Keluarga
Fr. Paulus, CSE
Jelaskan NAPZA!
Definisi
Zat/bahan berbahaya yang mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi seseorang
pikiran, perilaku, perasaan.
Efek samping: kecanduan & ketergantungan.
Jenis
Narkotika
o Dari tanaman/bukan, sintesis/semi-sintesis.
o Menyebabkan penurunan & perubahan kesadaran & mengurangi/
menghilangkan rasa nyeri.
o Contoh:
Gol I (sangat tinggi)1: kokain, ganja, heroin.
Gol II (tinggi) : morfin, petidin.
Gol III (rendah): kodein.
Psikotropika
o Zat/obat alamiah/sintesis non-narkotika.
o Berkhasiat psikoaktif perubahan perilaku dan aktivitas mental.
o Contoh:
Gol I (sangat tinggi): ekstasi.
Gol II (tinggi): amphetamine.
Gol III (sedang): phenobarbital.
Gol IV (rendah): diazepem, dll.
Zat adiktif
o Zat berpengaruh psikoaktif non-narkotika & psikotropika.
o Meliputi: minuman beralkohol, inhalasi, tembakau.
Efek
Depresan (downer): mengurangi aktivitas fungsional tubuh tenang, tidur, tidak
sadarkan diri.2
Stimulan (upper): merangsang fungsi tubuh dan gairah kerja. 3
Halusinogen: membuat halusinasi, mengubah perasaan dan pikiran. 4
1
Narkotika & psikotropika golongan I memiliki potensi ketergantungan sangat tinggi sehingga tidak
digunakan untuk terapi.
2
Contoh: opium (morfin, heroin, kodein), sedatif, hipnotik, tranquilizer.
3
Contoh: ampethamine (shabu-shabu, ekstasi), kokain.
4
Contoh: kanabis (ganja).
Bahaya
Gangguan mental dan perilaku terganggunya sistem neurotransmiter pada susunan
saraf pusat di otak terganggunya fungsi kognitif, afektif, psikomotorik, dan aspek
sosial.
Kecanduan over dosis kematian.
Pemulihan
Pemeriksaan: melihat seberapa besar kecanduan, efek samping, dan depresi yang
ditimbulkan penanganan.
Detoksifikasi: membersihkan racun, memberhentikan penggunaan. 5
Stabilisasi: memberikan resep obat untuk pengobatan jangka panjang, disertai rencana
hidup jangka panjang untuk kestabilan mental.
Dukungan: mengalihkan keinginan untuk kembali terjerumus dalam narkoba.
Pencegahan
Jangan pernah menggunakan.
Ketahui dampak negatif dan bahayanya.
Pilih pergaulan yang baik, ikuti kegiatan yang positif.
Ingat hukum bagi pengedar dan pengguna narkoba.6
Jaga hubungan dan komunikasi yang baik dengan orang terdekat aman dan
nyaman.
Beri contoh periaku yang baik kepada anak-anak.
Jangan jadikan narkoba sebagai pelarian.
Pandangan Gereja
KGK 2291:
o Pemakaian narkotika mengakibatkan kerugian besar bagi kesehatan dan
kehidupan manusia.
o Selain penggunaan obat-obatan karena alasan medis semata-mata,
pemakaian narkotika merupakan kesalahan susila yang bobotnya berat.
o Pembuatan narkotika secara tersembunyi dan perdagangan narkotika
sungguh memalukan; oleh daya godanya, mereka secara langsung turut
menyebabkan pelanggaran-pelanggaran berat melawan hukum moral.
5
Pecandu akan mengalami rasa tidak nyaman (sakaw) diberikan obat, cairan, dan makanan yang cukup
untuk memulihkan kondisi tubuh.
6
Perlu pengawasan yang ketat dari pemerintah dalam pengedaran obat dan makanan yang tergolong
narkoba.
Ekonomi: apakah hukuman mati (dan biaya naik banding) lebih murah dengan penjara
seumur hidup?
Kebenaran: bagaimana nasib mereka yang dihukum mati karena dikambinghitamkan? 8
Pandangan Gereja
PL: hukum dan sikap balas dendam masih kuat.9
PB: undangan untuk menolak sikap balas dendam, mencintai musuh. 10
Bapa Gereja:
o Suara-suara tentang hukuman mati tidak selalu senada, namun terdapat
kecenderungan kuat untuk meminimalisir hukuman mati.
o Agustinus: kuasa ilahi melarang pembunuhan manusia. Eksekutor bukan
pembunuh, kuasa hukuman mati dipercayakan pada kuasa Uskup yang harus
selalu mempertimbangkannya.
Abad pertengahan:
o Prinsip ecclesia non sitit sanguinem (Gereja tidak menginginkan darah)
melarang proses hukuman mati dalam kawasan yuridiksi Gereja. 11
o Thomas Aquinas: kepentingan umum > kepentingan individual (prinsip
totalitas). Negara bertugas mengusahakan dan memelihara kepentingan
umum.
o Duns Scotus: hukuman mati diperlukan untuk kasus pembunuhan,
penghujatan, dan pemfitnahan.
Zaman modern:
o Luther: menentang hukuman mati atas bidah.
o Paus Pius XII: legitimasi campur tangan yang kejam dari pihak pemerintah
hanya dilaksanakan dengan cara negatif jalan terakhir.
o KV II: hukuman mati pada hakikatnya melawan dan bertolak belakang
dengan maksud seluruh karya penciptaan menolak pandangan liberal.
KGK (2266-7):
o Pembelaan kesejahteraan umum penyerang harus dihalangi untuk
menyebabkan kerugian.
o Gereja dalam sejarah mengakui keabsahan hak dan kewajiban dari
kekuasaan politik yang sah untuk menjatuhkan hukuman yang setimpal
dengan beratnya kejahatan.
o Hukuman pada tempat pertama harus memperbaiki kekacauan yang
ditimbulkan pelanggaran. Ia sedapat mungkin harus membantu agar yang
bersalah dapat memperbaiki diri.
7
Efek jera mengurangi kejahatan, atau malah menimbulkan tindak kekerasan lain? Hukuman pada
hakikatnya haruslah mengandung kesempatan pemulihan.
8
Tidak sedikit hukuman mati bernuansa politis.
9
Bdk. Kain & Habel, lex talonis (hukum balas dendam) dalam Ulangan, doa minta pembalasan Yeremia.
10
Bdk. Mat 5:38-39, Mat 7:1-2
11
Pengecualian: perang agama, perjuangan melawan bidah.
o Cara-cara yang tidak berdarah lebih diutamakan, karena lebih menjawab
syarat-syarat konkret kesejahteraan umum dan lebih sesuai dengan martabat
manusia.
Evangelium Vitae (25 Maret 1995):
o Menghapus status persyaratan “untuk keamanan publik” dari hukuman mati.
o Bagi masyarakat modern, hukuman mati tidak dapat didukung
keberadaannya, kecuali dalam kasus yang mutlak perlu. 12
o Negara-negara dapat memakai kemungkinan-kemungkinan baru untuk
‘secara efektif mencegah kejahatan, dengan membuat orang yang telah
melakukan pelanggaran tak mampu merugikan – tanpa secara definitif
merenggut darinya kemungkinan menebus dirinya (EV 56).
Surat Paus Fransiskus kepada Komisi Internasional Penghapusan Hukuman Mati (20
Maret 2015):
o Gereja selalu membela hidup dari kelahiran kematian natural dan
menjunjung tinggi martabat manusia sebagai citra Allah.
o Hidup manusia adalah milik Allah saja, termasuk hidup pembunuh. 13
o Pembunuhan karena pembelaan diri dapat dibenarkan, namun tidak dapat
diberlakukan di tatanan sosial.
o Hukuman mati:
Mencederai prinsip hak hidup yang tidak bisa diganggu-gugat dan
martabat pribadi manusia.
Melawan rencana Allah terhadap manusia dan masyarakat dan juga
keadilan-Nya yang penuh kerahiman
Tidak sesuai dengan tujuan hukuman yang adil.
Tiak memperlakukan korban dengan adil, namun bernada pembalasan.
Kehilangan seluruh legitimasi karena tidak sempurnanya pemilihan
sistem keadilan kriminal dan karena kemungkinan kesalahan
pengadilan.14
Bertentangan dengan kemanusiaan dan kerahiman Allah, yang harus
menjadi model keadilan manusiawi.
Secara langsung melawan perintah kasih kepada musuh sebagaimana
disampaikan dalam Injil.
Simpulan: pandangan Gereja berubah (anti kompromi tegas menolak).
12
Dewasa ini, sebagai hasil perbaikan terus-menerus dalam penataan sistem pidana, kasus demikian amat
jarang, kalau tidak praktis tidak ada” (56).
13
Bdk. Kain yang tidak dihukum mati. Allah lebih ingin pendosa bertobat daripada mati (EV 9).
14
Keadilan manusia tidaklah sempurna, dan ketidakmampuan mengakui ketidaksempurnaan ini dapat
menjadikannya sumber ketidakadilan.
Jelaskan tanggung jawab memelihara kesehatan dan veganisme!
Tanggung jawab memelihara kesehatan
Dasar
Kehidupan jasmani dan kesehatan adalah hal-hal yang dipercayakan Allah kepada
manusia manusia wajib memelihara kesehatannya (Ef 5:29). 15
Setiap orang wajib memelihara hidup, kesehatan dan keutuhan anggota tubuhnya serta
berusaha menyediakan apa yang mutlak diperlukan demi tujuan tersebut: pangan,
sandang, papan dan rekreasi (GS 30).
Aspek
Makanan & minuman
o Tidak ada makanan yang haram.16
o Makanan dan minuman harus diatur secara moral. Makan demi kenikmatan
dan bertentangan dengan tuntutan kesehatan buruk secara moral.
o Perlu kebijakan ugahari: tidak lebih/kurang dari yang dituntut oleh
kesehatannya (dan situasi ekonomi, dll.)
o Puasa: bantuan untuk mengontrol keinginan tak teratur dianjurkan.
Sandang & papan
o Sandang dan papan dibutuhkan untuk perlindungan bagi tubuh tuntutan
moral.
o Sandang yang merugikan kesehatan dan masalah moral harus ditolak.
o Harus memperhatikan kebersihan pakaian dan lingkungan hidup
kesehatan badan dan jiwa.
Rekreasi & olahraga
o Rekreasi & istirahat: kegembiraan sejauh tidak menimbulkan
ketagihan/kehancuran tuntutan kodrat.
o Olahraga: penangkal kemalasan, penangkal penyakit, pembentuk manusia
(tubuh dan jiwa).17
o Olahraga harus dilakukan dengan tenggang rasa, dengan perlindungan yang
sepadan, dan tanpa kecurangan (termasuk obat perangsang).
Veganisme
Etimologi
Vegetarian: pola makan nabati.
Vegan: praktik berpantang dari penggunaan produk hewani.
Filosofi yang menolak status komoditas dan eksploitasi hewan. 18
15
Kesehatan mencakup kesehatan badan, mental, dan spiritual.
16
Keputusan tentang apa yang boleh dan harus dimakan oleh seorang manusia semata-mata berlandas pada
tuntutan kesehatan dan higiene serta tuntutan cinta (bdk. 1Kor 8:8,13).
17
Olahraga melatih sportivitas, kerja sama, persahabatan, dll. (bdk. GS 61).
18
Filosofi vegan semakin populer di abad ke-20 dan melahirkan pelbagai masyarakat vegan di seluruh
dunia, terutama di Asia.
Kategori
Diet vegan/vegetarian ketat: tidak mengonsumsi daging, telur, susu, dan produk
hewani lainnya.19
o Veganisme sebagian: hanya tidak mengonsumsi daging hewan.
o Veganisme mentah: tidak makan semua produk hewani dan makanan yang
dimasak di atas 48o C.
o Diet vegan hewan peliharaan (misal: vegapet).
Veganisme etis/lingkungan/moral: menentang penggunaan hewan untuk tujuan apa
pun dan menghindari kekejaman dan eksploitasi hewan & konservasi lingkungan
hidup.20
o Proteksionis: mengusahakan kondisi yang lebih baik untuk hewan.
o Abolisionis: mengakhiri kepemilikan manusia terhadap hewan.
o Veganarkisme: mencari kebebasan total untuk semua hewan.
Dasar
Masalah moralitas: hewan adalah “subyek kehidupan” yang memiliki hak hidup
harus diperlakukan dengan baik dan dilindungi (proteksionis).
Masalah lingkungan:
o Peternakan menghabiskan banyak lahan dan produk pertanian
deforestasi.
o Peternakan bertanggung jawab atas 2/3 emisi karbon di dunia perubahan
iklim.
o Peternakan mengakibatkan krisis kepunahan.
Konsep ahimsa (tidak merugikan).
Prinsip non-kekerasan, karma, dan reinkarnasi.21
Masalah
Pola makan vegan yang tidak direncanakan dengan baik dapat menyebabkan
kekurangan nutrisi masalah kesehatan yang serius.22
Penggunaan produk-produk hewani terjalin secara mendalam dan tidak kentara dalam
struktur masyarakat manusia tidak mungkin sepenuhnya menjadi vegan.
Pandangan Gereja
Allah menghendaki manusia berkuasa atas bumi dan segala isinya (KGK 2417).
Allah menyerahkan hewan sebagai makanan bagi manusia (Kej 9:2-3).
Yesus menyatakan semua makanan halal (Mrk 7:14-19). 23
Pantang dan puasa dalam tradisi Gereja ≠ veganisme.
19
Menggunakan alternatif daging, susu, telur, dan bahan makanan hewani lainnya.
20
Kriteria sertifikasi vegan: tidak mengandung produk hewani, dan tidak melibatkan uji coba pada hewan.
21
Kaum Jain, Hindu, dan Buddha percaya bahwa semua makhluk hidup memiliki jiwa dan dapat merasakan
sakit dan sedih.
22
Beberapa asosiasi diet telah menyatakan bahwa pola makan vegan yang direncanakan dengan baik sesuai
dengan semua tahap kehidupan. Nutrisi yang penting (vitamin B12, yodium, kalsium, protein, vitamin D,
dll.) dapat ditemukan dari substitusi bahan makanan nabati.
23
Yesus memberikan interpretasi hukum yang definitif mengenai halal tidaknya makanan (KGK 582).
o Puasa pertama-tama adalah tanda penyangkalan diri dan mempersatukan diri
dengan kurban Yesus.
o Pantang dan puasa tidak lepas dari doa dan amal kasih latihan rohani
yang mendekatkan dengan Allah dan sesama.
Memelihara ciptaan:
o Kekayaan alam tidak boleh dimanfaatkan dengan mengabaikan tuntutan
moral.
o Kekuasaan atas dunia yang dipercayakan kepada manusia tidak absolut
sifatnya diukur berdasarkan usaha mempertahankan kualitas hidup
manusia, termasuk generasi yang akan datang dan penghormatan kepada
keutuhan ciptaan (KGK 2415).24
Simpulan: segala ciptaan ada pertama-tama untuk kesejahteraan umat manusia
(mahkota ciptaan). Manusia wajib menghormati dan merawat ciptaan demi
mempertahankan kualitas hidup tidak ekstrem.
Argumen akal
Terdapat tatanan hukum kodrati yang menjamin hak tiap individu dan masyarakat
yang mutlak diperlukan untuk eksistensi dan perkembangannya perlu ditegakkan.
Tanggung jawab terhadap orang yang dipercayakan ke dalam perawatan orang tertentu
menuntut pembelaan mereka terhadap penyerang yang tidak adil.
Akibat buruk dari tindakan yang sebaliknya perlu dicegah.
24
Manusia boleh bereksperimen dengan binatang dan memelihara binatang (KGK 2417).
25
Jika serangan sudah selesai, namanya adalah balas dendam.
26
Pembelaan diri dengan pembunuhan hanya diperbolehkan untuk mempertahankan nilai yang lebih tinggi.
Pembelaan harus relatif terbatas pada kekuatan yang perlu dan memadai untuk
mencapai tujuan absah dari pembelaan diri. 27
Prinsip tambahan
Prinsip non-maleficence: orang harus menghindari akibat yang merugikan.
Prinsip beneficence: orang harus mengusahakan apa yang terbaik.
Prinsip veracity: orang harus mencari apa yang benar.
Prinsip confidentiality: dokter wajib memegang rahasia jabatan.
Prinsip keadilan: orang harus mengusahakan keadilan.
Prinsip otonomi: pasien memiliki otonomi untuk menentukan nasibnya.
27
Hendaknya orang memilih sarana yang mendatangkan kerusakan paling kecil bagi penyerang.
28
Termasuk janin, kriminal, orang dalam keadaan koma, dll.
29
Orang dewasa hanya boleh dibujuk, dirayu, dihimbau, atau bahkan agak didesak, tetapi ia tidak pernah
boleh dipaksa. Demikian pula sebaliknya.
30
Bila seseorang harus memilih salah satu dari beberapa hal yang baik, cukuplah kalau ia memilih yang
lebih mendesak. Ia tidak harus memilih yang lebih baik.
31
“buruk” bukan dalam arti moral.
32
Bila kondisi memaksa, ia boleh melakukan tindakan yang dampak negatifnya sama besar dengan dampak
positifnya.
33
Bila kondisi salah satu organ tubuh malah merugikan pribadi “pemilik” organ tubuh itu, organ tubuh
tersebut boleh diubah, dipindah, atau bahkan dibuang.
Pedoman-pedoman umum Moral Katolik dalam Ensiklik Veritatis Splendor
Melawan etika individualistis yang mengagung-agungkan kebebasan, menjadikannya
sebagai sesuatu yang mutlak (VS 32).
Wewenang untuk menentukan baik atau buruk bukanlah milik manusia, melainkan
milik Allah semata-mata. Manusia tentu saja bebas, sejauh dia dapat memahami dan
menerima perintah-perintah Allah (VS 35).
Otonomi akal budi tidak berarti bahwa akal budi memiliki hak untuk menciptakan
nilai-nilai dan norma-norma moral. Bila otonomi itu menyangkal kebijaksanaan
Pencipta, otonomi semacam itu bertentangan dengan ajaran Gereja tentang kebenaran
mengenai manusia (VS 40).
Manusia dapat mengenal kebaikan dan keburukan karena akal budinya, khususnya
oleh akalnya yang diterangi oleh Wahyu Ilahi, melalui hukum yang diberikan Allah
kepada umat terpilih-Nya (VS 44).
Larangan-larangan yang didasarkan pada hukum kodrat selalu bersifat mengikat.
Larangan itu harus dihormati oleh siapa pun, kapan pun, dan dalam kondisi apa pun.
Larangan itu bersifat wajib bagi setiap orang, tanpa menghiraukan pengorbanan yang
harus dilakukan (VS 52).
Orang dapat dibantu untuk membina suara hatinya dengan Gereja dan kuasa
mengajarnya (VS 64).
Perbuatan seseorang disebut baik secara moral bila pilihan-pilihan bebas orang itu
sesuai dengan kebaikan sejati dan mengarahkan orang tersebut kepada tujuannya yang
terakhir, yakni Allah sendiri (VS 72).
Iman dan moral tidak dapat dipisahkan (VS 88).
34
Tabung/cawan dikondisikan sedemikian rupa agar tabung/media yang digunakan semirip mungkin dengan
rahim wanita.
35
IVF baru disarankan jika metode lain seperti obat, operasi, inseminasi buatan, dll. tidak berhasil.
o Hasil pembuahan (terpilih) dikembalikan ke dalam rahim/dikembangkan
dalam tabung.
Jenis metode pembuahan:
o Konvensional: sperma disebarkan di sekitar sel telur dalam sebuah tempat
khusus.36
o Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI): sperma disuntikkan langsung ke
sel telur.37
Risiko:
o Gestasi multipel (kelahiran ganda) bayi kembar.
o Kelahiran prematur, pendarahan, hipertensi pada ibu.
o Kelainan kongenital: kelainan kardiovaskular, muskuloskeletal dan sindrom
tertentu pada bayi.
o Gangguan kesehatan maternal akibat stimulasi gonadotropin pada prosedur
IVF.
Pandangan Gereja
Donum Vitae:
o Masalah moral: tidak semua embrio dimasukkan ke dalam saluran genitalia
perempuan; beberapa embrio yang disebut “sisa” dihancurkan atau
dibekukan.38
o Penghancuran sengaja makhluk manusia untuk aneka tujuan, dengan
merugikan keutuhannya dan hidupnya, bertentangan dengan ajaran yang
sudah diajukan mengenai aborsi yang disengaja.39
Prokreasi insani harus terjadi dalam perkawinan.
36
Mengandaikan sperma banyak, sehat, dan bisa “berenang”.
37
Cukup dipilih satu sperma terbaik.
38
Kadang-kadang beberapa dari embrio yang diimplantasi, dikurbankan karena pelbagai alasan eugenis,
ekonomis atau psikologis.
39
Prosedur ini tujuannya diserahkan kepada keputusan manusia yang dengan demikian membuat dirinya
sesukanya menjadi tuan atas hidup dan mati.
o Prokreasi insani harus merupakan buah dan tanda penganugerahan personal
timbal-balik suami-istri, kasih dan kesetiaannya.
o Anak mempunyai hak untuk dikandung, dilahirkan dan dididik dalam
perkawinan.40
Pembuahan buatan heterolog:
o Melanggar hak-hak anak, merampas hubungan anak terhadap asal-usulnya
dalam diri orang tuanya dan dapat menghambat perkembangan jati dirinya.
o Merupakan pukulan terhadap panggilan bersama suami-istri yang dipanggil
menjadi bapak atau ibu.
o Merampas kesatuan dan keutuhan kesuburan perkawinan; ia menimbulkan
dan menunjukkan putusnya hubungan antara peran sebagai orang tua
genetis, biologis, dan sosial.
o Memengaruhi masyarakat, karena apa yang mengancam kesatuan dan
keteguhan keluarga, merupakan sumber perselisihan, kesemrawutan dan
ketidakadilan dalam keseluruhan hidup masyarakat.
o Simpulan: sama sekali tidak dibenarkan.
Pembuahan buatan homolog:
o Melibatkan penghancuran manusia, yang bertentangan dengan ajaran
tentang larangan aborsi.
o Mengandung pemisahan tindakan-tindakan yang terarah kepada pembuahan
dan sanggama.
o Merampas kesempurnaan khas dan hakiki prokreasi manusia. 41
o Simpulan: tak dapat dibenarkan kecuali dalam kasus-kasus di mana sarana
teknis bukan pengganti sanggama, melainkan berfungsi untuk
mempermudah dan membantunya sehingga tindakan itu mencapai
tujuannya.42
40
Melalui hubungannya yang pasti dan diakui dengan orang tuanya sendiri ia dapat menemukan jati dirinya
dan berkembang secara manusiawi.
41
Dalam FIVET, kelahiran pribadi manusia obyektif dirampas dari kesempurnaannya sendiri; yakni sebagai
hasil dan buah sanggama yang membuat suami-istri dapat menjadi “rekan Allah untuk memberi hidup
kepada pribadi baru”.
42
Intervensi dokter harus melindungi martabat manusia, bila ia berusaha membantu sanggama suami-istri,
entah untuk mempermudahnya, entah agar tujuannya tercapai.
menyatupadukan mereka dalam satu daging sehingga keduanya disebut
“satu daging”.
Hubungan orisinal antara dua jenis kelamin bebas dari rasa salah dan rasa malu (Kej
2:25). Akan tetapi keadaan tak bersalah di taman Firdaus tersebut hilang ketika
manusia jatuh ke dalam dosa.
Perjanjian Baru
Perjanjian Baru menghapus hukum Perjanjian Lama menyangkut pentahiran kultus:
o Yesus memperlihatkan sikap wajar alami berhadapan dengan seksualitas,
dan tidak memberikan tempat kepada sikap dualistis manikeistis.
o Yesus memperlakukan perempuan sama seperti laki-laki dan menghormati
perkawinan.
Gereja perdana mengupayakan kontrol diri dan disiplin di dalam kehidupan seksual:
o Dalam masa kekaisaran Roma, pandangan lama yang tegas dalam
seksualitas telah diganti dengan merajalelanya perzinaan dan percabulan, hal
yang mempercepat runtuhnya kehidupan masyarakat.
o Penyembahan berhala (yang sering berkaitan dengan perbuatan bejat),
ketamakan dan percabulan mendapat tempat utama dalam katalog dosa
(1Tes 4:3-8).
Perkawinan mendapat nilai dan martabat khusus:
o Pasutri diingatkan untuk saling setia di dalam cinta (Kol 3:18-19, 1Ptr 3:1-
7).
o Nilai cinta dimuliakan dengan memberikan kesejajaran di antara ikatan
Kristus dan Gereja dengan ikatan perkawinan (Ef 5:21-33):
Laki-laki harus mencintai perempuan, sebagaimana Kristus
mencintai dan menyerahkan diri bagi Gereja.
Perempuan hendaknya mengasihi suami-suami mereka
sebagaimana dilakukan Kristus terhadap Gereja-Nya.
Ciri khusus etika seksual Perjanjian Baru adalah anjuran untuk hidup perawan.
Dengan itu perkawinan dinisbikan dan tidak lagi muncul sebagai satu-satunya jalan
yang mungkin bagi manusia di dunia ini (Mat 19:11-12, 1Kor 7:8, 25-28).
Gereja Awal
Teologi sistematis tentang hidup perkawinan pun belum disusun, walaupun
singgungan teologis tentang bidang ini menyoroti perilaku seksual dalam bidang
perkawinan.
Seksualitas tidak pernah dipandang sebagai masalah-masalah terpenting. Yang lebih
ditekankan dan disoroti adalah pemeliharaan kemurnian sebagai prestasi hidup orang
Kristen.
Penulis-penulis Kristen pada abad-abad pertama menginstruksikan kaum beriman
untuk memiliki perilaku kristiani dalam bidang hidup seksualitas, dengan acuan dari
Kitab Suci.
Ireneus: Dimensi prokreasi perkawinan dan seksualitas manusia dititikberatkan.
Perkawinan bisa membantu manusia mengatasi concupiscentia dalam diri manusia.
Agustinus: menyoroti nilai kebaikan seksualitas dalam perkawinan manusia, yang
mencakup kesetiaan, kesatuan, dan kemurnian. Kesetiaan dalam perkawinan tidak
hanya terletak dalam hubungan intim, namun tampak dalam sikap saling melayani
sehingga dapat mengatasi kelemahan manusiawi dan menghindari hubungan intim
yang menyimpang.
Tiga tujuan perkawinan (Agustinus):
o Mendapat keturunan (bonum prolis).
o Kesetiaan dalam perkawinan (bonum fidei).
o Kesatuan suami istri yang tidak terpisahkan dalam sakramen (bonum
sacramenti).
Abad Pertengahan
Tahun 600 hingga 1200 dicap sebagai zaman kegersangan moral.
Kembali ke ajaran masa bapa Gereja:
o Ajaran-ajaran tentang perkawinan terkait dengan masalah immoralitas
hubungan seks di luar perkawinan, anal, oral, dan tindakan kontraseptif
(bahkan, pernah muncul larangan untuk melakukan hubungan intim pada
musim-musim tertentu atau hari-hari suci).
o Perkawinan diterima sejauh sanggup berprokreasi. Yang mandul dianjurkan
untuk tidak berkeluarga.
Thomas Aquinas:
o Tujuan hidup perkawinan adalah sungguh suatu tindakan yang
berkeutamaan dan tindakan yang berhubungan dengan keadilan. Suami dan
istri saling memperlakukan dan bertindak dengan adil.
o Keinginan nafsu manusia merupakan sesuatu yang kodrati dan positif dan
ini bukan akibat dosa Adam atau hukuman atas dosa itu.
Bonaventura:
o Cinta kasih individu antara suami istri diungkapkan dalam tindakan intim.
o Demi kesetiaan, hubungan intim dianggap sebagai tindakan yang bernilai
dan luhur.
Ajaran Gereja Katolik pada Abad Pertengahan hingga 1960-an menitikberatkan bahwa
perkawinan pada dasarnya adalah baik.
o Hubungan intim di luar perkawinan, percabulan, zina, masturbasi, dan
kegiatan homoseksual tergolong dosa berat.
o Kontrasepsi dan rangsangan-rangsangan yang menimbulkan orgasme tanpa
hubungan intim dianggap sebagai kesalahan berat.
43
KGK 2206: Hubungan keluarga menghasilkan satu kedekatan timbal balik menyangkut perasaan,
kecenderungan, dan minat, terutama kalau anggota-anggotanya saling menghormati. Keluarga adalah satu
persekutuan dengan kelebihan-kelebihan khusus: ia dipanggil untuk mewujudkan “komunikasi hati penuh
kebaikan, kesepakatan suami istri, dan kerja sama orang-tua yang tekun dalam pendidikan anak-anak” (GS
52, 1)
Keluarga adalah satu persekutuan dengan kelebihan-kelebihan khusus: ia dipanggil
untuk mewujudkan “komunikasi hati penuh kebaikan, kesepakatan suami istri, dan
kerja sama orang-tua yang tekun dalam pendidikan anak-anak” (GS 52, 1).
Lumen Gentium 11
Akhirnya para suami-istri Kristiani dengan sakramen perkawinan menandakan mistri
kesatuan dan cinta kasih yang subur antara Kristus dan gereja, dan ikut serta
menghayati misteri itu (lih. Ef 5:32).
Atas kekuatan sakramen mereka itu dalam hidup berkeluarga maupun dalam
menerima serta mendidik anak saling membantu untuk menjadi suci.
Dengan demikian dalam status hidup dan kedudukannya mereka mempunyai kurnia
yang khas di tengah Umat Allah (lih. 1Kor 7:7). Sebab dari persatuan suami-istri itu
tumbuhlah keluarga, tempat lahirnya warga-warga baru masyarakat manusia, yang
berkat rahmat Roh Kudus karena baptis diangkat menjadi anak-anak Allah dari abad
ke abad.
Dalam Gereja-keluarga itu hendaknya orang tua dengan perkataan maupun teladan
menjadi pewarta iman pertama bagi anak-anak mereka; orang tua wajib memelihara
panggilan mereka masing-masing, secara istimewa panggilan rohani.
FC 49
Keluarga dipanggil untuk pengabdian demi pembangunan Kerajaan Allah dalam
sejarah dengan ikut menghayati kehidupan dan misi Gereja.
Untuk lebih memahami dasar, isi dan ciri-ciri khas keikutsertaan itu, kita harus
meneliti sekian banyak ikatan mendalam, yang menghubungkan Gereja dan keluarga
Kristen, serta menjadikan Gereja suatu “Gereja kecil” (Ecclesia domestica),
sedemikian rupa sehingga dengan caranya sendiri keluarga menjadi lambang yang
hidup dan penampilan historis bagi mistri Gereja.
Keluarga Kristen dicangkokkan ke dalam mistri Gereja sedemikian rupa, sehingga
dengan caranya sendiri ikut berperan dalam misi penyelamatan Gereja. Atas kekuatan
Sakramen, suami-istri dan orang tua Kristen dalam status dan cara hidup mereka
menerima kurnia khas mereka sendiri di tengah umat Allah.
KWI (Pedoman Pastoral Keluarga, Art. 15-18)
Keluarga bukan hanya merupakan sebuah komunitas basis manusiawi belaka,
melainkan juga komunitas basis gerejawi yang mengambil bagian dalam karya
penyelamatan Allah
Hidup berkeluarga ini menampakkan hidup Gereja sebagai:
o Suatu persekutuan (Koinonia) dalam bentuk yang paling kecil namun
mendasar,
o yang merayakan iman melalui doa peribadatan (Leiturgia),
o mewujudkan pelayanan (Diakonia) melalui pekerjaan, dan
o memberi kesaksian (Martyria) dalam pergaulan.
o semuanya itu menjadi sarana penginjilan/kesaksian iman (Kerygma) yang
baru.
Gaudium et Spes
Gaudium et spes memberikan landasan penilaian moral sehubungan dengan metode-metode
keluarga berencana. Salah satu landasannya adalah, “tidak hanya tergantung dari maksud yang
tulus atau penilaian alasan-alasan saja.
Moralitas itu harus ditentukan berdasarkan norma-norma yang objektif dan dijabarkan dari
hakikat pribadi serta tindakan-tindakannya; norma-norma itu menghormati arti sepenuhnya yang
ada pada saling penyerahan diri dan pada keturunan manusiawi, dalam konteks kasih yang sejati”
(GS 51).
Humanae Vitae (Paus Paulus VI; 1968)
Setiap tindakan perkawinan (hubungan intim) harus terbuka untuk penurunan hidup (bdk. HV
11). Ajaran ini “berlandas pada dua tujuan yang bertautan erat satu sama lain yang ditetapkan
Allah, yakni unifikasi dan prokreasi, yang melekat pada tindakan perkawinan” (HV 12).
Adalah keliru secara moral apabila setiap tindakan “yang entah mendahului atau selama
pelaksanaan tindakan perkawinan atau sebagai kelanjutan tindakan itu secara khusus bertujuan
menghindari prokreasi, entah sebagai tujuan atau sebagai sarana mencapai tujuan” (HV 14).
Teknologi Kontraseptif
Kontrasepsi alami
Laki-laki: coitus interruptus.
Perempuan: siklus periode subur (ovulasi): kalender, suhu tubuh, sekresi rahim.
Penghalang
Laki-laki: kondom.45
Perempuan: kondom perempuan, diafragma,46 cervical cap47, sponge, spermisida
vagina.
44
Supaya metode yang memerlukan tanggung jawab bersama ini berhasil, sejak masa mudanya, suami-istri
perlu dipersiapkan sanggup menguasai diri
45
Selubung yang ditempatkan di atas penis yang ereksi sebelum penetrasi, mencegah kehamilan dengan
menghalangi jalannya sperma. Biasanya terbuat dari lateks & poliuretan.
46
Cakram karet berbentuk kubah dengan pelek yang fleksibel yang bekerja dalam dua cara untuk mencegah
kehamilan. Diafragma menutupi leher rahim sehingga sperma tidak dapat mencapai uterus, sedangkan krim
atau jeli spermisida yang dioleskan ke diafragma sebelum insersi membunuh sperma.
47
Cangkir karet lunak dengan pelek bulat, yang diukur agar pas di sekitar serviks
Hormonal (mengontrol ovulasi)
Jangka pendek: pil KB48, minipills49, injectable progestin, patch.
Jangka panjang: IUD (hormonal/tembaga), implantable progestin.
Permanen
Perempuan: sterilisasi (tuba falopi)
Laki-laki: vasektomi (vas deferens)
Jenis-jenis parafilia
Eksibisionisme: mendapatkan gairah seksual dengan mengekspos alat kelamin ke
orang asing yang tidak curiga.
Triolisme: bentuk eksibisionisme, ketika dua orang memiliki orang ketiga menonton
aktivitas seksual mereka, orang ketiga kemudian menjadi voyeur.50
Fetishisme: mendapatkan rangsangan seksual menggunakan atau berpikir tentang
benda mati atau bagian dari tubuh. Fetishisme adalah ketika seseorang secara seksual
terpaku pada beberapa objek (disebut jimat) atau di beberapa bagian tubuh orang lain.
Gerontophilia: preferensi seksual kepada orang tua
Frotteurisme: mendapatkan gairah seksual dan kepuasan dengan menggosok alat
kelamin seseorang melawan orang lain di tempat umum
Masokisme: mendapatkan gairah seksual dengan membuat rasa sakit dan/atau
penghinaan yang ditimpakan pada diri sendiri
Necrophilia (thanatophilia): ketertarikan seksual atau tindakan seksual yang
melibatkan mayat
Pedofilia: menginginkan atau melakukan tindakan seksual dengan seorang anak. Ini
juga disebut anak menganiaya
Paederasty: hubungan anal antara dua laki-laki terutama pria yang lebih tua dan laki-
laki. Di sini anak pasif disebut “catamite”
48
Mengandung hormon estrogen dan progestin, harus diminum tiap hari pada waktu yang sama.
49
Hanya mengandung hormon progestin mengentalkan lendir serviks untuk mencegah sperma mencapai
sel telur.
50
Voyeur: seseorang yang mendapat kesenangan seksual dari mengamati orang telanjang atau aktivitas
seksual orang lain.
Sadisme: mendapatkan rangsangan seksual melalui penderitaan pada orang lain.
Sebuah kasus ekstrem sadisme adalah “pembunuhan nafsu” atau “necrosadisme”,
ketika seorang psikotik mendapatkan kesenangan seksual dari pembunuhan dan sering
memutilasi orang lain
Sodomi: seks anal atau oral
Transvestitisme: mendapatkan gairah seksual dari berpakaian dari lawan jenis
Voyeurisme (scoptophilia): mendapat seksual dari mengamati orang telanjang atau
aktivitas seksual orang lain
Mixoscopia: kenikmatan seksual yang diperoleh dari melihat orang lain dalam
hubungan seksual
Zoophilia: fiksasi seksual pada obyek binatang (non-manusia)
Bestialitas: aktivitas seksual lintas spesies antara manusia dan hewan non-manusia
Penyebab parafilia
Menurut psikoanalisis:
o Regresi atau fiksasi pada tingkat perkembangan psikoseksual yang lebih
awal, menghasilkan pola perilaku seksual berulang yang tidak matang dalam
penerapannya dan ekspresinya
o Ekspresi permusuhan di mana fantasi seksual atau tindakan seksual yang
tidak biasa menjadi sarana untuk membalas dendam untuk trauma masa
kecil.
Menurut behavioris: parafilia dimulai melalui proses pengkondisian. Objek non-
seksual bisa menjadi membangkitkan gairah seksual jika sering dan berulang kali
dikaitkan dengan aktivitas seksual yang menyenangkan. 51
Situasi atau penyebab yang mungkin menuntun seseorang ke arah parafilia:
o Orang tua yang menghina dan menghukum bocah kecil karena mondar-
mandir dengan penis yang sedang ereksi.
o Seorang anak muda yang dilecehkan secara seksual.
o Seseorang yang mengenakan pakaian wanita sebagai bentuk hukuman orang
tua.
o Tidak takut akan penampilan atau keintiman seksual.
o Konseling yang tidak memadai.
o Asupan alkohol yang berlebihan.
o Masalah fisiologis52, faktor-sosial budaya, trauma psikoseksual.
51
Parafilia dapat memilih pekerjaan atau mengembangkan hobi atau pekerjaan sukarela, yang menempatkan
mereka dalam kontak dengan rangsangan erotis yang diinginkan, misalnya, menjual sepatu wanita atau
pakaian dalam di fetisisme, atau bekerja dengan anak-anak di pedofilia.
52
Disfungsi ereksi dan ketidakmampuan untuk ejakulasi mungkin umum dalam upaya aktivitas seksual
tanpa tema parafilia.