, bahkan jika memang dari Allah.25

7. Apa konsep doa menurut St. Teresa Avila? Apa pengertian Teresiana
tentang proses progresif dalam doa? Mengapa Teresa mengatakan bahwa
doa adalah sebuah persahabatan dengan Allah? Bagaimana proses
21
Dalam sekejap dan tanpa kesulitan, Tuhan memberikan kebebasan dan kekuatan yang
dibutuhkannya untuk lepas dari pelbagai afeksi yang telah mengikatnya selama ini - kelepasan
yang tidak dapat diperolehnya melalui usaha-usaha keras manusiawi selama bertahun-tahun
(bahkan hingga sakit!).
22
Menurut Teresa, visiun jenis ini nilainya lebih tinggi, karena di surga nanti, orang tidak lagi
memperoleh pengenalan lewat indera.
23
Setelah kematiannya, ditemukan bekas luka fisik pada organ jantung Teresa.
24
Pengalaman mistik merupakan perkembangan normal dari rahmat pembaptisan yang kita
terima sejak dibaptis. Tuhan memberikan pengalaman itu semata-mata karena cinta-Nya kepada
umat manusia, khususnya Dia mau menyatakan bahwa Dia melampaui akal budi manusia dan
melampaui segala-galanya.
25
Jika memang otentik dari Allah, efeknya akan tetap terlaksana meskipun ditolak.
persahabatan ini dapat membawa manusia pada persatuan cintakasih yang
mendalam dengan Allah. Jelaskan empat tahap doa menurut St. Teresa
dari Avila.
Konsep doa menurut Teresa Avila
 Doa adalah persahabatan yang mesra dengan Allah.
 Sebagaimana halnya persahabatan manusiawi, persahabatan dengan Allah
merupakan relasi yang nyata dan melalui proses perkembangan yang
progresif: kenalan  sahabat  pacar  tunangan  pasangan.26
 Syarat persahabatan dengan Allah:
o Menjawab undangan dari Allah  jawaban bebas manusia.27
o Berkomunikasi dengan sering (kuantitas) dan mesra (kualitas).
o Kesetiaan, kepercayaan, keterbukaan  relasi yang intim dari hati
ke hati.
o Kesediaan untuk memberikan diri dan dibentuk menjadi serupa
dengan Allah  persatuan cinta kasih yang mendalam (pernikahan
rohani).

Empat tahap doa menurut Teresa Avila


 1. Doa vokal: jiwa aktif berdoa dengan kata-kata & akal budi.28
 2. Doa mental aktif:
o Diskursif (meditasi)
o Afektif
o Rekoleksi aktif (active reccolection)
 Doa mental pasif:
o 3. Doa keheningan (prayer of quiet)
 Rekoleksi pasif (infused recollection).29
 Keheningan sejati (proper quiet)
 Tidurnya daya-daya
o 4. Doa persatuan (prayer of union)
 Persatuan sederhana
 Persatuan intens (pertunangan rohani)
 Persatuan transformatif (perkawinan rohani)

8. Mengapa St. Teresa Avila mengibaratkan proses perkembangan hidup


rohani itu bagaikan tindakan mengairi kebun dengan air dengan cara yang
berbeda? Jelaskan selengkapnya.
26
Doa membutuhkan waktu, usaha, dan kerja sama.
27
Persahabatan tidak dapat dipaksakan.
28
Teresa menekankan pentingnya doa vokal. Jika doa vokal dilaksanakan dengan sepenuh hati,
iman, dan kesadaran, orang dapat sampai pada kontemplasi (JK 25:1, 30:8).
29
Peralihan dari rekoleksi aktif  pasif merupakan peralihan dari doa aktif  pasif (ruang IV).
 Teresa menggunakan gambaran air untuk menunjukkan pentingnya doa:
o Air: penting untuk kelangsungan hidup  menghilangkan dahaga
dan memberikan kesegaran. Air = rahmat Allah.
o Hidup doa: perjalanan menuju Allah. Allah mencurahkan rahmat-
Nya (air) sepanjang perjalanan dengan cara yang berbeda-beda,
tergantung perkembangan hidup rohani.30
 Empat tahap doa dalam buku Riwayat Hidup:
o Menggunakan tangan dan ember: ada kerja keras yang hasilnya
nyata dalam kesaksian hidup  doa vokal, doa mental aktif
(diskursif).
o Menggunakan katrol dan kincir: kerja lebih ringan, tapi hasil lebih
banyak  doa mental aktif (afektif, rekoleksi aktif).
o Menggunakan saluran irigasi/selokan: kerja lebih ringan lagi,
pengairan lebih merata dan cepat  doa keheningan.
o Melalui hujan lebat: tidak perlu kerja, anugerah semata  doa
persatuan.
 Makna analogi:
o Kebun: jiwa yang perlu diairi
o Bunga: kebajikan yang memperindah jiwa
o Air: karunia/rahmat
o Tukang kebun: Allah yang menggarap kebun bersama kita

9. Santa Teresa dari Avila mengatakan bahwa “kerendahan hati adalah


kebenaran” dan dengan demikian “menjadi dasar dan syarat bagi segala
kemajuan hidup rohani”. Jelaskan selengkapnya.
 Kerendahan hati = mengenal diri sendiri dan Allah sebagaimana adanya,
tanpa kepalsuan/kesesatan  kebenaran.
o Diri sendiri: kehinaan dan ketiadaan.
o Allah: kemuliaan dan segalanya.31
 Kerendahan hati = dasar dan syarat bagi segala kemajuan hidup rohani. Ia:
o Menarik kebijaksanaan kasih. Penghinaan membawa terang (hukum
difusi kerahiman).
o Merupakan sarana utama untuk bertumbuh dalam hidup rohani
(melewati ruang IV), karena penghalang utama adalah
kesombongan.
o Membuat manusia berkenan kepada Allah. Kerendahan hati adalah
tanda kehadiran Allah.
 Bentuk-bentuk kerendahan hati:
30
Hidup rohani merupakan suatu proses perkembangan yang bertahap  pada awalnya jiwa
bekerja keras → semakin lama semakin pasif (bantuan rahmat dari Allah).
31
Allah adalah Maha kasih, Maha rahim, Maha besar, dll.
o Kerendahan hati yang bijaksana32: berasal dari terang budi;
diusahakan; bdk. Sokrates.
o Kerendahan hati dalam roh (spirited humility)33: berasal dari terang
ilahi; dianugerahkan; bdk. Teresa Lisieux.
 Tingkatan kerendahan hati (berbanding lurus dengan tingkatan kesombongan
yang dilawannya):
o Kesombongan lahiriah: kelekatan tidak teratur akan kehormatan 
kebodohan.
o Kesombongan kehendak: lahir dari kebaikan-kebaikan diri, percaya
diri berlebihan  perlu asketisme.
o Kesombongan intelek: gambar diri yang keliru (dosa malaikat) 
perlu perjumpaan dengan terang kebenaran.
o Kesombongan rohani: membual atas karunia-karunia rohani 
menghancurkan bangunan kesempurnaan, menghentikan arus
rahmat!34
 Sarana untuk memperoleh kerendahan hati:
o Pengenalan diri (pemeriksaan batin).
o Usaha aktif (askese, direndahkan, dll.).
o Doa (dengan disposisi sebagai pengemis di hadapan Allah).
o Menerima jawaban dari Allah (apa pun itu) dengan syukur.
o Belajar dari Yesus yang lemah lembut dan rendah hati!

10. Jelaskan apa maksud “pertobatan kedua” dan mengapa perlu pertobatan
kedua.
Maksud “pertobatan kedua”
 Pertobatan kedua: pertobatan yang lebih mendalam oleh mereka yang berada
dalam keadaan rahmat  hidup rohani semakin subur dan berbuah.35
 Contoh: pertobatan Petrus:
o Pertobatan pertama: meninggalkan jala & perahu untuk mengikuti
Yesus.
o Pertobatan kedua: menangis setelah mengkhianati Yesus 
berjumpa dan diampuni oleh Yesus yang bangkit  berani
mewartakan Yesus yang tersalib hingga mati.

32
Kerendahan hati ini didasarkan pada pemeriksaan diri dan meditasi tentang kebenaran
adikodrati dan teladan-teladan hidup Yesus.
33
Kerendahan hati ini membantu menunjukkan kesalahan lahiriah seseorang dan memberikan
terang pada kedalaman jiwa  semakin menyingkap kekecilan dan kepapaan jiwa di hadapan
Tuhan  menghantar jiwa ke dalam ruang keempat dan membuat kemajuan ke puncak rohani.
34
Di sini berlaku prinsip Corruptio optimi pessima
35
Pertobatan pertama: berhenti hidup untuk diri sendiri dan mulai hidup untuk Allah; pertobatan
kedua: hidup sepenuhnya untuk Allah.
 Posisi dalam tahap hidup rohani: dosa berat  (pertobatan pertama) 
purgatif  (pertobatan kedua)  iluminatif.36
 Pertobatan kedua merupakan proses perkembangan hidup rohani dari cinta
yang pamrih kepada cinta seorang anak (Katarina).
 Syarat: kerendahan hati yang sadar akan ketidaklayakan, kelemahan, dan
ketergantungannya kepada Bapa surgawi.

Perlunya “pertobatan kedua”


 Dasar: ketidaksempurnaan cinta kepada Allah dan sesama (dalam diri
profisien)37, dengan ciri:
o Melayani Allah dengan motivasi untuk menyenangkan diri sendiri,
mencari kepuasan. Ketika hiburan ditarik, cinta melemah.38
o Belum melepaskan diri dari ikatan cinta diri rohani.
o Ada egoisme yang belum disadari.
 Persembahan diri yang dangkal kepada Tuhan tidak cukup  harus ada
pertobatan baru yang sejati, yakni berpalingnya hati kepada Tuhan.
 Yang membutuhkan pertobatan kedua (Tauler):
o Ahli Taurat: yang membanggakan hasil studi  intelektual yang
menilai segala sesuatu menurut ukuran budi dan perasaannya 
menganggap diri benar.
o Orang Farisi: yang terikat dengan praktik kesalehan dan religius 
ingin dihormati  menganggap diri baik.
 Buah-buah pertobatan kedua:
o Jiwa mengenal ketidaklayakan dan kemiskinannya  memahami
kemuliaan dan kebaikan Allah yang tak terbatas.
o Jiwa melangkah dalam cahaya rohani  naik mengatasi kegelapan
dangkal (karena dosa)  kegelapan mulia (karena cahaya Allah
yang terlalu terang).
o Cinta kasih menjadi efektif dan murah hati  damai yang menular
ke orang lain.
o Roh ditundukkan kepada Allah demi persatuan dengan Allah 
persiapan/prarasa hidup kekal.

11. Jelaskan apa itu “jalan normal” menuju kekudusan menurut Tauler. Apa
perbedaan jalan normal ini dengan jalan yang ditempuh oleh Santa Teresa
dari Avila? Berikan pendapat Anda.

36
Dalam sistem St. Yohanes Salib, pertobatan kedua adalah pemurnian pasif inderawi.
37
Bdk. St. Katarina Siena, Dialog, Bab 60 & 63.
38
Allah menarik hiburan untuk memberikan pengenalan diri yang sempurna.
“Jalan normal” menuju kekudusan menurut Tauler
 Jalan biasa menuju kekudusan yang dapat dialami semua orang Kristen.
o Merupakan pemurnian yang harus dialami di dunia  kemurnian
jiwa yang sempurna  masuk surga.
o Bukan merupakan rahmat luar biasa (supernatural) yang diiringi
dengan visiun, ekstasi, dan aneka pengalaman mistik lainnya.
 Dasar: ketika orang sungguh merindukan Allah dan berusaha mencari Allah,
muncul ketakutan yang sungguh-sungguh39  Yesus datang berkomunikasi
dengan jiwa.

Jalan menuju kekudusan yang ditempuh oleh St. Teresa Avila


 Bukan “jalan normal” yang dapat dialami semua orang  kontemplasi terang
yang diwarnai aneka pengalaman mistik.
 Merupakan rahmat luar biasa yang dianugerahkan Allah kepada jiwa-jiwa
tertentu.
 Tidak setiap orang mengalaminya. Pengalaman mistik tidak harus dialami
semua orang untuk mencapai kesempurnaan hidup rohani.40

12. Jelaskan perlunya pemurnian pasif indrawi untuk memasuki tahap


pencerahan. Bagaimana terjadinya pemurnian pasif inderawi ini dan apa
penyebabnya?
Perlunya pemurnian pasif inderawi untuk memasuki tahap pencerahan
 Pemurnian pasif inderawi = pertobatan kedua.41
o Merupakan tindakan Allah yang khusus dan memurnikan sebagai
suatu permulaan kontemplasi tercurah (infused contemplation).
o Menandai permulaan tahap iluminatif.
 Alasan perlunya: cacat cela para pemula akibat tujuh dosa pokok:42(Yohanes
Salib):
o Sensualitas rohani (kerakusan rohani): kelekatan tidak teratur
terhadap hiburan-hiburan sensibel yang terkadang diberikan oleh
Allah dalam doa dan aneka bentuk pelayanan. Jiwa lekat dengan
aneka penghiburan ini sehingga lebih mencari hadiah daripada Sang
Pemberi Hadiah.

39
Misal: “apakah aku pantas?”, “apakah Allah murka kepadaku?”
40
Pengalaman mistik bukan syarat untuk masuk surga. St. Yohanes Salib berulang kali
menekankan agar kita jangan mencari dan memikirkannya.
41
Bdk. St. Katarina dari Siena, Beato Henri Suso, Tauler, dan Lallemant.
42
Kekurangan-kekurangan ini tidak dapat diatasi sepenuhnya hanya dengan mengandalkan
usaha aktif dari manusia (penyangkalan diri dan mati raga baik lahiriah maupun batiniah), Bdk.
Malam Gelap III, 42.
o Kemalasan rohani (acedia): akibat lanjut dari sensualitas rohani,
yakni ketika jiwa tidak memperoleh hiburan-hiburan rohani yang
dicarinya, ia menjadi malas untuk berdoa dan melayani. Ia menolak
untuk dimurnikan dan tidak sabar menanggung penderitaan.
o Kesombongan rohani: akibat lain dari sensualitas rohani, yakni
ketika orang memperoleh hiburan-hiburan rohani yang dicarinya, ia
kemudian membanggakan kesempurnaannya, menghakimi orang
lain dengan keras, dan memandang tinggi dirinya.43
 Simpulan: pemurnian pasif indrawi ini mutlak diperlukan untuk
menyempurnakan usaha pemurnian aktif manusia sehingga ia dapat maju
dalam hidup rohaninya dan dapat sampai pada persatuan yang mesra dengan
Allah.

Proses terjadinya pemurnian pasif inderawi dan penyebabnya


 Hilangnya penghiburan dan kemanisan yang sebelumnya dialami.
o Penyebab: Allah sengaja menarik penghiburan-penghiburan agar ia
dapat berhubungan dengan-Nya dengan cara yang baru
(kontemplasi).44
 Munculnya aneka godaan dan pencobaan melawan kemurnian dan kesabaran,
serta aneka penderitaan karena kehilangan hal-hal yang disukai.
o Penyebab: aneka pencobaan ini berguna untuk menguatkan
kebajikan, memurnikan cinta, melepaskan kelekatan, dan
menyadarkan jiwa akan ketergantungannya yang mutlak kepada
rahmat Allah.

Tanda orang ditarik pada kontemplasi dalam pemurnian pasif inderawi


 Orang tidak dapat lagi menggunakan penalarannya.
o Bentuk meditasi diskursif yang tadinya membantunya dan
membuatnya puas serta memberikan kesenangan kini tidak
memuaskan dan menyenangkan lagi (menjadi kering)
o Penyebab: Allah sedang mengkomunikasikan diri kepada rohnya
secara murni.45
 Orang tidak lagi tertarik kepada hal-hal lahiriah dan duniawi, seolah
semuanya terasa hambar, kering, dan kosong.46
43
Kesombongan rohani membuat orang tidak mau dibimbing atau memilih pembimbing rohani
hanya untuk mendapat pengakuan. Mereka akhirnya menjadi seperti orang Farisi yang munafik
dan hidup dalam kepalsuan.
44
Di dalam kontemplasi, jiwa hanya diam memandang Allah yang hadir dengan pandangan
iman penuh kasih, tanpa manifestasi dan sensasi apa pun.
45
Tanda ini belum cukup karena kemungkinan jiwa mengalami kekeringan dalam doa karena ia
tertarik kepada hal-hal duniawi sehingga malah mengalami kemunduran.
46
Tanda ini pun belum cukup karena ada kemungkinan bahwa seseorang tidak tertarik terhadap
perkara apa pun karena sedang depresi.
o Penyebab: Allah sedang memurnikan inderanya agar selaras dengan
bagian rohaninya. Nafsu-nafsu inderawi sedang dimatikan.
 Orang ditarik untuk mengarahkan pikiran dan perhatiannya kepada Tuhan.
o Ia takut jangan-jangan ia tidak lagi mengabdi Tuhan dengan baik,
atau melakukan dosa yang tidak disadarinya.
o Ia juga tertarik untuk tinggal dalam keheningan dan menyadari
kehadiran Tuhan dalam kasih. Dalam doa, ia ingin tetap diam tanpa
berbuat apa-apa dalam ketenangan, tanpa aktivitas budi, tanpa ide-
ide atau gambaran, tanpa melakukan faal-faal tertentu. Ia ingin
memandang Tuhan yang hadir dengan sikap terbuka, penuh
perhatian, dan dengan cinta.47

13. Jelaskan apa perbedaan permurnian pasif inderawi dan pasif rohani?
mengapa perlu melewati pemurnian pasif indrawi dan pasif rohani untuk
memasuki persatuan transforman dengan Allah?
Perbedaan pemurnian pasif inderawi dan rohani
Pemurnian pasif inderawi Pemurnian pasif rohani
Dialami oleh pemula (peralihan ke tahap Dialami oleh profisien (peralihan ke
iluminatif) tahap unitif)
Memurnikan cacat cela inderawi Memurnikan cacat cela rohani
(pemula) (profisien)
Bekerja di fakultas inderawi (panca Bekerja di fakultas rohani (intelek,
indera jasmani & batin) kehendak, ingatan)
Diiringi penderitaan fisik (masih ada Diiringi penderitaan fisik dan rohani
penghiburan rohani) (tidak ada lagi hiburan rohani)
Efek: sementara (bdk. membersihkan Efek: permanen (bdk. mencabut akar
ranting) dan memindahkannya)
Tujuan: mengharmoniskan indera dengan Tujuan: mentransformasi cara kerja
bagian tubuh yang lebih tinggi (rohani) fakultas rohani untuk dapat tunduk
pada Allah  persatuan cinta kasih

Perlunya pemurnian pasif inderawi dan rohani


 Jiwa perlu dimurnikan seluruhnya (inderawi dan rohani) untuk dapat sampai
pada persatuan cinta kasih.
 Kelekatan-kelekatan dan cacat cela (baik inderawi maupun rohani)
menghalangi karya Allah, sehingga harus dimurnikan seluruhnya.

14. Jelaskan pemurnian pasif rohani, penyebabnya dan buah-buahnya.


Bagaimana sikap kita dalam menghadapi malam gelap rohani.

47
Tanda ketiga ini adalah tanda yang paling penting.
Definisi pemurnian pasif rohani
 Pemurnian fakultas rohani yang terdalam:
o Intelek dimurnikan oleh iman
o Ingatan dimurnikan oleh harapan
o Kehendak dimurnikan oleh kasih
 Tujuan: menundukkan jiwa secara sempurna kepada Allah demi mencapai
persatuan cinta kasih/transforman.
 Dialami oleh orang yang sudah maju dan cukup lama setia berjuang di tahap
iluminatif (ruang VI).
 Disertai penderitaan yang hebat, baik fisik maupun rohani.48

Penyebab pemurnian pasif rohani


 Terdapat cacat cela orang yang sudah maju (cacat cela rohani). Misal:
o Pelanturan yang tidak disengaja dalam doa  kelemahan intelek.
o Simpati berlebihan kepada orang-orang tertentu  melawan
keadilan.
o Ketidaksabaran rohani  ingin cepat maju, menjadi kasar.
o Membuka diri pada setan  tertipu.
o Semangat berlebihan  menyimpang dari jalan kerendahan hati.
o Kesombongan rohani/intelektual  ambisi tersembunyi, iri hati.
o Kurang mempraktikkan ketaatan secara sempurna.
o Egoisme yang tidak disadari: keras menilai sesama, ringan menilai
diri sendiri.
 Pemurnian harus sampai pada kedalaman jiwa agar permanen.49

Buah-buah pemurnian pasif rohani


 Efek negatif: pengekangan cacat cela (secara bertahap)
o Hilangnya pelanturan.
o Hilangnya cinta diri dan egoisme yang tersembunyi.
o Hilangnya cacat cela dalam relasi dengan sesama dan yang
mengganggu tanggung jawab sesuai status.
 Efek positif:
o Bertumbuhnya keutamaan, terutama iman, harapan, dan kasih secara
signifikan.
 Iman: jiwa yakin teguh pada segala yang diwahyukan Allah
 mampu menghayati misteri-misteri adikodrati.
 Harapan: jiwa terarah kepada Allah sebagai satu-satunya
kebahagiaan  mampu terus hidup di hadirat Allah.

48
Misal: penyakit berat, serangan setan, sikap orang lain (gosip, fitnah, dll.), tidak dimengerti
oleh pembimbing, merasa ditinggalkan oleh Allah karena berdosa.
49
Bdk. mencabut pohon hingga ke akar & hanya membersihkan rantingnya.
 Kasih: jiwa mengasihi Allah demi diri-Nya sendiri dan
mengasihi sesama demi Allah  mengasihi dengan murni
dan heroik.
o Memurnikan keutamaan-keutamaan dari segala ketidakmurnian
(campuran manusiawi).50
 Keadaan jiwa yang telah dimurnikan: daya-daya jiwa bekerja secara baru
melalui keutamaan supernatural. Ia dapat berjalan dengan aman dan damai
karena seluruh nafsu, afeksi, dan hasratnya telah ditidurkan/dimurnikan dan
tidak lagi memiliki kuasa atas dirinya. (MG II, 15).

Sikap dalam menghadapi pemurnian pasif rohani


 Menerima dengan murah hati dan sabar, selama apa pun yang dikehendaki
Allah  kepercayaan total.
 Terus hidup dalam penyerahan dan kepasrahan total kepada kehendak ilahi 
iman akan misteri salib.
 Nasihat praktis (PB VI, 26):
o Terus lakukan karya-karya cinta kasih dengan setia.
o Percaya dalam kerahiman Allah, yang tidak pernah mengecewakan
mereka yang berharap kepada-Nya.
o Tetap tenang dalam menantikan pertolongan dari Allah.
o Tidak berusaha untuk mengerti, melainkan terus berjalan dalam
kegelapan iman.
o Tidak mencari "solusi penyelesaian masalah" melainkan rahmat agar
jiwa dapat memiliki kekuatan untuk menanggungnya.

15. Jelaskan apa maksudnya Roh Kudus sebagai pelaku utama pengudusan
kita? Apa pengaruh dari karunia pengertian dalam menghadapi pemurnian
pasif rohani.
Roh Kudus sebagai pelaku utama pengudusan
 Jiwa membutuhkan rahmat Roh Kudus untuk dapat mencapai persatuan
dengan Allah.
o Roh Kudus yang pertama-tama menggerakkan manusia untuk
memulai perjalanan rohani.
o Sapta karunia Roh Kudus menyempurnakan dan mengangkat
kebajikan-kebajikan manusiawi ke dimensi ilahi.

50
Motivasi adikodrati yang formal diperlihatkan mengatasi motivasi sekunder (yang membuat
mereka mempraktikkannya dengan cara manusiawi).
o Inspirasi Roh Kudus memampukan orang untuk membuka diri pada
bimbingan Allah  mengarahkan hati kepada Allah.
 Peran sapta karunia Roh Kudus dalam hidup rohani:
o Karunia takut akan Allah: menolong untuk berjuang melawan
kesenangan terhadap hal-hal terlarang dan melawan dorongan-
dorongan hati yang jahat.
o Karunia kebaktian: membimbing untuk mematuhi hukum ilahi
dalam segala sesuatu.
o Karunia keperkasaan: menguatkan keberanian dalam bahaya dan
memperkuat kesabaran dalam pencobaan yang panjang.
o Karunia nasihat: menerangi ketika tidak tahu keputusan apa yang
harus diambil dalam situasi yang sulit.
o Karunia pengenalan/pengetahuan: memampukan untuk membedakan
yang baik dan yang buruk.
o Karunia pengertian: memampukan untuk memahami misteri Allah
(misteri keselamatan).
o Karunia kebijaksanaan: memampukan untuk melihat Allah dalam
segala peristiwa bahkan dalam keadaan yang amat menyedihkan 
melihat dari sudut pandang ilahi.51

Pengaruh karunia pengertian dalam pemurnian pasif rohani


 Dasar: terang intelek manusia terbatas, maka ia membutuhkan terang
adikodrati  karunia pengertian.52
 Syarat: karunia pengertian mengandaikan iman yang disatukan dengan kasih
dan menyempurnakannya.53
 Manfaat:
o Mencegah kesalahan:
 Kesalahan spekulatif: mencegah orang untuk mengacaukan
arti sejati Sabda Allah  salah tafsir.54

51
Karunia kebijaksanaan membuat orang menyukai perkara-perkara ilahi dan mendatangkan
penghiburan rohani dan damai yang mendalam.
52
“Jadi terang kodrati dari pengertian/budi kita (bahkan di dalam para genius terkenal)
kekuatannya terbatas, mengapa dia dapat mencapai suatu titik tetap yang tertentu. Karena itu
manusia membutuhkan suatu terang adikodrati untuk menembus makin jauh (ke dalam Allah
atau ke dalam lubuk terdalam dari kehidupan jiwa) agar dapat mengenal apa yang tidak dapat
dikenal melalui terang kodratinya: dan terang adikodrati yang dianugerahkan kepada manusia
ini disebut karunia pengertian.” Summa, IIa IIæ, q. 8, a . I.
53
Iman yang hidup membuat kita bertahan pada misteri-misteri ilahi karena Allah telah
mewahyukannya, tetapi dari dirinya sendiri iman masih belum membuat kita memahami arti
yang mendalam dari misteri-misteri, dari keagungan Allah. Pemahaman ini membutuhkan
penerangan istimewa dari Roh Kudus, yang tidak secara abstrak dan teologis, melainkan jauh
lebih praktis, tinggi, dan mendalam daripada apa pun yang dapat dicapai melalui studi!
Kesalahan praktis: menunjukkan kesalahan dengan cara
yang jauh lebih baik dari pada pemeriksaan batin yang
paling teliti.
o Membantu orang untuk dapat memahami kebenaran-kebenaran
Allah55 yang dapat diterima budi.56
o Menyingkapkan kemiskinan dan kepapaan manusia, dan sebagai
pembanding kebesaran Allah.57
 Dalam konteks pemurnian pasif rohani:
o Karunia pengertian berperan dalam pemurnian intelek melalui iman.
o Terang yang memurnikan dari karunia pengertian memberi kesan
kegelapan total selama pemurnian pasif rohani  orang berjalan di
antara dua kegelapan ekstrem (kegelapan di bidang yang lebih
rendah menuju kegelapan di bidang yang lebih tinggi).
o Karunia pengertian pada akhirnya membantu orang untuk tetap
bertahan dalam kegelapan iman dan sekaligus memurnikannya
sehingga terjadilah “transformasi intelek” yang dikehendaki Allah.

54
Karunia pengertian menekankan jarak yang sangat besar yang memisahkan realitas rohani dari
lambang-lambang yang sensibel, atau roh dari daging. Bdk. Summa, IIa II æ , q. 8, a, 2
55
Kebenaran Allah bagaikan Cahaya Putih yang gelap bagi manusia, namun sesungguhnya
adalah “kegelapan yang agung”.
56
Misal: eksistensi Allah Tritunggal, Penyelenggaraan Ilahi, Misteri Salib, Kebebasan Pencipta,
dll.  tidak dapat dibuktikan di dunia ini. Iman dibantu oleh karunia pengertian yang membuat
seseorang dapat memasuki makna dari misteri-misteri ilahi dan karunia kebijaksanaan yang
membuatnya dapat menikmati misteri-misteri tersebut  dapat mempercayai Allah secara
sempurna.
57
“Semua yang kutulis tidak lebih dari pada jerami dibandingkan dengan apa yang dinyatakan
oleh Allah kepadaku” (St. Thomas Aquinas).

Anda mungkin juga menyukai