Anda di halaman 1dari 7

RESUME MODUL 3 KEGIATAN BELAJAR 3

disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Terpadu di SD

Oleh:
1. Biyun Zukhruf (857701341)
2. Humanika Anggun Prasasty (857701334)
3. Musal As’ari (857702519)
4. Sella Dewi Anggreini (857702526)
5. Eka Septiana (857707177)
Kelas : 1B
PROGRAM STUDI PGSD BI 20.2

UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) SEMARANG


POKJAR SMPN 39 SEMARANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2020
KEGIATAN BELAJAR 3
KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN DAN VARIASI DALAM
PEMBELAJARAN TERPADU

Memberi penguatan dan mengedakan variasi merupakan dua keterampilan dasar yang
harus dikuasai guru dalam pembelajaran terpadu. Apabila kedua keterampilan tersebut
dilakukan dengan baik dan sesuai prosedur pelaksanaanya maka akan berpengaruh terhadap
kualitas proses dan hasil pembelajaran terpadu.
A. PENGERTIAN
Penguatan (reinforcement) pada dasarnya merupakan suatu respon yang diberikan
oleh guru terhadap perilaku atau perbuatan siswa yang dianggap positif, dan
menyebabkan kemungkinan berulangnya kembali atau meningkatnya perilaku tersebut.
Dalam kegiatan pembelajaran terpadu, pemberian penguatan oleh guru terhadap
perilaku siswa sangat penting dalam keefektifan pembelajaran. Respon positif guru
terhadap perilaku siswa akan membuat siswa senang dan siswa akan cenderung
mengulanginya lagi. Oleh karena itu, guru harus melatih diri secara teratur dan terarag
agar memiliki keterampilan dan kebiasaan memberikan penguatan dalam melaksanakan
pembelajaran terpadu di seolah dasar.
B. MANFAAT
Manfaat yang diperoleh guru (yang tentu saja akan berakibat pada hasil belajar
siswa) dengan menguasai keterampilan memberi penguatan dala pembelajaran terpadu di
antaranya untuk :
1. Membangkitkan dan memelihara perhatian dan motivasi belajar siswa terhadap tema-
tema yang disajikan dalam pembelajaran.
2. Memberikan kemudahan kepada siswa untuk mempelaari isi tema yang dipelajari dan
dianggap memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
3. Mengintrol dan memodifikasi tingkah laku siswa, serta mendorong munculnya
tingkah laku positif.
4. Menumbuhkan rasapercaya diri siswa akan kemampuan yang dimilikinya dan
keberanian mengungkapkan pendapat sendiri.
5. Memelihara iklim kelas (classroom climate) yang kondusif
C. KOMPONEN PADA KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Keterampilan memberi penguatan bisa dilakukan dalam bentuk verbal dan non-
verbal. Penguatan verbal maksudnya adalah penguatan yang dilakukan secara verbal
melalui kata-kata atau kalimat, sebaliknya penguatan non-verbal tidak dilakukan melalui
kata- kata atau kalimat.
1. Penguatan Verbal (Verbal Reinforcement)
Penguatan Verbal merupakan penguatan paling sederhana dalam kegiatan
pembelajaran terpadu. Dikatakan sederhana karena hanya menggunakan kata-kata
atau kalimat saja, namun demikian penguatan ini tidak bisa dianggap enteng, sebab
jika salah dalam penerapannya akan mengakibatkan efek yang kurang
menguntungkan.
2. Penguatan Non-Verbal (Non-Verbal Reinforcement)
Penguatan non-verbal dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bisa
ditunjukkan dengan cara-cara seperti: raut wajah atau mimik muka, gerakan atau
isyarat badan (gestural reinforcement) gerak mendekati siswa (proximity
reinforcement), sentuhan (contact reinforcement) dan penguatan dengan barang atau
benda.
D. PRINSIP-PRINSIP PADA KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Supaya penguatan yang diberikan oleh guru tepat sasaran. Pemberian
penguatan di dalam pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip pemberian
penguatan, sebagai berikut:
1. Hangat dan Antusias
Guru adalah pemberi semangat bagi siswanya. Semangat tentu saja tidak
mampu diberikan oleh orang yang kurang atau tidak bersemangat. Aktivitas yang
bertujuan memberikan semangat tersebut juga tidak akan sampai pada sasaran,
apabila pemberiannya dilakukan tanpa dukungan kehangatan. Kehangatan yang
ditampilkan oleh guru secara psikologis berdampak positif terhadap siswa.
Kehangatan tersebut dapat mencairkan suasana kaku, diam, ramai, dan tegang
menjadi kondusif.
Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan punya makna
sendiri di hati siswa. Melihat gurunya antusias, siswa yang tadinya malas,
mengantuk, capek, atau melakukan aktivitas lain menjadi tertarik ikut di dalam
pembelajaran. Jadi apabila sebelumnya hanya sebagian siswa yang aktif di dalam
pembelajaran, sikap antusias yang ditampilkan guru dapat menarik yang belum
aktif menjadi aktif.
2. Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan oleh guru sangat berarti atau bermakna bagi
siswa. Mereka merasa lebih percaya diri, merasa dihargai, merasa diperhatikan,
merasa berhasil dalam belajar, merasa terpuji dan tersanjung. Perasaan ini
berdampak terhadap mental mereka. Siswa jadi lebih berani mengemukakan
pendapatnya, meningkat rasa ingin tahunya, dan lebih percaya diri. Dengan
demikian diharapkan partisipasinya menjadi lebih baik pada kesempatan
berikutnya.
Bila guru melakukan penguatan secara tepat dan terus menerus, rasa ingin
tahu siswa terpenuhi, akibatnya mereka merasakan bahwa belajar fisika membuat
mereka jadi tahu banyak hal. Apa yang mereka ketahui tersebut membantu mereka
menjawab pertanyaan tentang suatu kejadian, yang mungkin sebelumnya
membuat mereka penasaran atau bingung.
3. Menghindari respon negative
Kadangkala siswa kurang baik dalam mengungkapkan buah pikirannya di
dalam kelas atau bahkan bisa jadi pendapat tersebut keliru. Seorang guru
profesional berusaha membesarkan hati siswa dengan tanggapan yang positif.
Tidak langsung menyalahkan atau menghakimi siswa di hadapan teman-
temannya. Contoh:
a. Guru tahu ada siswa yang kurang memperhatikan pada saat memperagakan.
Guru berpikir mungkin si siswa sudah paham, jadi demonstrasi itu tidak
menarik buat dia.
b. Guru menganggap semua siswa sudah paham dan bersiap untuk memberi
kesempatan kepada siswa untuk berlatih menggunakan jangka sorong.
c. Guru menunjuk siswa yang tadinya tidak memperhatikan untuk membaca
hasil pengukuran dan menyampaikan kepada teman-temannya.
d. Siswa tersebut tidak tahu cara membacanya, sehingga kebingungan.
Pada kejadian seperti ini, seorang guru professional guru tidak langsung
menyalahkan atau memarahi siswa karena tidak memperhatikan sewaktu guru
menerangkan pelajaran. Guru bisa menunjuk siswa lain untuk melaksanakan tugas
itu dan siswa tadi disuruh memperhatikan. Kepada siswa yang menggantikan
tugas tadi guru memberi penguatan dan kepada siswa pertama. Guru memberikan
dorongan agar belajar lebih tekun atau lebih serius dari sebelumnya. Guru tidak
perlu mengeluarkan ucapan, “Makanya perhatikan saat saya menerangkan, jangan
sok tahu!!”
Ucapan atau tanggapan negatif dapat merusak kondisi kelas. Tidak hanya
siswa yang mendapat perlakuan tidak enak saja yang terpengaruh, siswa lain akan
ikut terkena dampaknya. Perasaan tenang yang dirasakan siswa-siswa lain bisa
berubah menjadi tertekan, takut, cemas, dan was-was akan menghantui mereka.
Suasana yang tadinya santai dan nyaman bagi sebagian siswa berubah menjadi
menegangkan. Akibatnya mereka tidak konsentrasi lagi mengikuti pelajaran.
Khawatir hal yang sama menimpa mereka.
Siswa yang menerima perlakuan atau tanggapan yang tidak mengenakan
atau bersifat negatif, bukannya akan menjadi bersemangat. Tetapi malah semakin
mundur. Dia malu dengan guru dan teman-temannya. Merasa diadili,
dipersalahkan, dinilai tidak mampu, dan berbagai perasaan lainnya. Ini dapat
berakibat tumbuhnya rasa antipati terhadap guru dan pelajaran fisika dan
menimbulkan ketidaknyamanan dan lebih ekstrim lagi menimbulkan dendam dan
rasa benci. Jadi sebaiknya guru tidak pernah memberikan tanggapan negatif
terhadap siswa. Guru boleh menghukum atau memarahi siswa, tetapi harus dengan
santun dan penuh rasa kasih orang tua kepada siswanya.
4. Memiliki sasaran yang jelas
Penguatan yang diberikan harus memiliki sasaran yang jelas, apakah
ditujukan kepada siswa tertentu secara pribadi (personal reinforcement), satu
kelompok siswa, atau seluruh siswa di kelas secara utuh.
5. Pemberian penguatan dengan segera
Penguatan seharusnya diberikan dengan segera setelah muncul tingkah
laku atau respon dari siswa. Penguatan yang ditunda pemberiannya, cenderung
menyebabkan menjadi kurang efektif. Agar dampak positif yang diharapkan tidak
menurun bahkan hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa
menunjukkan respon yang diharapkan. Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu
antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan.
6. Variasi bentuk penguatan
Proses pembelajaran yang bersifat tatap muka berlangsung 1 atau 2 jam
pelajaran, sekitar 40 atau 45 sampai 80 atau 90 menit. Waktu yang cukup lama
untuk menjaga interaksi positif berlangsung secara terus menerus, atau untuk
mempertahankan semangat belajar.
Banyak aktivitas dan tugas yang bisa diberikan guru selama selang waktu
tersebut. Tentu saja beragam pula pertisipasi yang bisa diberikan oleh siswa.
Setiap sumbangan pikiran siswa layak diberikan penghargaan, semua siswa
berhak mendapatkan penguatan. Agar tidak membosankan dan selalu hidup, guru
harus pintar memvariasikan berbagai bentuk penguatan. Kadang mengatakan
bagus, pada kesempatan lain mengacungkan jempol, berikutnya tersenyum sambil
menganggukan kepala, lalu mendekati siswa, begitu seterusnya. Sehingga ucapan
atau tanggapan yang sama tidak keluar berulang-ulang dalam waktu terbatas.

Anda mungkin juga menyukai