Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP DASAR ILMU PENGETEHUAN DAN AGAMA BUDDHA

DOSEN PEMBIMBING

Sri Setyasih M.Pd

DISUSUN OLEH

MAULANA REVI FERINDRA

NIM : 202304043

STAB NEGERI RADEN WIJAYA


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah melimpahkan hidayah nya
sehingga penyelesaian makalah Konsep Dasar Ilmu pengetehuan dan Agama Buddha bisa
berjalan dengan lancar.

Makalah ini disusun dengan lengkap dan detail, sehingga orang yang masih awam dapat
memehami informasi yang berkaitan dengan Ilmu pengatahuan dan Agama Buddha. Kami juga
menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang sudah berkontribusi dalam
penyelesaiyan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kmi mohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan kata , sehingga kami membuka dan
menerima keritik dan sran bagi seluruh pembaca .

Akhir kata kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan memberin inspirasi
bagi seluruh orang yang membaca.
DAFTAR ISI

Judul utama......................................................................................................................................1

Kata pengantar.................................................................................................................................2

Daftar isi...........................................................................................................................................3

BAB 1 : PENDAHULUAN ..........................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................................4

BAB 2 : PEMBAHASAN .............................................................................................................5

2.1 AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN...................................................5

2.2 KONSEP PENGETAHUAN DALAM AGAMA BUDHA........................................12

2.3 KONSEP DASAR ILMU PENGETEHUAN DAN AGAMA BUDDHA.................13

2.4 PENGETAHUAN DAN AGAMA BUDDHA DAPAT BERDAMPINGAN............14

2.5 PANDANGAN AGAMA BUDDHA PADA ILMU


PENGETEHUAN ....................15

BAB 3 : PENUTUP .....................................................................................................................16

3.1 KESIMPULAN ...........................................................................................................17

3.2 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................18


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama Buddha telah menjadi topik diskusi yang
semakin diperbincangkan. Beberapa orang berpendapat bahwa keduanya bertentangan satu sama
lain. Namun, ada juga pandangan yang menyatakan bahwa agama Buddha dan ilmu pengetahuan
memiliki kesamaan dan saling melengkapi.

Salah satu kesamaan antara ajaran Buddha dan ilmu pengetahuan adalah keduanya
menekankan pentingnya penyelidikan dan penelitian. Dalam agama Buddha, terdapat ajaran
Dhamma-Vicaya yang mendorong penyelidikan terhadap esensi yang netral, dengan objek utama
penelitian adalah diri sendiri. Hal ini sejalan dengan pendekatan ilmiah yang juga
mengedepankan penyelidikan dan penelitian untuk memahami fenomena alam.

Selain itu, agama Buddha juga memiliki ajaran-ajaran filosofis dan psikologis yang berbagi
kesamaan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis modern. Misalnya, pada tahun 1993, sebuah
model yang disimpulkan dari teori perkembangan kognitif Jean Piaget menyatakan bahwa
Buddhisme merupakan suatu cara berpikir keempat di luar kekuatan gaib, ilmu pengetahuan, dan
agama.

Agama Buddha juga telah digambarkan sebagai rasional dan nondogmatis, dengan bukti
bahwa ini merupakan argumen dari periode paling awal dalam sejarahnya. Hal ini menunjukkan
bahwa ajaran Buddha dapat diterima dan dipahami melalui penalaran dan akal sehat, sejalan
dengan pendekatan ilmu pengetahuan yang juga mengedepankan rasionalitas..

Namun, perlu diingat bahwa agama Buddha dan ilmu pengetahuan memiliki fokus yang
berbeda. Agama Buddha lebih berorientasi pada pencapaian kebijaksanaan dan pembebasan dari
penderitaan, sementara ilmu pengetahuan lebih berfokus pada pemahaman dan penerapan
pengetahuan tentang dunia fisik dan alam. Meskipun demikian, kedua bidang ini dapat saling
melengkapi dalam upaya manusia untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang dunia
dan diri mereka sendiri.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN

Banyak umat Buddha yang percaya bahwa Agama Buddha di dalam membicarakan tata
kesunyataan, membahasnya secara tertentu, sedang ilmu pengetahuan (science) di dalam
membicarakan tata kesunyataaan, membahasnya secara tertentu, lainnya lagi. Beberapa orang
dalam membicarakan keduanya menyimpulkan lebih lanjut, dengan mengatakan bahwa agama
Buddha dan ilmu pengetahuan itu bertentangan, satu terhadap yang lainnya. Untuk hal
sebagaimana tersebut, para sarjana apabila diminta memikirkan semua aspek dari agama
Buddha, mengatakan bahwa memikirkan hal yang demikian itu merupakan hal yang nonsen.

Saya pikir, keduanya, baik umat Buddha, maupun para sarjana, mengalami salah pengertian,
mengenai pandangannya, yang satu terhadap yang lainnya. Jika saya diminta untuk
mendefinisikan keduanya yaitu ilmu pengetahuan dan agama Buddha, maka pertama saya akan
menunjukkan terlebih dahulu bahwa agama Buddha juga suatu ilmu pengetahuan. Saya percaya
bahwa apabila hal ini diketahui, agama Buddha akan memperoleh kedudukan yang sangat
penting, dan mempunyai pengaruh yang besar di Dunia Barat, karena memang Agama Buddha
memiliki persyaratan untuk layak menerima kedudukan yang demikian.

Kita semua, umat Buddha dan para sarjana, di Dunia Timur dan Barat, adalah sama-sama
manusia biasa, memiliki indera penerima yang sama, mempunyai anggota tubuh yang sama, dan
memiliki syaraf sentral yang sama, dan dahulunya pernah sama-sama menjadi anak. Selagi masih
anak-anak, kita telah belajar dengan semua peralatan yang dapat kita peroleh. Kita telah
menggunakan indera-indera penerima kita, untuk memperoleh informasi-informasi dari dunia,
termasuk juga mengenai tubuh kita sendiri. Kita melihat dan mendengar, merasa, mengecap, dan
mencium sesuatu. Kita telah melakukan aksi-aksi di dunia kita, untuk mengadakan eksplorasi,
mengadakan eksperimen-eksperimen dan menemukan sesuatu, serta telah mengadakan observasi
terhadap hasil-hasil aksi-aksi kita. Akhirnya, kita telah belajar berbicara dan berhitung. Kita telah
belajar memberi deskripsi atas persepsi dalam simbol-simbol, yang menyangkut dunia, angka-
angka, dan diagram-diagram, serta kita telah mengaplikasikannya dalam landasan logika
terhadap simbol-simbol tersebut dan mengonstruksikannya dalam kepala kita sebagai suatu
model simbol dari alam semesta, termasuk diri kita sendiri.

Ilmu pengetahuan (science) secara aksara, berarti pengetahuan (knowledge). Secara


sederhana, ilmu pengetahuan itu dapat kita terangkan sebagai ilmu pengetahuan tentang
kesunyataan (truth) yang berisi pemahaman terhadap alam semesta, yang haruslah dapat kita
definisikan seteliti dan sepenuh mungkin, serta yang kita capai pemahamannya melalui
penggunaan indera-indera penerima kita, anggota-anggota tubuh kita, serta otak kita, secara
serempak. Itu adalah pengenalan atau pemahaman kita yang menyangkut penggunaan semua
kemampuan manusia, dan usaha-usaha sebijaksana dan seteliti mungkin, yang kita telah pikirkan
mendalam terhadap semua bukti-bukti yang dapat kita kumpulkan, mengenai alam semesta dan
isinya, termasuk diri kita.

Di dalam prakteknya, menyangkut sejumlah besar hasil observasi banyak orang, yang
dilakukan secara teliti, setapak demi setapak, mengenai keseluruhan alam semesta, dengan
eksperimen-eksperimen dan dengan mengobservasi hasil-hasilnya, disertai kegiatan
mendeskripsi apa yang telah diobservasi, yang dilakukan secara hati-hati, dengan penggunaan
metode terpilih, dengan menggunakan simbol-simbol yang telah distandardisasi, yang disusun
dan diatur dengan logika yang sangat ketat. Para sarjana merupakan putra-putra masa yang akan
datang.

Beberapa orang pada semua periode sejarah telah melakukan observasi-observasi yang sangat
teliti, telah menemukan penemuan-penemuan, sebagai hasil dari penggunaan akal secara brilian.
Ilmu pengetahuan adalah penggabungan bersama-sama atas semua observasi, penemuan
deskripsi dan analisa, yang demikian, dan senantiasa secara terus menerus mengumpulkan hasil-
hasil penyelidikannya, menjadi semakin banyak lagi, serta pengantar untuk saling berhubungan
yang satu dengan lainnya, untuk dapat menciptakan pemahaman yang paling baik atas alam
semesta, yang telah dicapai oleh umat manusia.

Oleh karena itu, prasangka yang buruk terhadap ilmu pengetahuan kita merupakan sikap yang
tak memiliki dasar yang kuat, karena berarti berprasangka buruk terhadap isi pengertian-
pengertian manusia. Ilmu pengetahuan, itu menurut definisinya, tidak dapat memisahkan, atau
melalaikan, sesuatu bukti, dan tidak dapat melalaikan penggunaan metode-metode yang telah
dimiliki oleh manusia tidak merupakan pandangan yang sempit terhadap alam semesta, serta
juga tidak menggunakan metode yang sempit. Apabila kita dapat merasa gembira dan merasa
sangat tenteram, dengan memiliki ilmu pengetahuan, telah dapat memberikan sumbangannya,
seperti yang diharapkan oleh para sarjana dan ini menjadi tantangan bagi para sarjana untuk
memberikan bukti-buktinya.

Pada umumnya, religi-religi, atau Agama-Agama, berkeadaan berbeda dari ilmu pengetahuan,
dalam hal ini bahwa agama itu mempercayai terdapatnya sesuatu, sejenis pengetahuan, yang di
luar kemampuan manusia untuk mengalaminya. Filosofi, atau ilmu filsafat, umumnya, hanya
mempergunakan beberapa bukti, yaitu yang dapat dicapai melalui intelek, dan tidak
memperhatikan penggunaan observasi-observasi dan eksperimen-eksperimen. Para penganut
religi dan filosofi yang demikian itu, kala berbicara atau memberikan berbagai jenis dan tingkat
kesunyataan, sikapnya menentang kesunyataan yang didapat oleh sarjana.

Kita ketahui, dan yang barangkali para sarjana tidak mengetahuinya bahwa Agama Buddha
itu bukan merupakan religi atau filosofi, yang sifatnya seperti religi atau filosofi yang lain-
lainnya. Agama Buddha tidak seperti disiplin akademis, yang hanya menggunakan kata-kata dan
lambang-lambang, yang dicantumkan pada lembaran kertas kerjanya saja. Dalam Buddhisme,
Sang Buddha tidak didewa-dewakan oleh para penganutnya. Dalam ajaran Sang Buddha, Sang
Buddha bukan berasal dari sumber yang sifatnya ekstrasensoris. Walaupun sangat luar biasa
kehebatannya, Sang Buddha adalah tetap manusia biasa, dan kemampuannya juga merupakan
hasil belajarnya, yang dengan mempergunakan semua yang dapat beliau gunakan: indera-indera,
reseptornya, anggota-anggota tubuhnya, dan otaknya.

Selanjutnya, kami dapat mengatakan dengan jelas, bahwa Buddhisme itu membicarakan
pengetahuan yang sama, seperti yang dibicarakan oleh ilmu pengetahuan, ialah ilmu
pengetahuan yang dapat didekati oleh manusia.

Pangeran Siddhartha, yang kemudian mencapai tingkat kebuddhaan, dibesarkan dalam tradisi
Hindu, yang banyak membicarakan tentang pengalaman manusia, yaitu kehidupan manusia
mengalami segala sesuatu: sensasi-sensasi, persepsi-persepsi, ingatan, emosi dan lambang-
lambang. Orang Hindu telah mengadakan observasi bahwa pengalaman manusia, secara normal,
berada dalam keadaan disorganisasi, mengalami kekacauan jiwa, yang tak henti-hentinya, dari
keragu-raguan, ketakutan, waswas, menyesal, teror, dan keinginan-keinginan yang menyala-
nyala, yang di luar pengontrolan diri. Walaupun hal-hal demikian dialami secara umum oleh
manusia, dalam tingkatan yang sukar ditentukan tinggi-rendahnya, orang Hindu melihatnya
sebagai suatu keadaan semacam sakit, lalu mereka memperkembangkan teknik-teknik
penenangan, yang mirip dengan akhir-akhir ini Dunia Barat mencarinya dalam penggunaan obat-
obat penenang.

Walaupun Pangeran Siddhartha, yang hidup dalam kemewahan, dilindungi keamanan secara
ketat, dan dalam keadaan serba kecukupan segala-galanya, namun beliau dapat menyadari
sepenuhnya akan pengalaman tentang disorganisasi kepribadian, atau sakitnya jiwa, pada diri
kebanyakan orang, yaitu dengan adanya perasaan-perasaan tidak puas dan tidak tenang.
Kemudian beliau memutuskan untuk memberikan kesembuhannya secara tuntas.

Oleh karena itu, pokok pembicaraannya, adalah pengalaman dan tujuannya adalah
memahaminya, serta menyembuhkan penyakit-penyakit yang secara umum diderita semua
manusia, yang diistilahkan dengan Dukkha.

Yang dihadapi dan ditemukannya tersebut, adalah teori yang logis dan yang diutarakan secara
teliti. Sang Buddha telah mewariskan semua teori dan metode kepada para pengikutnya, dalam
bahasa yang mudah dipahami, tanpa ada sesuatu yang tidak diberikan atau disembunyikan.

Sudah selama dua setengah ribu tahun, karya Sang Buddha telah diuji dan dikembangkan oleh
banyak manusia, yang kita miliki sejumlah besar ingatan tentang perjuangannya untuk
memahami dan untuk mengubah pengalaman-pengalamannya. Beliau tidak melalaikan
informasi-informasi yang ada, tetapi mengumpulkan. Semua informasi itu untuk beliau cari
keterangannya dengan jelas mengadakan analisa yang logis. Pangeran Siddhartha juga tidak
menolak metode-metode yang ada, dan mencoba metode tersebut, hingga terbukti bahwa metode
itu tidak benar, atau tidak baik. Beliau selalu mengobservasi pengalaman beliau sendiri, dengan
keadaan tidak terikat dan dengan kejujuran yang ketat, tidak memanjakan diri. Akhirnya, setelah
mencoba segala sesuatu, beliau menemukan jalan yang tepat dan dapat menyembuhkan
pengalamannya yang dinamakan dukkha.
Beliau lalu mendirikan di atas semua pemikiran yang brilian, dan dalam waktu tersebut, sudah
ribuan orang yang berhasil dalam mengubah pengalaman-pengalaman mereka, sesuai yang
dikatakan oleh Sang Buddha.

Karena metode ini, karena sikap mentalnya yang berpijak di bumi yang nyata, karena jiwa
yang bebas menanyakan segala sesuatu, yang digabungkannya dengan teori yang logis, dengan
observasinya yang tajam dan teliti, serta dengan aplikasinya yang praktis, yang menyebabkan
Buddhisme di masa-masa yang lampau, begitu sukar untuk diklasifikasi. Atas dasar keterangan
yang jelas mengenai definisinya, maka dapatlah kita lihat dan pahami bahwa Buddhisme itu
memiliki ciri-ciri yang sama seperti ciri yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan. Saya tidak melihat
alasan-alasan, dan saya heran, mengapa Buddhisme itu tidak diistilahkan sebagai ilmu
pengetahuan. Buddhisme, bagi saya, merupakan agama yang sifatnya tidak seperti agama-agama
lain, pun juga merupakan filosofi, yang memiliki sifat-sifat tersendiri, Buddhisme itu seakan-
akan merupakan suatu ilmu pengetahuan.

Karena materi kasarnya bagi studi dan terapinya adalah pengalaman, Buddhisme dapat
diistilahkan sebagai ilmu pengetahuan tantang pengalaman.

Yunani kuno, lama setelah munculnya Hinduisme, mulai tertarik perhatiannya kepada psyche,
yang mereka lihat sebagai suatu esensi roh (= soul) atau semangat (spirit), yang membuat benda-
benda itu hidup. Pada abad ke tujuh belas Masehi, di Inggris istilah Psyche memperoleh
tambahan arti, yaitu sebagai jiwa (= mind). Kemudian di dalam abad yang sama, muncul untuk
pertama kalinya, istilah psychology, suatu gabungan perkataan psycho dan logy, yang berarti
studi tentang roh atau jiwa manusia (the study of the human soul or mind).

Psychology itu tetap merupakan gabungan antara religi dan philosophy, sampai abad ke-19.
Lalu menjadi ilmu pengetahuan, dengan meninggalkan konsep roh (= soul), dan bahkan
kemudian meninggalkan konsep jiwa (= mind), untuk akhirnya mengonsentrasikan perhatiannya
pada studi tentang pengalaman. Orang-orang seperti Wundt, dan kemudian Freud dan para
penganutnya, mengambil pengalaman sebagai subyek penyelidikannya, dan mempelajarinya
dengan metode introspeksi.

Oleh karena itu, ilmu pengetahuan tentang pengalaman, lalu tersusun kembali secara
keseluruhan. Adalah menarik untuk diketahui bahwa saat itu mungkin merupakan sejarah
barunya dari psikologi, yaitu karena kena pengaruh dari Dunia Timur, atau barangkali karena
terpengaruh filsafat saat itu, psikologi sebagian mengalami perubahan dari studi terhadap roh,
menjadi ilmu pengetahuan instrospektif tentang pengalaman.

Selama masa abad sekarang ini, psikologi telah meluas dan mencakup juga studi tentang
tingkah laku, sehingga sekarang telah diterima secara umum bahwa psikologi telah menjadi ilmu
pengetahuan tentang pengalaman dan tingkah laku (the science of experience and behaviour).
Namun, psikologi masih terlekati oleh nama yang kurang baik, yaitu faktanya, berdasarkan arti
aksaranya psikologi berarti suatu studi tentang roh atau jiwa (study of soul or spirit).

Psikologi tidak hanya studi tentang pengalaman dan tingkah laku saja, tetapi seperti
Buddhisme, juga berusaha untuk mengubah pengalaman dan tingkah laku. Ahli ilmu jiwa sangat
menyadari bahwa ilmu pengetahuan psikologi, lebih dari pada hanya merupakan ilmu
pengetahuan yang biasa. Seperti Buddhisme, haruslah dapat memunculkan suatu cara kehidupan
yang baru, suatu filsafat kehidupan yang baru, nilai-nilai yang baru, dan kode tingkah laku yang
baru.

Buddhisme dan psikologi yang introspektif memiliki landasan yang sama juga memiliki
aktualitas atau sekup yang ideal sama. Kiranya orang tidak perlu khawatir, bahwa Buddhisme itu
akan dijadikan bagian psikologi, atau diterangkan berdasarkan teori-teori psikologi.

Diterimanya Buddhisme sebagai ilmu pengetahuan tentang pengalaman, itu menyebabkan


diperlukannya penulisan kembali dan pemikiran ulang keseluruhan sejarah dan garis arah
perkembangan psikologi. Namun, psikologi pun terasa kuno dan perlu diganti tanpa akan banyak
yang menentangnya.

Perlu diketahui bahwa orang-orang Hindulah, bukan orang-orang Yunani, yang telah
meletakkan dasar untuk studi tentang pengalaman. Juga perlu diketahui bahwa Buddhismelah,
bukan Psikologi yang merupakan ilmu pengetahuan tentang pengalaman, dan Pangeran
Sidhartalah yang menjadi pendiri dan Bapak dari ilmu pengetahuan tersebut, bukan Wundt atau
Freud. Penemuan Pangeran Siddhartha tentang cara penyembuhan yang radikal, untuk
menyembuhkan disorganisasi mental, atau penyakit-penyakit jiwa, adalah cukup sempurna dan
lengkap, bahkan tanpa ditambah dengan sumbangan cara-cara penyembuhan yang lainnya pun,
mampu menyembuhkan kepribadian yang mengalami disorganisasi, sehingga beliau benar-benar
merupakan tokoh paling besar yang belum ada tandingannya. Apakah Buddhisme itu secara
historis, bertanggung jawab atas munculnya psikologi yang ilmiah, atau tidak, itu tidak
mengubah fakta, bahwa psikologi hanya merupakan perluasan masa belakangan, dari
Buddhisme.

Apabila hal-hal tersebut telah diketahui, Buddhisme tentu memperoleh kedudukan yang
sangat penting di Dunia Barat, dan ilmu pengetahuan Dunia Barat tentu akan memperoleh teori
dan terapi tentang pengalaman, yang jelas, pada suatu waktu, masih sedikit yang dimilikinya itu.

Apabila kita renungkan secara mendalam antara Buddhisme dan Psikologi mempunyai
persamaan pada tujuan akhir yaitu bagaimana mengarahkan emosi ke arah yang lebih matang.
Dalam bahasa Buddhisnya dikenal sebagai pengendalian diri sedangkan dalam bahasa Psikologi
dikenal sebagai istilah kecerdasan emosional.

Emosi berasal dari bahasa latin motere yang berarti bergerak. Emosi adalah perasaan lubuk
hati, naluri tersembunyi dan sensasi emosi. Jadi, emosi adalah: Kemampuan mengetahui apa
yang Anda rasakan, kemampuan menerima dan merasakan rasa nyaman dengan semua perasaan
yang diidentifikasi.

Kecerdasan emosional adalah memahami, mengindra, memahami dan dengan efektif


merupakan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi informasi dan pengaruh.
Kecerdasan Emosional ini dapat diaplikasikan baik dalam diri sendiri ataupun kepada orang lain.
Ini sangat sesuai dengan kaidah Buddhisme bahwa sebaiknya orang terlebih dahulu
meningkatkan batinnya dan memancarkannya secara universal kepada semua makhluk. Untuk
peningkatan batin seseorang maka perlu adanya kesadaran diri yang mencakup kesadaran emosi,
penilaian pribadi, percaya diri. Pengaturan diri yang meliputi pengendalian diri, dipercaya,
waspada, adaptif dan inovatif, serta Motivasi atau dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif dan
optimis.

Adapun untuk seseorang yang cerdas emosinya akan selalu: Empati yaitu memahami orang
lain, memberikan pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman ini telah
diajarkan oleh Buddha Gotama 2500 tahun yang lalu sebelum para ahli psychology
merumuskannya dalam ajaran Metta dan Karuna. Selain itu juga adanya keterampilan
sosial yang meliputi pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator, perubahan, manajemen
konflik, pengikat jejaringan, kolaborasi dan kerja tim, semua memerlukan kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosi, yang dalam bahasa Buddhis dikatakan sebagai pengendalian diri ini akan
bermanfaat sebagai energi pengaktif untuk nilai etika, kesadaran diri menuju kebahagiaan,
membangkitkan intuisi. Sedangkan rasa ingin tahu, membantu Intelegensia Ouestient (IQ) dalam
memecahkan masalah penting dan untuk meningkatkan kinerja intelektual.

2.2 KONSEP PENGETAHUAN DALAM AGAMA BUDDHA

Agama Buddha dan ilmu pengetahuan memiliki hubungan yang erat dan saling mendukung.
Beberapa konsep dalam Agama Buddha dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan modern,
sementara ilmu pengetahuan juga dapat membantu dalam pemahaman dan pengembangan
ajaran-ajaran Agama Buddha. Berikut adalah beberapa poin yang menjelaskan konsep ilmu
pengetahuan dan Agama Buddha

Banyak umat Buddha percaya bahwa Agama Buddha membahas tata kesunyataan secara
tertentu, sementara ilmu pengetahuan membahasnya secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa
keduanya memiliki fokus yang berbeda, namun tetap saling terkait dalam pemahaman tentang
realita

Ajaran-ajaran filosofis dan psikologis dalam Agama Buddha memiliki kesamaan dengan
pemikiran ilmiah dan filosofis modern. Misalnya, Agama Buddha mendorong penyelidikan
terhadap esensi yang netral, yang mirip dengan pendekatan ilmiah dalam penelitian objek.

Pada tahun 1993, sebuah model yang disimpulkan dari teori perkembangan kognitif Jean
Piaget menyimpulkan bahwa Buddhisme merupakan suatu cara berpikir keempat di luar
kekuatan gaib, ilmu pengetahuan, dan agama. Hal ini menunjukkan bahwa Agama Buddha
memiliki konsep-konsep yang dapat diterapkan dalam pemahaman tentang dunia dan kehidupan
manusia.

Pada tahun 1974, guru Buddhis Kagyu Chögyam Trungpa meramalkan bahwa "agama
Buddha akan datang ke Barat sebagai psikologi". Pandangan ini menunjukkan bahwa konsep-
konsep Buddhis dapat diterapkan dalam pemahaman tentang pikiran dan perilaku manusia, yang
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi.

Agama Buddha mendukung dan telah mengembangkan ilmu pendidikan sebagai upaya
meningkatkan kualitas diri manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Agama Buddha tidak hanya
berkaitan dengan aspek spiritual, tetapi juga memiliki peran dalam pengembangan pengetahuan
dan pemahaman manusia secara umum.

2.3 KONSEP DASAR ILMU PENGETAHUAN DAN AGAMA BUDDHA

Agama Buddha dan ilmu pengetahuan memiliki beberapa konsep dasar yang berkaitan,
seperti yang dijelaskan dalam beberapa sumber. Berikut adalah beberapa konsep dasar yang
terkait dengan agama Buddha dan ilmu pengetahuan

 PENGETAHUAN : Agama Buddha membicarakan pengetahuan yang sama dengan


yang di biacarakan pengetahuan, Buddha selalu menegaskan bahwa semua ilmu
pengetahuan dan pengalaman diperoleh melalui pendidikan dan belajar.
 TATA KESUNYATAAN : Agama Buddha membahas tentang Kesunyataan secara
tertentu, sedangkan ilmu pengetahuan bembahas secara umum.
 PENDIDIKAN : Budda sebagai guru dewa dan manusia menerapkan pendidikan dan
belajar.
 RELEVENSI : Konsep konsep dalam Buddhadharma memeiliki relevensi dan konsep
konsep yang menjadi prinsip prinsip ilmu pengetehuan dan berbagai dimensinya
 KEYAKINAN : Dalam agama Buddha adalah yakin terhadap tritana dan tiga mustika,
yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha, meyakini sebuah agama menjadi pusat pedoman
tingkah laku bagi mereka yang meyakuninya.

Dalam agama Buddha memiliki keyakinan terhadap Buddha diibaratkan seperti seseorang yang
belum pernah melihat dalam luasnya samudra, akan tetapi dengan melihat beberapa aliran sungai
yang mengerah ke sana, hal ini menunjukan kepada saddha menjadi penting dalam keimanan
umat buddha, kerena menjadi dasar tindakan yang lainya.
2.4 PENGETAHUAN DAN AGAMA BUDDHA DAPAT BERDAMPINGAN

Agama buddha dan ilmu pengetahuan dapat berdampingan karena keduanya memiliki
Kesamaan dalam beberapa hal, beberapa kesamaan itu adalah :

 Ketergantungan pada pengamat : keduanya tiba pada kesimpulan bawa perwujudan


ada sebagian ini atau itu bergantung pada pengamatnya.
 Pendidikan dan belajar : Buddha selalu menegaskan bahwa semua ilmu pengetahuan
dan pengalaman diperoleh melalui pendidikan dan belajar.
 Penyelidikan terhadap diri sendiri : ajaran ajaran filosofis dan psikologis dalam agam
Buddha berbagai kesamaan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis modern, agama
Buddha mendorong penyelidikan terhadap esensi yang netral, objek penelitian adalah
diri sendiri
 Keesaan Tuhan : Agama budaha tidak memiliki konsep tuhan pencipta, tetapi
mengajarkan bawa manusia harus memelihara kesucian ciptaan tuhan.

Namun, terdapat perbedaan dalam antara ajaarn budha dengan ilmu pengetahuan, seperti konsep
ketuhanan yang berbeda, konsep asal usul kejadian alam semesta, kiamat , dan keselamatan atau
pembebasan diri manusia. Meskipun demikian, agama budha dan ilmu pengetahuan dapat
berdampingan karena keduanya memiliki kesamaan dan saling melengkapi dalam memehami
relitas.

2.5 PANDANGAN AGAMA BUDDHA PADA ILMU PENGETAHUAN

Agama Buddha memandang konsep ilmu pengetahuan seperti sesuatu yang relatif dan selalu
dalam proses perkembangan, kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang menyangkut samvrty-
satya yang berarti kebenaran konvensional atau kebenaran yang terlihat. Agama Buddha
mengajarkan bahwa konvensional ini tidak mutlak dan dapat berubah, sehingga tidak dapat
dijadikan dalam kebenaran yang final. Namun ajaran amana Buddha juga mengajarkan tentang
kebenran yang mutlak ( paramartha-satya) atau kebenaran sejati, kebenaran ini dapat di capai
melalui mediasi atau pengalaman langsung, dan merupakan kebenaran yang final dan tidak
berubah.

Dalam pandangan agama Buddha, ilmu pengetahuan hanya dapat membentuk manusia
untuk memahami kebenaran konvensional, tetapi tidak dapat mencapai kebenaran yang mutlak,
oleh karena itu, agama buddha dan ilmu pengetahuan dapat saling melengkapi dalam memahami
realitas,namun keduanya memiliki batasan dan ruang lingkup yang berbeda.
BAB 3

PENUTUP

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahanya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau reverensi yang ada hubunganya dengan judul makalah
ini.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.

3.1 KESIMPULAN

Di dalam prakteknya, menyangkut sejumlah besar hasil observasi banyak orang, yang
dilakukan secara teliti, setapak demi setapak, mengenai keseluruhan alam semesta, dengan
eksperimen-eksperimen dan dengan mengobservasi hasil-hasilnya, disertai kegiatan
mendeskripsi apa yang telah diobservasi, yang dilakukan secara hati-hati, dengan penggunaan
metode terpilih, dengan menggunakan simbol-simbol yang telah distandardisasi, yang disusun
dan diatur dengan logika yang sangat ketat.

Ilmu pengetahuan adalah penggabungan bersama-sama atas semua observasi, penemuan


deskripsi dan analisa, yang demikian, dan senantiasa secara terus menerus mengumpulkan hasil-
hasil penyelidikannya, menjadi semakin banyak lagi, serta pengantar untuk saling berhubungan
yang satu dengan lainnya, untuk dapat menciptakan pemahaman yang paling baik atas alam
semesta, yang telah dicapai oleh umat manusia.
Karena metode ini, karena sikap mentalnya yang berpijak di bumi yang nyata, karena jiwa
yang bebas menanyakan segala sesuatu, yang digabungkannya dengan teori yang logis, dengan
observasinya yang tajam dan teliti, serta dengan aplikasinya yang praktis, yang menyebabkan
Buddhisme di masa-masa yang lampau, begitu sukar untuk diklasifikasi.

3.2 DAFTAR PUSTAKA

https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/agama-buddha-dan-ilmu-pengetahuan/

https://studybuddhism.com/id/kajian-tingkat-lanjut/sejarah-dan-budaya/agama-buddha-di-
masa-kini/ajaran-buddha-dan-ilmu-pengetahuan

https://www.perplexity.ai/search/bd4fda7d-5e39-4544-a57f-56207e43118e?s=u

https://www.perplexity.ai/search/4088fc2d-f978-4a96-8d53-60d09e6885a7?s=u

Anda mungkin juga menyukai