Kelompok :
I Nyoman Rama A.A
Komang Charda W
Marvin Pradipta
A
Pendahuluan
Bersatu Kembali
menjadi Sunda
Galuh (732 M)
Sri Maharaja Tarusbawa ( Raja ke-1, 669-723), masa pemerintahan Tarusbawa berakhir pada tahun 723 M saat ia meninggal. Tahta kerajaan Sunda kemudian diwariskan pada
Sanjaya (Raja Ke-2, 723 – 732), merupakan pewaris sah Kerajaan Galuh. Dikarenakan hubungan baik dengan Tarusbawa, Sanjaya juga mendapat takhta Kerajaan Sunda. Di
tangan Sanjaya, Sunda dan Galuh bersatu. Sanjaya berkuasa hingga tahun 732 M, dan mewariskan tahta kerajaan pada puteranya, Tamperan Barmawijaya.
Sri Jayabupati (Raja ke-20, 1030-1042). Di masa pemerintahannya ia membuat prasasti Cibadak, di prasasti tersebut Sri Jayabupati tercantum dengan gelarnya, yaitu
Dharmawangsa. Setelah masa kepemimpinan Sri Jayabupati selesai, tahta kerajaan Sunda diwariskan pada puteranya, Darmaraja.
Sri Baduga Maharaja (Raja ke-35, 1482-1521) yang oleh masyarakat Sunda lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi, memerintah selama 39 tahun. Setelah itu tahta kerajaan
Prabu Dewatabuanawisesa(Raja ke-37, 1535-1543) memerintah selama delapan tahun. Kemudian tahta Sunda diwariskan pada puteranya, Prabu Sakti.
Prabu Ragamulya (Raja ke-40, 1567-1579), pada masa pemerintahan Prabu Suryakancana, Kerajaan Sunda beberapa kali diserang oleh pasukan Islam dari Kesultanan Banten
yang dipimpin oleh Maulana Yusuf. Hingga akhirnya Kerajaan Sunda (Pajajaran) runtuh
Masa Kejayaan Kerajaan Sunda
1. Pembangunan Fasilitas:
Kerajaan Sunda mencapai masa • jalan dari Pakuan (ibukota) sampai ke Wanagiri,
kejayaannya ketika dipimpin oleh • telaga besar yang diberi nama Talaga Maharena Wijaya,
Sri Baduga Maharaja (1482 – • kabinihajian atau keputren atau tempat tinggal para
1521). Berikut beberapa putri, dan
pencapaian yang dilakukan oleh • pamingtonan atau tempat hiburan.
Sri Baduga Maharaja:
2. Bidang Militer :
• Membangun asrama prajurit
• Membekali prajurit dengan berbagai
macam formasi tempur/teknik bertempur
3. Administrasi Pemerintahan:
• memberikan tugas yang spesifik kepada
setiap abdi raja.
• Undang-undang kerajaan disusun untuk
mengatur kehidupan dalam bernegara.
• aturan mengenai pemungutan upeti dibuat
Sri Baduga Maharaja
Ekonomi,Sosial,dan Budaya
Menurut catatan, keruntuhan Pajajaran terjadi pada 1579 Masehi akibat serangan dari Kesultanan Banten, anak kerajaan
dari Kerajaan Demak di Jawa Tengah. Ditandai dengan pemboyongan Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja) dari
Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh Maulana Yusuf.
Pemboyongan singgasana batu tersebut adalah aksi simbolis terhadap tradisi politik masa itu agar Pakuan Pajajaran tidak
bisa menobatkan raja baru. Maulana Yusuf ditasbihkan sebagai penguasa sah Sunda karena dirinya masih memiliki darah
Sunda dan merupakan canggah dari Sri Baduga Maharaja.
Perang Bubat
Pendahuluan
Perang Bubat adalah perang yang terjadi pada tahun 1279 Saka
atau 1357 M pada abad ke-14, yaitu pada masa pemerintahan raja
Majapahit Hayam Wuruk. Perang terjadi akibat perselisihan antara
Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit dengan Prabu Maharaja
Linggabuana (raja ke-31) dari Kerajaan Sunda di Pesanggrahan
Bubat, yang mengakibatkan tewasnya seluruh rombongan Sunda.
Penyebab Perang Bubat