Anda di halaman 1dari 27

Kerajaan Pajajaran

Kelompok 5

Anggota:

1. Dhio Ramdhan
2. Hasna Maulany
3. Nabiila Aurelia
4. Neng Vera Nurani
5. Muhammad Ikhsan
6. Puji Rahma
7. Siri Inthan Amanah
Sistem Sosial
Ekonomi
Pemerintahan Budaya
Raja Raja Sejarah

BACK
Masa Kejayaan Masa Terpuruk

BACK
Masa Kejayaan
Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa
keemasan. Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat Jawa
Barat, seolah-olah Sri Baduga atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah purna,
senantiasa hidup abadi dihati dan pikiran masyarakat.

Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan.


Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.

Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama
Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia
memperteguh (pertahanan) ibu kota, memberikan desa perdikan kepada semua
pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi
penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan
(asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan
(tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari
raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan
Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula
didalam Prasasti Kabantenan dan Batutulis, di kisahkan para
Juru Pantun dan penulis Babad, saat ini masih bisa terjejaki,
namun tak kurang yang musnah termakan jaman.

Dari kedua Prasasti serta Cerita Pantun dan Kisah-kisah Babad


tersebut diketahui bahwa Sri Baduga telah memerintahkan
untuk membuat wilayah perdikan; membuat Talaga Maharena
Wijaya; memperteguh ibu kota; membuat Kabinihajian,
kesatriaan, pagelaran, pamingtonan, memperkuat angkatan
perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan
dan menyusun undang-undang kerajaan

BACK
Puncak Kehancuran

Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda
lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan
diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan
Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.

Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik


agar di Pakuan Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan
menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena
buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman
Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surosowan
di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap
atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.

BACK
Maharaja Rahyang Rahwayang
Jayabhupati Niskala Dewa Niskala

Sri Baduga Hyang Wuni Prabu


Maharaja Sora Surawisesa

Prabu Raja
Dewata
BACK
Maharaja Jhayabupati
Dalam prasasti ini ditulis Maharaja Jhayabupathi
menyebut dirinya Haji-ri Sunda, yang bertujuan untuk
meyakinkan kedudukannya sebagai Raja Pajajaran.
Raja Jayabuphati memeluk ahama Hinda beraliran
waisnawa.

BACK
Rahyang Niskala Wastu

Raja ini naik tahta menggantikan Raja Maharaja Buphati. Pusat


pemerintahannya di Kawali dan istananya bernama Surawisesa.

BACK
Rahyang Dewa Niskala

Rahyang Dewa Niskala menjadi raja menggantikan Rahyang


Dewa wastu Kencana. Namun tidak diketahui bagaimana sistem
pemerintahannya

BACK
Sri Baduga Maharaja
Sri Baduga Maharaja bertahta di pakwan Pajajaran. Pada masa
pemerintahannya terjadi pertempyran yang sangat besar , dalam
kitab Pararaton disebut dengan Perang Bubat. Peristiwa ini
terjadi tahun 1357 M. Dalam pertempuran itu semua pasukan
gugur termasuk raja Swi Baduga sendiri dan putrinya.

BACK
Hyang Wuni Sora

Raja ini menggantikan Raja Sri Baduga Maharaja . Setalah ia


memerintah berturut turut digantikan oleh Prabu Niskala Wastu
Kencana , Tohaan dan Ratu jaya Dewata.

BACK
Prabu Surawisesa
Pada masa pemerintahannya tahun 1512 M & 1521 M. Ia
berkunjung ke Malaka untuk meminta bantuan Portugis dalam
menghadapi kerajaan Deman . Namun harapannya sia-sia
karena plebuhan terbesar kerajaan Pajajran , yaitu Sunda kelapa
sudah dikuasai oleh pasukan kerajaan Demak dibawah pimpina
Fatahilah . Akibatnya , hubungan Pajajaran dengan dunia luar
terputus.

BACK
Prabu Ratu Dewata
Raja ini memerintah menggantikan Prabu Surawisesa. Pada
masa pemerintahannya terjadi serangan serangan dari kerajaan
Banten yang dipimpin oleh Maulana Hasanudin dibantu
anaknya Yusuf. Berkali-kali pasukan Banten (Islam) Berusaha
merebut ibukota Pajajaran pada tahun 1579 M. Peristiwa ini
mengakibatkan runtuhnya Kerajaan Hindu pajajaran di Jawa
Barat.

BACK
Peninggalan Budaya

BACK
Prasasti Cikapundung
Prasasti Huludayeuh
Prasasti perjanjian Sunda-Portugis
Prasasti Kebon Kopi 2
Situs Karangkamulyan
Prasasti Ulubelu
Prasasti Pasir Datar

BACK
Budaya
Berdasarkan kitab Sanghyang Siksakandang Karesian, kehidupan sosial masyarakat Kerajaan
Sunda dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain sebagai berikut.

Kelompok Rohani dan Cendekiawan

Kelompok rohani dan cendekiawan adalah kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan
di bidang tertentu. Misalnya, brahmana yang mengetahui berbagai macam mantra, pratanda yang
mengetahui berbagai macam tingkat dan kehidupan keagamaan, dan janggan yang mengetahui
berbagai macam pemujaan, memen yang mengetahui berbagai macam cerita, paraguna
mengetahui berbagai macam lagu atau nyanyian, dan prepatun yang memiliki berbagai macam
cerita pantun.

Kelompok Aparat Pemerintah

Kelompok masyarakat sebagai alat pemerintah (negara), misalnya bhayangkara (bertugas


menjaga keamanan), prajurit (tentara), hulu jurit (kepala prajurit).
Kelompok Ekonomi

Kelompok ekonomi adalah orang-orang yang melakukan kegiatan ekonomi.


Misalnya, juru lukis (pelukis), pande mas (perajin emas), pande dang (pembuat
perabot rumah tangga), pesawah (petani), dan palika (nelayan).

BACK
Kehidupan Ekonomi

Pada masa kekuasaan raja-raja Sunda, kehidupan sosial ekonomi masyarakat cukup
mendapatkan perhatian. Meskipun pusat kekuasan Kerajaan Sunda berada di pedalaman,
namun hubungan dagang dengan daerah atau bangsa lain berjalan baik. Kerajaan Sunda
memiliki pelabuhanpelabuhan penting, seperti Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda
kelapa, dan Cimanuk. Di kota-kota pelabuhan tersebut diperdagangkan lada, beras, sayur-
sayuran, buah-buahan, dan hewan piaraan.
Di samping kegiatan perdagangan, pertanian merupakan kegiatan mayoritas
rakyat Sunda. Berdasarkan kitab Carita Parahyangan dapat diketahui bahwa
kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Sunda umumnya bertani,
khususnya berladang (berhuma). Misalnya, pahuma (paladang), panggerek
(pemburu), dan penyadap. Ketiganya merupakan jenis pekerjaan di ladang.
Aktivitas berladang memiliki ciri kehidupan selalu berpindahpindah. Hal ini
menjadi salah satu bagian dari tradisi sosial Kerajaan Sunda yang dibuktikan
dengan sering pindahnya pusat Kerajaan Sunda.

BACK

Anda mungkin juga menyukai