Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik dan cerdas untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di sekolah dasar (SD). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi. Pembelajaran IPA diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan dalam kehidupan sehari-hari. (Surahman,dkk,2015) Pembelajaran IPA bertujuan membantu siswa dalam memahami konsep IPA yang berhubungan dengan fenomena alam, dapat menerapkan dalam kehidupan nyata sehari- hari serta dapat mengambangkan keterampilan, menanamkan sikap ilmiah pada diri peserta didik. Pembelajaran IPA secara bermakna mampu mengaktifkan siswa dalam penguasan konsep dan mampu menerapkan ilmunya pada kehidupan sehari-hari, dengan demikian maka pengaruh guru sangat berperan penting dalam proses pembelajaran. Guru harus mampu menyajikan sebuah pembelajaran yang juga melibatkan siswa secara langsung. Namun, dalam kenyataannya ketika proses pembelajaran IPA berlangsung banyak pembelajarannya yang dilakukan secara konvensional dimana pembelajaran berpusat pada guru dan berjalan satu arah tanpa melibatkan siswa secara langsung yang dapat mengakibatkan pembelajaran secara pasif. (Cherly,dkk,2012)
Permasalahan Pembelajaran IPA
Permasalahan pada pembelajaran IPA ini adalah kurangnya minat dan motivasi siswa untuk belajar IPA. Akibatnya, siswa tidak senang belajar sehingga hasil belajar siswa rendah. Pemerintah telah menetapkan standar nasional pembelajaran IPA yang ditetapkan di dalam Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendikas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, atas dasar tersebut pihak penyelenggara pendidikan menentukan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) untuk semua mata palajaran sebagai tolak ukur ketercapaian kompetensi mata pelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam pasal 3 UU no 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, tertera bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya pasal 4 tentang tujuan pendidikan nasional menggariskan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dari rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang dikemukakan di atas jelas sekali betapa besar tanggung jawab kita dalam merencanakan dan melaksanakan dan mengelola pendidikan pada umumnya pendidikan sains pada khususnya di negara tercinta ini. Lebih lanjut UU No 2 tahun 1989 mengenal tiga jenjang pendidikan: pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Masing-masing jenjang telah ditegaskan tugasnya. dan jenjang pendidikan yang lebih rendah merupakan persiapan bagi pendidikan yang lebih tinggi jenjangnya, dan juga sebagai persiapan memasuki dunia kerja. Untuk keperluan modul ini hanya jenjang pendidikan dasar yang akan diuraikan lebih lanjut, tugasnya yaitu: Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah (pasal 15 ayat 1). Dengan membahas permasalahan pendidikan IPA tentang beberapa aspek pendidikan sains, diharapkan dalam modul ini akhirnya dapat dikemukakan beberapa gagasan dalam menyongsong tugas yang ditimpakkan pada kita semua untuk mengembangkan kurikulum pendidikan sains untuk pendidikan dasar 9 tahun.