Anda di halaman 1dari 16

TUGAS SEJARAH

TENTANG
KERAJAAN PADJAJARAN

DI SUSUN OLEH :

1. NI NYOMAN DEWI ANGGRAINI


2. KOMANG TEBBY
3. MUH. FAJAR
4. TAUFIK

X. 5

SMA NEGERI 1 SEPUTIH RAMAN


LAMPUNG TENGAH
2023/2024
Kerajaan Padjajaran
Kerajaan Padjajaran X.5 | 0
Awal Mula berdirinya Kerajaan Padjajaran yaitu setelah wafatnya Wastu
kancana pada tahun 1475, mengikuti alur sejarah galuh. Ini terjadi karena
kerajaan galuh dibagi menjadi dua selepas perginya Rahyang Wastu
Kencana, Prabu Susuktuncal dan Dewa Niskala adalah dua bagian dari
kerajaan galuh Yang memiliki tingkat setara.

Kerajaan Padjajaran Yang berada di Bogor berada dibawah kekuasan


pemerintahan Prabu Susuktunggal (Sang Haliwungan) serta Kerajaan Galuh
yang mencakup Parahyangan bertempat di Kawasan Kawali berada dibawah
kekuasaan Dewa Niskala. Keduanya tidaklah memperoleh gelar Prabu
Siliwangi dikarenakan kekuasaan mereka tidaklah mencakup seluruh tanah
Sunda, beda halnya ketika Prabu Siliwangi pertama yang diduduki oleh
Rahyang Wastu dan Prabu Wangi sebelum mereka. Sebelum berdirinya
Kerajaan Padjajaran, berikut ini adalah kerajaan Yang menjadi
pendahulunya, antara Iain :
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Sunda
Kerajaan Galuh
Kawali

Kerajaan Padjajaran X.5 | 1


Kerajaan Padjajaran tidaklah dapat terlepas dari Kerajaan diatas sebagai
pendahulunya, dikarenakan Padjajaran adalah lanjutan dari Kerajaan-
Kerajaan itu. Dari penjelasan sejarah yang ada menyebutkan bahwa jejak
raja yang berkuasa di Padjajaran sudah bisa ditelusuri. Contohnya saja
mengenai wilayah kekuasaan kerajaan dan Ibu Kota Padjajaran yang tedetak
di Pakuan. Kemudian perihal raja raja yang pemah berkuasa di Padjajaran
dalam hal ini terdapat perbedaan antara urutan naskah-naskah Babad
Padjajaran, Carita Waruga Guru, dan Carita Parahiyangan. KeraJaan
Padjajaran Juga menlnggalkan seJumlah JeJak penlnualan masa lalu selaln
naskah-naskah Babad, antara laln:
Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
Prasasti Batu Tulis, Bogor
Prasasti Rakyan Juru Pangambat
Prasasti Astanagede
Prasasti Horren
Prasasti Kawali, Ciamis
Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya gogor
Berita asing dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522)
Kitab cerita Kidung Sundayana dan Cerita Parahyangan
Daftar Raja Padjajaran
Sri Baduga Maharaja (1482 — 1521)
surawisesa (1521- 1535)
Ratu Dewata (1535 - 1543)
Ratu sakti (1543 - 1551)
Ratu Nilakendra (1551-1567)
Raga Mulya (1567 — 1579) dikenal sebagai Prabu Surya Kencana
Rahyang Niskala Wastu Kencana
Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
Sri Baduga MahaRaja
Hyang Wuni Sora

Kerajaan Padjajaran X.5 | 2


Ratu Samian (Prabu Surawisesa), dan
Prabu Ratu Dewata.

Misteri hilangnya Kerajaan Padjajaran


Padjajaran hancur akibat diserang oleh kerajaan lain, Saat itu pada tahun
1579 Kesultanan Banten lah yang mengakhiri zaman Kerajaan Padjajaran.
Pasukan Maulana Yusuf membawa Singgahsana Raja dari Pakuan ke
Surasowan di Banten sebagai tanda runtuhnya Kerajaan Padjajaran tersebut.

Singgahsana yang dibawa lari itu adalah berbentuk bongkahan batu dengan
ukuran 200x160x20 cm. Pasukan Maulana Yusuf membawanya ke Santen
adalah sebagai bentuk tradisi politik yang bertujuan agar di Pakuan sana
tidak lagi dapat diangkat raja yang baru, dan Maulana Yusuf secara otomatis
menjadi pemegang kekuasaan baru di Padjajaran.

Jadi Misteri Hilangnya Kerajaan Padjajaran sudah dapat kita ketahu bersama,
tidak lain dan tidak bukan adalah karena Kerajaan Padjajaran ini diserang
oleh Kerajaan lainnya.

Kerajaan Padjajaran merupakan salah satu negara Hindu Budha yang banyak
terdapat di Indonesia pada tahun 600 hingga 1500 M. Kerajaan ini sendiri
berpusat di wilayah Jawa Barat, tepatnya di daerah Pakuan, Bogor. Oleh
karenanya kerajaan ini juga sering disebut sebagai kerajaan Pakuan
Padjajaran, karena beribukota di Pakuan.

Dalam sejarah, kerajaan Padjajaran didirikan pada tahun 923 M oleh Sri
Jayabhupati. Proses pendirian kerajaan dan sejarah Padjajaran ini, diketahui
dalam tulisan yang terdapat dalam sebuah prasasti Sanghyang Tapak. Salah
satu peninggalan kerajaan Padjajaran yang masih bisa kita lihat hingga Saat
ini adalah kebun raya Bogor. Dalam sejarah, lokasi ini pada jaman dulu

Kerajaan Padjajaran X.5 | 3


adalah bagian dari wilayah kekuasaan Padjajaran. Wilayah tersebut, pada
jaman kerajaan digunakan sebagai hutan perburuan oleh keluarga kerajaan.

Selain itu, peninggalan kerajaan Padjajaran lain yang masih bisa ditemui
adalah adanya Tugu Portugis. Tugu ini terletak di Kampung Tugu Jakarta.
Adanya peninggalan ini, merupakan salah satu penunjuk wilayah kekuasaan
kerajaan Padjajaran tersebut. Sedangkan untuk prasasti, ada tiga prasasti
yang diyakini merupakan peninggalan kerajaan Padjajaran. Ketiganya yaitu
Prasasti Batu Tulis, Prasasti Batu Tapak dan Prasasti Kawali.

Selama pemerintahan Kerajaan Padjajaran pernah dipimpin oleh enam raja.


Mereka adalah Sri Baduga Maharaja (1482-1521), surawisesa (1521-1535),
ratu Dewata (1535-1543), Ratu Sakti (1543-1551) dan Ratu Nilakendra
(1551-1567). Mereka semua memerintah Kerajaan Padjajaran di daerah
Pakuan, dan Ratu Nilakendra adalah raja terakhir yang meninggalkan
wilayah Pakuan. Sebab, pada Saat itu Kerajaan Padjajaran diserang oleh
Sultan Hasanuddin.

Setelah jatuhnya pemerintahan di Pakuan, kerajaan Padjajaran mengalihkan


pusat kekuasaannya di wilayah Pandeglang. Di Pandeglang, Padjajaran
dipimpin oleh seorang rap bernama Raga Mulya. Dan Raga Mulya ini
merupakan raja terakhir di kerajaan Padjajaranyang memerintah pada tahun
1567-1579) dan dikenal juga sebagai Prabu Sürya Kencana.

Hancurnya Kerajaan Padjajaran


Kerajaan Padjajaran mengalami kehancuran, ketika pada tahun 1579,
Kesultanan Banten pimpinan Maulana Yusuf. Padjajaran dianggap hancur,
setelah singgasana kerajaan Padjajaran yang disebut Palangka Sriman
Sriwacana, berhasil direbut oleh pasukan Banten dan diboyong ke Keratan
Surosowan, Banten. Singgasana tersebut merupakan sebuah batu yang
berukuran 200x160x20cm. Dengan hilangnya singgasana kerajaan,

Kerajaan Padjajaran X.5 | 4


menjadikan proses penobatan raja Padjajaranmen jadi terhenti. Dan pada saat
ini bekas singgasana kerajaan Padjajaran tersebut masih bisa ditemukan di
depan bekas Keratan Surosowan.

Masyarakat lebih banyak mengenal bekas singgasana tersebut sebagai Watu


Gilang. Hal ini karena baru tersebut sangatlah mengkilat, Dan banyak dari
bekas punggawa kerajaan Padjajaran yang melarikan diri untuk kemudian
menetap di wilayah Lebak dan meraka kini dikenal sebagai suku Badui.

Prabu Siliwangi - Raja Pertama Kerajaan Padjajaran. Kerajaan Padjajaran


adalah sebuah kerajaan yang berjaya di abad ke-7 hingga abad ke-16 Masehi.
Lokasi kerajaan ini tepatnya berada di wilayah Bogor, Jawa Barata Selama
berdiri, Kerajaan Padjajaran pernah dipimpin oleh 10 orang rap. Raja
pertama yangjuga pendiri KerajaanPadjajaran adalah Prabu Siliwangi, yang
dikenal dengan gelar Sri Baduga Maharaja. Prabu Siliwangi mendirikan
Kerajaan Padjajaran pada tabun 1482.

Terhitung sejak tanggal tersebut hingga 39 tahun setelahnya, ia menjadi raja


pertama kerajaan di tanah parahyangan ini. Di tangannya, Kerajaan
Padjajaran menjadi kerajaanyang makmur dan banyak menjalin kerja sama
dengan kerajaan-kerajaan lain di nusantara. Sang Raja Pertama Kerajaan
Padjajaran Nama "Prabu Siliwangi" sebenarnya bukan nama asli sang raja
Kerajaan Padjajaran ini. Sebutan "Prabu Siliwangi" muncul karena pada saat
itü masyarakat Kerajaan Padjajaran dilarang menyebut nama atau gelar raja
mereka (fakta ini tercatat dalam literatür şunda), Konon, hanya orang Sunda
dan orang Cirebon saja yang memanggilnya dengan julukan Prabu Siliwangi.
Adapun nama aslinya tidak diketahui, Julukan bagi sang raja pertama
Kerajaan Padjajaran ini diambil dari nama kakeknya yang raja yang selalu
mengusahakan kehidupan yang makmur dan sejahtera bagi rakyatnya.
Bahkan sifat adil dan bijaksananya ini termasyhur hingga ke wilayah-
wilayah kerajaan lain di luar Kerajaan Padjajaran.

Kerajaan Padjajaran X.5 | 5


Di masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, Kerajaan
Padjajaran kaya akan hasil buminya, Dalam kurun waktu satu tahun, jumlah
merica yang dihasilkan rakyat Kerajaan Padjajaran bisa mencapai 1,000
bahar (1 bahar setara dengan 3 pikul) dan jumlah tamarin (buah asem) bisa
memenuhi muatan 1.000 kapal angkut.

Hasil-hasil bumi Kerajaan Padjajaran yang melimpah ini diperdagangkan ke


berbagai daerah. Bahkan beberapa sumber mengatakan bahwa jalur
perdagangan Kerajaan Padjajaranmencapai wilayah kepulauan Maladewa.
Berdasarkan naskah Kitab Waruga Jagat, kemakmuran dan kesejahteraan
Kerajaan Padjajaranpada masa pemerintahan Prabu Siliwangi disebut
sebagai masa "gemuh pakuan", Di kitab-kitab seperti Kitab Waruga Jagat
inilah Sri Baduga Maharaja disebut-sebut sebagai pembawa kesejahteraan.
Oleh karena itu, nama besarnya lebih sering diabadikan di kitab-kitab kuno
melebihi raja-raja Kerajaan Padjajaran lainnya.

Sang Maharaja Kerajaan Padjajaran di Prasasti Batutulis. Salah satu


peninggalan Kerajaan Padjajaran yang masih bisa kita 'ihat saat ini adalah
Prasasti Batutulis. Seperti namanya, Prasasti Batutulis adalah sebuah batu
beşar yang berisikan kata-kata yang ditulis dalam bahasa dan aksara Sunda
kuno. Prasasti ini terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.

Prasasti Batu tulis ini dibuat untuk mengenang kebaikan Sri Baduga
Maharaja dalam memimpin Kerajaan Padjajaran. Menurut catatan arkeolog,
prasasti ini dibuat pada tahun 1533 Masehi. Pembuatnya tak lain adalah
Prabu Surawisesa, anak dari Prabu Siliwangi sendiri. isi prasasti ini
berbunyi:
Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun // diwastu
diya wingaran prebu guru dewataprana // di wastu diya
wingaran Sri baduga maharaja ratu haji di pakwan Padjajaran
seri sang ratu dewata // pun ya nu nyusuk na pakwan // diva

Kerajaan Padjajaran X.5 | 6


anak rahvang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga
rahyang niskala-niskala wastu sa(ng) sida mokta ka nusalarang
// ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan
samida, nyiyan rena mahawijaya, ya siya, o o i
saka, panca pandawa bumi //

Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, isi prasasti peninggalan Kerajaan


Padjajaran ini adalah sebagai berikut:
biasa disebut sebagai Prabu Wangi (nama aslinya adalah Wastu Kancana).
Penggunaan nama Yang serupa ini berarf bahwa Sri Baduga Maharaja atau
Prabu Siliwangi dianggap memunyai kekuasaan Yang setara dengan
kakeknya, Prabu Wangi atau Wastu Kancana.

Di masa mudanya, Prabu Siliwangi sang pendiri Kerajaan Padjajaran dikenal


sebagai seorang ksatria yang tangguh, tangkas, dan berani. la pernah
menikahi seorang puteri bernama Nyai Amberkasih, tetapi kemudian ia
menikahi Nyi Subanglarang yang beragama Islam. Dari istri keduanya inilah
Prabu Siliwangi mendapatkan dua orang anak: Prabu Anom
Walangsungsang dan Nyi Mas Rarasantang.

Setelah menjadi Sri aaduga Maharaja Kerajaan Padjajaran, ia kemudian


menikahi Nyai Kentring Manik Mayang Sunda, seorang puteri Kerajaan
Galuh. Dengan demikian, pernikahan ini membuka jalan bagi bersatunya dua
kerajaan di Jawa Barat, yakni Kerajaan Galuh dan Kerajaan Padjajaran.

Sesungguhnya dahulu, kedua kerajaan ini adalah satu kerajaan warisan


Wastu Kancana. Akan tetapi sehubungan dengan pertikaian antar-anggota
kerajaan, kerajaan ini pun terpecah dua. Di akhir masa kepemimpinannya,
sang raja Kerajaan Padjajaran ini konon melakukan moksa, menghilang
secara gaib. Isu ini berkembang karena tidak ditemukannya pusara Prabu
Siliwangi.

Kerajaan Padjajaran X.5 | 7


Beberapa sumber mengatakan bahwa Prabu Siliwangi menolak untuk
menganut agama Islam (yang Saat itu sedang berkembang di wilayah
Kerajaan Padjajaran) dan mengasingkan diri ke Gunung Gede. Di sanalah ia
moksa. Akan tetapi, sumber-sumber Iain mengatakan bahwa Prabu Siliwangi
tidaklah moksa, dan pusara yang ada di Situs Rancamaya adalah pusara sang
Sri Baduga Maharaja.

Makmurnya Kerajaan Padjajaran di tangan Prabu Siliwangi Prabu Siliwangi


memimpin Kerajaan Padjajaran dengan adil dan bijaksana. Hal pertama
Yang dilakukannya setelah dinobatkan menjadi raja adalah menjalankan
wasiat kakeknya (Wastu Kancana) yang telah disampaikan turun-temurun.
Wasiattersebut adalah menghapus Pajak dan upeti serta membuat batas-batas
di Gunung Samaya dan Sunda Sembawa, yang merupakan desa bebas Pajak
atau "lurah kwikuan".

Raja Kerajaan Padjajaran ini memerintahkan petugas kerajaan untuk tidak


memungut Pajak di desa-desa bebas pajak. Adapun jenis Pajak Yang
biasanya dipungut oleh kerajaan (sebelumnya adalah Kerajaan Galuh di
Kawali) adalah "dasa" (yakni Pajak tenaga individu), "calagra" (yakni Pajak
tenaga kolektf), "kapas timbang" (yakni kapas 10 Pikul), dan "pare dondang"
(padi 1 gotongan).

Pada masa pemerintahannya di Kerajaan Padjajaran, Prabu Siliwangi


disebut-sebut sebagai Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu
almarhum // dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana //
dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan
Padjajaran Sri Sang Ratu Dewata // dialah yang membuat parit (pertahanan)
Pakuan // dia Putra Rahyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga,
cucu Rahyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan di Nusalarang //
dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat

Kerajaan Padjajaran X.5 | 8


undakan untuk Hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya
yang dibuat pada tahun Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi" // Sang
Maharaja Kerajaan Padjajaran dan Harimau Sri Baduga Maharaja Kerajaan
Padjajaran identik dengan harimau Jawa. Konon kabarnya, Sri Baduga
Maharaja atau Prabu Siliwangi ini memiliki kekuatan gaib yang hebat,
terkait dengan keberadaan harimau Jawa.

Beberapa legenda menyatakan bahwa Kerajaan Padjajaran memiliki


hubungan harmonis dengan alam sekitarnya, termasuk keberadaan harimau.
Bahkan, disebutkan bahwa Kerajaan Padjajaran, terutama pada masa
kejayaan Prabu Siliwangi, dilindungi oleh sekelompok harimau Jawa.

Sebagian legenda memangterkesan melebih-lebihkan dengan menyebutkan


bahwa saat Prabu Siliwangi berada dałam keadaan terpojok dan terdesak, ia
akan lari ke Gunung Gede dan menjelma menjadi harimau untuk
mengalahkan musuhnya. Merupakan suatu hal yang unik bahwa maharaja
Kerajaan Padjajaran yang dipercaya sakti mandraguna ini hilang begitu saja
di Gunung Gede pada akhir hidupnya. Legenda Prabu Siliwangi, Kerajaan
Padjajaran, dan harimau Jawa ini masih dipercayai oleh sebagian masyarakat
tatar Sunda saat ini.

Bahkan, harimau (atau maung dałam bahasa Sunda) banyak dijadikan


simbol-simbol kehebatan, kekuasaan, dan kekuatan di banyak aspek.
Contohnya adalah penggunaan simbol harimau di Kodam Siliwangi dan klub
sepak bola Persib Bandung

Kerajaan Padjajaran X.5 | 9


Kerajaan Padjajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini
beribukota di kota Padjajaran atau Pakuan Padjajaran (Bogor) di Jawa Barat
Yang terletak di Parahyangan (Sunda). Kata Pakuan sendiri berasal dari kata
Pakuwuan Yang berarti kota. Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada
kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya. Beberapa
catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri
Jayabhupati, seperti Yang disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak
(1030 M) di kampung Pangcalikan dan Bantarmuncang, tepi Sungai Cicatih,
Cjbadak, Suka gumi.
A. Awal Pakuan Pajajaran
Seperti tertulis dalam sejarah, akhir tahun 1400-an Majapahit kian
melemah. Pemberontakan, saling berebut kekuasaan di antara saudara
berkali-kali terjadi. Pada masa kejatuhan Prabu Kertabumi (Brawijaya
V) itulah mengalir Pula pengungsi dari kerabat Kerajaan Majapahit ke
ibukota Kerajaan Galuh di Kawali, Kuningan, Jawa Barat.

Raden 8aribin, salah seorang saudara Prabu Kertabumi termasuk di


antaranya. Selain diterima dengan damai oleh Raja Dewa Niskala ia
bahkan dinikahkan dengan Ratna Ayu Kirana salah seorang putri Raja
Dewa Niskala. Tak sampai di situ sala, sang Raja juga menikah dengan
salah satu keluarga pengungsi yang ada dalam rombongan Raden Barin
bin.

Kerajaan Padjajaran X.5 | 10


Pernikahan Dewa Niskala itu mengundang kemarahan Raja
Susuktunggal dari Kerajaan Sunda. Dewa Niskala dianggap telah
melanggar aturan Yang seharusnya ditaati. Aturan itu keluar sejak
"Peristiwa Bubat" Yang menyebutkan bahwa orang Sunda disebut Dayo
(dayeuh) itu terletak sejauh sejauh dua hari perjalanan dari Kalapa
(Jakarta). Kondisi Keseluruhan Kerajaan Padjajaran (Kondisi
POLISOSBUD), yaitu Kondisi Politik (Politik-Pemerintahan). Kerajaan
Padjajaran terletak di Jawa Barat, Yang berkembang pada abad ke 8-16.
Raja-raja vang pernah memerintah Kerajaan Padjajaran, antara lain :
Daftar raja Pajajaran
• Sri 8aduga Maharaja (1482 — 1521), bertahta di Pakuan (Bogor
sekarang)
• Surawisesa (1521 — 1535), bertahta di Pakuan
• Ratu Dewata (1535 —1543), bertahta di Pakuan
• Ratu Sakti (1543 —1551), bertahta di Pakuan
• Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan
Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf
• Raga Mulya (1567 — 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana,
memerintah dari PandeglangMaharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)
• Rahyang Niskala Wastu Kencana
• Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
• Sri 8aduga MahaRaja
• Hyang Wuni Sora
• Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
• dan Prabu Ratu Dewata.

B. Puncak KeJayaan/ Keemasan Kerajaan Padjajaran


Kerajaan Padjajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja
mengalami masa keemasan. Alasan ini pula Yang banyak diingat dan
dituturkan masyarakat Jawa Barat, seolah-olah Sri Baduga atau
Siliwangi adalah Raja vang tak pernah purna, senantiasa hidup abadi

Kerajaan Padjajaran X.5 | 11


dihati dan pikiran masyarakat. Pembangunan Padjajaran di masa Sri
8aduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang pembangunan
spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.

Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang
bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota
Pakuan dan Wanagiri. la memperteguh (pertahanan) ibu kota,
memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya
untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan
rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama
prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan
(tempat pertunjukan), memperkuat angkatan pera ng, mengatur
pemungutan upeti dari raja-raja Sunda-Galuh dilarang menikah dengan
keturunan dari Majapahit.

Nyaris terjadi peperangan di antara dua raja yang sebenarnya adalah


besan. Disebut besan karena Jayadewata, putra raja Dewa Niskala adalah
menantu dari Raja Susuktunggal. Untungnya, kemudian dewan
penasehat berhasil mendamaikan keduanya dengan keputusan: dua raja
itu harus turun dari tahta. Kemudian mereka harus menyerahkan tahta
kepada putera mahkota yang ditunjuk.

Dewa Niskala menunjukJayadewata, anaknya, sebagai penerus


kekuasaan. Prabu Susuktunggal pun menunjuk nama yang sama.
Demikianlah, akhirnva Jayadewata menyatukan dua kerajaan itu.
Jayadewata yang kemudian bergelar Sri Baduga Maharaja mulai
memerintah di Pakuan Padjajaran pada tahun 1482. Selanjutnya nama
Pakuan Padjajaran menjadi populer sebagai nama kerajaan. Awal
"berdirinya" Padjajaran dihitung pada tahun Sri Baduga Maharaha
berkuasa, yakni tahun 1482.

Kerajaan Padjajaran X.5 | 12


C. Sumber Sejarah
Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti, naskah kuno,
maupun catatan bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini;
antara lain mengenai wilayah kerajaan dan ibukota Pakuan Padjajaran.
Mengenai raja-raja Kerajaan Sunda yang memerintah dari ibukota
Pakuan Padjajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah
Babad Padjajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.

Selama naskah-naskah babad, Kerajaan Padjajaran juga meninggalkan


sejumlah Jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:
• Prasasti Batu Tulis, Bogor
• Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
• Prasast-i Kawali, Ciamis
• Prasasti Rakyan Juru Pangambat
• Prasast-i Horren
• Prasasti Astanagede
• Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
• Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor
• Kitab cerita Kidung Sundayana dan Cerita Parahyangan
• Berita asing dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522)

D. Segi Geografis Kerajaan Padjajaran


Terletak di Parahyangan (Sunda). Pakuan sebagai ibukota Sunda dicacat
oleh Tom Peres (1513 M) di dalam "The Suma Oriantal", ia
menyebutkan bahwa ibukota Kerajaan bawahan dan menyusun undang-
undang kerajaan
Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula didalam
Prasasti Kabantenan dan Batutulis, di kisahkan para Juru Pantun dan
penulis Babad, saat ini masih bisa terjejaki, namun tak kurang yang
musnah termakan jaman.

Kerajaan Padjajaran X.5 | 13


Dari kedua Prasasti serta Cerita Pantun dan Kisah-kisah Babad tersebut
diketahui bahwa Sri Baduga telah memerintahkan untuk membuat
wilayah perdikan; membuat Talaga Maharena Wijaya; memperteguh ibu
kota; membuat Kabinihajian, kesatriaan, pagelaran, pamingtonan,
memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja
bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan

E. Puncak Kehancuran
Kerajaan Padjajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan
kerajaanSunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman
Padjajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana
(singgahsana rap), dari Pakuan Padjajaranke Keratan Surosowan di
Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200x160x20 cm
itü diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan Padjajaran
tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana
Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut
perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman
Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keratan
Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang,
berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.

F. Kondisi Kehldupan Ekonomi


Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian,
terutama perladangan. Di samping itu, Padjajaran juga mengembangkan
pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Padjajaran memiliki enam
pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara,
Sunda Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Pamanukan).

G. Kondisi Kehldupan Sosial


Kehidupan masyarakat Padjajaran dapat di golongan menjadi golongan
seniman (pemain gamelan, penari, dan badut), golongan petani,

Kerajaan Padjajaran X.5 | 14


golongan perdagangan, golongan yang di anggap jahat (tukang copet,
tukang rampas, begal, maling, prampok, dll).

H. Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya masyarakat Padjajaran sangat di pengaruhi oleh
agama Hindu.Peninggalan-peninggalannya berupa kitab Cerita
Parahyangan dan kitab Sangyang Siksakanda, prasasti-prasasti, dan
jenis-jenis batik.

I. Kesimpulan
Kerajaan Padjajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat
kerajaan ini beribukota di kota Padjajaran atau Pakuan Padjajaran
(Bogor) di Jawa Barat yang terletak di Parahvangan (Sunda).
Sumber sejarahnya berupa prasati-prasati, tugu perjanjian, taman
perburuan, kitab cerita, dan berita asing.
Kerajaan Padjajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja
mengalami masa keemasan/ kejayaan dan Kerajaan Padjajaran runtuh
pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu
Kesultanan Banten.

Kerajaan Padjajaran X.5 | 15

Anda mungkin juga menyukai