Anda di halaman 1dari 5

TUGAS SRJARAH

KERAJAAN HINDU-BUDDHA DI LUAR JAWA

KERAJAAN ISLAM DI PULAU JAWA

Nama: Doni Irawan


Kelas: X-TKR 2
No absen:03
KERAJAAN KUTAI
(Martadipura)

Pendiri Kerajaan Kutai


Kerajaan Kutai yang terkenal sebagai kerajaan hindu tertua di Indonesia merupakan kerajaan
yang memiliki sejarah panjang sebagai cikal bakal lahirnya kerajaan-kerajaan lainnya di Indonesia.
Nama Kutai sendiri diketahui oleh para ahli mitologi saat setelah ditemukannya sebuah prasasti, yaitu
Yupa. Prasasti Yupa diidentifikasi sebagai peninggalan asli dari pengaruh agama hindu dan budha
yang menggunakan bahasa sansekerta dengan huruf pallawa.

Dari prasasti inilah kemudian ditemukan nama Raja Kudungga sebagai pendiri Kerajaan Kutai.
Nama Maharaja Kudungga ini ditafsirkan oleh para ahli sejarah sebagai nama asli Indonesia yang
belum terpengaruh dengan bahasa India. Sedangkan keturunannya seperti Raja Mulawarman dan
Aswawarman diduga memiliki pengaruh besar budaya hindu dari India.

Hal tersebut dikarenakan kata “Warman” pada setiap akhiran namanya berasal dari bahasa
sansekerta yang biasa digunakan oleh masyarakat India bagian selatan. Inilah yang mengakibatkan
banyak orang menyebut bahwa Kerajaan Kutai merupakan kerajaan yang bercorak hindu dengan
pengaruh budaya India begitu kental. Tak heran jika pola kehidupan pada masa itu juga menyerupai
kehidupan kerajaan-kerajaan hindu di India.

Selanjutnya dari Prasasti Yupa diketahui juga nama-nama raja yang memerintah Kerajaan Kutai
setelah wafatnya pendiri tersebut, yaitu sebanyak 20 generasi sebagai berikut:
1. Maharaja Kudungga, bergelar Anumerta Dewawarman (sebagai pendiri)
2. Maharaja Aswawarman (anak dari Raja Kudungga)
3. Maharaja Mulawarman (sebagai raja yang terkenal)
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8. Maharaja Nalasinga Warman
9. Maharaja Gadingga Warman Dewa
10. Maharaja Indra Warman Dewa
11. Maharaja Sangga Warman Dewa
12. Maharaja Candrawarman
13. Maharaja Sri Langka Dewa
14. Maharaja Guna Parana Dewa
15. Maharaja Wijaya Warman
16. Maharaja Sri Aji Dewa
17. Maharaja Mulia Putera
18. Maharaja Nala Pandita
19. Maharaja Indra Paruta Dewa
20. Maharaja Dharma Setia

Dari 20 generasi tersebut, raja yang terkenal adalah Raja Mulawarman. Namun, setelah
peninggalan Raja Kudungga, Kutai dipimpin oleh Aswawarman. Pemerintahan Aswawarman tidak
berlangsung lama yang kemudian digantikan oleh anaknya, Mulawarman.
Masa Kejayaan Kerajaan Kutai
Kejayaan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman ditulis dalam Prasasti Yupa. Dalam prasasti
tersebut dikatakan bahwa Mulawarman telah melakukan upacara pengorbanan emas yang
jumlahnya sangat banyak. Emas tersebut dibagikan kepada para rakyatnya, selain itu juga dijadikan
sebagai persembahan kepada para dewa.

Selanjutnya masa kejayaan pemerintahan Mulawarman bukan hanya ditandai dari bukti tertulis
dalam Prasasti Yupa saja. Banyak aspek yang mendorong kerajaan tersebut mencapai masa
keemasaanya. Adapun jika dilihat dari beberapa aspek lainnya adalah sebagai berikut:
1. Aspek sosial
2. Aspek politik
3. Aspek ekonomi.
4. Aspek agama
5. Aspek agama

Peninggalan Kerajaan Kutai


Peninggalan Kerajaan Kutai yang penting dan tersohor adalah tujuh buah Prasasti Yupa yang
bertuliskan dengan huruf pallawa dalam bahasa sansekerta. Prasasti ini banyak memberikan cerita
tentang sejarah dari keluarga Kerajaan Kutai. Yupa sendiri merupakan tugu bantu dengan tinggi
sekitar 1 meter yang tertanam di atas tanah, mirip seperti tiang yang berukuran besar.
Pada bagian bawah permukaan, terukir tulisan Prasasti Kutai sebagai kerajaan tertua di
Indonesia. Hal ini dipercaya bahwa maksud orang terdahulu menulis kalimat tersebut adalah untuk
memperkenalkan kerajaannya. Selain itu, Yupa sendiri memiliki fungsi sebagai prasasti, tiang
pengikat hewan, serta lambang kebesaran raja.Adapun isi dari tujuh Yupa yang telah diterjemahkan
oleh para ahli adalah sebagai berikut:
1. Berisi tentang silsilah raja yang pernah memerintah dan memiliki kekuasaan di Kutai.
2. Letak strategis Kerajaan Kutai yang berada pada hilir Sungai Mahakam, yaitu Muara Kaman.
3. Tersebarnya agama hindu pada pemerintahan Raja Aswawarman.
4. Aswawarman dikatakan sebagai pendiri kerajaan dengan gelarnya “Wangsekerta”.
5. Wilayah kerajaan tertulis meliputi keseluruhan wilayah Kalimantan Timur.
6. Menceritakan kondisi kehidupan di Kutai yang aman dan sejahtera.
7. Menceritakan kebaikan serta kekuasaan Raja Mulawarman yang telah memberikan
sumbangan berupa 20.000 ekor sapi kepada para brahmana.

KERAJAAN DEMAK

Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak berdiri pada awal abad ke 16 yang didirikan oleh
Raden Patah. Pusat Kerajaan Demak berada di Demak, Jawa Tengah. Dalam hal penyebaran agama
Islam, Kerajaan Demak dibantu oleh Wali Songo.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak


Letak strategis di pesisir pantai Jawa membuat Demak menjadi bandar perdagangan yang maju
bersama Surabaya, Madura, Tuban, Semarang, Jepara, Cirebon dan Sunda Kelapa. Selain
perdagangan, Kerajaan Demak juga didukung komoditas ekspor seperti beras dari pedalaman yang
dihasilkan dari kadipaten – kadipaten seperti Madiun, Kediri, Malang, Pati dan Pajang. Komoditas ini
diekspor melalui jalur perdagangan internasional di Nusantara.

Kehidupan Politik kerajaan Demak


Kerajaan Demak mampu mengakhiri kedigdayaan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda. Setelah
berdiri sendiri, Kerajaan Demak menempatkan adipati – adipati di daerah – daerah sebagai
perpanjangan tangan Sultan. Daerah tersebut seperti Surabaya, Tuban, dan Madiun yang memiliki
adipati yang sangat berpengaruh. Selama Kerajaan Demak berdiri, kerajaan ini sering bersinggungan
dengan bangsa barat. Salah satu diantaranya ketika terjadi perebutan Sunda Kelapa pada tahun
1527 dengan Portugis.

Kehidupan Sosial Kerajaan Demak


Berbeda dengan kerajaan Hindu maupun Buddha, di agama Islam tidak terdapat kasta dalam
kehidupan sosialnya. Pada agama Islam juga tidak terdapat ritual – ritual yang mengeluarkan biaya
layaknya yang dilakukan di agama Hindu. Sistem sosial Kerajaan Demak bersifat egaliter, artinya
terdapat kesetaraan antara rakyat dan pemimpin yang dapat dilihat ketika pelaksanaan sholat Jumat.

Raja – Raja Demak

1. Raden Patah (1500-1518 M)


Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah, salah satu putra dari raja Majapahit dari istri raja yang
berasal dari Cina yang telah masuk Islam. Raden Patah memimpin sejak 1500 M. Dibawah
kepemimpinan Raden patah, Demak mampu berkembang menjadi pusat agama Islam uyang
dikembangkan melalui peran Wali Songo. Periode kepemimpinan Raden Patah merupakan periode
awal berkembangnya Islam di Jawa.

2. Adipati Unus (1518-1521 M)


Pasca meninggalnya Raden Patah pada tahun 1518 M, Kesultanan Demak diambil alih oleh putranya
Adipati Unus (1488-1521 M). Keberaniannya dalam perang membuat Adipati Unus mendapatkan
gelar Pangeran Sabrang Lor. Pada tahun 1521, Adipati Unus memimpin penyerbuan ke Malaka yang
dikuasai Portugis. Dalam pertempuran tersebut, Adipati Unus gugur dan digantikan oleh Sultan
Trenggana, merupakan raja ketiga Kesultanan Demak.

3. Sultan Trenggana (1521-1546)


Kesultanan Demak mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Trenggana.
Wilayah Demak meluas hingga ke Jawa Timur dan Jawa Barat. Pada tahun 1527, dibawah pimpinan
Fatahillah, Demak bersama Cirebon mampu mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Nama Sunda
Kelapa diganti menjadi “Jayakarta” yang berarti kemenangan yang sempurna. Pada tahun 1546
Demak melakukan penyerangan ke Penarukan Situbondo, yang dikuasai Kerajaan Blambangan,
Sultan Trenggana tewas terbunuh dalam pertempuran ini.

4. Sunan Prawata (1546-1549 M)


Sunan Prawata merupakan putra dari Sultan Trenggana. Pasca terbunuhnya Sultan Trenggana,
perpindahan kekuasaan ke anaknya tidak berjalan mulus. Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar
berusaha untuk menduduki kekuasan Kesultanan Demak dengan mengalahkan Sunan Prawata,
putra Sultan Trenggana. Sunan Prawata membunuh Pangeran Surowiyoto yang menyebabkan
surutnya dukungan kepada Sunan Prawata. Akibatnya, Sunan Prawata memilih memindahkan pusat
kerajaan ke Pati. Masa kekuasaan Sunan Prawata tidak berlangsung lama setelah Arya Penangsang,
putra dari Surowiyoto melakukan pembunuhan terhadap Sunan Prawata pada tahun 1549 M.

5. Arya Penangsang (1549-1554 M)


Arya Penangsang menduduki tahta Kerajaan Demak setelah melakukan pembunuhan terhadap
Sunan Prawata. Selain itu, ia juga menyingkirkan Pangeran Hadiri / Kalinyamat sebagai penguasa
Jepara yang dianggapnya berbahaya bagi kekuasaannya. Hal ini membuat para adipati Demak tidak
senang, salah satu diantaranya adalah Hadiwijaya dari Pajang. Kekusaan Demakpun dipindah dari
Demak ke Jipang, wilayah kekuasaan Arya Penangsang. Masa pemerintahan Arya Penangsang
berakhir pada tahun 1554 setelah Hadiwijaya yang dibantu Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi dan
anaknya Sutawijaya melakukan pemberontakan. Arya Penangsang tewas dan kedudukan Sultan
Demak diduduki oleh Hadiwijaya yang memindahkan kekuasannya ke Pajang, menandai berakhirnya
Kerajaan Demak.

Peninggalan Kerajaan Demak

Soko Tatal
Soko Tatal berbentuk tiang penyangga dari Masjid Agung Demak. Selain Soko Tatal juga ada Soko
Guru. Soko Guru merupakan tiga buah tiang berdiameter sakitar satu meter untuk menyangga Masjid
Agung Demak. Sedangkan Soko Tatal sendiri terbuat dari potongan kayu yang berasal dari kayu
siswa pembuatan dari Soko Guru.

Masjid Agung Demak


Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak Kota. Diperkirakan masjid ini
didirikan pada tahun 1479 M. Hingga kini Masjid Demak masih kokoh berdiri di pusat kota Demak
setelah beberapa renovasi.

Pawastren
Pawastren merupakan tempat berwudhu untuk jamaah perempuan. Pawastren memiliki dinding yang
sangat indah dengan ukiran berupa motif majapahitan atau dinamakan maksurah.

Makam Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga terletak di Desa Kadilangu, Kecamatan Demak. Makam Sunan Kalijaga
menjadi situs yang sering didatangi peziarah dari berbagai wilayah tanah air dan menjadi peninggalan
Kerajaan Demak.

Anda mungkin juga menyukai