Anda di halaman 1dari 13

REALITAS SETAN DAN PELAYANAN PEMBEBASAN

DALAM PANDANGAN GABRIELE AMORTH

PAPER PELAYANAN PENYEMBUHAN DAN PEMBEBASAN

OLEH:
STEVEN WIJAYA / FR. PAULUS
1122022004

SEKOLAH TINGGI KATOLIK SEMINARI


SANTO YOHANES SALIB
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
2 REALITAS SETAN...........................................................................................................1
2.1 Identitas Setan..............................................................................................................1
2.2 Aktivitas/Gangguan Setan............................................................................................3
2.2.1 Posesi/Kerasukan (Diabolical Possesion)............................................................3
2.2.2 Opresi/Gangguan (Diabolical Oppression/Vexation)...........................................3
2.2.3 Obsesi (Diabolical Obsession).............................................................................3
2.2.4 Infestasi (Diabolical Infestation)..........................................................................4
2.2.5 Gangguan Fisik (External/Physical Disorders)....................................................4
2.3 Penyebab Gangguan Setan...........................................................................................4
3 PELAYANAN PEMBEBASAN DARI SETAN...............................................................5
3.1 Dasar Biblis..................................................................................................................5
3.2 Mengenali Keberadaan Setan.......................................................................................6
3.3 Eksorsisme dan Doa Pembebasan................................................................................7
3.4 Perilaku Setan dalam Pelayanan Pembebasan.............................................................8
3.5 Kesulitan dan Tantangan dalam Pelayanan Pembebasan.............................................9
4 PENUTUP.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11

ii
1 PENDAHULUAN
Dalam dunia eksorsisme, Gabriele Amorth1 (1 Mei 1925 – 16 September 2016) adalah seorang
tokoh yang legendaris. Amorth adalah seorang imam Katolik berkebangsaan Italia dari Serikat Santo
Paulus (S.S.P.) yang ditunjuk oleh Keuskupan Roma menjadi seorang eksorsis resmi sekaligus kepala
eksorsis di Vatikan.2 Selama pelayanannya sebagai imam, Amorth telah melakukan ratusan ribu
eksorsisme, menjadikannya seorang eksorsis yang paling berpengalaman di abad ini.3 Pada tahun 1990,
Amorth mendirikan Asosiasi Eksorsis Internasional dan mengetuainya hingga tahun 2000.4
Amorth menulis puluhan buku mengenai demonologi, eksorsisme, dan aneka kutuk dan guna-guna,
termasuk dua bukunya yang paling terkenal yang merupakan semacam kisah hidupnya sebagai seorang
eksorsis: An Exorcist Tells His Story (1999) dan An Exorcist: More Stories (2002). Amorth juga kerap
diundang dalam wawancara dan acara televisi dari pelbagai genre di mana ia berusaha menyadarkan
dunia akan realitas setan dan bahayanya yang sungguh nyata. Dari hidup dan karyanya, dapat dikatakan
bahwa Amorth sebagai seorang gembala jiwa telah membaktikan seluruh hidupnya untuk memerangi
setan. Dengan gigih dan setia ia pergi ke tempat di mana hanya sangat sedikit orang (termasuk imam)
yang berani/mau.5
Paper singkat ini akan menyelami pandangan Amorth mengenai realitas setan dan pelayanan
pembebasan (eksorsisme) berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pribadinya yang sangat luas dalam
bidang ini.

2 REALITAS SETAN
2.1 Identitas Setan
Menurut Amorth, setan/roh jahat adalah malaikat yang “jatuh” karena memberontak kepada Allah.
Allah dalam kemahakuasaan-Nya menciptakan malaikat yang tak terbilang banyaknya. Malaikat adalah
makhluk rohani dengan kecerdasan yang luar biasa. Seperti manusia, mereka diciptakan untuk melayani
Allah dan dipredestinasikan untuk kebahagiaan kekal. Namun, sebagian dari malaikat ini memberontak
kepada Allah karena mereka ingin bebas dari Allah tidak sudi hidup di bawah bayang-bayang Allah.
Dengan memisahkan diri dari Allah, iblis menciptakan neraka, yakni suatu keadaan yang berlawanan

1
Dalam penulisan selanjutnya, “Gabriele Amorth” akan disingkat sebagai “Amorth”.
2
Amorth ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1954 dan ditunjuk menjadi eksorsis resmi pada tahun 1986, di bawah
bimbingan Candido Amantini. Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist Tells His Story, Ignatius Press, San Francisco (CA) 1999,
13.
3
Bdk. Ron DICKER, “160.000 Exorcisms and Counting” (31 Mei 2013), dalam https://www.huffpost.com/entry/gabriele-
amorth-catholic-priest-exorcisms_n_3368017 (diakses tanggal 11 Oktober 2022).
4
Bdk. Renzo ALLEGRI, “The Exorcist” (10 Agustus 2003), http://www.messengersaintanthony.com/content/exorcist (diakses
tanggal 12 Oktober 2022).
5
Bdk. John HOOPER, “Father Gabriele Amorth Obituary” (26 September 2016), dalam https://www.theguardian.
com/world/2016/sep/26/father-gabriele-amorth-obituary (diakses tanggal 11 November 2022).

1
sama sekali dengan Kerajaan Allah.6 Tidak ada kemungkinan bagi setan untuk bertobat dan
diselamatkan.7
Sebagai malaikat yang jatuh, setan memiliki beberapa karakteristik dan kemampuan sebagaimana
yang dimiliki oleh malaikat-malaikat. Mereka memiliki kecerdasan yang luar biasa dan memiliki
pengetahuan8 dan kemampuan untuk mempengaruhi/memanipulasi dunia materi, termasuk merasuki
manusia.9 Sebagai makhluk rohani, aktivitas setan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. 10 Sama seperti
malaikat, terdapat sejumlah besar iblis dengan tingkatan/hierarki yang berbeda-beda.11
Setan adalah makhluk yang licik dan pengecut. Mereka selalu berusaha untuk bersembunyi dan
bekerja secara diam-diam, karena begitu keberadaannya diketahui, mereka dapat dengan mudah
dikalahkan dan pekerjaannya digagalkan.12 Setan sangat membenci sekaligus takut kepada Allah,
sehingga mereka selalu berusaha menjaga jarak dengan Allah dan segala sesuatu yang “berbau” Allah:
tempat-tempat kudus, benda-benda kudus, dan terutama orang-orang kudus.13
Mengenai penampilan setan, Amorth mengatakan bahwa sebagai makhluk rohani, setan tidak
memiliki substansi badani. Maka, sama seperti malaikat, mereka harus menampakkan diri dalam rupa
yang dapat ditangkap oleh indera manusia. Rupa dari setan secara esensi adalah jauh lebih buruk dari apa
pun yang dapat dibayangkan oleh manusia, karena mereka telah secara definitif menolak Allah, yang
adalah Keindahan Tertinggi.14 Meskipun demikian, untuk mengelabui manusia dan menyembunyikan
identitasnya, setan dapat “menyamar” dalam wujud yang indah.15

6
Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist Explains the Demonic, Sophia Institute Press, Manchester (NH) 2016, 20.
7
Setan tidak dapat bertobat dan diselamatkan karena pilihan bebas dari setan tidak dapat berubah. Hal ini disebabkan karena
kecerdasannya yang luar biasa sebagai makhluk rohani. Berbeda dengan manusia, mereka telah menikmati memandang Allah
secara sempurna dari muka ke muka dan dengan sadar memilih untuk menolak Allah. Pilihan ini tidak akan berubah karena
setan telah memiliki pengetahuan yang sempurna dan memahami segala konsekuensinya. Bdk. Ibid.
8
Meskipun demikian, setan tidak dapat mengetahui apa yang ada di dalam pikiran dan hati manusia, karena hanya Allah yang
Maha Tahu yang dapat menyelami pikiran dan hati manusia yang diciptakan-Nya. Setan dapat “menebak” apa yang (akan)
dipikirkan dan dilakukan oleh manusia dengan mengamati perilakunya dan melakukan deduksi yang akurat berdasarkan
pengetahuan dan kecerdasannya yang luar biasa. Bdk. Ibid., 21.
9
Ketika merasuki manusia, setan tidak berada di lokasi tertentu di tubuh manusia. Setan mempengaruhi seluruh/sebagian tubuh
manusia tanpa harus “tinggal” di organ tertentu. Ketika seseorang kehilangan kesadaran dan “diambil alih” oleh setan untuk
melakukan/mengatakan apa yang dikehendaki setan, keadaan ini dapat digambarkan seolah setan tersebut “membungkus”
seluruh tubuh korban sedemikian rupa sehingga ia kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Bdk. Ibid., 23.
10
Untuk uraian mengenai hal-hal yang dapat/tidak dapat dilakukan oleh setan, lihat Antonio Royo MARIN, The Theology of
Christian Perfection, Wipf & Stock, Eugene (OR) 1962, 652-653.
11
Setan tetap terikat oleh sistem hierarki yang diberikan kepadanya sebagai malaikat (Bdk. Kol 1:16). Akan tetapi, jika hierarki
malaikat diikat oleh cinta dan kebebasan, hierarki setan diikat oleh ketakutan dan perbudakan. Bdk. Gabriele AMORTH, An
Exorcist Tells His Story..., 21.
12
Hal ini disebabkan oleh karena Yesus secara definitif telah mengalahkan setan dan kekuasaannya. Bdk. Gabriele AMORTH,
An Exorcist: More Stories, Ignatius Press, San Francisco (CA) 2002, 30.
13
Setan lebih memilih untuk berinteraksi dengan mereka yang telah menjauhkan diri dari Allah. Dalam keadaan ini, setan
dapat beraksi secara lebih bebas. Setan takut kepada anak-anak Allah yang telah menyelaraskan hidupnya dengan Kristus
(Bdk. Gal 2:20). Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist Explains the Demonic..., 22.
14
Karena telah menolak Allah, karakteristik setan secara logis pasti berlawanan langsung dengan Allah. Bdk. Ibid., 25.
15
Dalam kisah hidup Padre Pio, setan pernah menampakkan dirinya sebagai anjing galak, sebagai Yesus, sebagai Bunda
Maria, sebagai Bapa Pengakuan atau superiornya yang menyuruhnya melakukan sesuatu, dan beberapa kali setan
menampakkan dirinya sebagai seorang gadis cantik yang telanjang. Bdk. Ibid., 25-26.

2
2.2 Aktivitas/Gangguan Setan
Amorth membedakan dua macam aktivitas setan, yakni aktivitas biasa dan luar biasa. Aktivitas
biasa setan adalah godaan dan dosa. Pada umumnya setan menggoda manusia melalui fakultas
inteleknya.16 Setiap manusia pasti pernah digoda oleh setan, namun tidak semua orang pernah mengalami
aktivitas luar biasa dari setan.17 Berikut adalah jenis-jenis aktivitas luar biasa dari setan:

2.2.1 Posesi/Kerasukan (Diabolical Possesion)


Posesi adalah bentuk aktivitas setan yang paling serius namun jarang terjadi. Ketika setan merasuki
seseorang, ia dapat membuat orang tersebut melakukan atau mengatakan apa pun yang diinginkan oleh
setan.18 Tanda-tanda dari orang yang kerasukan antara lain: kehilangan kesadaran, memiliki kekuatan
fisik yang luar biasa, mengetahui hal-hal yang “tersembunyi”, dan bereaksi aneh di hadapan
Sakramen/benda-benda kudus, tempat-tempat kudus, dan doa-doa.19 Seseorang dapat dirasuki oleh
beberapa roh jahat sekaligus, seperti yang dialami oleh orang di Gerasa (bdk. Mrk 5:9).20
Perlu dicatat bahwa kerasukan tidak menular. Orang dapat hidup bersama orang yang kerasukan
dalam waktu yang lama tanpa ikut kerasukan. Orang yang kerasukan juga dapat menikah dan memiliki
anak tanpa “menjangkiti” keluarganya. Oleh karena itu, orang yang kerasukan perlu diterima dan
diperlakukan dengan penuh kasih.21

2.2.2 Opresi/Gangguan (Diabolical Oppression/Vexation)


Opresi adalah gangguan roh jahat dalam bentuk fisik dan psikologis dan dapat diarahkan kepada
kesehatan, relasi, atau pekerjaan seseorang, seperti yang dialami oleh Ayub (bdk. Ayub 1:13-19; 2:7).
Korban opresi dapat tiba-tiba mengalami sakit tanpa penyebab yang diketahui, sulit mendapat pasangan,
diputuskan oleh pasangan, usaha bangkrut, dan lain-lain. Berbeda dengan posesi, opresi adalah bentuk
aktivitas setan yang paling sering dijumpai.

2.2.3 Obsesi (Diabolical Obsession)


Obsesi adalah gangguan roh jahat di mana roh jahat mempengaruhi pikiran korban sedemikian rupa,
sehingga ia tidak dapat menguasai pikiran dan tindakannya lagi. Meskipun demikian, berbeda dengan
posesi, dalam obsesi korban masih memiliki kesadaran. Biasanya obsesi muncul dalam bentuk halusinasi
16
Setan berusaha menghasut dan membujuk manusia agar melawan prinsip-prinsip kebenaran iman dan moral. Di zaman ini,
setan telah berhasil meyakinkan manusia untuk membenarkan cara hidup yang sama sekali bertentangan dengan moralitas:
perzinaan, perceraian, kohabitasi, penipuan, aborsi, perkawinan sejenis, eutanasia, korupsi, perang, egoisme, dan banyak hal
lainnya. Bdk. Ibid., 52.
17
Setan lebih senang beraksi melalui aktivitas biasa (godaan) dibandingkan dengan aktivitas luar biasa. Dalam kasus aktivitas
luar biasa, manifestasi eksternal yang muncul secara jelas dapat menyingkapkan keberadaannya. Sebaliknya, dalam kasus
aktivitas biasa, keberadaan setan tetap tersembunyi di balik keacuhan dan kurangnya iman, sehingga setan dapat bekerja secara
bebas tanpa terganggu. Bdk. Ibid., 53.
18
Setan tidak dapat benar-benar mengambil alih seluruh jiwa manusia (kecuali orang itu sendiri secara sadar memberikannya
kepada setan), melainkan hanya tubuhnya. Bdk. Ibid.
19
Misal: tidak dapat memandang Sakramen, tidak mau masuk ke gedung Gereja, kesakitan saat memegang salib/rosario,
muntah-muntah ketika mendengar doa rosario, memuntahkan potongan kuku, kaca, atau rambut, dll. Bdk. Ibid., 80.
20
Pengusiran setan dilakukan dari setan dengan tingkatan/hierarki yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Bdk. Ibid.,
55-56.
21
Bdk. Ibid., 57.

3
yang kuat,22 yang mengarahkan korban kepada dosa, disorientasi, depresi, dan bahkan bunuh diri. Dalam
kasus obsesi, diperlukan disermen yang kuat karena gejalanya sangat mirip dengan gejala gangguan-
gangguan psikologis.

2.2.4 Infestasi (Diabolical Infestation)


Infestasi adalah gangguan roh jahat yang diarahkan bukan kepada manusia, melainkan kepada
tempat, benda, atau binatang tertentu.23 Meskipun tidak menyerang korban secara langsung, infestasi
sangat berdampak negatif pada korban. Misalnya, korban yang tinggal di rumah yang ter-infestasi akan
merasa takut dan sulit tidur, seperti yang dialami oleh Yohanes Maria Vianney. 24 Dalam kasus infestasi,
perlu dipastikan bahwa gangguan roh jahat memang tidak diarahkan kepada manusia, misalnya dengan
meminta korban untuk pindah rumah untuk sementara waktu atau mengganti/membuang benda-benda
tertentu.

2.2.5 Gangguan Fisik (External/Physical Disorders)


Gangguan fisik, berbeda dengan opresi, menyerang korban secara fisik dan mengakibatkan rasa
sakit (bukan penyakit fisik). Gangguan ini biasanya diarahkan kepada orang-orang suci dan diizinkan
oleh Tuhan untuk pengudusan orang tersebut, seperti yang dialami oleh Yohanes Maria Vianney yang
kerap dilempar dari kasurnya dan Padre Pio yang berkali-kali dipukul dan dibanting oleh setan ketika
tidur hingga berdarah-darah. Rasul Paulus kemungkinan mengalami gangguan ini ketika berbicara
tentang “duri dalam daging” dalam 2Kor 12:7-9.

2.3 Penyebab Gangguan Setan


Amorth menyimpulkan bahwa ada empat penyebab utama dari gangguan setan, yakni:
1) Perjanjian dengan setan. Seseorang mengikat perjanjian dengan setan (biasanya dengan
perjanjian darah) dan dengan sadar menjadikan dirinya hamba setan demi mendapat keuntungan duniawi.
Keterlibatan dalam okultisme dan pemujaan setan juga termasuk dalam kategori ini. 25 Selain itu, pengaruh
dari media seperti konten pornografi, horor, musik setan, dan kekerasan juga dapat menjadi penyebab
gangguan setan.26
2) Kebiasaan berdosa. Setan dapat dengan mudah menguasai dan mempengaruhi orang-orang yang
secara sadar memilih untuk hidup dalam dosa dan tidak mau bertobat, misalnya hidup dalam percabulan,
pesta pora, dan korupsi.27 Dalam kasus perjanjian dengan setan dan kebiasaan berdosa, gangguan

22
Halusinasi dapat berupa penglihatan atau suara-suara yang terus-menerus, sehingga mempengaruhi keadaan mental dan cara
korban berinteraksi dengan dunia luar. Bdk. Ibid., 58.
23
Gabriele AMORTH, An Exorcist Tells His Story..., 123.
24
Bdk. Rafael LEPEN, Santo Yohanes Vianney: Pelindung Para Imam, Obor, Jakarta 2009, 114-119.
25
Amorth membahas pelbagai bentuk-bentuk pemujaan setan dan okultisme secara lebih terperinci dalam Gabriele AMORTH,
An Exorcist Explains the Demonic..., 28-50.
26
Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist: More Stories..., 63. Untuk pembahasan mengenai musik-musik setan, lihat Ibid., 72-
74.
27
Amorth membandingkan keadaan ini dengan keadaan Yudas Iskariot yang kerasukan setan karena memilih untuk tetap hidup
dalam dosa meskipun berada sangat dekat dengan Yesus. Bdk. Ibid., 63.

4
disebabkan oleh kesalahan korban sendiri sehingga dibutuhkan pertobatan dan penyangkalan kuasa
kegelapan sebelum korban dapat dibebaskan.
3) Kutuk dan guna-guna. Seseorang mengirimkan kejahatan/gangguan roh jahat kepada korban
melalui kutuk dan guna-guna. Terdapat beragam bentuk kutuk dan guna-guna, seperti mantra (spell),
pengikatan (binding), kutukan (malediction), tatapan jahat (evil eye), macumba, dan voodoo.28 Dalam
kasus ini, korban biasanya sama sekali tidak bersalah. Kejahatan sepenuhnya berada di pihak pemberi
kutuk.29
4) Izin dari Allah. Terkadang Allah mengizinkan setan untuk beraktivitas tanpa intervensi manusia
seperti yang dialami oleh Ayub.30 Meskipun demikian, Allah juga menetapkan batas bagi aktivitas setan
(bdk. Ayb 1:12). “Izin dari Allah” ini diberikan untuk menguji dan menguatkan orang-orang yang dipilih-
Nya, dan selalu mendatangkan kebaikan pada akhirnya.31
Berdasarkan pengalaman dan pengamatannya, Amorth menyimpulkan bahwa telah terjadi
peningkatan aktivitas dan gangguan setan di zaman ini secara signifikan. Hal ini terutama disebabkan
oleh karena semakin tergerusnya iman akibat arus sekularisme. Di sini berlaku prinsip: “di mana iman
melemah, takhayul menguat.”32

3 PELAYANAN PEMBEBASAN DARI SETAN


3.1 Dasar Biblis
Amorth mendasarkan kuasa dan pelayanan pembebasan dari setan dan kuasa kegelapan pada tiga
kebenaran yang ditekankan dalam Kitab Suci: 1) terdapat perseteruan antara Yesus Kristus (Kerajaan
Allah) dengan setan, yang mengimplikasikan bahwa kekuasaan setan adalah nyata (bdk. 1 Yoh 3:8, Kis
10:38, Ef 6:11-12),33 2) Kristus lebih kuat dari setan dan telah mengalahkannya secara definitif (bdk. Yoh
1:1-5, Ef 1:3-14, Kol 1:15-20),34 dan 3) Kristus meneruskan kekuasaan untuk mengalahkan setan kepada
murid-murid-Nya (bdk. Mrk 3:14-15, Mrk 6:7,13, Mat 10:1,7-8, Luk 9:1). 35 Kekuasaan ini merupakan
kekuasaan pertama yang diberikan oleh Yesus saat Ia mengutus murid-murid-Nya, dan masih terus
dipraktikkan oleh Gereja hingga sekarang.36

28
Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist Explains the Demonic..., 36.
29
Gangguan roh jahat juga dapat terjadi pada seseorang yang memiliki kedekatan dengan orang-orang yang terlibat pemujaan
setan dan sering mengunjungi tempat-tempat yang diinfestasi oleh kuasa kegelapan. Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist:
More Stories..., 63.
30
Allah bahkan dapat mengizinkan seseorang dirasuki setan sepenuhnya, seperti yang dialami oleh Beata Maria dari Yesus
yang Tersalib yang dibeatifikasi oleh St. Yohanes Paulus II pada tahun 1983. Bdk. Gabriele AMORTH, Get Out, Satan!, St.
Pauls Publishing, Makati City 2014, 21.
31
Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist: More Stories, 62.
32
“Where faith decreases, superstition grows.” Ibid., 12.
33
Bdk. Ibid., 29-37.
34
Bdk. Gabriele AMORTH, Get Out, Satan!..., 29-31.
35
Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist: More Stories..., 43-45.
36
Amorth secara singkat merinci pelayanan eksorsisme dalam sejarah Gereja dari abad pertama hingga abad ke-21 dalam
Ibid., 46-51.

5
3.2 Mengenali Keberadaan Setan
Tahap pertama dari pelayanan pembebasan adalah menentukan apakah suatu gangguan benar-benar
berasal dari setan (supernatural) atau hanya dari penyebab natural. Untuk itu, Amorth memberikan
beberapa panduan yang sangat berguna berdasarkan pengalaman pribadinya sebagai seorang eksorsis
resmi.
Pertama, sebaiknya dilakukan wawancara terhadap korban dan keluarga/orang-orang terdekat dari
korban untuk mengenali riwayat korban dan gejala-gejala yang terjadi serta kapan gejala-gejala tersebut
mulai timbul.37 Gejala-gejala yang mencurigakan antara lain: penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh
dokter/pengobatan konvensional, emosi yang tak terkendali, ketidakmampuan untuk berdoa, dan tidak
mau ke Gereja.38 Namun perlu dicatat bahwa sebuah gejala tidak pernah dapat mencukupi untuk dijadikan
dasar diagnosis, karena hanya melalui eksorsisme seseorang dapat mengetahui secara pasti keberadaan
setan.39 Berdasarkan keyakinan ini, Amorth mengkritik buku Ritual untuk pembebasan yang dikeluarkan
oleh Vatikan, di mana eksorsisme baru dapat dilakukan setelah mengenali tiga tanda: berbicara dalam
bahasa asing, memiliki kekuatan luar biasa, dan mengungkapkan hal-hal yang tersembunyi.40
Jika beberapa gejala telah diverifikasi, Amorth segera membuat janji dengan korban untuk
melakukan eksorsisme eksperimen (experimental exorcism) dengan tujuan pembebasan sekaligus
diagnostik. Reaksi dari korban saat didoakan diamati. Jika memang didapati tidak ada alasan untuk
meyakini adanya gangguan setan, Amorth memberikan berkat sederhana dan doa untuk orang sakit
berdasarkan buku Ritual dan menganjurkan untuk mengaku dosa, mengampuni, dan mengusahakan hidup
doa yang baik.41
Selain tiga tanda yang dipaparkan dalam buku Ritual, beberapa tanda yang menunjukkan
keberadaan setan dalam eksorsisme antara lain: gerakan mata (ke atas/bawah), ledakan emosi, menjerit-
jerit, mengutuk, dan akhirnya mengakui diri sebagai setan. Jika tanda-tanda ini ditemukan, eksorsisme
penuh dapat dilakukan. Keberadaan setan juga dapat dikenali melalui bantuan orang-orang yang memiliki
kepekaan khusus, yakni orang karismatik (charismatics)42 dan orang sensitif (sensitives).43 Meskipun

37
Bdk. Ibid., 76-78. Biasanya penyebab gangguan roh jahat dapat diusut hingga ke sebuah peristiwa/orang tertentu.
38
Bdk. Ibid., 78.
39
Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist Explains the Demonic..., 77.
40
KONGREGASI UNTUK IBADAT DAN PENGATURAN SAKRAMEN-SAKRAMEN, De exorcismis et supplicationibus, quibusdam
(Tentang Eksorsisme dan Doa-doa Khusus; 22 November 1998), Editio Typica, Vatikan 1998, 16.
41
Bagi Amorth, tujuan utama dari pembebasan adalah pertobatan. Selain itu, tanpa hidup doa dan rahmat Allah, segala bentuk
eksorsisme tidak akan ada manfaatnya. Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist Explains the Demonic..., 69.
42
Gereja menghimbau siapa saja yang memiliki karisma Roh Kudus untuk menggunakannya, dengan tetap menghormati
Uskup yang bertugas untuk mendisermen keontetikan dan mengatur penggunaannya. Bdk. Apostolicam Actuositatem 3, dan
Lumen Gentium 12, dalam Dokumen Konsili Vatikan II (terj. R. HARDAWIRYANA), DOKPEN KWI, Jakarta 1993.
43
Charismatics adalah orang yang memiliki karisma Roh Kudus, khususnya karisma pembedaan Roh, sedangkan sensitives
adalah orang yang memiliki kepekaan tertentu (semacam indera keenam) untuk mengenali keberadaan hal-hal yang tidak dapat
dikenali/dirasakan oleh kebanyakan orang. Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist: More Stories..., 160. Jika kepekaan itu berada
pada indera penglihatan, orang itu disebut pelihat (seers). Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist Tells His Story..., 157.

6
demikian, orang perlu berhati-hati dalam menentukan apakah seseorang sungguh-sungguh memiliki
karunia Roh Kudus.44

3.3 Eksorsisme dan Doa Pembebasan


Amorth membedakan dua jenis pelayanan pembebasan, yakni eksorsisme dan doa pembebasan
(prayer of deliverance).45 Setiap orang beriman dapat melakukan doa pembebasan berdasarkan kuasa
yang diberikan oleh Yesus (bdk. Mrk 16:17). Doa pembebasan dapat dilakukan oleh individu maupun
kelompok tanpa meminta izin dari otoritas Gereja. Akan tetapi, untuk meningkatkan efektivitas dari kuasa
Ilahi ini dan untuk melindungi umat beriman dari penyihir dan dukun, Gereja menginstitusikan pelayanan
eksorsisme resmi sebagai sebuah sakramentali. 46 Eksorsisme hanya dapat dilakukan oleh Uskup dan
imam tertahbis.47 Meskipun demikian, kekuatan dari eksorsisme lebih ditentukan oleh iman kepada Yesus
dibandingkan jabatan semata-mata.48
Sebagai seorang eksorsis resmi yang berpengalaman, Amorth memberikan beberapa pandangan dan
pedoman dalam pelaksanaan doa-doa pembebasan:49

1) Pembebasan dari kuasa kegelapan tidak dapat dibatasi hanya dengan eksorsisme dan doa-doa
pembebasan. Sarana-sarana yang biasa untuk memperoleh rahmat seperti doa, Sakramen
(terutama Baptis, Pengakuan Dosa, dan Ekaristi), devosi, latihan rohani, dll. tetap merupakan
sarana yang fundamental untuk mengatasi godaan dan memperoleh pembebasan.50

2) Doa pembebasan tidak memiliki rumusan yang baku. Doa ini dapat didoakan secara pribadi oleh
korban, atau bersama dalam kelompok doa.

3) Doa pembebasan dapat menggunakan air suci dan salib. Adalah lebih baik jika ada imam yang
memberikan berkat kepada korban dengan air suci.

4) Hindari untuk menarik perhatian dan rasa ingin tahu yang tidak perlu. Dalam hal ini, orang-
orang yang membantu dalam doa pembebasan hendaklah dibatasi pada keluarga dan orang-orang
terdekat.51

5) Hindari gerakan dan sentuhan yang tidak perlu. Sebaiknya hanya imam yang meletakkan tangan
atas kepala korban. Orang lain dapat mengulurkan tangan kepada korban tanpa menyentuh dan
membantu dalam doa (termasuk doa dalam bahasa roh) dengan tenang.
44
Amorth memberikan beberapa kriteria pribadi untuk menentukan keontetikan seorang karismatik dalam Gabriele AMORTH,
An Exorcist: More Stories..., 161-162.
45
Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist Tells His Story..., 43. Untuk ulasan lebih terperinci mengenai perbedaan antara
eksorsisme dan doa pembebasan, lihat Gabriele AMORTH, An Exorcist: More Stories..., 91-93.
46
Bdk. Ibid., 91.
47
Ajaran dan Hukum Gereja mengenai eksorsisme dapat ditemukan dalam KHK 1172 dan KGK 1673.
48
Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist: More Stories..., 91.
49
Bdk. Ibid., 94-99.
50
Tidak ada pembedaan yang jelas antara aktivitas roh jahat yang biasa (godaan) dan luar biasa. Maka, demikian pula halnya
seharusnya tidak ada pembedaan yang jelas antara sarana-sarana dalam pembebasan roh jahat. Bdk. Ibid., 94.
51
Sejauh mungkin, doa pembebasan hendaknya dilakukan di kapel/tempat yang sepi dan tidak menarik perhatian. Bdk.
Gabriele AMORTH, An Exorcist Explains the Demonic..., 81.

7
6) Tim doa pembebasan merupakan bantuan yang berharga bagi Gereja, terutama karena
kekurangan tenaga pastoral dan eksorsis resmi. Mereka dapat membantu korban untuk
memahami realitas roh jahat (katekese) dan menuntun mereka untuk memperbaiki hidup
rohaninya.

7) Tim doa pembebasan dapat membantu pelayanan seorang eksorsis resmi dengan tetap
memperhatikan sikap selama doa pembebasan. Mereka harus selalu mengikuti arahan dari
eksorsis dan menghindari segala macam tindakan yang tidak layak dilakukan oleh seorang awam
menurut prosedur resmi yang telah ditetapkan oleh Gereja.

3.4 Perilaku Setan dalam Pelayanan Pembebasan


Amorth mencatat perilaku setan yang sering dijumpainya dalam pelayanan pembebasan, yakni
perilaku sebelum didoakan, selama didoakan, menjelang keluarnya, dan setelah keluarnya.
1) Sebelum didoakan. Setan selalu berusaha sekuat tenaga agar keberadaannya tidak ditemukan/
disadari.52 Biasanya hanya korban dari gangguan roh jahat yang menyadari ada yang tidak beres dengan
dirinya: gangguan fisik dan psikologis. Orang-orang di sekitarnya kerap tidak menyadari/memahami
gangguan setan yang dialami oleh korban. Hal ini diperparah dengan kurangnya iman korban dan
kepedulian Gereja.53 Sering kali, korban yang menghubungi seorang eksorsis bersikap skeptis karena
telah sebelumnya berusaha menyembuhkan dirinya melalui tenaga medis maupun dukun yang sama
sekali tidak membantu dan bahkan memperparah keadaan.
2) Saat didoakan. Ketika korban bertemu dengan eksorsis untuk pertama kalinya, biasanya setan
akan berusaha untuk tidak terdeteksi dengan menyembunyikan gejala-gejala gangguan atau membuat
gangguan terlihat tidak serius. Ketika korban mulai didoakan, setan akan merasa tersiksa hingga akhirnya
terpaksa bereaksi dan mengungkapkan keberadaannya. Namun biasanya ia juga tidak serta merta
menunjukkan seluruh kekuatannya, sehingga dibutuhkan sesi doa berkali-kali hingga pembebasan total
dapat terjadi.54
Setan sangat tidak suka berbicara. Buku Ritual menghimbau eksorsis untuk tidak bertanya kepada
setan sekedar karena penasaran, melainkan hanya pertanyaan yang berguna untuk pembebasan, seperti:
nama setan, jumlahnya, durasi posesi, dan motif setan. 55 Ketika setan berbicara, ia biasanya mengatakan
hal-hal tertentu untuk mengalihkan pembicaraan dan perhatian eksorsis serta mematahkan semangatnya. 56
Dalam hal ini, perlu diingat bahwa setan adalah pangeran kebohongan, sehingga segala perkataannya
52
Salah satu perbedaan mendasari dari gangguan setan dan gangguan psikologis adalah korban gangguan setan jarang menarik
perhatian, sedangkan pasien gangguan psikologis kerap mencari perhatian. Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist: More
Stories..., 99.
53
Bdk. Ibid., 91.
54
Reaksi dari setan saat didoakan berbeda-beda: ada yang acuh (menyembunyikan penderitaannya), ada yang membuat korban
diam tidak bergerak, ada yang membuat korban berguncang-guncang, terlempar, dan menyakiti diri sendiri, ada yang menjerit
kesakitan (terutama ketika diberkati dengan air suci atau disentuh dengan stola). Hanya sedikit kasus di mana setan
menampilkan kekerasan sehingga harus diikat dan dipegang oleh orang lain. Bdk. Ibid, 93.
55
Bagi setan, mengungkapkan nama sudah merupakan suatu tanda kekalahan. Bdk. Ibid.
56
Terkadang, setan dapat membeberkan dosa-dosa dari eksorsis, namun hal ini sangat jarang terjadi. Bdk. Ibid, 94.

8
harus ditanggapi dengan hati-hati. Oleh karena itu, seorang eksorsis harus memiliki kebijaksanaan dan
kedewasaan iman untuk menyangkal segala tipu daya setan.
Seorang eksorsis hendaknya peka untuk menemukan “titik lemah” dari setan. Ada setan yang tidak
tahan dengan tanda salib yang dibuat di tubuh korban, ada setan yang sangat ketakutan dengan air suci,
dan ada setan yang beraksi dengan sangat keras terhadap kata-kata tertentu dari doa pembebasan. Ketika
“titik lemah” telah diketahui, eksorsis dapat mengulangi tindakan/kata-kata tersebut hingga setan terpaksa
menyerah.57
3) Menjelang keluarnya setan. Doa pembebasan dapat berlangsung dari beberapa menit hingga
beberapa jam, tergantung tingkat kekuatan setan dan kepekaan penilaian dari eksorsis. 58 Dalam kasus
pengobatan penyakit biasa, keadaan pasien akan berangsur-angsur membaik. Dalam kasus pembebasan,
keadaan korban akan berangsur-angsur menjadi semakin parah hingga korban “tidak tahan lagi”. Di saat
itulah korban dibebaskan. Setan yang sedang sekarat akan merintih dan memohon belas kasihan. Ia akan
mengkomunikasikan keadaannya yang putus asa melalui korban yang dirasukinya.
4) Setelah keluarnya setan. Setelah dibebaskan, korban hendaknya dihimbau untuk meningkatkan
hidup doa dan rajin menerima Sakramen. Terkadang eksorsisme lanjutan dapat diberikan secara berkala
karena tidak mustahil setan dapat kembali lagi kepada pasien, terutama jika pasien kurang berdoa atau
bahkan hidup dalam dosa.59

3.5 Kesulitan dan Tantangan dalam Pelayanan Pembebasan


Dalam buku maupun wawancaranya, Amorth kerap mengeluhkan pelbagai kesulitan dan tantangan
yang ada dalam pelayanan pembebasan. Kesulitan ini muncul terutama dari pihak pelayan Gereja maupun
dari pihak korban sendiri.
Dari pihak pelayan Gereja, Amorth mengeluhkan kurangnya tenaga eksorsis yang berpengetahuan
dan berpengalaman sehingga umat sering kali kesulitan untuk mencari seorang eksorsis.60 Hal ini semakin
diperparah dengan kurangnya minat dan perhatian Uskup untuk menunjuk dan membina eksorsis resmi. 61
Beberapa Imam dan Uskup bahkan menyangkal keberadaan dan aktivitas setan karena takut atau
pandangan teologis yang keliru.62 Menurut Amorth, hal ini sungguh merupakan hasil karya setan yang
tidak ingin aktivitasnya di dunia terganggu. Untuk itu, Amorth mengajukan agar setiap Uskup
menjalankan fungsinya dengan sepenuhnya (setiap uskup adalah eksorsis agung), menunjuk (beberapa)
eksorsis resmi di keuskupannya, mewajibkan eksorsisme (beserta angelologi dan demonologi) dalam
kurikulum pembinaan imam lengkap dengan praktik eksorsisme di lapangan, dan bahkan meminta Paus

57
Bdk. Ibid., 96.
58
Keberadaan dokter/psikolog dapat membantu seorang eksorsis dalam menilai keadaan korban. Bdk. Ibid., 96.
59
Dalam keadaan ini, setan dapat kembali dengan setan-setan lain yang bahkan lebih kuat dan jahat (Bdk. Mat 12:43-35).
60
Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist Explains the Demonic..., 88.
61
Berdasarkan pengamatan Amorth, selama hampir tiga abad terakhir, pelayanan eksorsisme praktis tidak dipraktikkan di
Gereja dan tidak diajarkan di seminari. Hal ini disebabkan oleh mentalitas rasional zaman modern. Bdk. Ibid., 76.
62
Bdk. Ibid., 89.

9
untuk mengizinkan seluruh imam untuk melakukan eksorsisme tanpa perlu meminta izin dari Uskup. 63
Amorth juga mengusahakan pembinaan para eksorsis dan membentuk Asosiasi Eksorsis Internasional, di
mana ia menjadi kepalanya yang pertama.64
Dari pihak korban dan umat beriman, Amorth mengeluhkan kurangnya iman korban akan kuasa
Kristus dalam mengalahkan kuasa kegelapan. Mereka meremehkan doa, Sakramen, dan hidup rohani
yang merupakan sarana utama dalam melawan kekuasaan setan. Kebanyakan umat bersikap pasif bahkan
acuh dalam menghadapi aneka gangguan-gangguan setan dan menganggap bahwa tugas untuk melawan
setan adalah tugas para pejabat dan pelayan-pelayan Gereja semata. Karena kurangnya iman, banyak
umat yang merasa putus asa sama sekali menghadapi kuasa kegelapan dan lebih percaya pada kuasa
dukun/paranormal atau bahkan terlibat aktif dalam okultisme dan pemujaan setan dan tidak mau
bertobat.65 Untuk itu, Amorth tak jemu-jemunya menghimbau segenap umat beriman untuk semakin
waspada akan bahaya dari realitas setan dan senantiasa berjaga-jaga dengan memelihara iman dan hidup
rohani Kristiani dengan baik.66 Seperti kata pepatah: adalah lebih baik mencegah daripada mengobati.

4 PENUTUP
Hidup dan karya Amorth sebagai seorang eksorsis yang legendaris telah turut menyadarkan dunia
(dan Gereja) akan keberadaan realitas roh jahat dan bahayanya yang sungguh nyata, yang kerap kurang
disadari/diperhatikan dan kerap disalah mengerti. Seperti halnya pelayanan pewartaan dan penyembuhan,
pelayanan pembebasan merupakan suatu pelayanan yang sangat dibutuhkan, khususnya di zaman ini di
mana kehidupan iman semakin tergerus oleh arus sekularisme dan kepercayaan pada takhayul sehingga
setan dapat semakin bebas untuk beraksi dan membinasakan jiwa-jiwa. Namun sayangnya, sangat sedikit
orang dan pelayan pastoral yang mau/sanggup/berani untuk terjun dalam pelayanan ini. Bagi Amorth,
pelayanan pembebasan seharusnya menjadi tugas dan tanggung jawab bersama, dari pimpinan Gereja
hingga seluruh umat beriman yang telah diberi kuasa oleh Yesus Kristus untuk mengusir setan dalam
nama-Nya. Amorth telah memberi contoh dan teladan dengan hidupnya sendiri bahwa setan bukanlah
sosok yang harus ditakuti karena ia sama sekali bukan tandingan orang yang hidup dalam Kristus.
Kesaksian, ajaran, dan himbauannya kepada Gereja dan seluruh umat beriman merupakan sebuah warisan
yang ditinggalkan oleh Amorth yang menuntut untuk direfleksikan dan ditanggapi dengan segera.

63
Amorth mengajukan permintaan-permintaan ini kepada Paus Fransiskus dalam Ibid., 88-89. Menurut Amorth, larangan bagi
imam untuk melakukan eksorsis tanpa penunjukan dari uskup adalah berlebihan, karena berdasarkan rahmat Tahbisan, para
imam dapat melakukan hal-hal yang jauh lebih besar daripada eksorsisme (sakramentali) tanpa penunjukan khusus, seperti
merayakan Ekaristi dan mengampuni dosa. Bdk. Ibid., 89.
64
Pada tanggal 14 Juni 2014, Kongregasi untuk Klerus mengesahkan statuta bagi Asosiasi Eksorsis Internasional. Asosiasi
yang berpusat di Italia ini dibentuk untuk memfasilitasi para eksorsis dalam pengetahuan teologis dan kecakapan pelayanan
pembebasan, serta wadah untuk saling berbagi pengalaman dan menguatkan di antara para eksorsis. Bdk. Ibid., 88.
65
Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist: More Stories..., 136.
66
Amorth merekomendasikan devosi kepada Bunda Maria, meminta pertolongan dari para kudus di surga dan perlindungan
dari para malaikat, dan menyimpan benda-benda suci (gambar, patung, medali, dll.) dan air & garam suci di rumah sebagai
bentuk perlindungan terhadap kuasa kegelapan. Bdk. Gabriele AMORTH, An Exorcist Explains the Demonic..., 93-101.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Dokumen Gereja


Alkitab Deuterokanonika (TB1), ed. II, cet. II, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 2001.
Dokumen Konsili Vatikan II (terj. R. Hardawiryana), DOKPEN KWI, Jakarta 1993.
Katekismus Gereja Katolik (terj. H. Embuiru), cet. II, Para Waligereja Regio Nusa Tenggara, Ende 1998.
Kitab Hukum Kanonik, ed. Revisi II, Tim Temu Kanonis Regio Jawa, Konferensi Waligereja Indonesia,
Jakarta 2016.
KONGREGASI UNTUK IBADAT DAN PENGATURAN SAKRAMEN-SAKRAMEN , De exorcismis et
supplicationibus, quibusdam (Tentang Eksorsisme dan Doa-doa Khusus; 22 November 1998),
Editio Typica, Vatikan 1998.

Sumber Buku
AMORTH, Gabriele, An Exorcist Tells His Story, Ignatius Press, San Francisco (CA) 1999.
______, An Exorcist Explains the Demonic, Sophia Institute Press, Manchester (NH) 2016.
______, An Exorcist: More Stories, Ignatius Press, San Francisco (CA) 2002.
______, Get Out, Satan!, St. Pauls Publishing, Makati City 2014.
LEPEN, Rafael, Santo Yohanes Vianney: Pelindung Para Imam, Obor, Jakarta 2009.
MARIN, Antonio Royo, The Theology of Christian Perfection, Wipf & Stock, Eugene (OR) 1962.

Sumber Internet
DICKER, Ron, “160.000 Exorcisms and Counting” (31 Mei 2013), dalam https://www.huffpost.com/
entry/gabriele-amorth-catholic-priest-exorcisms_n_3368017 (diakses tanggal 11 Oktober 2022).
ALLEGRI, Renzo, “The Exorcist” (10 Agustus 2003), http://www.messengersaintanthony.com/content/
exorcist (diakses tanggal 12 Oktober 2022).
HOOPER, John , “Father Gabriele Amorth Obituary” (26 September 2016), dalam
https://www.theguardian.
com/world/2016/sep/26/father-gabriele-amorth-obituary (diakses tanggal 11 November 2022).

11

Anda mungkin juga menyukai