Anda di halaman 1dari 16

Kompre Teologi Moral Kebajikan

Fr. Paulus, CSE

Kebijaksanaan/Prudence
Pengertian Kebijaksanaan
KGK
 1806 Kebijaksanaan adalah kebajikan yang membuat budi praktis rela, supaya dalam tiap
situasi mengerti kebaikan yang benar dan memilih sarana yang tepat untuk mencapainya.
“Orang yang bijak memperhatikan langkahnya” (Ams 14:15). “Karena itu kuasailah
dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa” (1Ptr 4:7). “Kebijaksanaan ialah
akal budi benar sebagai dasar untuk bertindak”, demikian santo Tomas menulis (S.Th.2-
2,47,2,sc) mengikuti Aristoteles.
 Ia tidak mempunyai hubungan dengan rasa malu atau rasa takut, dengan lidah bercabang
atau berpura-pura. Orang menamakan dia “auriga virtutum” [pengemudi kebajikan]; ia
mengemudikan kebajikan lain, karena ia memberi kepada mereka peraturan dan ukuran.
Kebijaksanaan langsung mengatur keputusan hati nurani. Manusia bijak menentukan dan
mengatur tingkah lakunya sesuai dengan keputusan ini. Berkat kebajikan ini kita
menerapkan prinsip-prinsip moral tanpa keliru atas situasi tertentu dan mengatasi keragu-
raguan tentang yang baik yang harus dilakukan dan yang buruk yang harus dielakkan.
Definisi Lain
 Kebijaksanaan/prudence (natural) dibedakan dengan kebijaksanaan supernatural. Ia
adalah kebiasaan yang diperoleh dari tindakan penilaian yang benar. Kebajikan ini
didasarkan pada akal budi yang sehat dalam menilai baik-buruknya hal-hal praktis.
Dengan demikian, manusia dibantu dalam pengaturan kehidupan dan aktivitasnya
sehingga tujuannya untuk hidup bahagia tercapai.
 Kebajikan supernatural. Membuat orang mengatur kegiatan, keinginan, sumber daya,
dan perilaku sesuai dengan Injil sehingga orang dapat datang ke kehidupan kekal. Dengan
kata lain, penggunaan kebijaksanaan supernatural dan keberanian dalam menghadapi
kejahatan. Hal ini karena, banyak hal yang tidak bijaksana dari sudut pandang duniawi
tetapi bijaksana untuk hidup yang kekal
 Prudence dan Hukum Moral. Prudence memampukan manusia untuk menghubungkan
hukum moral dengan situasi khusus kehidupan manusia sehingga tindakan penilaian
keputusan moral yang baik terjadi. Contoh keputusan moral yang tidak baik ialah
anggapan bahwa tindakan jahat berguna untuk menghasilkan kebaikan (melakukan
kejahatan untuk kebaikan).
 St. Thomas Aquinas: Kebijaksanaan ialah kebajikan kardinal pertama karena berkaitan
dengan intelek. “rasio benar diterapkan pada praktik” (Aristoteles).
 Nasihat orang lain tetap dibutuhkan bagi orang bijaksana karena ia sadar akan
kerentanannya terhadap kesalahan.
Pentingnya Kebijaksanaan
 Intelek dibantu oleh kebijaksanaan untuk menilai hal yang benar dan memilih cara yang
tepat untuk mencapainya. Pemilihan keputusan yang tepat mencakup tindakan
mendengarkan nasihat yang baik dan memperoleh pengetahuan yang lebih dalam
mengenainya.
 Penerapan prinsip-prinsip moral yang baik diperlukan untuk sebuah tindakan yang
bijaksana khususnya dalam kasus-kasus tertentu sehingga orang tahu apa yang harus dicari
dan apa yang harus dihindari.
 Kebijaksanaan diperlukan untuk mencari kebaikan bersama bagi semua.
o Lewat kebijaksanaan, apa yang membantu dan menghalangi orang untuk maju
(keselamatan jiwa) dilihat olehnya sehingga ia tidak ikut-ikutan dalam kejahatan.
o Ia tidak ikut berpartisipasi ketika ia tidak tahu apa yang harus dilakukan atau karena ia
takut akan konsekuensi dari pertentangan sudut pandang yang berlaku.
Karakter Kebijaksanaan
 Yang Pertama dari Empat Kebajikan Kardinal
o Merupakan kebijaksanaan yang dapat dipraktikkan oleh semua orang. Ia lahir dari
kebiasaan dan dapat dikembangkan lewat rahmat pengudus.
o Dengan demikian, kebijaksanaan dapat masuk dalam dimensi natural dan supernatural.
 Apa yang Bukan Kebijaksanaan
o Penilaian yang bijaksana belum tentu tindakan yang benar. Misalnya, keputusan untuk
berperang.
o Hal ini karena, kebijaksanaan turut mencakup pengetahuan yang benar mengenai hal-
hal yang harus dilakukan atau dihindari (misalnya, mana yang lebih bijaksana,
penghindaran perang atau berperang?)
 “Rasio Benar yang Diterapkan dalam Praktik”
o Keputusan yang diputuskan tidak dapat serta-merta dikatakan sebagai penilaian yang
bijaksana (dan dipraktikkan) karena kebijaksanaan mengharuskan orang membedakan
mana yang benar dan mana yang salah
o Selain itu, kebijaksanaan juga ialah kebajikan intelektual yang mana manusia
dimampukan untuk mengenal apa yang baik dan salah. Misalnya, tindakan melakukan
kejahatan demi kebaikan. Hal tersebut sesungguhnya bukan kebijaksanaan
 Kebijaksanaan dalam Kehidupan Sehari-hari
o Tindakan kebijaksanaan dapat diukur berdasarkan tahapan berikut
o Meminta nasihat secara hati-hati
o Penghakiman benar yang didasari bukti
o Mengarahkan kegiatan seseorang sesuai dengan norma yang ditentukan setelah
penilaian yang bijaksana telah dibuat
 Beberapa Pikiran Akhir tentang Kebijaksanaan
o Sikap hati-hati diperlukan dalam meminta nasihat dari orang lain. Artinya, status
pemberi nasihat dapat mempengaruhi sebuah tindakan yang bijaksana. Misalnya,
nasihat dari paus tentang kebijaksanaan berbeda dengan nasihat dari pemilik
perusahaan senjata perang. Dalam hal ini, nasihat dari paus harus dinilai lebih tinggi
o Jika penilaian kita terbukti setelah fakta tidak benar, maka kita tidak membuat
“penilaian yang bijaksana” melainkan penilaian yang tidak bijaksana, yang mana
mungkin perlu kita perbaiki.
Model Kebijaksanaan: St. Thomas Aquinas
 Penggunaan akal budi yang tajam dan benar dalam penilaian baik buruknya suatu
tindakan. Ia memilih untuk bergabung dengan Ordo Dominikan yang pelayanannya
adalah untuk berkhotbah, mengajar dan mempertobatkan mahasiswa dan profesor dari
kesalahan. Dengan demikian dia dapat menggunakan karunia kecerdasan yang diberikan
Tuhan yang dipengaruhi oleh kehati-hatian untuk membentuk orang lain dalam iman.
 Memberdayakan kebijaksanaan dalam bentuk pembuatan doa-doa Gereja, Surat-surat
Santo Paulus, dan doktrin Gereja sehingga dapat diakses dan berguna bagi semua orang.
Orang akhirnya dapat membuat keputusan yang baik dan praktis sesuai dengan kehendak
Tuhan bagi hidup mereka.
 Thomas sepenuh hati percaya akan kehadiran riil Yesus dalam Ekaristi yang
memungkinkan dia untuk menulis nyanyian pujian yang indah untuk pemberkatan seperti
‘O Salutaris’ dan ‘Tantum Ergo’…sehingga mengilhami orang lain untuk percaya pada
kehadiran Yesus yang riil juga.

Keadilan/Justice
Pengertian Keadilan
Kitab Suci
 Yeh 18:5-9 Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan keadilan dan
kebenaran,… tidak menindas orang lain,… tidak merampas apa-apa, memberi makan
orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, hidup menurut ketetapan-Ku dan
tetap mengikuti peraturan-Ku dengan berlaku setia -- ialah orang benar, dan ia pasti hidup,
demikianlah firman Tuhan ALLAH.
KGK
 1807 Keadilan (Justice) sebagai kebajikan moral adalah kehendak yang tetap dan teguh
untuk memberi kepada Allah dan sesama, apa yang menjadi hak mereka. Keadilan
terhadap Allah dinamakan orang “kebajikan penghormatan kepada Allah” [virtus
religionis]. Keadilan terhadap manusia mengatur, supaya menghormati hak setiap orang
dan membentuk dalam hubungan antar manusia, harmoni yang memajukan kejujuran
terhadap pribadi-pribadi dan kesejahteraan bersama.
 Manusia yang adil yang sering dibicarakan Kitab Suci, menonjol karena kejujuran
pikirannya dan ketepatan tingkah lakunya terhadap sesama. “Janganlah engkau membela
orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang
besar, tetapi engkau harus mengadili sesamamu dengan kebenaran” (Im 19:15). “Hai tuan-
tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, karena juga mempunyai tuan
di surga” (Kol 4:1).
Jenis Keadilan
 Keadilan natural adalah kebiasaan yang diperoleh dari sikap adil dan benar dalam segala
keadaan.
o Manusia dipanggil lewat kebajikan ini untuk bersikap adil dalam hubungan manusia
dengan Tuhan dan sesama.
o Ia tidak dapat berdiri sendiri. Ia selalu berkaitan dengan nilai keikhlasan, rasa syukur,
ketaatan, ketakwaan, persahabatan, kesederhanaan, kejujuran, dan agama.
 Keadilan supernatural.
o Merupakan kerja sama dengan karunia Allah sehingga orang merasa bertanggung
jawab untuk ikut dan ambil dalam pendalaman dan pewartaan Kristus.
o Pemberian kepada Allah apa yang menjadi haknya otomatis ialah pemberian kepada
manusia apa yang menjadi haknya sebagai anak Allah.
 Adil kepada Tuhan: pemberian sikap hormat dan sembah yang sepantasnya kepada
Tuhan. Orang bisa tahu bagaimana penghormatan dan penyembahan yang diinginkan
Tuhan.
 Adil kepada sesama:
o Tekad yang konstan untuk memberikan orang lain apa yang menjadi hak mereka
sehingga mereka dapat memenuhi tanggung jawab dan hak mereka sebagai pribadi.
o Perlakuan yang bermartabat kepada orang lain.
o Pembaikan kerusakan yang terjadi dalam masyarakat (entah itu karena
penipuan/penindasan) sehingga keadilan juga berfungsi untuk menahan
kejahatan/ketidakadilan.
o Menciptakan damai dan rasa saling percaya antara masyarakat (sehingga rasa ditipu
orang lain dihilangkan).
Pentingnya Keadilan
 Keadilan dan hukum moral. Orang dimampukan untuk menerapkan prinsip-prinsip
moral secara konkret dalam situasi sebenarnya.
 Keadilan dapat dipraktikkan oleh semua manusia.
o Ia dikembangkan lewat latihan (kebiasaan) dan dapat semakin ditumbuhkan lewat
rahmat pengudusan
o Ia tidak pernah dapat menjadi supernatural karena ia selalu berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban natural antar manusia
Karakter Keadilan
 Kebajikan Kardinal Yang Kedua
o Keadilan adalah “tekad yang konstan dan permanen untuk memberikan hak kepada
semua orang haknya.”
o Kebajikan ilahi kasih menekankan kewajiban kita kepada sesama kita karena dia
adalah sesama kita, sedangkan keadilan berkaitan dengan apa yang kita berutang pada
orang lain karena dia bukan kita.
 Apa yang Bukan Keadilan
o Keadilan sering salah diartikan dengan ungkapan “keadilan telah dilakukan”, “dia
dibawa kepada keadilan”.
o Oleh karena itu, dibutuhkan ketelitian yang sempurna dalam melihat apa yang adil dan
apa yang tidak adil.
 Hubungan Antara Keadilan dan Hak
o Prinsip berikut diutamakan dalam hal keadilan dan hak. Hak kodrati diutamakan
daripada hak hukum. Misalnya, hukum yang mengambil hak orang tua dalam
pengambilan keputusan aborsi atau tidak adalah tindakan yang tidak adil.
o Dengan demikian, tindakan tersebut ialah kegagalan dalam “memberi semua orang
haknya”.
Model Keadilan: St. Thomas Moore
Riwayat hidup
 Seorang awam yang menjadi martir karena mengutamakan hak Tuhan daripada manusia.
 Dalam zaman pemerintahan Raja Henri VII, raja itu menyebut dirinya sebagai ‘Pelindung
dan Kepala Tertinggi Gereja Inggris’ setelah ia gagal mendapat izin Paus untuk menikah
lagi (pembatalan pernikahan pertama).
 Thomas yang sebagai anggota parlemen Inggris menolak untuk bersumpah dan mengakui
pernyataan Raja Henri. Akibatnya, ia jatuh miskin tanpa penghasilan, dipenjara dan
kemudian menjadi martir dengan dipenggal karena “pengkhianatan”. Kata-kata
terakhirnya adalah, “Pelayan raja yang baik, tetapi yang pertama bagi Tuhan”.
Bagaimana Santo Thomas More menjadi model keadilan?
 Lebih memilih berbagi kekayaan daripada kemewahan dan keangkuhan.
 Menggunakan posisinya sebagai parlemen untuk membela orang miskin. Di Parlemen,
Thomas memberikan suara dengan keprihatinan bagi yang kurang mampu untuk
mengurangi alokasi untuk Raja Henri VII.
 Thomas tidak dapat mengompromikan kesetiaannya kepada Tuhan dan Gereja.
o Lebih rela mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kanselir Inggris untuk
menghindari konflik dengan Raja Henry VII.
o Penolakan untuk bersumpah pada Akta Suksesi Raja Henry VIII sebagai pendiri
Gereja Inggris dan Sumpah Supremasi yang menjadikan Raja sebagai kepala gereja.

Keberanian/Fortitude
Pengertian Keberanian
KGK
 1808 Keberanian adalah kebajikan moral yang membuat tabah dalam kesulitan dan tekun
dalam mengejar yang baik. Ia meneguhkan kebulatan tekad, supaya melawan godaan dan
supaya mengatasi halangan-halangan dalam kehidupan moral. Kebajikan keberanian
memungkinkan untuk mengalahkan ketakutan, juga ketakutan terhadap kematian dan
untuk menghadapi segala percobaan dan penghambatan. Ia juga membuat orang reIa untuk
mengurbankan kehidupan sendiri bagi suatu hal yang benar. “Tuhan itu kekuatanku dan
mazmurku” (Mzm 118:14). “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi
kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh 16:33). 2848, 2473.
Definisi Lain
 Keberanian ialah kebiasaan yang diperoleh dari penunjukan kekuatan, keberanian dan
kebiasaan dari disposisi yang teguh untuk berbuat baik.
 Daya tahan (ketekunan) dan usaha merupakan dua komponen dari kebajikan.
o Ketekunan membantu orang untuk terus berjalan di saat lelah, menderita, lemah, dan
putus asa sementara usaha membantu manusia dalam melakukan tindakan yang besar
dan menahan kesulitan.
o Orang dibantu untuk tetap bertahan dalam penderitaan, kemunduran, kegagalan dan
kesalahpahaman lewat kebajikan ini.
 Kebajikan keberanian dapat dikembangkan lewat pendidikan, kebiasaan perbuatan baik,
ketekunan dalam perjuangan.
Pentingnya Keberanian
 Mendorong manusia (diri sendiri) dalam pelaksanaan (sampai selesai) pekerjaan yang sulit
dan tidak menyenangkan.
 Mengatasi dan melawan ancaman yang timbul dari orang lain karena tindakannya
mempertahankan kebenaran.1
 Besarnya keberanian didasarkan oleh harapan seseorang. 2
 Keberanian dan Hukum moral.
o Lewat keberanian, manusia dibantu untuk memilih dan melaksanakan tindakan yang
benar meskipun menuntut pengorbanan dan penderitaan yang besar
o Selain itu, manusia diberi kekuatan dalam memilih keputusan (baik) dalam situasi
yang sulit dan mendesak sekaligus kekuatan untuk menghindari apa yang jahat
Karakter Keberanian
 Yang Ketiga dari Kebajikan kardinal. Berada pada tempat ketiga karena melayani
kebajikan kebijaksanaan dan keadilan. Tindakan yang benar diputuskan oleh
Kebijaksanaan dan keadilan, realisasinya dilakukan oleh keberanian.
 Apa yang Bukan Keberanian.
o Ketergesaan bukan keberanian. Keberanian “mengekang kecerobohan.”
o Menempatkan tubuh atau hidup dalam bahaya ketika tidak perlu bukanlah keberanian
tetapi kebodohan.3
 Karunia Roh Kudus.
o Keberanian merupakan kebajikan orang-orang kudus terutamanya martir. Kemartiran
adalah contoh keberanian yang terbaik muncul di atas kebajikan kardinal belaka (yang
dapat dipraktikkan oleh siapa pun) sehingga ia menjadi karunia adikodrati Roh Kudus.
o Kasih orang kudus kepada Allah membuat mereka tekad untuk melakukan tindakan
yang benar. Hal ini menunjukkan keberanian sebagai karunia Roh Kudus yang
supernatural, dan bukan hanya sebagai kebajikan kardinal.

1
Hal ini karena tidak mudah melawan apa yang populer. Tanpa keberanian orang bisa menyerah pada
keadaan (dosa) sebagai reaksi yang timbul dari rasa takut (Ketakutan, rasa kehilangan sementara, ejekan,
apa kata orang, rasa sakit pada tubuh, tidak disenangi oleh teman.
2
Misalnya harapan akan surga membuat orang berani melawan kejahatan demi kebaikan. Dalam hal ini
tindakan yang paling berani didasarkan pada hidup yang kekal.
3
Orang yang mencari bahaya demi bahaya tidak termasuk dalam kebajikan keberanian karena alasan yang
masuk akal adalah dasar dalam setiap tindakan yang berani. Mencari bahaya demi bahaya bukan alasan yang
masuk akal untuk suatu tindakan kebajikan keberanian.
Model Keberanian: St. Bernadette
 Kegigihannya untuk kembali ke gua (penampakan) meskipun dilarang dan dicegah oleh
orang tuanya sendiri (usaha mempertahankan kebenaran).
 Ketahanan dalam menghadapi interogasi tanpa henti dari polisi dan para tetua dalam
rangka penentuan konkret tidaknya penampakan tersebut.
 Keberanian yang kuat untuk kembali lagi ke gua demi mengucapkan selamat tinggal
kepada Bunda Maria saat ia diperintah oleh Uskup dan otoritas setempat untuk tidak
kembali lagi ke gua.
 Keberanian dan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi berulang kalinya wawancara
yang melelahkan dengan para imam senior meskipun hal tersebut menurunkan kondisi
kesehatannya.

Penguasaan Diri/Keugaharian/Temperance
Pengertian Penguasaan Diri
KGK
 1809 Penguasaan diri (Temperance) adalah kebajikan moral yang mengekang
kecenderungan kepada berbagai macam kenikmatan dan yang membuat kita
mempergunakan benda-benda duniawi dengan ukuran yang tepat. Ia menjamin
penguasaan kehendak atas kecenderungan dan tidak membiarkan kecenderungan
melampaui batas-batas yang patut dihormati.
 Manusia yang menguasai diri mengarahkan kehendak inderawi-nya kepada yang baik,
mempertahankan kemampuan sehat untuk menilai, dan berpegang pada kata-kata: “Jangan
mengikuti setiap kecenderungan walaupun engkau mampu, dan jangan engkau mengikuti
hawa nafsumu” (Sir 5:2) Bdk. Sir 37:27-31. Kebajikan penguasaan diri sering dipuji
dalam Perjanjian Lama: “Jangan dikuasai oleh keinginan-keinginanmu, tetapi kuasailah
segala nafsumu” (Sir 18:30). Dalam Perjanjian Baru ia dinamakan “kebijaksanaan” atau
“ketenangan”. Kita harus hidup “bijaksana, adil, dan beribadah di dalam dunia sekarang
ini” (Tit 2:12).
Definisi Lain
 Merupakan kebiasaan yang diperoleh dalam mengatur ketertarikan kesenangan terhadap
indra, khususnya ketertarikan terhadap makanan dan kesenangan seksual. 4
 Dikembangkan lewat pendidikan, perbuatan baik, ketekunan, perjuangan, praktik
moderasi, pengendalian diri dan disiplin diri.
 Kebajikan keberanian supernatural:
o Lewat kerja sama dengan Roh Kudus manusia dituntun dalam menggunakan segala
sesuatu secara sederhana dan berguna untuk keselamatan diri sendiri dan orang lain.
o Manusia dibantu untuk melepaskan kesenangan/kelekatan demi tujuan yang lebih
tinggi yakni keselamatan kekal.

4
Penguasaan diri terutama dikaitkan dengan kontrol keinginan daging.
Pentingnya Penguasaan Diri
 Pengembangan karakter pengendalian diri supaya keinginan manusia (yang tidak teratur)
dapat dikendalikan. Tambahan pula, ada banyak hal di dunia ini yang memikat dan bukan
semuanya berguna untuk keselamatan.
 Manusia dibimbing dalam menikmati kenikmatan secara seimbang (tidak melekat),
misalnya, menikmati makanan, seksual, harta benda dll. secara seimbang.
 Selain itu, gaya hidup yang sederhana tanpa pengeluaran yang boros dibutuhkan manusia.
Hal ini termasuk, tanggung jawab manusia dalam penggunaan barang-barang dunia secara
bijaksana. Lebih baik lagi, jika manusia memberdayakan harta miliknya dengan
membantu orang miskin sehingga selaras dengan nasihat Injil.
Karakter Penguasaan Diri
 Keempat dari Kebajikan Kardinal. Melayani kebijaksanaan, keadilan, dan keberanian.
Moderasi dari keinginan kita sendiri adalah penting untuk bertindak dengan benar
(kebijaksanaan), memberikan hak kepada masing-masing orang (keadilan), dan berdiri
teguh dalam menghadapi kesulitan (keberanian). Penguasaan diri adalah kebajikan yang
berusaha mengalahkan kondisi manusia bahwa “Roh memang penurut, tetapi daging
lemah” (Mrk 14:38).
 Penguasaan diri dalam praktik. Penyebutan praktik penguasaan diri bisa berbeda
tergantung dengan apa yang ingin dikendalikan. Misalnya, kerakusan diperangi oleh
pantang yang merupakan penguasaan diri yang diterapkan pada keinginan kita akan
makanan dan minuman. Ia juga dapat menahan keinginan roh, seperti kesombongan.
Model Penguasaan Diri: St. Theresia dari Lisieux
 Penguasaan diri dipraktikkan lewat jalan kecil untuk mengendalikan sifatnya yang manja,
sombong, keras kepala, berkemauan keras, dan suka mengamuk. Selain itu, rasa berdosa
yang berlebihan dan penderitaan akan keraguan diri turut dialaminya.
 Praktik jalan kecil:
o Melepaskan cara egoisnya dan belajar untuk mempercayai Yesus.
o Mengandalkan dan mempraktikkan pengorbanan kecil setiap hari ketimbang perbuatan
besar (kesederhanaan)
o Mencoba untuk tetap seperti anak kecil. Dia tidak menghargai kebaikan yang dia
lakukan atau bakat yang dia miliki. Dia merujuk semuanya pada kebaikan Tuhan dan
mempercayakan dirinya sepenuhnya kepada-Nya.

Iman/Faith
Pengertian Iman
KGK
 1814 Iman adalah kebajikan ilahi, olehnya kita percaya akan Allah dan segala sesuatu
yang telah Ia sampaikan dan wahyukan kepada kita dan apa yang Gereja kudus ajukan
supaya dipercayai. Karena Allah adalah kebenaran itu sendiri. Dalam iman "manusia
secara bebas menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah" (DV 5).
 1815 Anugerah iman tinggal di dalam dia yang tidak berdosa terhadapnya. Bdk. Konsili
Trente: DS 1545. Tetapi "iman tanpa perbuatan adalah mati" (Yak 2:26). Iman tanpa
harapan dan kasih tidak sepenuhnya mempersatukan orang beriman dengan Kristus dan
tidak menjadikannya anggota yang hidup dalam Tubuh-Nya.
 1816 Murid Kristus harus mempertahankan iman dan harus hidup darinya, harus
mengakuinya, harus memberi kesaksian dengan berani dan melanjutkannya; Semua orang
harus "siap-sedia mengakui Kristus di muka orang-orang, dan mengikuti-Nya menempuh
jalan salib di tengah penganiayaan, yang selalu saja menimpa Gereja " (LG 42)
 2089 Ketidakpercayaan berarti tidak menghiraukan kebenaran yang diwahyukan atau
menolak dengan sengaja untuk menerimanya.
o "Disebut bidah kalau menyangkal atau meragu-ragukan dengan tegas suatu kebenaran
yang sebenarnya harus diimani dengan sikap iman ilahi dan Katolik, sesudah
penerimaan Sakramen Pembaptisan;
o disebut murtad kalau menyangkal iman-kepercayaan kristiani secara menyeluruh;
o disebut skisma kalau menolak ketaklukan kepada Sri Paus atau persekutuan dengan
anggota-anggota Gereja yang takluk kepadanya" (CIC, can. 751).
Definisi Lain
 Ibr 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat.5
 Anugerah dari Tuhan sehingga manusia dimampukan untuk percaya pada wahyu tentang
Allah (Yesus) yang terkandung dalam Kitab suci dan Tradisi.
 Iman ialah adikodrati. Ia melebihi kekuatan akal budi manusia. Oleh karena itu,
kebenaran/pengetahuan tentang Allah tidak akan mampu didapat manusia.
Pentingnya Iman
 Manusia diarahkan untuk hidup dalam hubungan dengan Yesus sebagai anak-anak Allah.
 Manusia dibantu untuk:
o Memiliki perilaku moral yang benar untuk menjadi murid Kristus.
o Mengenali bisikan Roh Kudus.
o Tetap teguh saat mengalami saat-saat yang paling sulit.
o Mengenal belas kasihan Tuhan (yang besar melebihi akal budi manusia).
o Melihat Kristus dalam diri orang-orang di sekitar kita, terutama orang miskin.

Karakter Iman (KGK 153-165)


 153 Iman adalah rahmat. Iman adalah satu anugerah Allah, satu kebajikan adikodrati
yang dicurahkan oleh-Nya. "Supaya orang dapat percaya seperti itu, diperlukan rahmat
Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang
menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan
menimbulkan pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai
kebenaran" (DV 5).
 154 Iman adalah suatu kegiatan manusiawi: iman adalah satu kegiatan manusiawi yang
sebenar-benarnya.
o Percaya kepada Allah dan menerima kebenaran-kebenaran yang diwahyukan oleh-
Nya, tidak bertentangan baik dengan kebebasan maupun dengan pikiran manusia.

5
Bdk. Ibr 12:2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita
dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan
o Dalam hubungan antar manusia pun tidak bertentangan dengan martabat kita, kalau
kita percaya apa yang orang lain katakan kepada kita mengenai diri mereka sendiri dan
mengenai maksudnya, dan memberi kepercayaan kepada perjanjiannya
 155 Iman adalah kegiatan akal budi. Dalam iman, akal budi dan kehendak manusia
bekerja sama dengan rahmat ilahi,6
 157 Iman itu pasti, lebih pasti dari setiap pengertian manusiawi, karena ia berdasarkan
Sabda Allah yang tidak dapat menipu.7
 158 Iman berusaha untuk mengerti (Anselmus, prod. prooem). Orang yang benar-benar
percaya, berusaha untuk mengenal lebih baik dia, kepada siapa ia telah memberikan
kepercayaannya, dan untuk mengerti lebih baik apa yang telah dinyatakannya
 159 Iman tidak bertentangan dengan akal budi. "Meskipun iman itu melebihi akal
budi, namun tidak pernah bisa ada satu pertentangan yang sesungguhnya antara iman dan
akal budi: karena Allah yang sama, yang mewahyukan rahasia-rahasia dan mencurahkan
iman, telah menempatkan di dalam roh manusia cahaya akal budi; tetapi Allah tidak dapat
menyangkal diri-Nya sendiri, dan tidak pernah yang benar bisa bertentangan dengan yang
benar" (Konsili Vatikan 1: DS 3017).
 160 Iman tidak merebut kebebasan manusiawi. "Manusia wajib secara sukarela
menjawab Allah dengan beriman; maka dari itu, tak seorang pun boleh dipaksa melawan
kemauannya sendiri untuk memeluk iman. Sebab pada hakikatnya kita menyatakan iman
kita dengan kehendak yang bebas" (DH 10)
 161 Iman itu perlu. Percaya akan Yesus Kristus dan akan Dia yang mengutus-Nya demi
keselamatan kita adalah perlu supaya memperoleh keselamatan. "Karena tanpa iman tidak
mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibr 11:6) dan sampai kepada persekutuan anak-
anak-Nya".
 162 Iman harus bertumbuh. Supaya dapat hidup dalam iman, dapat bertumbuh dan
dapat bertahan sampai akhir, kita harus memupuk iman dengan Sabda Allah dan minta
kepada Tuhan supaya, menumbuhkan iman itu. Kita harus "bekerja oleh kasih" (Gal 5:6),
ditopang oleh pengharapan dan berakar dalam iman Gereja.
Apa yang Bukan Iman
 Penggunaan kata iman yang salah dapat mengurangi makna kebajikan ilahi dalam iman
terutamanya oleh orang-orang yang tidak percaya.
 Iman direduksi menjadi kepercayaan yang diyakini secara kokoh dan irasional. Dengan
demikian, iman dilawankan dengan akal yakni rasio menuntut bukti. Padahal iman
dicirikan oleh kesediaan menerima hal-hal yang tidak memiliki bukti rasional.
Semua Kebenaran adalah Kebenaran Allah
 Sebagaimana pernyataan St Agustinus yang terkenal, semua kebenaran adalah kebenaran
Allah, tidak kira diungkapkan melalui operasi rasio atau melalui wahyu ilahi.
 Kebajikan ilahi iman memungkinkan orang yang memilikinya untuk melihat bagaimana
kebenaran rasio dan wahyu mengalir dari sumber yang sama.

6
"Iman adalah satu kegiatan akal budi yang menerima kebenaran ilahi atas perintah kehendak yang
digerakkan oleh Allah dengan perantaraan rahmat" (Tomas Aqu, S.Th. 2-2, 2,9).
7
Memang kebenaran-kebenaran yang diwahyukan dapat kelihatan gelap bagi budi dan pengalaman
manusiawi, tetapi "kepastian melalui cahaya ilahi itu lebih besar daripada kepastian melalui cahaya akal
budi alamiah" (Tomas Aqu, S.Th. 2-2,171,5 obj.3).
 Adikodratinya iman tidak berarti orang dimungkinkan untuk mengerti semua misteri
Allah. Misalnya, orang tidak dapat sepenuhnya memahami Allah Tritunggal.
Kehilangan Iman
 Kehendak bebas yang dimiliki manusia memungkinkan iman bisa ditolak manusia.
 Akibat dari kehilangan iman ialah kehancuran (relasi dengan Allah) karena kebenaran
wahyu tidak lagi diterangi iman sehingga kebenaran wahyu Allah yang menyelamatkan
gagal dimengerti.
Iman Sebagai Jawaban Kepada Tawaran Allah (KGK 142-143)
 Manusia diberi tawaran oleh Allah yang tidak kelihatan untuk menjadi sahabatnya dan
masuk dalam persekutuan yang mesra dengannya (142). Maka, jawaban yang paling
pantas ialah ‘iman’.
 Lewat iman, manusia dimampukan untuk menakluki seluruh pikiran dan kehendaknya
agar tertuju hanya kepada Allah. Dengan demikian, seutuh dirinya menyetujui Allah yang
mewahyukan diri (143)
 Kitab Suci menamakan jawaban manusia atas undangan Tuhan yang mewahyukan Diri
sebagai “ketaatan iman”.
Ketaatan Iman (KGK 144-147)
Abraham
 Abraham percaya (beriman) tanpa ragu-ragu sehingga seluruh karya Allah tergenapi
 “Karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan
diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat
yang ia tuju” (Ibr 11:8).
 Karena beriman, maka Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri yang dijanjikan
Allah kepadanya. Karena beriman, maka Sara mengandung seorang putra yang dijanjikan.
Karena beriman, maka Abraham mempersembahkan putranya yang tunggal sebagai
kurban.
 Dengan demikian, benarlah apa yang ditulis dalam surat Ibrani: “Iman adalah dasar dari
segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr
11:1).
Bunda Maria
 Ketaatan iman yang paling sempurna karena ia percaya bahwa bagi Allah tidak ada yang
mustahil. Buktinya, ia setuju tanpa melihat bukti terlebih dahulu. Dengan demikian, segala
perintah Allah kepadanya (lewat malaikat) tergenapi meskipun hal tersebut sulit dicerna
akal budi manusia.
 Maka ia menerima pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh
iman dan memberikan persetujuannya: “Lihatlah, aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku
menurut perkataanmu” (Luk 1:38). Elisabet memberi salam kepadanya: “Berbahagialah ia
yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana”
(Luk 1:45).
 Selain itu, imannya tetap kokoh dan teguh meskipun mengalami pencobaan yang berat
(Maria tidak melepaskan imannya bahwa Sabda Allah “akan terpenuhi” meskipun Yesus
wafat di kayu salib)
Iman kepada Allah, Yesus dan Roh Kudus (KGK 150-152)
 Percaya pada Allah. Persetujuan terhadap semua yang diwahyukan Allah ialah
konsekuensi dari tindakan iman (ikatan pribadi) manusia kepada Allah. Oleh karena itu,
penyerahan diri kepada Allah memiliki perbedaan dengan penyerahan diri kepada
manusia. Menyerahkan diri seluruhnya kepada Allah, dan mengimani secara absolut apa
yang Ia katakan adalah tepat dan benar. Sebaliknya adalah sia-sia dan salah memberikan
kepercayaan yang demikian itu kepada seorang makhluk.
 Percaya akan Yesus Kristus, Putera Allah. Kepercayaan kepada Allah ialah sekaligus
percaya pada Yesus yang adalah Allah. Oleh karena itu, Yesus harus didengarkan.
 Percaya pada Roh Kudus. Orang tidak dapat percaya akan Yesus Kristus, tanpa
berpartisipasi dengan Roh-Nya: Roh Kudus menyatakan kepada manusia, siapa Yesus.
“Tidak seorang pun dapat mengaku: `Yesus adalah Tuhan selain oleh Roh Kudus”.
Model Iman: St. Yosef
 Keterbukaan total terhadap kehendak Tuhan dalam hidupnya.
 Kepatuhan total terhadap semua perintah Tuhan.
 Dia percaya bahwa Tuhan berbicara kepadanya melalui malaikat setidaknya empat kali.
 Lewat iman yang kokoh tanpa ragu, ia menerima tanggung jawab untuk melindungi
keperawanan Maria dan untuk menjaga Penebus.

Harapan/Hope
Pengertian Harapan
KGK (1817-1821, 2090-2092)
 1817 Harapan adalah kebajikan ilahi yang olehnya kita rindukan Kerajaan surga dan
kehidupan abadi sebagai kebahagiaan kita, dengan berharap kepada janji-janji Kristus dan
tidak mengandalkan kekuatan kita, tetapi dengan bantuan rahmat Roh Kudus
 1818 Kebajikan harapan itu sejalan dengan kerinduan akan kebahagiaan yang telah Allah
letakkan di dalam hati setiap manusia. Ia merangkum harapan, yang menjiwai perbuatan
manusia:
o Ia memurnikannya, supaya mengarahkannya kepada Kerajaan surga
o Ia melindunginya terhadap kekecewaan
o Ia memberi kemantapan dalam kesepian
o Ia membuka hati lebar-lebar dalam menantikan kebahagiaan abadi. Semangat yang
harapan berikan, membebaskan dari egoisme dan mengantar kepada kebahagiaan cinta
kasih Kristen.
 2091 Perintah pertama juga menyangkut dosa-dosa melawan harapan yaitu keputusasaan
dan kesombongan.8
 2092 Ada dua jenis kesombongan:
o manusia menilai kemampuannya terlalu tinggi, dengan berharap bahwa ia dapat
mencapai keselamatan tanpa bantuan dari atas;

8
Dalam keputusasaan manusia berhenti mengharapkan dari Allah keselamatan pribadinya, bantuan rahmat,
supaya sampai kepada keselamatan atau pengampunan dosa-dosanya. Dengan demikian ia menentang
kebaikan Allah, keadilan-Nya - karena Tuhan selalu setia pada janji-Nya - dan kerahiman-Nya.
o atau ia berharap terlalu berani bahwa ia dapat menerima pengampunan dari
kemahakuasaan dan kerahiman Allah, tanpa bertobat, dan menjadi bahagia, tanpa jasa
apa pun.

Definisi Lain
 Harapan adalah kebajikan ilahi yang merupakan karunia adikodrati yang dianugerahkan
oleh Tuhan di mana seseorang percaya bahwa Tuhan akan memberikan kehidupan kekal
dan sarana untuk mendapatkannya asalkan dia bekerja sama. Harapan terdiri dari hasrat
dan pengakuan bahwa kesulitan akan dapat diatasi dalam mencapai kehidupan kekal (The
Concise Catholic Dictionary)
 Kebajikan teologal harapan ialah anugerah yang diberikan Tuhan sehingga manusia
dimampukan untuk percaya bahwa Tuhan akan memberikan kehidupan kekal dan sarana
untuk mendapatkannya asalkan dia bekerja sama.
 Harapan terdiri dari hasrat dan pengakuan bahwa kesulitan akan dapat diatasi dalam
mencapai kehidupan kekal.
 Kebajikan harapan hanya dimiliki oleh mereka yang masih berjuang menuju persatuan
penuh dengan Allah.9
Pentingnya Harapan
 Keutamaan supernatural dari pengharapan memungkinkan kemungkinan bagi orang
Kristen untuk percaya kepada Tuhan. Anugerah ini adalah pemberian Tuhan, yang
diresapi oleh-Nya.10 Harapan:
o Meneguhkan bahwa Allah tidak pernah mengecewakan, selalu menyertai, menjauhkan
orang dari keputusasaan.11
o Membantu untuk percaya pada janji Allah sehingga semakin tekun dalam doa.
o Menopang dan memberi sukacita dan keberanian dalam pencobaan.
 Hubungan Iman dan Harapan:
o Keputusan untuk tidak menolak harapan dibantu oleh iman.
o Jika kita kehilangan iman, maka kita tidak lagi memiliki dasar untuk harapan.
o Jika kita terus percaya pada Tuhan, tetapi meragukan kemahakuasaan, kebaikan, dan
atau kesetiaan-Nya, maka kita telah jatuh ke dalam dosa keputusasaan, yang
merupakan kebalikan dari harapan.
o Jika kita tidak bertobat dari keputusasaan, maka kita menolak harapan, dan melalui
tindakan kita sendiri, menghancurkan kemungkinan keselamatan.
Model Harapan: St. Yohanes Vianney
 Harapan dalam ketidakmampuannya. Dia terus mengejar penahbisan menjadi imam,
bahkan setelah gagal dalam ujian. St John Vianney bertekun dalam harapan meskipun ia
sering gemetar dari keyakinan ketidakmampuan pribadinya.

9
Harapan diterima saat pembaptisan.
10
Harapan berkaitan dengan hal-hal yang tampaknya sulit atau tidak mungkin untuk diterima, seperti
keselamatan. (Lihat Yohanes 11:25-26).
11
Harapan memberitahu kita bahwa Tuhan, yang menjanjikan keselamatan abadi, juga akan memberi kita
rahmat yang kita butuhkan untuk perjalanan ke Surga.
 Harapan akan besarnya kerahiman Allah. St. Yohanes menangisi dosa-dosa para
peniten dalam pengakuan dan memiliki harapan terus-menerus untuk melihat para pendosa
kembali kepada Allah
 Dengan kebaikan yang besar dia mengabdikan dirinya untuk memulihkan harapan bagi
jiwa-jiwa pendosa yang bertobat “karena Allah lebih cepat mengampuni daripada seorang
ibu yang merebut anaknya dari api.”

Kasih/Charity
Pengertian
KGK (1822-1829, 2093-2094)
 1822 Kasih adalah kebajikan ilahi, dengannya kita mengasihi Allah di atas segala-galanya
demi diri-Nya sendiri dan karena kasih kepada Allah kita mengasihi sesama seperti diri
kita sendiri.
 1824 Sebagai buah roh dan penyempurnaan hukum, kasih mematuhi perintah-perintah
Allah dan Kristus. "Tinggallah di dalam kasih-Ku! Jikalau kamu menurut perintah-Ku,
kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku" (Yoh 15:9-10)
 1825 Santo Paulus melukiskan gambaran mengenai kasih yang tidak ada tandingannya:
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan
tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri
sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita
karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala
sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7).
 1828 Kehidupan moral yang dijiwai oleh kasih memberi kepada orang Kristen kebebasan
anak-anak Allah. Di depan Allah ia tidak lagi bersikap sebagai seorang hamba dengan
ketakutan yang merendahkan dan juga bukan sebagai seorang buruh harian yang ingin
dibayar, melainkan sebagai seorang anak, yang memberi jawaban kepada kasih dari Dia,
yang "lebih dahulu mengasihi kita" (1Yoh 4:19).
 2094 Orang dapat berdosa melawan kasih Allah atas berbagai cara:
o Sikap acuh tak acuh menampik atau malah menolak untuk memperhatikan kasih
Allah, ia tidak mengakui hakikatnya yang ramah dan mengingkari kekuatannya.
o Sifat tidak tahu terima kasih mengabaikan atau menolak mengakui kasih Allah dengan
rasa syukur dan menjawabnya dengan kasih balasan.
o Kelesuan, menunda atau sama sekali tidak rela untuk menjawab kasih ilahi; di
dalamnya dapat tercakup penolakan untuk menyerahkan diri kepada kasih ini.
o Kejenuhan rohani (acedia) atau kelambanan rohani dapat membawa akibat bahwa
orang menampik kegembiraan yang datang dari Allah dan membenci hal-hal ilahi.
o Kebencian terhadap Allah muncul dari kesombongan. Ia menantang kasih Allah, yang
kebaikan-Nya ia mungkiri dan kutuki, karena Allah melarang dosa-dosa dan
menjatuhkan hukuman atasnya.
Definisi Lain
 Kasih adalah kebajikan supernatural yang melaluinya seseorang mencintai Tuhan di atas
semua hal demi Tuhan sendiri, dan mencintai orang lain demi Tuhan (Modern Catholic
Dictionary).
o Kasih sebagai kebajikan ilahi, hanya dapat dipraktikkan oleh mereka yang berada
dalam keadaan rahmat.
o Kehilangan status rahmat melalui dosa berat merampas kebajikan kasih dari jiwa.
Dengan sengaja berbalik melawan Allah karena keterikatan pada hal-hal di dunia ini
(esensi dari dosa berat) jelas tidak sesuai dengan mengasihi Allah di atas segala
sesuatu.
o Kebajikan kasih dipulihkan dengan kembalinya rahmat pengudusan kepada jiwa
melalui Sakramen Pengakuan.
 Kasih adalah pemenuhan semua hukum Allah.
o Kasih adalah karunia supernatural yang dengannya kita dapat mengatasi semua hal
yang menjaga kita dari kesempurnaan dan kekudusan.
o Kasih dan kekudusan adalah identik. Jika seseorang dipenuhi dengan kasih, orang itu
kudus. Ketika kasih disempurnakan, jiwa disempurnakan. Inilah yang terbesar dari
semua kebajikan!
 Kasih bukan sebatas luapan perasaan  tindakan kehendak yang berdaya
mencondongkan keinginan dan emosi untuk turut mengasihi. Ungkapan kasih yang otentik
ialah puncak doa manusia yakni persatuan dengan Allah.
 Kasih bergantung pada iman.
o Tanpa iman kepada Tuhan kita jelas tidak bisa mencintai Tuhan, kita juga tidak bisa
mencintai sesama manusia demi Tuhan.12
o Cinta kasih terwujud dalam hidup kita ketika iman dan harapan masih hidup dan aktif.
Iman pada dasarnya adalah tindakan intelek, harapan terutama merupakan tindakan
dari kehendak, dan kombinasi itu menghasilkan cinta suci dan suci yang kita sebut
kasih.
Fungsi Kasih
 Memampukan manusia untuk:
o Mengasihi sebagaimana Allah mengasihi.
o Mengasihi dan berdoa untuk orang yang menganiaya kita (musuh).
o Bertindak sebagai anak-anak Allah.
o Melayani dengan kasih meskipun berada dalam situasi yang sulit.

Karakter Kasih
 Tidak dapat dipraktikkan tanpa rahmat pengudus. Oleh karena itu, tidak dapat
dipraktikkan oleh mereka yang kehilangan status rahmat akibat dari dosa berat.
 Tuhan sebagai tujuan kasih satu-satunya. Allah pantas dikasihi demi diri-Nya karena ia
adalah mahabaik dan Mahamurah.
o Mencintai Allah bukan karena diharuskan melainkan demi dirinya saja
o Bentuk cinta kasih kepada Allah dapat diungkapkan lewat pengorbanan, mengekang
diri keinginan yang bertentangan dengan kehendak Allah, doa dan penyembahan dan
karya cinta kasih bagi sesama
 Cinta Diri dan Cinta sesama:

12
Dalam pengertian ini kasih adalah obyek iman, dan alasan mengapa St Paulus, dalam 1Kor 13:13,
menyatakan bahwa “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling
besar di antaranya ialah kasih.”
o Setelah Yesus memberikan “hukum yang terutama dan yang pertama” dalam Mat
22:38, Ia melanjutkan: “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:39).
o Tuhan menciptakan sesama kita seperti kita. Sebagaimana kita mengasihi diri kita
sendiri, demikian pula kita harus mengasihi sesama kita.
 Tujuh karya belas kasih jasmani
o 1. Memberi makan kepada orang yang lapar.
o 2. Memberi minuman kepada orang yang haus.
o 3. Memberi perlindungan kepada orang kepada orang asing.
o 4. Memberi pakaian kepada orang yang telanjang.
o 5. Melawat orang sakit.
o 6. Mengunjungi orang yang dipenjara.
o 7. Menguburkan orang mati.
 Tujuh karya belas kasih rohani
o 1. Menasihati orang yang ragu-ragu.
o 2. Mengajar orang yang belum tahu.
o 3. Menegur pendosa.
o 4. Menghibur orang yang menderita.
o 5. Mengampuni orang yang menyakiti.
o 6. Menerima dengan sabar orang yang menyusahkan.
o 7. Berdoa untuk orang yang hidup dan mati.

Model Kasih: Mother Teresa


 Pelayanan kasih yang otentik:
o Merawat yang termiskin dari yang miskin.13
o Memberikan perawatan yang lembut dan kebersihan dalam suasana yang bermartabat
dan penuh kasih di Rumah untuk Orang Miskin yang Sekarat.
 Kesaksian cinta kasih yang otentik:
o Membawa kesadaran bahwa cinta tidak ada artinya kecuali jika diberikan secara gratis.
o Ketika dia dianugerahi Hadiah Nobel pada tahun 1979, dia meyakinkan panitia untuk
membatalkan perjamuan resmi dan uang itu digunakan untuk membeli makanan untuk
15.000 orang miskin.
 Tahu bahwa kita semua haus akan kasih orang lain. 14

13
“Tunjukkan kasih kepada orang lain sebagaimana Anda akan menunjukkan kasih Anda secara langsung
kepada Yesus Kristus.”
14
“Tidak diinginkan adalah penyakit terburuk yang pernah dialami manusia mana pun.”

Anda mungkin juga menyukai