Anda di halaman 1dari 18

FENG SHUI DALAM PANDANGAN GEREJA

KATOLIK

PAPER SPIRITUALITAS ASIA

OLEH:
STEVEN WIJAYA / FR. PAULUS
1122022004

SEKOLAH TINGGI KATOLIK SEMINARI


SANTO YOHANES SALIB
2023

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................................................i
1 Pendahuluan........................................................................................................................1
2 Feng Shui............................................................................................................................1
2.1 Pengertian dan Sejarah Feng Shui................................................................................1
2.2 Konsep-konsep Dasar dalam Feng Shui.......................................................................1
2.2.1 Chi.........................................................................................................................1
2.2.2 Polaritas (Yin-yang)..............................................................................................1
2.2.3 Lima Elemen (Wu xing)........................................................................................1
2.2.4 Delapan Trigram (Ba gua)....................................................................................1
2.3 Aliran-aliran dalam Feng Shui.....................................................................................1
2.3.1 Sekolah Bentuk (Form School).............................................................................1
2.3.2 Sekolah Kompas (School of Orientations/Compass)............................................1
2.3.3 Sekolah Bintang Terbang (School of Flying Star)................................................1
2.3.4 Sekolah Topi Hitam (Black Hat School)..............................................................1
2.4 Aplikasi Feng Shui.......................................................................................................1
3 Feng Shui dalam Pandangan Gereja Katolik......................................................................1
3.1 Feng Shui dan Budaya New Age.................................................................................1
3.2 Feng Shui dan Ajaran Kitab Suci.................................................................................1
3.3 Feng Shui dan Ajaran Magisterium Gereja..................................................................1
4 Simpulan.............................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................1

ii
DAFTAR SINGKATAN

ACS : Ad Catholici Sacerdotii


DR :

iii
1 Pendahuluan
Feng Shui sebagai seni menata ruang telah menjadi sebuah spiritualitas Asia (Cina) yang
mendunia.1 Feng Shui menjanjikan kebahagiaan, kesuksesan, dan kualitas hidup yang lebih baik
hanya dengan mengatur letak bangunan, mengubah posisi perabot, mengganti warna ruangan, dan
meletakkan benda-benda tertentu di tempat yang tepat. Popularitas Feng Shui baik di Asia maupun
dunia Barat telah membuat Feng Shui menjadi bagian dari budaya New Age dan dikomersialisasi
menjadi bisnis yang sangat menggiurkan. Di sisi lain, praktik Feng Shui juga menuai aneka kritik,
khususnya dari kaum fundamentalis dan konservatif. Paper singkat ini akan membahas mengenai
Feng Shui dan menganalisisnya dari sudut pandang iman dan ajaran Gereja Katolik. Tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana Feng Shui dapat diterima dalam kehidupan umat Katolik.

2 Feng Shui
2.1 Pengertian dan Sejarah Feng Shui
Feng Shui adalah sebuah sistem tata letak dan pengaturan ruangan (geomancy) yang berasal
dari negeri Cina.2 Istilah “Feng Shui” secara literer berarti “angin-air”, dua elemen alam yang
melambangkan suatu “aliran”.3 Aliran yang dimaksud adalah aliran energi universal/natural/kosmis
yang dalam tradisi Cina disebut sebagai chi/qi, yang diyakini alirannya dipengaruhi oleh kontur
tanah (angin) dan badan air seperti sungai, danau, dan laut. 4 Tujuan dari Feng Shui adalah mengatur
aliran energi chi ini sedemikian rupa untuk mencapai keharmonisan antara manusia (individu)
dengan lingkungannya melalui pengaturan letak dan bentuk bangunan serta ruangan.5 Dalam hal ini,
Feng Shui berhubungan erat dengan ilmu astronomi, arsitektur, kosmologi, geografi, dan topografi.6
Ilmu Feng Shui diperkirakan telah dipraktikkan oleh bangsa Cina kuno sejak 5000SM.7 Pada
mulanya, ilmu Feng Shui digunakan untuk menentukan lokasi terbaik untuk menanam dan
membangun rumah. Prinsip-prinsip Feng Shui telah membantu masyarakat Cina kuno untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka dengan memahami cara kerja alam. 8 Seiring berjalannya

1
Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui, Cambridge University Press, Cambridge 2008, 1.
2
Bdk. “Feng Shui”, dalam Catherine SOANES – Angus STEVENSON, Concise Oxford English Dictionary, Ed. XI, Oxford
University Press, Oxford 2004.
3
Dalam bahasa Mandarin, 風水 (fēngshuǐ, “feng shui”), 風 (fēng) berarti angin dan 水 (shuǐ) berarti air. Bdk. Elly
KUSUMA – Medina Karunia ANDREANY, Kamus Besar Bahasa Mandarin, Pustaka Baru Press, Yogyakarta 1996.
4
Bdk. Ole BRUUN, Fengshui in China: Geomantic Divination Between State Orthodoxy and Popular Religion.
University of Hawai Press, Honolulu (HI) 2004, 3.
5
Bdk. Ibid.
6
Bdk. Louis KOMJATHY, “Feng Shui (Geomancy)”, dalam Mark JUERGENSMEYER – Wade Clark ROOH (eds.),
Encyclopedia of Global Religion, Vol 1, SAGE Reference, Los Angeles (CA) 2012, 395-396.
7
Klaim ini dibuat berdasarkan beberapa penemuan arkeologi. Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui..., 12-13.
8
Sebagai contoh, para petani dapat menentukan lokasi sawah yang tidak terlalu jauh dari sumber air, namun tidak
terlalu dekat pula sehingga aman dari bahaya banjir. Prinsip Feng Shui juga membantu orang untuk menentukan lokasi
rumah yang aman dari cuaca ekstrem: panas, dingin, angin, dan hujan. Bdk. Cathleen MCCANDLESS, Feng Shui that
Makes Sense, Two Harbors Press, Minneapolis (MN) 2011, 7.

1
waktu, Feng Shui juga digunakan untuk menentukan lokasi terbaik untuk pemakaman, dengan
tujuan menyenangkan leluhur yang telah meninggal, sehingga mereka akan menurunkan “berkat”
kepada anak-cucunya.9 Feng Shui juga kemudian dijadikan pedoman untuk membangun istana dan
kuil-kuil. Salah satu contoh nyata dari aplikasi Feng Shui dalam skala masif adalah pembangunan
ibukota Cina (the Forbidden City) di Beijing.10
Sekitar tahun 220SM, Bangsa Cina menemukan kompas (lo pan) yang dibuat dari batu
magnet yang dapat menunjuk ke arah selatan.11 Keberadaan kompas ini membantu membuat
analisis Feng Shui menjadi semakin akurat dan komprehensif. 12 Pada era kerajaan, ilmu Feng Shui
semakin berkembang dan secara kuat dipengaruhi oleh aneka aliran kepercayaan yang berkembang
di Cina, yakni Buddhisme, Konfusianisme, dan terutama Taoisme. 13 Hal ini menyebabkan
munculnya aneka sekolah Feng Shui dengan kekhasannya masing-masing.
Konsep Feng Shui, bersama dengan filsafat dan ilmu astronomi Cina dibawa ke Eropa pada
abad ke-16 oleh para misionaris dari Yesuit dan Fransiskan yang bermisi di Cina. 14 Berhadapan
dengan budaya rasionalitas Eropa, Feng Shui ditolak dan dianggap sebagai sebuah bentuk
takhayul.15 Meskipun demikian, seiring dengan semakin berkembangnya hubungan negara-negara
Eropa dengan negeri Cina, khususnya dalam hal ekonomi dan perdagangan, semakin banyak
pemikir Eropa yang tertarik untuk meneliti Feng Shui secara ilmiah dalam terang ilmu-ilmu
modern, terutama ilmu ekologi dan arsitektur.16 Penelitian-penelitian ini menghasilkan aneka
pemikiran dan aliran baru Feng Shui yang dapat diterima di dunia barat, di mana Feng Shui
direduksi menjadi sebuah ilmu desain interior yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
dan kesehatan, lepas dari akar tradisi dan budaya Cina.17
Pada saat ini, Feng Shui telah menjadi sebuah fenomena yang mendunia. Terdapat begitu
banyak artikel (baik dalam surat kabar, majalah, dan halaman web) maupun buku-buku literatur
yang ditulis mengenai Feng Shui.18 Kursus dan sekolah Feng Shui menjamur di mana-mana, dan

9
Bdk. Ibid, 8.
10
Bdk. John K. FAIRBANK, China: A New History, Harvard University Press, Cambridge (MA) 1992, 29-45.
11
Selatan diyakini sebagai arah yang baik bagi masyarakat Cina karena cahaya matahari yang hangat datang dari
selatan, sedangkan udara dingin dan cuaca ekstrem biasanya datang dari utara. Bdk. Suzanne WILLIAMS, Made in
China: Ideas and Inventions from Ancient China, Pacific View Press, Berkeley (CA) 1997, 14.
12
Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui..., 28 &115.
13
Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui..., 17-35. Untuk pendasaran mengenai unsur Taoisme dalam Feng Shui,
Bdk. Susan LEVITT, Taoist Feng Shui, Destiny Books, Rochester (VT) 2000.
14
Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui..., 36.
15
Bdk. ibid., 38.
16
Pada tahun 1960-an, Feng Shui diperkenalkan sebagai sebuah subyek yang layak untuk dipelajari oleh Maurice
Freedman. Ia mengajukan sebuah penafsiran fungsional terhadap Feng Shui. Bdk. Ibid., 85.
17
Bdk. Louis KOMJATHY, op. cit. Dalam pengertian modern (Barat), Feng Shui adalah ilmu yang mempelajari
lingkungan dan pengaruhnya bagi manusia dan seni tata letak. Sebagai ilmu, Feng Shui bukanlah sebuah kepercayaan,
agama, ataupun takhayul. Dengan kata lain, prinsip-prinsip dalam Feng Shui akan tetap berlaku terlepas dari apakah
seseorang mempercayainya atau tidak, seperti halnya hukum gravitasi. Bdk. Cathleen MCCANDLESS, op. cit., 5.
18
Saat ini telah ada ribuan judul populer mengenai Feng Shui dalam hampir semua bahasa di dunia. Bdk. Ole BRUUN,
Introduction to Feng Shui..., 1.

2
bisnis Feng Shui telah menjadi bisnis yang sangat berkembang, terutama di Hong Kong, Cina,
Tibet, Korea, Jepang, Singapura, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina, serta di banyak tempat
lain yang memiliki kultur Asia yang cukup kuat.19 Popularitas Feng Shui akhirnya melahirkan
Asosiasi Feng Shui Internasional (IFSA). Sejak tahun 2004, IFSA secara rutin mengadakan
Konvensi Feng Shui Internasional (IFSC) untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Feng
Shui. IFSC diadakan setiap tahun di Singapura.20

2.2 Konsep-konsep Dasar dalam Feng Shui

2.2.1 Chi
Konsep paling mendasar dalam Feng Shui adalah chi. Chi (secara literer berarti “uap”,
“udara”, atau “nafas”) merupakan “sebuah kesatuan inti yang mewakili kekuatan kehidupan alam
semesta dalam semua keanekaragamannya, dan merupakan dasar alam semesta yang menyelimuti
dan menggerakkan alam semesta itu dari dalam, menyerap segala sesuatu yang membentuk alam
semesta, menjadi bagian dari alam semesta dan sekaligus mempertahankannya.” 21 Dengan kata lain,
chi merupakan penyebab asal (awal) sekaligus akibat utama (akhir) dari segala sesuatu. 22 Chi
merupakan bagian integral dari sekian banyak aspek budaya Cina yang menjadi konsep dasar bagi
cara hidup bangsa Cina. Akan tetapi, konsep chi berlaku universal.23 Melalui konsep chi, ditekankan
bahwa manusia bukanlah aspek yang terpisah dari semesta, melainkan sebuah bagian dari
keseluruhan, yakni mikrokosmos dalam makrokosmos.24
Feng Shui berangkat dari keyakinan bahwa aliran chi dapat dideteksi dan dikendalikan.25
Seperti halnya ilmu akupuntur berupaya untuk mengendalikan aliran energi dalam tubuh manusia
sehingga menghasilkan kesehatan, demikian pula Feng Shui berupaya untuk mengatur aliran energi
di sekitar bangunan sehingga menghasilkan kesuksesan, keharmonisan, dan relasi yang baik.26
Terdapat tiga jenis chi, yakni chi langit (tian chi), chi bumi (di qi), dan chi manusia (ren chi).
Chi langit terdiri dari daya-daya alam seperti matahari dan hujan. Chi bumi dipengaruhi oleh chi

19
Bdk. Rosemary GUILEY, Harper’s Encyclopedia of Mystical and Paranormal Experience, Castle Books, Edison (NJ)
1991, 201.
20
Bdk. INTERNATIONAL FENG SHUI ASSOCIATION, “International Feng Shui Convention (IFSC)”, dalam
https://www.intfsa.org (diakses tanggal 9 Februari 2023).
21
Michael PAGE, Energi Chi (terj. Nur LISTIAWATI), Abdi Tandur, Jakarta 1996, 1.
22
Bdk. Chung Yung CHENG, “Qi (Ch’i): Vital Force”, dalam Antonio S. CUA (ed.), Encyclopedia of Chinese
Philosophy, Routledge, New York (NY) 2002, 615-617.
23
Konsep Chi sebagai energi semesta juga dikenal dalam kepercayaan-kepercayaan lain dengan sebutan yang berbeda,
misalnya: prana (yoga tantra), spiritus (alkemi), cahaya astral (kabbalah), medan magnet, dll. Bdk. Rosemary GUILEY,
op. cit., 626-627.
24
Bdk. Ibid.
25
Michael PAGE, op. cit., 79. Salah satu cara mendeteksi aliran chi adalah dengan menggunakan kompas (luo pan).
26
Bdk. Belinda HENWOOD – Howard CHOY, Feng Shui: How to Create Harmony and Balance in Your Living and
Working Environment, Storey Books, Pownal (VT) 1999, 6.

3
langit, dan chi manusia dipengaruhi oleh chi bumi. Tugas dari Feng Shui adalah menyeimbangkan
chi langit, bumi, dan manusia agar tercapai sebuah keharmonisan.27

2.2.2 Polaritas (Yin-yang)


Di dalam kosmologi Cina, terdapat dua daya/kekuatan yang saling berlawanan namun saling
membutuhkan dan tidak terpisahkan: yin sebagai elemen reseptif, dan yang sebagai elemen aktif.
Dualitas ini dimanifestasikan dalam realitas yang dinamis: feminin-maskulin, dingin-panas,
lembah-bukit, gelap-terang, air-api, lembut-kasar, dll. 28 Yin-yang dilambangkan dengan simbol
dengan kombinasi dari dua bentuk tetesan air mata: hitam melambangkan energi yin; putih
melambangkan energi yang. Terdapat titik putih di dalam tetesan air mata hitam dan titik hitam di
dalam tetesan air mata putih untuk melambangkan bahwa kedua energi ini harus hidup
berdampingan secara bersamaan agar bisa ada. Artinya, yin tidak bisa ada tanpa yang, dan yang
tidak bisa ada tanpa yin. Bentuk berputar-putar dari simbol yin-yang menandakan pencarian konstan
alam semesta untuk keseimbangan melalui siklus waktu yang abadi.29
Feng Shui menggunakan konsep dualitas ini dalam penataan bangunan dan ruangan agar
sesuai dengan fungsinya, misalnya elemen yin untuk ruang tidur (gelap, dingin, kecil, tenang,
lembut, bengkok, dll.) dan elemen yang untuk ruang kerja (terang, hangat, besar, ribut, kasar, lurus,
dll.).30 Penataan yin-yang yang baik membantu manusia untuk “mengalami” lingkungan sekitarnya
dengan seimbang dan harmonis.

2.2.3 Lima Elemen (Wu xing)


Konsep yin-yang melahirkan proses transformasi kosmos yang tidak pernah berakhir. Sekolah
naturalis (yin yang jia) pada dinasti Qin membagi proses ini ke dalam lima tahap berupa lima
elemen/substansi, yakni air, kayu, api, tanah, dan logam. Kelima elemen ini terus berubah melalui
siklus penciptaan (sheng) dan penghancuran (ke).31 Kelima elemen ini, bersama dengan kedua belas
binatang zodiak memainkan peran penting dalam ilmu perbintangan Cina.32
Setiap elemen memiliki material, bentuk, dan warna yang unik yang berkorespondensi
dengannya. Elemen-elemen ini digunakan dalam Feng Shui untuk mengatur
(meningkatkan/mengurangi) energi tertentu dalam tiap ruangan sesuai dengan hasil yang
diinginkan.

27
Bdk. ibid.
28
Susan LEVITT, op. cit., 7.
29
Bdk. Cathleen MCCANDLESS, op. cit., 25.
30
Bdk. ibid., 64-65.
31
Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui...,107.
32
Bdk. Simon BROWN, Principles of Feng Shui, Thorson, London 1996, Bab 6.

4
2.2.4 Delapan Trigram (Ba gua)
Kosmologi Cina membagi realitas natural (yin-yang) ke dalam delapan trigram, yakni langit,
bumi, api, air, gunung, danau, angin, dan petir. 33 Masing-masing trigram dipetakan ke dalam ruang-
ruang berbentuk cangkang kura-kura yang disebut bagua.34
Setiap ruang dalam bagua memiliki arah, aspirasi, dan elemen-elemen yang
mempengaruhinya. Misalnya, arah selatan diasosiasikan dengan reputasi, dengan elemen utamanya
api (dikuatkan oleh kayu, dihancurkan oleh air, dilemahkan oleh tanah, dan tidak dipengaruhi oleh
logam). Dengan demikian, untuk meningkatkan reputasi, promosi, dan pengakuan, seseorang harus
meningkatkan segala sesuatu yang menguatkan elemen api di area selatan rumahnya, misalnya
mengecat pintu dengan warna merah, memasang perapian, oven, dan menghindari elemen air
seperti kolam.35

2.3 Aliran-aliran dalam Feng Shui


Sebagai sebuah sistem, Feng Shui sangat dipengaruhi oleh aliran dan kepercayaan dari
mereka yang mempraktikkannya. Oleh karena itu, terdapat sangat banyak aliran dan metode dalam
Feng Shui, baik tradisional maupun modern. Meskipun demikian, secara umum aliran-aliran Feng
Shui dapat dikategorikan ke dalam empat sekolah berikut:

2.3.1 Sekolah Bentuk (Form School)


Sekolah bentuk diterima sebagai sistem Feng Shui tertua dan terkait erat dengan filsafat Cina
kuno.36 Metode ini secara khusus memperhatikan tata letak bentang alam (gunung, badan air, atau
sungai), bentuk jalan, obyek terdekat, desain arsitektur, dan faktor fisik lainnya yang dapat
memengaruhi cara orang “mengalami” suatu ruang. Dalam skala kecil, sekolah bentuk juga
mengatur penataan ruangan, dekorasi, peletakan furnitur, dan lain-lain.37 Sekolah ini menghitung
aliran-aliran (udara, air, dan chi) untuk menentukan tempat yang terbaik untuk kebutuhan tertentu.38
Sekolah bentuk mengidentifikasi dua jenis energi dalam chi, yakni energi positif (sheng chi)
dan energi negatif (sha chi). Energi positif mengalir mengikuti garis lengkung, sedangkan energi
negatif mengalir mengikuti garis lurus. Praktik Feng Shui berupaya untuk memaksimalkan aliran
energi positif dan meminimalisir efek energi negatif. Pelbagai cara digunakan untuk menangkal
energi negatif seperti dengan membengkokkan jalan, menggunakan cermin, suara, jalan, asap, dan
pelbagai obyek tertentu seperti patung Buddha, kristal, dan batu-batu tertentu.39
33
Delapan trigram ini berakar dari sistem peramalan Cina kuno, yakni I Ching. Bdk. Tan XIAOCHUN, The I Ching: An
Illustrated Guide to the Chinese Classic of Changes, Asiapac Books, Singapura 1993. 23.
34
Bentuk ini didapat dari kisah legenda di mana raja Fu Xi melihat mikrokosmos dari energi semesta yang disimbolkan
dengan sangat teratur di punggung seekor kura-kura di tepi sungai Kuning. Bdk. Susan LEVITT, op. cit., 9.
35
Bdk. Cathleen MCCANDLESS, op. cit., 144.
36
Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui..., 110.
37
Bdk. Cathleen MCCANDLESS, op. cit., 14.
38
Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui..., 111.
39
Bdk. Damian SHARP, Simple Feng Shui, Conari Press, Berkley (CA) 1999, 76.

5
2.3.2 Sekolah Kompas (School of Orientations/Compass)
Sekolah kompas menggunakan kompas (luo pan) sebagai alat untuk menentukan dan
menafsirkan area-area dalam sebuah bangunan yang berkorelasi dengan pelbagai aspek kehidupan
(ba gua), seperti kemakmuran, reputasi, percintaan, keluarga, karir, pengetahuan, dan kesehatan.
Area-area ini dapat diaktifkan dengan meletakkan elemen-elemen yang sesuai. Prinsip dari sekolah
kompas adalah menata kelima elemen sedemikian rupa di area-area yang tepat untuk meningkatkan
energi di area tersebut, layaknya ilmu akupuntur untuk bangunan.40

2.3.3 Sekolah Bintang Terbang (School of Flying Star)


Sekolah bintang terbang41 menggunakan rumus-rumus numerik berdasarkan ruang dan waktu,
seperti tahun berdirinya bangunan, arah bangunan, lokasi pintu depan, dan tanggal lahir dari
penghuni (atau calon penghuni) untuk menentukan apakah suatu hunian cocok dengan
penghuninya.42 Sekolah bintang terbang menggunakan peta ba gua yang dikombinasikan dengan
diagram 9 digit (luo shu) yang kerap dikenal sebagai kotak ajaib (magic square).43 Berbeda dengan
sekolah kompas, sekolah bintang terbang menggunakan peta ba gua dengan arah yang relatif,
dengan selalu mengacu pintu masuk rumah sebagai arah utara. Selain itu, penafsiran dalam sekolah
bintang terbang bersifat dinamis, sehingga selalu berubah-ubah dalam perjalanan waktu.44

2.3.4 Sekolah Topi Hitam (Black Hat School)


Sekolah topi hitam45 didirikan oleh master Lin Yun dengan mengombinasikan elemen-elemen
dari Buddhisme, Taoisme, yin-yang, ramalan nasib, psikologi, pengobatan, teori warna, dan teori
bangunan.46 Sekolah ini berhasil menarik minat dunia barat, khususnya di Amerika Serikat karena
menggunakan pendekatan pragmatis Buddhisme, menekankan manfaat Feng Shui dalam realitas
kehidupan sehari-hari, bersifat terbuka dan menghormati semua agama, sambil berusaha
melepaskan diri dari ikatan-ikatan tradisi budaya Cina.47 Dapat dikatakan bahwa Lin Yun berusaha
menciptakan sebuah sistem Feng Shui modern dengan menggabungkan ideologi Timur dengan
konsep Barat.48

40
Bdk. Cathleen MCCANDLESS, op. cit., 14.
41
Nama “bintang terbang” berasal dari konstelasi bintang utara (Nothern Laddle) yang berjumlah sembilan. Kesembilan
bintang terbang ini diamati mengitari bintang Kutub Utara dengan siklus harian, sehingga dapat digunakan sebagai
penunjuk waktu. Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui..., 152.
42
Bdk. Cathleen MCCANDLESS, op. cit., 15.
43
Diagram luo shu terdiri dari angka 1 hingga 9 yang ditata dalam bujur sangkar berdimensi 3x3 sedemikian rupa
sehingga setiap 3 angka dalam setiap garis, baik horizontal, vertikal, maupun diagonal jika dijumlahkan selalu
berjumlah 15. Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui..., 151.
44
Bdk. ibid.
45
Nama “topi hitam” berasal dari nama sebuah sekte tantrik Buddhisme yang dianut oleh Lin Yun. Bdk. ibid., 153.
46
Bdk. ibid.
47
Bdk. ibid., 154.
48
Lin YUN – Sarah ROSSBACH, Feng Shui Design: From History and Landscape to Modern Gardens and Interiors.
Viking Penguin, New York (NY) 1998, 15.

6
2.4 Aplikasi Feng Shui
Aplikasi Feng Shui yang paling umum dan populer saat ini adalah untuk penataan interior
rumah.49 Ketertarikan terhadap Feng Shui telah meningkat pesat di zaman modern seiring dengan
perubahan gaya hidup di mana semakin banyak orang tinggal di lingkungan buatan yang kurang
harmonis. Bagi masyarakat modern, fungsi rumah sebagai “tempat perlindungan dari kekacauan
dunia dan sumber energi” menjadi semakin penting dan semakin banyak orang yang berusaha untuk
meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan lingkungan rumah.50 Prinsip-prinsip Feng Shui
digunakan untuk menata rumah sedemikian rupa sehingga membantu energi chi untuk mengalir
secara harmonis, sebagaimana halnya di alam bebas yang seimbang. Aliran chi yang baik
memberikan pengaruh positif bagi kesehatan fisik, emosional, dan rohani dari penghuni rumah.
Feng Shui juga digunakan untuk menentukan lokasi dan bentuk hunian yang tepat sesuai dengan
tanggal lahir penghuninya. Feng Shui menjadikan hunian sebagai cerminan dari penghuninya
sekaligus kekuatan yang dapat menyembuhkan dan membantu pertumbuhan penghuninya.51
Feng Shui juga kerap digunakan untuk mengatasi masalah-masalah pribadi seperti depresi,
kegagalan, dan relasi yang buruk. Konsultan Feng Shui kerap menafsirkan masalah-masalah ini
muncul dapat diatasi (secara instan) dengan mengharmoniskan aliran chi dengan keadaan klien
melalui pengaturan elemen-elemen dan warna.52 Pengaturan Feng Shui yang baik juga dapat
membawa pengaruh yang positif bagi hubungan percintaan dan menciptakan relasi yang berhasil.53
Dalam skala besar, Feng Shui diaplikasikan dalam institusi-institusi dan bisnis untuk
mendatangkan dan mempertahankan klien, meningkatkan produktivitas karyawan, menang dalam
persaingan, dan meningkatkan keuntungan.54 Karena aliran chi dipercayai terkait erat dengan aliran
rezeki, maka lokasi bisnis dirancang sedemikian rupa sehingga aliran chi lebih dinamis dan deras.
Selain itu, prinsip Feng Shui juga banyak digunakan dalam mendesain logo dan identitas
perusahaan.55
Kebanyakan para ahli dan konsultan Feng Shui secara bersamaan juga mempraktikkan
pelbagai jenis terapi lain. Oleh karena itu, sering terjadi bahwa dalam mengatasi pelbagai masalah
yang dihadapi oleh klien, Feng Shui dikombinasikan dengan ramalan bintang, kristal, cakra,
syamanisme, terapi psikologi, dan lain-lain.56

49
Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui..., 159.
50
Bdk. Cathleen MCCANDLESS, op. cit., 9.
51
Sharon STASNEY, Chic Living with Feng Shui. Main Street, New York (NY) 2004. 6.
52
Bdk. Lin YUN – Sarah ROSSBACH, op. cit., 130.
53
Bdk. Karen Rauch CARTER, Move Your Stuff, Change Your Life: How to Use Feng Shui to Get Love, Money, Respect
and Happiness. Fireside, New York (NY) 2000, 3.
54
Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui..., 166.
55
Bdk. Jessica Diana KARTIKA, Feng Shui Untuk Logo dan Lokasi, Elex Media Komputindo, Jakarta 2015.
56
Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui..., 169.

7
3 Feng Shui dalam Pandangan Gereja Katolik
3.1 Feng Shui dan Budaya New Age
Gereja Katolik mengategorikan Feng Shui ke dalam budaya New Age.57 Istilah New Age
mengacu pada “bentuk-bentuk psikologi esoterik Timur dan Barat, filsafat, dan tradisi keagamaan
yang dipadukan dengan paradigma baru dalam sains dan psikologi modern.” 58 Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa New Age adalah sebuah sinkretisme antara elemen-elemen esoterik dengan
sekuler.59 Gerakan New Age muncul di pertengahan abad ke-20 sebagai buah dari perkembangan
gerakan teosofi60 yang didukung oleh keadaan krisis akibat melemahnya struktur-struktur dan
institusi-institusi masyarakat (termasuk agama-agama besar) di dunia Barat.61
New Age bukanlah sebuah gerakan yang formal dan seragam, melainkan sebuah fenomena
budaya yang beraneka ragam yang mencakup pelbagai bentuk kepercayaan dan praktik, dan
tersebar di dalam budaya-budaya yang beraneka ragam pula sehingga tidak dapat dikategorikan
sebagai sebuah gerakan agama.62 Meskipun demikian, terdapat sebuah keyakinan utama yang
menyatukan seluruh kepercayaan New Age, yakni bahwa manusia sedang berada dalam sebuah
ambang batas transformasi spiritual dari Kristianitas (age of Pisces)63 menuju age of Aquarius.
Transformasi ini mencakup peralihan paradigma dunia dari fisika mekanik menuju ke fisika
kuantum, dari pemikiran rasional menuju ke pemikiran intuitif, dan dari dominasi patriarki dalam
masyarakat menuju ke kebebasan individu dan feminisme.64
Demikian pula halnya dengan ajaran. Tidak ada doktrin yang tunggal dalam pandangan New
Age. Meskipun demikian terdapat beberapa poin yang menjadi tema sentral pandangan New Age:
1) Memandang alam semesta sebagai sebuah keseluruhan organik yang dijiwai oleh sebuah Energi,
yang dapat diidentifikasikan sebagai Jiwa atau Roh Ilahi; 2) Mengakui adanya mediasi dari
pelbagai entitas rohani; 3) Meyakini bahwa manusia mampu naik ke alam yang lebih tinggi yang
tidak kelihatan, dan mengendalikan hidup mereka sendiri (bahkan melampaui kematian); 4)
Mengagungkan sebuah “pengetahuan abadi” yang mendahului dan mengungguli semua agama dan

57
Bdk. DEWAN KEPAUSAN UNTUK BUDAYA DAN DIALOG ANTAR AGAMA , Jesus Christ the Bearer of the Water of Life:
A Christian Reflection on the “New Age”, Libreria Editrice Vaticana, Vatikan 2002.
58
W. D. DINGES, “New Age Movement”, dalam Thomas CERSON – Joann CERRITO (eds.), The New Catholic
Encyclopedia, ed. II, Thomson Gale, New York (NY) 2003, 272-275.
59
Wouter J. HANEGRAAFF, New Age Religion and Western Culture: Esotericism in the Mirror of Secular Thought,
Leiden, New York (NY) 1996, 520.
60
Teosofi merupakan pencarian pengetahuan tentang Yang Nyata, baik dalam alam semesta maupun manusia, melalui
praktik spiritual holistik yang meliputi studi, meditasi, dan pelayanan. Teosofi dirumuskan oleh filsuf okultis Rusia
bernama Helena Blavatsky. Bdk. Michelle ARNOLD, 20 Answers: New Age, Catholic Answers Press, El Cajon (CA)
2020, 8.
61
Bdk. W. D. DINGES, op. cit.
62
Bdk. DEWAN KEPAUSAN UNTUK BUDAYA DAN DIALOG ANTAR AGAMA, op. cit., 3.
63
Bdk. ibid., 1.1.
64
Bdk. ibid., 2.1.

8
budaya; dan 5) mengikuti guru-guru yang telah “dicerahkan”. 65 Dari kelima pandangan tersebut,
dapat dilihat bahwa kepercayaan Feng Shui sangat sesuai dengan pandangan New Age. Feng Shui
memandang chi sebagai Energi semesta, percaya bahwa manusia dapat berinteraksi dengan chi
melalui mediasi (kompas, elemen, diagram, dll.), meyakini bahwa manusia dapat mengendalikan
nasibnya sendiri, menjunjung tinggi prinsip-prinsip Feng Shui sebagai prinsip yang transendental
dan absolut, dan memiliki guru-guru/master Feng Shui yang “tercerahkan” karena hidup dalam
keselarasan dengan chi dan mampu mengendalikannya.

3.2 Feng Shui dan Iman Katolik


Gereja Katolik, dalam refleksinya mengenai budaya New Age membuat perbandingan yang
kontras antara konsep-konsep New Age dan iman Katolik. Berikut adalah beberapa konsep New
Age yang terdapat dalam Feng Shui dibandingkan dengan ajaran iman Katolik.

3.2.1 Tentang Tuhan


Feng Shui dipraktikkan berdasarkan konsep chi dan Yin-yang sebagai energi impersonal yang
menjiwai seluruh realitas. Konsep-konsep tersebut merupakan suatu bentuk panteisme yang
menyangkal keberadaan Tuhan yang berpribadi, sebagaimana yang diimani oleh Gereja. Bagi
penganut Feng Shui, Tuhan adalah energi netral yang dapat dimanipulasi baik untuk mendatangkan
kebaikan maupun kejahatan. Hal ini jelas bertentangan dengan iman Katolik di mana Tuhan adalah
pencipta yang memiliki pribadi dan hadir dalam segala sesuatu, namun secara absolut berbeda dari
ciptaan. Ia mewahyukan diri sebagai kasih dan menghendaki keselamatan umat manusia.66

3.2.2 Tentang Penyelamatan


Feng Shui, sebagaimana halnya kepercayaan New Age pada umumnya, meletakkan manusia
sebagai pusat dan percaya bahwa manusia dapat mencapai kepenuhannya dengan menyelaraskan
diri dengan energi semesta. Dengan kata lain, Feng Shui adalah sebuah bentuk pelagianisme, di
mana manusia dapat menyelamatkan diri sendiri melalui usahanya sendiri. 67 Manusia adalah tuhan
bagi dirinya sendiri dan bebas mengatur nasibnya sendiri dan mengekspresikan diri tanpa diatur
oleh hukum/kehendak lain di luar dirinya.
Karena fokusnya pada transformasi manusia, New Age berusaha untuk meningkatkan
kesadaran manusia melampaui batas normalnya sampai pemahaman realitas yang lebih tinggi. 68
Untuk itu, New Age bergantung pada “pengetahuan-pengetahuan ilahi” yang didapat di luar
pewahyuan. Guru-guru New Age berusaha untuk menemukan kembali “kebijaksanaan-
kebijaksanaan kuno” dan mempelajarinya sedemikian rupa hingga membawa mereka kepada
65
Bdk. ibid., 2.3.3.
66
Bdk. ibid., 4.1.
67
Bdk. Edwin SCHUR, The Awareness Trap: Self-Absorption instead of Social Change, McGraw Hill, New York (NY)
1977, 68.
68
Bdk. DEWAN KEPAUSAN UNTUK BUDAYA DAN DIALOG ANTAR AGAMA, op. cit., 7.2.

9
“pencerahan”, yakni taraf eksistensi yang lebih tinggi. 69 Feng Shui merupakan salah satu dari
“kebijaksanaan kuno” yang dapat dipilih dalam budaya New Age.
“Kebijaksanaan” ini merupakan sebuah bentuk dari gnostisisme yang dengan tegas ditolak
oleh Gereja.70 Dalam iman Katolik, jalan menuju keselamatan tidak ditemukan dalam transformasi
kesadaran yang didorong oleh diri sendiri, tetapi dalam pembebasan dari dosa dan konsekuensinya
oleh jasa Yesus Kristus, yang kemudian membawa orang untuk berjuang melawan dosa dalam diri
dan masyarakat.71
Selain itu, beberapa metode dari Feng Shui untuk mendapatkan “kebijaksanaan” ini
mengandung unsur ramalan yang bertentangan dengan ajaran Kitab Suci72 dan Gereja.73 Hal ini jelas
dalam sekolah Bintang Terbang di mana teknik-teknik ramalan bintang digunakan untuk
menentukan “tempat terbaik”.

3.2.3 Tentang Dosa dan Kejahatan


Sebagai konsekuensi dari panteisme, gerakan New Age tidak mengakui adanya realitas
kejahatan maupun dosa. Penderitaan semata-mata disebabkan oleh ketidaktahuan, sehingga
solusinya adalah pengetahuan (gnosis). Dalam Feng Shui, kunci untuk lepas dari masalah dan
penderitaan adalah dengan memahami cara kerja energi chi dan menyelaraskan diri dengannya
melalui pelbagai teknik.74
Hal ini jelas bertentangan dengan iman Katolik, di mana melalui pewahyuan telah dinyatakan
realitas dosa sebagai akibat dari penyalahgunaan kebebasan yang diberikan oleh Tuhan kepada
manusia, yakni kegagalan manusia untuk mengasihi Tuhan dan sesamanya. 75 Manusia diundang
untuk bebas dari dosa melalui pertobatan.

4 Simpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sebagai sebuah aliran
kepercayaan, Feng Shui mengandung banyak konsep dan unsur yang bertentangan dengan iman dan
ajaran Gereja Katolik. Akan tetapi hal ini bukan berarti bahwa orang Katolik sama sekali tidak
boleh mengikuti pedoman-pedoman tata ruang dari Feng Shui yang dapat menghasilkan lingkungan
yang nyaman dan enak dilihat. Faktanya, estetika yang dihasilkan dari desain dan arsitektur yang
baik memang memiliki pengaruh yang positif pada psikologis manusia secara alamiah. 76 Hanya

69
Bdk. Michelle ARNOLD, op. cit., 22.
70
Bdk. DEWAN KEPAUSAN UNTUK BUDAYA DAN DIALOG ANTAR AGAMA, op. cit., 4.
71
Bdk. ibid., 4.4.
72
Dalam Kitab Suci, ramalan dikecam misalnya dalam Kel 18:10-12, 2Raj 17:17; 21:6, dan Kis 16:16-18.
73
Ajaran resmi Gereja mengenai ramalan dan segala bentuknya dapat dilihat dalam Katekismus Gereja Katolik 2115
dan 2116.
74
Bdk. ibid., 4.7.
75
Bdk. ibid.
76
Bdk. Dak KOPEC, Environmental Psychology for Design, Fairchild Books, New York (NY) 2006, 252-253.

10
saja, perlu ditegaskan antara kepercayaan akan estetika ruangan dengan kepercayaan pada energi
spiritual (chi) yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi nasib manusia dan pada Feng Shui
yang dapat mengatur aliran energi tersebut. Pada kenyataannya, manusia dapat tetap menciptakan
lingkungan yang indah dan menyenangkan tanpa menggunakan Feng Shui sama sekali.

11
LAMPIRAN

Beberapa Aturan Dasar dari Feng Shui (Sekolah Bentuk)


 Semua bangunan harus ditempatkan di tanah yang miring, terairi, Hindari daerah basah di
dataran rendah.
 Tempat tinggal, termasuk rumah, desa, kota dan kota harus memiliki perisai gunung atau
pohon di sisi utara, untuk melindungi dari pengaruh jahat dari arah ini.
 Pemakaman harus ditempatkan di lereng yang menghadap ke selatan, sebaiknya dilindungi
ke samping dan dengan vegetasi di belakang.
 Pintu masuk rumah dan permukiman harus mengarah ke selatan untuk menangkap pengaruh
yang menguntungkan dari arah ini, meskipun bentuk tanah tertentu dan tradisi lokal dapat
mengubah orientasi ke arah tenggara atau barat daya.77

Siklus-siklus Kelima Elemen dalam Feng Shui

Gambar 1 - Siklus penciptaan, penghancuran, dan pengurangan dalam kelima elemen78

Trigram dalam Feng Shui dan Peta Ba Gua

Gambar 2 - Delapan Trigram dari kombinasi -- (yin) dan – (yang)79

77
Bdk. Ole BRUUN, Introduction to Feng Shui..., 111.
78
Susan LEVITT, op. cit., 33-35.
79
Ibid., 10.

12
Gambar 3 - Peta Ba Gua beserta elemen-elemen aspirasi yang terkait. 80

80
ibid, 15.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Dokumen Gereja


Alkitab Deuterokanonika (TB1), ed. II, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 2001.
DEWAN KEPAUSAN UNTUK BUDAYA DAN DIALOG ANTAR AGAMA , Jesus Christ the Bearer of the
Water of Life: A Christian Reflection on the “New Age”, Libreria Editrice Vaticana, Vatikan
2002.
Katekismus Gereja Katolik (terj. H. EMBUIRU), Para Waligereja Regio Nusa Tenggara, Ende 1998.

Sumber Buku
ARNOLD, Michelle, 20 Answers: New Age, Catholic Answers Press, El Cajon (CA) 2020.
BROWN, Simon, Principles of Feng Shui, Thorson, London 1996.
BRUUN, Ole, Fengshui in China: Geomantic Divination Between State Orthodoxy and Popular
Religion. University of Hawai Press, Honolulu (HI) 2004.
________, Introduction to Feng Shui, Cambridge University Press, Cambridge 2008.
CARTER, Karen Rauch, Move Your Stuff, Change Your Life: How to Use Feng Shui to Get Love,
Money, Respect and Happiness. Fireside, New York (NY) 2000.
FAIRBANK, John K., China: A New History, Harvard University Press, Cambridge (MA) 1992.
HANEGRAAFF, Wouter J., New Age Religion and Western Culture: Esotericism in the Mirror of
Secular Thought, Leiden, New York (NY) 1996.
HENWOOD, Belinda –CHOY, Howard, Feng Shui: How to Create Harmony and Balance in Your
Living and Working Environment, Storey Books, Pownal (VT) 1999.
KARTIKA, Jessica Diana, Feng Shui Untuk Logo dan Lokasi, Elex Media Komputindo, Jakarta
2015.
KOPEC, Dak, Environmental Psychology for Design, Fairchild Books, New York (NY) 2006.
LEVITT, Susan, Taoist Feng Shui, Destiny Books, Rochester (VT) 2000.
MCCANDLESS, Cathleen, Feng Shui that Makes Sense, Two Harbors Press, Minneapolis (MN)
2011.

PAGE, Michael, Energi Chi (terj. Nur LISTIAWATI), Abdi Tandur, Jakarta 1996.
SCHUR, Edwin, The Awareness Trap: Self-Absorption instead of Social Change, McGraw Hill, New
York (NY) 1977.
SHARP, Damian, Simple Feng Shui, Conari Press, Berkley (CA) 1999.
STASNEY, Sharon, Chic Living with Feng Shui. Main Street, New York (NY) 2004.

14
WILLIAMS, Suzanne, Made in China: Ideas and Inventions from Ancient China, Pacific View Press,
Berkeley (CA) 1997.
XIAOCHUN, Tan, The I Ching: An Illustrated Guide to the Chinese Classic of Changes, Asiapac
Books, Singapura 1993.
YUN, Lin, – ROSSBACH, Sarah, Feng Shui Design: From History and Landscape to Modern
Gardens and Interiors. Viking Penguin, New York (NY) 1998.

Sumber Kamus dan Ensiklopedia


CERSON, Thomas –CERRITO, Joann (eds.), The New Catholic Encyclopedia, ed. II, Thomson Gale,
New York (NY) 2003.
CUA, Antonio S. (ed.), Encyclopedia of Chinese Philosophy, Routledge, New York (NY) 2002.
GUILEY, Rosemary, Harper’s Encyclopedia of Mystical and Paranormal Experience, Castle Books,
Edison (NJ) 1991.
JUERGENSMEYER, Mark –ROOH, Wade Clark (eds.), Encyclopedia of Global Religion, Vol 1, SAGE
Reference, Los Angeles (CA) 2012.
KUSUMA, Elly –ANDREANY, Medina Karunia, Kamus Besar Bahasa Mandarin, Pustaka Baru Press,
Yogyakarta 1996.
SOANES, Catherine –STEVENSON, Angus, Concise Oxford English Dictionary, Ed. XI, Oxford
University Press, Oxford 2004.

Sumber Internet
INTERNATIONAL FENG SHUI ASSOCIATION, “International Feng Shui Convention (IFSC)”, dalam
https://www.intfsa.org (diakses tanggal 9 Februari 2023).

15

Anda mungkin juga menyukai