Anda di halaman 1dari 11

Ringkasan Bahan UAS Filsafat Politik

Fr. Paulus, CSE

Teori Persetujuan (Kontrak Sosial)


 Kontrak sosial: persetujuan sukarela (voluntaris) dari seorang warga negara
kepada negaranya.1
 Setiap individu yang ada dalam Negara telah menyerahkan otoritasnya
kepada Negara  memberikan wewenang kepada Negara untuk mengatur
dirinya.2
 Tiap individu memiliki hak alamiah (kebebasan)  Negara yang mengaku
menerapkan kekuasaan politik atas seseorang tanpa melalui persetujuannya
 tidak berhak memerintah & tidak sah.3
 Kontrak sosial secara praktis: Kontrak sosial = kontrak asali  peristiwa
historis yang nyata terjadi.4
 Kritik Rousseau: kontrak sosial praktis tidak masuk akal!
o Manusia liar dalam keadaan alamiah belum memiliki kesempurnaan
konseptual untuk menciptakan dan menghormati kesepakatan
hukum.
o Keberadaan Negara yang voluntaristik membutuhkan sejenis
persetujuan yang terus menerus/berkelanjutan dari setiap individu
(pemungutan suara)  mungkinkah?5
o Jika setiap orang harus memilih, maka pemungutan suara tidak
dilakukan dengan sukarela  tidak merepresentasikan persetujuan
individu kepada Negara.
o Kewajiban politik hanya ada di mana masyarakat diatur dengan
“demokrasi partisipatoris”.6

Persetujuan Diam-diam
 Persetujuan diam-diam: dengan hidup tenang menikmati perlindungan dari
Negara, secara otomatis seseorang telah memberikan persetujuan secara

1
kekuasaan politik terhadap saya hanya bisa tercipta sebagai konsekuensi dari tindakan yang
saya lakukan secara voluntaris atau sukarela tanpa ada suatu paksaan. Orang lain dapat memiliki
kekuasaan politik terhadap saya hanya jika saya memberikan kekuasaan tersebut kepadanya.
2
Persetujuan ini tidak harus dinyatakan secara eksplisit.
3
Kewajiban politik hanya bisa terwujud melalui persetujuan suka rela.
4
Kontrak sosial sudah ada jauh lebih lama dari pada demokrasi.
5
Bagaimana dengan mereka yang oposisi (anti pemerintah/tidak setuju dengan negara) dengan
pemerintah dan abstain (ilegal)?
6
Demokrasi yang terbentuk ketika seluruh warga negara mengambil peran aktif dalam
pemerintahan.
diam-diam dengan Negara tersebut.7 Ini saja sudah cukup untuk mengikat
setiap individu kepada Negara.
 Kritik Hume:
o Hanya dengan bertempat tinggal di suatu Negara saja tidak dapat
ditafsirkan sebagai bentuk persetujuan.
o Syaratnya telalu berat untuk menyimpulkan bahwa orang yang tetap
tinggal di suatu Negara berarti setuju dengan Negara dan orang yang
tidak setuju harus keluar dari Negara tersebut.8
 Kritik Rousseau:
o Bertempat tinggal merupakan bentuk persetujuan kepada Negara,
namun hal ini hanya berlaku dalam Negara yang bebas saja.
o Adanya keluarga/kepemilikan justru membuat orang tidak bebas
(untuk meninggalkan negara).
 Di dunia modern, persetujuan diam-diam tidak lagi dapat dijadikan sebagai
dasar persetujuan  Negara tidak dapat dijustifikasi dengan ide persetujuan
diam-diam.

Persetujuan Hipotesis
 Dasar: jika kita berada dalam keadaan alamiah kita pasti akan sudah
melakukan kontrak persetujuan untuk menyempurnakan Negara (perasaan).
Itu saja sangat cukup untuk membuktikan bahwa Negara telah dijustifikasi.9
 Argumen Jonathan Wolff: bisa jadi jalan terbaik untuk benar-benar
memahami ketertarikan Anda dengan keberadaan suatu benda adalah dengan
membayangkan ketidakberadaan benda tersebut di sisi Anda.
 Persetujuan hipotesis: sekalipun Anda tidak sedang berada di bawah otoritas
Negara dan entah bagaimana caranya ketika Anda berada kembali dalam
keadaan alamiah maka jika Anda orang yang berakal, Anda pasti akan
melakukan apa saja dengan mengerahkan segala upaya dan kekuatan yang
Anda miliki untuk menciptakan kembali Negara  persetujuan disposisional,
perasaan/kecenderungan untuk setuju.
 Kritik:
o Apakah persetujuan hipotesis = persetujuan voluntaristik?
o Argumen yang didasarkan pada perasaan pada kenyataannya sangat
lemah.
o Disposisi/persetujuan yang tidak diungkapkan jarang
dikenal/digunakan dalam konteks lain selain moral dan hukum.
7
Setiap orang yang memiliki kepemilikan, atau kesenangan hidup, atau apa pun yang menjadi
bagian dari kekuasaan suatu pemerintahan, telah memberikan persetujuan secara diam-diam.
8
Banyak orang memberikan persetujuannya kepada Negara karena tidak ada pilihan lain.
9
Corak negara dan harapan terhadap negara (bukan persetujuan) menjadi dasar utama bagi
justifikasi Negara.
o Mungkin ada orang yang lebih senang tinggal di dalam keadaan
Alamiah  tidak percaya pada Negara.

Teori Utilitarianisme
 Ide dasar: tindakan yang benar secara moral adalah tindakan yang membawa
utilitas (manfaat/keuntungan/kebahagiaan 10) terbesar.11
 Persoalan perbandingan utilitas interpersonal: tata cara membandingkan
kebahagiaan seseorang dengan yang lain.12
 Justifikasi negara: warga Negara harus taat kepada penguasa (hukum &
undang-undang) karena kekacauan yang mungkin terjadi karena ketaatan
kepada penguasa adalah lebih kecil dari pada kekacauan yang mungkin
terjadi karena resistensi. (Jeremy Bentham)13
 Kritik terhadap teori utilitarianisme:
o Utilitarianisme dapat digunakan untuk mengorbankan pihak tertentu
demi keuntungan “terbesar”  pembenaran.
o Utilitarianisme akan sangat melanggar aturan hukum.14
o Utilitarianisme dapat menimbulkan kesengsaraan umum.15 
ketidaknyamanan keadaan asali.
 Utilitarianisme tak langsung:
o Diperlukan seperangkat hukum yang dapat dihormati oleh setiap
individu, meskipun ketika melanggar salah satu bagian dari hukum
tersebut (jika diperbolehkan), dapat meningkatkan kebahagiaan
umum.
o Dasar: mematuhi hukum untuk memaksimalkan kebahagiaan.
 Rakyat wajib untuk patuh terhadap hukum hanya jika itu adalah kepentingan
mereka, karena:

10
Kebahagiaan: kesenangan, kesukaan, preferensi.
11
Utilitarianisme menuntut seseorang untuk melakukan tindakan yang akan menghasilkan
kebahagiaan yang lebih besar di dunia daripada tindakan-tindakan yang lain.
12
Banyak kesulitan: tiap orang memiliki kriteria kebahagiaan sendiri  tidak dapat diterima
secara universal.
13
Saya harus mematuhi hukum jika dan hanya jika kepatuhan saya akan menghasilkan
kebahagiaan yang lebih besar bagi masyarakat daripada ketidakpatuhan saya.
14
Jika seseorang melakukan tindakan yang melanggar hukum yang meningkatkan
kebahagiaannya dan merasa tidak ada seorang pun akan mengalami kehilangan/kerugian yang
nyata, maka utilitarianisme memperbolehkan (bahkan mengharuskan) orang tersebut untuk
melakukannya.
15
Paradoks: ketika setiap individu mencoba untuk meningkatkan kebahagiaan umum secara
bersama-sama, maka saat itu juga akan menimbulkan kesengsaraan umum. Misal: perang.
o Hukum hanya diperkenankan hanya jika hukum tersebut
memberikan kontribusi lebih besar bagi kebahagiaan dibandingkan
dengan jenis hukum lain (atau ketiadaan hukum).
o Hukum seharusnya ditaati karena memang sebagai hukum, dan tidak
dipatuhi hanya demi menghindarkan bahaya yang akan terjadi.
o Hukum seharusnya dicabut/diganti apabila ia gagal melaksanakan
utilitariarisme yang semestinya.
 Argumen utilitarian:
o Masyarakat yang baik secara moral adalah masyarakat yang tingkat
kebahagiaannya paling maksimal. (P1)
o Negara menaikkan tingkat kebahagiaan masyarakat menjadi lebih
baik dibanding keadaan alamiah. (P2)
o Alternatif yang kita miliki hanya ada dua Negara atau keadaan
alamiah. (P3)
o Maka, kita memiliki kewajiban moral untuk membela dan
mewujudkan Negara. (K)
 Kritik terhadap P1:
o Moralitas kaum utilitarian membolehkan atau bahkan menganjurkan
ketidakadilan demi kebahagiaan yang maksimal.
o Utilitarianisme membolehkan ketidakadilan yang besar demi
mendapatkan kebahagiaan umum  masalah kambing hitam.16

Pandangan Politik Sukarno


 Dasar: pidato tanggal 1 Juni 1945  hari lahirnya Pancasila.
o Pidato diberikan pada sidang BPUPKI  persiapan kemerdekaan
Indonesia.
o Isi pidato: fundamen, filsafat, dasar dari Indonesia Merdeka.
 Merdeka = kebebasan politik:
o Bentuk/isi kemerdekaan tiap negara berbeda-beda.17
o Kebebasan politik = jembatan emas menuju kesempurnaan
masyarakat. Kemerdekaan adalah titik awal perjalanan. 18

16
Sering kali orang-orang yang tidak bersalah dikorbankan demi kebahagiaan orang banyak.
17
Sukarno membandingkan negara-negara besar seperti Soviet, Arab Saudi, Cina, Jerman, dll.
pada saat mulai merdeka.
18
Untuk mendirikan negara, tidak perlu menunggu hingga semuanya siap.
o Konsekuensi: Indonesia bisa merdeka sekarang.19 Faktanya,
kemerdekaan dapat terjadi dalam satu malam (tinggal mengganti
orang di pemerintahan).
 Syarat merdeka:
o Sanggup mempertahankan negerinya dengan darah dagingnya
sendiri  masak untuk merdeka.
o Berani merdeka dan menentukan nasib sendiri meskipun masih ada
kekurangan di sana-sini.20
o Hukum internasional: ada bumi, ada rakyat, ada pemerintah yang
teguh.21
 Kemerdekaan adalah syarat, bukan tujuan:
o Soetardjo: merdeka akan terjadi jika tiap orang dalam hatinya
merdeka  kritik Soekarno: sampai kiamat pun tidak akan merdeka!
o Kemerdekaan harus diproklamasikan dulu sebelum hati orang dapat
dimerdekakan.
o Merdeka dulu baru sehat, bukan sebaliknya.
 Dasar (weltanschauung) negara:
o Soekarno membandingkan beberapa dasar negara: Jerman (Nazi),
Rusia (Marxisme), Jepang (Tenoo Koodoo Seishin), Arab Saudi
(Islam), Cina (San Min Chu I).
o Dasar negara harus dipikirkan masak-masak dan dibulatkan sebelum
negara dapat merdeka  butuh waktu lama!
o Sukarno mengusulkan lima dasar negara Indonesia yang dinamakan
Pancasila.22

Dasar 1: Kebangsaan, Nasionalisme


 Syarat bangsa:
o Ernest Renan: kehendak untuk bersatu.23
o Otto Bauer: persatuan nasib  satu sikap.24

19
Sukarno mengkritik catatan PT Ziukyokutyoo yang dianggapnya terlalu zwaarwichtig
(jelimet) karena harus merancang dan menyelesaikan pelbagai urusan sebelum Indonesia
Merdeka.
20
Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa, yang jiwanya berkobar-kobar
dengan tekad “Merdeka, — merdeka atau mati”!
21
Syarat ini sederhana dan diakui dunia internasional. Tidak perlu syarat muluk-muluk seperti
kesehatan, pendidikan, dan ekonomi yang baik.
22
Sukarno telah memikirkan gagasan Pancasila selama berpuluh-puluh tahun, sejak tahun 1918.
23
Satu gerombolan manusia yang mau bersatu, merasa dirinya bersatu.
24
Sukarno mengkritik pandangan Renan dan Bauer karena hanya memperhatikan orangnya
tanpa tempatnya.
o Ki Bagoes Hadikoesoemo: persatuan antara orang dan tempat 
tanah air.25
o Ada kesatuan geografi yang ditentukan Allah  alami. Indonesia
adalah suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera.
 Bangsa Indonesia menurut Sukarno:
o Bangsa Indonesia bukanlah sekedar satu golongan orang yang hidup
dengan kehendak untuk bersatu di atas daerah-daerah kecil (Minang,
Madura, Yogya, dll.).26
o Bangsa Indonesia adalah seluruh manusia menurut geopolitik tinggal
di kesatuan semua pulau-pulau Indonesia (dari Sumatera hingga
Irian).27

25
Antara rakyat dan bumi tidak dapat dipisahkan.
26
Sukarno menentang konsep negara bagian.
27
Negara Kesatuan Indonesia pernah dua kali terwujud: zaman Majapahit dan Sriwijaya.
Kerajaan lain tidak dapat disebut Negara Kesatuan.
Dasar 2: Internasionalisme
 Paham kebangsaan harus seimbang:
o Ekstrem kiri (kosmopolitisme)  tidak ada kebangsaan, yang ada
hanyalah peri kemanusiaan.28
o Ekstrem kanan (chauvinisme)  nasionalisme di atas segala-
galanya, tidak menghormati bangsa lain.29
o Seimbang: internasionalisme  negara merdeka yang menuju pada
kekeluargaan bangsa-bangsa.30
 Antara prinsip nasionalisme dan internasionalisme saling terkait erat:
o Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di
dalam buminya nasionalisme.
o Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam
taman sarinya internasionalisme.

Dasar 3: Mufakat, Perwakilan, Permusyawaratan  Keadilan Politik


 Musyawarat perwakilan = syarat mutlak untuk kuatnya negara Indonesia,
karena negara Indonesia adalah negara “semua buat semua”.31
o Semua permasalahan hendaknya dibicarakan /dimusyawarahkan
/diperjuangkan di dalam Badan Perwakilan Rakyat, termasuk
masalah agama.
o Badan Perwakilan Rakyat mewakili seluruh golongan masyarakat
Indonesia  harus proporsional.
 Tidak ada negara kesatuan yang betul-betul hidup, jika di dalam badan
perwakilannya tidak bergolak mendidih kawah Candradimuka, jika tidak ada
perjuangan paham di dalamnya  keadilan politik.32

Dasar 4: Kesejahteraan  Keadilan Sosial


 Keadilan politik harus dibarengi dengan keadilan sosial  demokrasi politik-
ekonomi.
o Berdirinya Badan Perwakilan tidak serta-merta menjamin
kesejahteraan sosial.33

28
Dr. Sun Yat Sen dalam “San Min Cu I” membongkar pandangan kosmopolitisme yang sempat
merongrong Cina.
29
Chauvinisme melahirkan paham Nazi di Jerman.
30
Merdeka sebagai (salah satu) warga dunia.
31
Kedua golongan (Kebangsaan & Islam) dalam sidang BPUPKI telah sepakat untuk
mendirikan negara “semua buat semua”, bukan hanya untuk golongan tertentu.
32
“Allah memberi pikiran kepada kita, agar dalam pergaulan kita sehari-hari, kita selalu
bergosok, seakan-akan menumbuk membersihkan gabah, supaya keluar dari padanya beras, dan
beras akan menjadi nasi Indonesia yang sebaik-baiknya.”
33
Sukarno berkaca pada negara-negara kapitalis seperti Amerika, Perancis
o Permusyawaratan harus mampu mendatangkan kesejahteraan
sosial.34
 Sukarno menolak bentuk pemerintahan monarki (turun-temurun). Sukarno
mendukung bentuk pemerintahan demokrasi, namun harus demokrasi politik-
ekonomi.

Dasar 5: Ketuhanan (yang Berkebudayaan)


 Indonesia = negara yang bertuhan.
o Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang
Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri.
o Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya
dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa.35
o Pemeluk agama hendaknya menjalankan agamanya dengan cara
yang berkeadaban  hormat menghormati satu sama lain.
 Tujuan prinsip ketuhanan: Indonesia menjadi negara bertuhan, di mana
segenap agama yang ada mendapat tempat yang sebaik-baiknya.36

Tri-sila
 Dasar kebangsaan & internasionalisme  kebangsaan sosial (socio-
nationalisme).
 Dasar demokrasi dan keadilan sosial  demokrasi sosial (socio-demokratie).
 Ketuhanan yang menghormati satu sama lain.

Varia
 Sukarno lanjut meringkas trisila menjadi ekasila, yakni Gotong Royong.37
 Sukarno bersyukur bahwa Indonesia merdeka pada masa yang sulit
(peperangan)  Indonesia gemblengan  Indonesia yang kuat.
 Sukarno menekankan pentingnya perjuangan.
o Tidak ada satu weltanschauung yang dapat menjadi kenyataan tanpa
perjuangan.
o Tanpa perjuangan, tidak ada satu hal agama, tidak ada satu cita-cita
agama yang dapat menjadi kenyataan.38
o Di dalam Indonesia Merdeka, perjuangan belum berakhir.
Perjuangan harus berjalan terus, hanya lain bentuknya.

34
Rakyat Indonesia merindukan kesejahteraan sosial  konsep Ratu Adil.
35
Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada “egoisme-
agama”.
36
Bersama prinsip musyawarah.
37
Meskipun demikian, prinsip ini tidak mampu mencakup seluruh Pancasila.
38
Jangankan buatan manusia, perintah Tuhan dan cita-cita-Nya pun tidak dapat menjelma
menjadi kenyataan tanpa perjuangan umat beriman.
Negara Menurut Plato
 Sumber: buku Republik.39
 Alasan perlunya negara:
o Tiap orang memerlukan makanan untuk hidup.
o Negara ada untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup tersebut
 mendistribusikan makanan.
 Ilustrasi tubuh manusia:
o Kepala: akal  kebijaksanaan  pemimpin.
o Dada: kehendak  keberanian  penjaga.
o Perut: nafsu  kesopanan, pengendalian diri  pekerja.
 Syarat negara yang baik:
o Ada kesadaran dari masing-masing kelompok akan tempat mereka
 keadilan.40
 Pemimpin memimpin dengan cakap dan bijaksana dan
membuat undang-undang.
 Penjaga berperang dengan berani, mempertahankan negara dari
serangan musuh, memastikan undang-undang terlaksana
dengan baik, memperluas negara.41
 Pekerja bekerja dengan rajin, menyediakan kebutuhan hidup
bagi warga. Mereka harus bisa mengendalikan diri dari
keinginan dan nafsu.42
o Dipimpin oleh akal (kepala), bukan kehendak, apalagi nafsu.43
o Mengedepankan prinsip kebajikan dan keutamaan (pengetahuan),
namun tidak mengabaikan perasaan  pendidikan.
 Pendidikan bukan saja berurusan dengan peningkatan
kemampuan akal budi manusia tetapi juga memberi bimbingan
kepada perasaan yang lebih tinggi supaya mengarahkan diri
pada akal budi sehingga dapat mengendalikan keinginan atau
hawa nafsu  filsafat.

39
Dibanding dengan Aristoteles Plato adalah yang terbesar dalam sejarah pemikiran klasik
Yunani dalam bidang politik. Kalau Aristoteles besar dalam pengetahuan, Plato dalam Politik.
40
Keadilan dalam Negara hanya dapat tercipta jika setiap orang mengerjakan bagian dan
fungsinya masing-masing dengan baik tanpa mengambil tugas orang lain.
41
Plato melegitimasi perang sebagai tugas pokok para penjaga.
42
Pekerja harus diawasi oleh penjaga agar tidak mengambil hak orang lain dan saling melukai.
Pekerja adalah alat semata untuk kesejahteraan negara  mengakui perbudakan.
43
Terciptanya Negara yang baik atau harmonis bergantung pada penggunaan akal budi.
Sebagaimana kepala mengatur tubuh, maka para filsuf menjadi pemimpin ideal  raja filsfuf.
 Akal tidak dapat berdiri sendiri. Ia memerlukan dukungan-
dukungan perasaan yang lebih tinggi, yang diarahkan kepada
hal-hal yang benar  seni.44
o Memiliki bentuk pemerintahan yang sesuai dengan keadaan yang
nyata:
 Jika ada undang-undang  monarki.
 Jika tidak ada undang-undang  demokrasi.45
 Pemimpin yang baik: raja filsuf.46 Syarat:
o Mengerti sepenuhnya prinsip kebajikan.47
o Memiliki keutamaan untuk memerintah, terutama keadilan.

Hukum Menurut Plato


 Sumber: buku Nomoi.48
 Perlunya hukum:
o Tujuan negara: mendidik warga untuk mencapai kebajikan bersama
dan tidak mengutamakan kepentingan sendiri.
o Agar tujuan ini tercapai, negara harus membuat
peraturan/perundangan  hukum.49
o Negara ideal tidak saja bergantung pada pemimpin ideal, yaitu raja
filsuf, melainkan pada hukum yang mendasari Negara tersebut.
 Pandangan hukum Plato (Thomas Pureklolon):
o Tujuan hukum: membentuk manusia sepenuhnya lebih baik.50
o Ada hubungan erat antara hukum dan moral.51
o Setiap manusia memiliki hak yang sama di mata hukum. Hukum
yang buruk sama saja dengan tidak ada hukum.
 Teori hukum Plato (Hutington Cairns):
o Hukum merupakan tatanan terbaik untuk menangani fenomena dunia
yang penuh dengan situasi ketidakadilan.

44
Bagi Plato, politik adalah seni. Ia menyangkut pikiran sekaligus perasaan  keharmonisan.
45
Demokrasi tradisional/kuno, belum ada trias politika. Bdk. Politeia.
46
Negara yang tidak diperintah oleh filsuf akan jatuh pada pemimpin yang rakus dan jahat 
tiran.
47
Mereka harus memahami berbagai gejala penyakit masyarakat, mendeteksinya sejak dini dan
mencari cara menyembuhkannya.
48
Buku sini memperlihatkan idealisme Plato terealisir dalam dunia nyata (realisme).
49
Negara memiliki legitimasi pembuat dan penjaga hukum untuk mengatur kehidupan warganya
agar hawa nafsunya dapat dibatasi atau dapat diarahkan kepada dan dengan cara bijaksana.
50
Hukum bukan saja sebagai pengatur tatanan kehidupan melainkan juga menjadi obat.
51
Pemberlakuan hukum harus berdasarkan moral yang menjadi pegangan kehidupan untuk
memperoleh keadilan.
o Aturan-aturan hukum harus dihimpun dalam suatu kitab, agar tidak
muncul kekacauan hukum.52
o Setiap undang-undang harus didahului oleh preambule yang berisi
motif dan tujuan undang-undang tersebut.
o Tugas hukum: membimbing warganya pada suatu hidup yang saleh
dan sempurna.
o Orang yang melanggar undang-undang harus dihukum, namun
hukuman ini bukanlah pembalasan.53
 Hukum mengandaikan pemberi hukum yang lebih tinggi dari manusia 
hukum ilahi.
o Hukum berupa perintah moral. Perintah ilahi tidak menentukan
moralitas namun lebih menunjukkan isi/inti moralitas.
o Pemberi hukum yang baik menugaskan orang baik untuk
memerintah dan membiarkan orang yang jahat untuk tetap hidup
serta membuat mereka tunduk secara voluntaris/rela untuk
diperintah.54
o Yang dibutuhkan: kekuasaan untuk memastikan semua orang
menaati hukum.

52
Hukum haruslah tertulis dan dapat dirujuk.
53
Pelanggaran = penyakit intelektual karena kebodohan. Hukum = mendidik dan memperbaiki
moral  obat untuk menyembuhkan. Jika penyakit tidak dapat disembuhkan, orang harus
dibunuh!
54
Pemimpin dengan karakter memusnahkan orang-orang jahat tidak akan membuat kejahatan
hilang, karena tidak ada seorang pun yang mampu mengubah sifat buruk seseorang kecuali
orang itu sendiri!

Anda mungkin juga menyukai