Anda di halaman 1dari 18

Kerajaan Sunda Pajajaran

Kelompok :
I Nyoman Rama A.A
Komang Charda W
Marvin Pradipta
A
Pendahuluan

 Kerajaan Sunda adalah kerjaan yang pernah berdiri selama abad


VII – XVI di wilayah barat pulau jawa meliputi Provinsi Banten,
Jakarta, Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, dan bahkan pernah
menguasai Pulau Sumatra bagian selatan. Pusat pemerintahan
kerajaan ini berada di Pakuan Pajajaran (Bogor).

 Merupakan kerajaan bercorak Hindhu-Budha.

 Didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 669

 Merupakan kerajaan bawahan Tarumanegara

 Mengapa disebut kerajaan pajajaran,karena dulu sebagian besar


kerajaan – kerajaan menamai kerajaan mereka dengan nama dari
pusat pemerintahannya
Latar Belakang Kerajaan

 Linggawarman yang merupakan raja terakhir dari Tarumanegara mempunyai


dua putri. Dewi Manasih (sulung) menikah dengan Tarusbawa, sementara
Sobakancana menikah dengan Dapunta Hayang Sri
 Ketika Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanegara diberikan kepada
menantunya Tarusbawa. Hal itu membuat Wretikandayun (penguasa Galuh)
marah.
 Galuh melepaskan diri dari Tarumanegara dan membentuk kerajaan mandiri
 Tarusbawa melanjutkan kerjaan Tarumanegara dengan mengganti Namanya
menjadi Kerajaan Sunda lalu memindahkan kekuasaan ke sunda (hulu Sungai
Cipakancilan)
Raja Tarusbawa
Latar Belakang Kerajaan

Tarusbawa mendapat takhta (669 M) Kemarahan Wretikandayun


Mendirikan Kerajaan Galuh

Bersatu Kembali
menjadi Sunda
Galuh (732 M)

Mendirikan Kerajaan Sunda


Sumber & Bukti Kerajaan

Prasasti Canggal Kitab Carita Parahyangan Naskah Kuno Bujangga Manik


Prasasti Canggal

 Prasasti Canggal (Praasti Sanjaya) adalah prasasti dalam bentuk candra


sengkala berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi yang ditemukan di
halaman Candi Gunung Wukir di desa Kadiluwih
kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah.
 Prasasti ini menceritakan tentang pendirian lingga (lambang Siwa) di desa
Kunjarakunja oleh Sanjaya. Diceritakan pula bahwa yang menjadi raja mula-
mula adalah Sanna, kemudian digantikan oleh Sanjaya
Kitab Carita Parahyangan

 Kitab Carita Parahyangan merupakan nama


suatu naskah Sunda kuno yang dibuat pada akhir abad ke-16,
yang menceritakan sejarah Tanah Sunda, utamanya
mengenai kekuasaan di dua ibu kota Kerajaan Sunda yaitu
Keraton Galuh dan keraton Pakuan.
 Naskah Carita Parahiyangan menceritakan sejarah Sunda,
dari awal kerajaan Galuh pada zaman Wretikandayun sampai
runtuhnya Pakuan Pajajaran (ibu kota Kerajaan
Sunda) akibat serangan Kesultanan Banten, Cirebon dan
Demak.
 Dalam kitab juga diceritakan mengenai perang bubat dan
Prabu Surawisesa
Naskah Kuno Bujangga Manik

 Perjalanan Bujangga Manik merupakan salah satu naskah kuno


berbahasa Sunda yang memuat kisah perjalanan seorang tokoh
bernama Bujangga Manik mengelilingi Tanah Jawa dan Bali.
Naskah ini ditulis pada daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik
yang terdiri dari delapan suku kata

 Diceritakan bahwa Bujangga Manik akan meninggalkan ibunya


untuk pergi ke arah timur dan melakukan perjalanan ke banyak
tempat di jawa

 Naskah perjalanan bujangga manik menyebutkan lebih dari 450


gunung dan menyebutkan adanya Kerajaan Sunda. Hal ini
merupakan bukti kuat keberadaan kerajaan ini
Beberapa Peninggalan Lainnya

Percandian Batujaya Candi Bojongmenje Candi Cangkuang

Sanghyang Siksakanda ng Karesian


Raja yang Pernah Memerintah

 Sri Maharaja Tarusbawa ( Raja ke-1, 669-723), masa pemerintahan Tarusbawa berakhir pada tahun 723 M saat ia meninggal. Tahta kerajaan Sunda kemudian diwariskan pada

menantunya (suami dari cucu Tarusbawa), yaitu Sanjaya.

 Sanjaya (Raja Ke-2, 723 – 732), merupakan pewaris sah Kerajaan Galuh. Dikarenakan hubungan baik dengan Tarusbawa, Sanjaya juga mendapat takhta Kerajaan Sunda. Di

tangan Sanjaya, Sunda dan Galuh bersatu. Sanjaya berkuasa hingga tahun 732 M, dan mewariskan tahta kerajaan pada puteranya, Tamperan Barmawijaya.

 Sri Jayabupati (Raja ke-20, 1030-1042). Di masa pemerintahannya ia membuat prasasti Cibadak, di prasasti tersebut Sri Jayabupati tercantum dengan gelarnya, yaitu

Dharmawangsa. Setelah masa kepemimpinan Sri Jayabupati selesai, tahta kerajaan Sunda diwariskan pada puteranya, Darmaraja.

 Sri Baduga Maharaja (Raja ke-35, 1482-1521) yang oleh masyarakat Sunda lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi, memerintah selama 39 tahun. Setelah itu tahta kerajaan

diwariskan pada anaknya, Prabu Surawisesa.

 Prabu Dewatabuanawisesa(Raja ke-37, 1535-1543) memerintah selama delapan tahun. Kemudian tahta Sunda diwariskan pada puteranya, Prabu Sakti.

 Prabu Ragamulya (Raja ke-40, 1567-1579), pada masa pemerintahan Prabu Suryakancana, Kerajaan Sunda beberapa kali diserang oleh pasukan Islam dari Kesultanan Banten

yang dipimpin oleh Maulana Yusuf.  Hingga akhirnya Kerajaan Sunda (Pajajaran) runtuh
Masa Kejayaan Kerajaan Sunda

1. Pembangunan Fasilitas:
Kerajaan Sunda mencapai masa • jalan dari Pakuan (ibukota) sampai ke Wanagiri,
kejayaannya ketika dipimpin oleh • telaga besar yang diberi nama Talaga Maharena Wijaya,
Sri Baduga Maharaja (1482 – • kabinihajian atau keputren atau tempat tinggal para
1521). Berikut beberapa putri, dan
pencapaian yang dilakukan oleh • pamingtonan atau tempat hiburan.
Sri Baduga Maharaja:
2. Bidang Militer :
• Membangun asrama prajurit
• Membekali prajurit dengan berbagai
macam formasi tempur/teknik bertempur

3. Administrasi Pemerintahan:
• memberikan tugas yang spesifik kepada
setiap abdi raja.
• Undang-undang kerajaan disusun untuk
mengatur kehidupan dalam bernegara.
• aturan mengenai pemungutan upeti dibuat
Sri Baduga Maharaja
Ekonomi,Sosial,dan Budaya

1. Ekonomi 2. Sosial 3. Budaya


Agama yang secara resmi dianut oleh
Dalam keseharian masyarakat Pakuan kerajaan adalah agama Hindu, sehingga
Mata pencaharian utama masyarakat
Pajajaran, penduduk digolongkan praktik hidup keseharian sangan kental
adalah pertanian. Selain itu kegiatan dengan ritual keagamaan Hindu.
menurut pekerjaannya. Ada golongan
perdagangan dan pelayaran juga
seniman yang terdiri pemain musik Peninggalan yang masih dapat disaksikan
dikembangkan. Pakuan Pajajaran hingga kini adalah kitab Cerita
gamelan, penari, dan badut. Lalu Parahyangan dan kitab Sangyang
memiliki enam pelabuhan penting,
golongan petani dan golongan pedagang Siksakanda serta kitab cerita Kidung
yaitu Pelabuhan Banten, Pontang, Sundayana. Adapula berbagai prasasti
– yaitu mereka yang bermata pencaharian yang ditemukan tersebar di berbagai
Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa, dan
sebagai petani dan pedagang. wilayah kekuasaan kerajaan.
Cimanuk (sekarang Pamanukan).
Runtuhnya Kerajaan Sunda

 Menurut catatan, keruntuhan Pajajaran terjadi pada 1579 Masehi akibat serangan dari Kesultanan Banten, anak kerajaan
dari Kerajaan Demak di Jawa Tengah. Ditandai dengan pemboyongan Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja) dari
Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh Maulana Yusuf.

 Pemboyongan singgasana batu tersebut adalah aksi simbolis terhadap tradisi politik masa itu agar Pakuan Pajajaran tidak
bisa menobatkan raja baru. Maulana Yusuf ditasbihkan sebagai penguasa sah Sunda karena dirinya masih memiliki darah
Sunda dan merupakan canggah dari Sri Baduga Maharaja.
Perang Bubat

Pendahuluan
Perang Bubat adalah perang yang terjadi pada tahun 1279 Saka
atau 1357 M pada abad ke-14, yaitu pada masa pemerintahan raja 
Majapahit Hayam Wuruk. Perang terjadi akibat perselisihan antara
Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit dengan Prabu Maharaja
Linggabuana (raja ke-31) dari Kerajaan Sunda di Pesanggrahan
Bubat, yang mengakibatkan tewasnya seluruh rombongan Sunda. 
Penyebab Perang Bubat

Prabu Hayam Wuruk yang ingin


memperistri putri Dyah Pitaloka Dewan kerajaan Sunda Kepergian Raja Linggabuana
Citraresmi, alasannya yaitu curiga bahwa ini dengan putri Dyah Pitaloka ke
untuk mengikat persekutuan merupakan jebakan Majapahit yang dikawal sedikit
dengan Negeri Sunda. diplomatic pasukan

Kebimbangan Hayam Gajah Mada ingin memenuhi


Perselisihan diakhiri dengan Wuruk untuk menerima Sumpah Palapa yang dibuatnya
dibantainya rombongan Kerajaan Dyah Pitaloka sebagai sebelum Hayam Wuruk naik
Sunda dan Dyah Pitaloka yang pengantin /sebagai tahta, sebab hanya kerajaan
melakukan “Belapati” tanda takluk Negeri Sunda lah yang belum dikuasai
Sunda
 Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda
dengan didorong alasan politik, yaitu untuk mengikat persekutuan dengan Negeri Sunda.
 Dewan kerajaan Sunda curiga bahwa ini merupakan jebakan diplomatic
 Kepergian Raja Linggabuana dengan putri Dyah Pitaloka ke Majapahit yang dikawal sedikit
pasukan
 Gajah Mada ingin memenuhi Sumpah Palapa yang dibuatnya sebelum Hayam Wuruk naik
tahta, sebab hanya kerajaan Sunda lah yang belum dikuasai.
 Kebimbangan Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka sebagai pengantin /sebagai tanda
takluk Negeri Sunda
 Perselisiham diakhiri dengan dibantainya rombongan Kerajaan Sunda dan Dyah Pitaloka yang
melakukan “belapati”.
- Terima Kasih -

Anda mungkin juga menyukai