Kelompok 5
Dianah Syahirah
Ovilia Husna
Murni Indrawati
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya kepada
penyusun sehingga makalah yang berjudul “Berpikir Kritis Dalam Islam” ini dapat selesai pada
waktunya. Shalawat dan salam tak lupa pula kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, Nabi yang membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Mudrikatul Arafah selaku guru
mata pelajaran pendidikan agama islam yang telah membimbing penyusun demi terselesainya
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mengambil materi dari buku-buku yang
berkaitan dengan masalah-masalah berpikir kritis dalam Islam, terutama yang berkaitan dengan
Kami menyadari jika makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
penyusunan maupun materinya. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran serta kritik pembaca
untuk memperbaiki makalah ini. Semoga apa yang kami sampaikan dalam makalah ini bisa
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
C. Ayat Al-Qur’an Serta Hadits Berkaitan Dengan Berpikir Kritis dan demokratis............11
A. Kesimpulan..................................................................................................................17
B. Saran............................................................................................................................18
C. Kritik...........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. datang tidak hanya membawa aqidah
keagamaan atau ketentuan moral dan etika yang menjadi dasar masyarakat semata-mata. Akan
tetapi Islam juga membawa syariat yang jelas mengatur manusia, perilakunya dan
hubungan antara satu dengan yang lainnya dalam segala aspek; baik bersifat individu, keluarga,
hubungan individu dengan masyarakat dan hubungan-hubungan yang lebih luas lagi.
Sejarah memperlihatkan bahwa Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir berhasil
dunia tanpa bantuan kekuasaan dan kekuatan banyak umat. Beliau berhasil menguasai pikiran,
keyakinan dan jiwa umatnya, bahkan mengadakan revolusi berpikir dalam jiwa bangsa-bangsa,
Berpikir merupakan fungsi dari akal yang dianugerahkan kepada manusia. Dengan
berpikir, manusia akan dapat memanfaatkan akalnya untuk memahami hakikat segala sesuatu.
Hakikat segala sesuatu adalah kebenaran, dan kebenaran yang sejati adalah Allah Swt. Dengan
berpikir, manusia akanmengenal Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Maka, berpikir adalah
Jika berkaitan dengan ibadah tentuya sudah ada ketentuan yang terperinci dari Allah Swt.
Disamping itu, dalam menjalankan kehidupan ini, tentunya kita pasti menghadapi berbagai hal
yang harus dihadapi dengan sebaik-baiknya. Adapun solusi dalam kehidupan ini untuk
1
adalah suatu kelaziman fitrah manusia dan termasuk tuntutan stabilitas suatu masyarakat.
Musyawarah bukanlah tujuan pada asalnya, melainkan disyariatkan dalam agama islam untuk
mewujudkan keadilan di antara manusia dan juga untuk memilih perkara yang paling baik bagi
memperhatikan, merenung dan memikirkan penciptaan Allah baik yang di langit, bumi maupun
diantara keduanya. Dengan adanya hal ini, maka manusia dituntut agar mampu untuk berpikir
secara kritis terhadap penciptaan Allah serta memahami dan merenungkan apa makna yang
tersirat di dalamnya.
Selain dituntut untuk mampu berpikir secara kritis, manusia juga dituntut agar mampu
untuk bertindak secara demokratis.Pengertian dari demokrasi itu sendiri merupakan suatu paham
SAW.semasa hidup beliau dan diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’anul-Karim.
Indonesia juga merupakan negara demokrasi, akan tetapi demokrasi di Indonesia adalah
demokrasi pancasila yang didasarkan pada sila-sila yang terdapat dalam pancasila tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah hakikat dan manfaat dari berpikir secara kritis menurut Al-Qur’an ?
2. Ayat Al-Qur’an yang mana sajakah yang membahas berpikir secara kritis ?
3. Apa saja sikap dan perilaku terpuji yang dapat dikembangkan terkait dengan berpikir secara
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :
2
1. Untuk mengetahui apa sajakah hakikat dan manfaat dari berpikir secara kritis dan demokratis
2. Untuk mengetahui ayat Al-Qur’an yang mana sajakah yang membahas tentang hakikat serta
3. Untuk mengetahui apa saja sikap dan perilaku terpuji yang dapat dikembangkan terkait dengan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Berpikir adalah fungsi akal. Dengan berpikir, manusia memanfaatkan akalnya untuk
memehami hakikat segala sesuatu. Hakikat segala sesuatu adalah kebenaran, dan kebenaran yang
sejati adalah Allah Swt. Dengan berpikir, manusia bisa mendekatkan diri kepada-Nya. Maka,
berpikir adalah awal perjalanan ibadah yang tanpa-Nya ibadah menjadi tak bernilai. Definisi
tentang berpikir kritis disampaikan oleh Mustaji. Ia memberikan definisi bahwa berpikir kristis
adalah “berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatankeputusan tentang
Dalam Islam, masa depan yang dimaksud bukan sekedar masa depan di dunia, tetapi
lebih jauh dari itu, yaitu di akhirat. Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi adalah orang yangpi
kirannya jauh ke masa depan di akhirat. Maksudnya, jika kita sudah tahu bahwa kebaikandan
keburukan akan menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita,harus ada
pertimbangan akal sehat. Jangan dilakukan perbuatan yang akan menempatkan kita di posisi
yang rendah di akhirat. “Berpikir sebelum bertindak”, itulah motto yang harus menjadi acuan
orang “cerdas”.
4
Artinya:
Dari Abu Ya‟la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw.
Beliau bersabda:
“Orang yang cerdas ialah orang yang mampu mengintrospeksi dirinya dan suka beramal
untukkehidupannya setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu
mengikutihawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan harapan kosong”. (HR. At
Dalam hadis ini Rasulullah menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas adalah orang
yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga kehidupanabadi
yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini. Tentu saja, hal itu sangat dipengaruhi oleh
keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat. Orang yang tidak meyakini
adanya hari pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir untuk menyiapkan diri dengan amal
apa pun. Jika indikasi “cerdas” dalam pandangan Rasulullah adalah jauhnya orientasi dan visi ke
depan (akhirat), maka pandangan-pandangan yang hanya terbatas pada dunia, menjadi pertanda
tindakan “bodoh” atau “jahil ” (Arab, kebodohan=jahiliyah). Bangsa Arab pra Islam dikatakan
jahiliyah bukan karena tidak bisa baca tulis, tetapi karenakelakuannya menyiratkan kebodohan,
Orang - orang tersebut dalam hadis di atas dikatakan sebagai orang “lemah”, karena tidak
mampu melawan nafsunya sendiri. Dengan demikian, orang-orang yang suka bertindak bodoh
adalah orang-orang lemah.Orang yang cerdas juga tahu bahwa kematian bisa datang kapan saja
tanpa diduga. Olehkarena itu, ia akan selalu bersegera melakukan kebaikan (amal saleh) tanpa
5
Artinya:
Dan dari Abu Hurairah ra. yang berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara yaitu: Apa yang kalian tunggu
selainkemiskinan yang melalaikan, atau kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang
merusaktubuh, atau tua yang melemahkan, atau kematian yang cepat, atau Dajjal, maka ia
adalahseburuk buruknya makhluk yang dinantikan, ataukah kiamat, padahal hari kiamat itu
Dalam hadis di atas Rasulullah saw. mengingatkan kita supaya bersegera dan tidak menunda-
nunda untuk beramal salih. Rasulullah menyebut tujuh macam peristiwa yang buruk untuk
Pertama, kemiskinan yang membuat kita menjadi lalai kepada Allah karena sibuk
mencaripenghidupan (harta).
Kedua, kekayaan yang membuat kita menjadi sombong karena menganggap semua kekayaanitu
Ketiga, sakit yang dapat membuat ketampanan dan kecantikan kita pudar, atau bahkan cacat.
Keempat, masa tua yang membuat kita menjadi lemah atau tak berdaya.
Kelima, kematian yang cepat karena usia/umur yang dimilikinya tidak memberi manfaat.
Keenam, datangnya dajjal yang dikatakan sebagai makhluk terburuk karena menjadi fitnahbagi
manusia.
Ketujuh, hari kiamat, bencana terdahsyat bagi orang yang mengalaminya. Jadi, berpikir
kritisdalam pandangan Rasulullah dalam dua hadis di atas adalah mengumpulkan bekal amal
6
salihsebanyak-banyaknya untuk kehidupan pasca kematian (akhirat), karena “dunia tempat
menanam dan akhirat memetik hasil (panen)”. Oleh karena itu, jika kita ingin memetik hasil
di akhirat, jangan lupa bercocok tanam di dunia ini dengan benih-benih yang unggul, yaitu amal
salih.
Kritik sering kita definisikan menilai atau menghakimi. Menurut wikipedia, kritik adalah
kritik adalah hasil dari pengamatan yang diberikan untuk meningkatkan dan memperbaiki
perkerjaan.
Sedangkan kritis ialah berpikir secara analisis reduksi. Berpikir secara kritis berawal
dari sebuah pertanyaan. Misalkan, ada seorang guru sedang menerangkan materi yang diajarkan
kepada muridnya. Karena seorang murid itu tidak paham dengan apa yang diterangkan oleh si
guru tadi, maka si murid tersebut bertanya dengan rasa ingin tahunya. Nah, yang seperti itu bisa
juga kita sebut dengan berpikir kritis . karena pada hakikatnya berpikir itu adalah bertanya.
Orang yang sering bertanya maka dia sering berpikir. Dan pada intinya manusia itu diciptakan
untuk berpikir. Kenapa orang ingin belajar? Karena dia ingin berpikir.
Menurut nietszche salah seorang filsuf asal jerman, manusia dengan binatang itu pada
mulanya sama. Yang membedakan manusia dengan binatang ialah otak, dan otak itu
manusia itu tidak mengembangkan potensinya, maka dia sama halnya dengan binatang. Dalam
7
Al-qur’an kita sering membaca atau mendengar kata-kata, afalaa ta’qiluun, afalaa tatazakkaruun,
afalaa tasykuruun, dan sebagainya hingga yang paling tertinggi ialah ulu al-bab. Semua itu kalau
kita artikan ada indikasi atau perintah Allah SWT, supaya kita berpikir. Berpikir yang tidak
hanya satu objek, tapi berbagai objek lainnya. Bagaimana konsep berpikir secara intelektualitas
itu?,
Sengaja saya mengambil tema di atas, karena saya ingin berusaha membangunkan orang-orang
yang sedang tertidur, dan menghidupkan kembali akal yang telah mati. Dalam artian, terjauh dari
apa yang namanya justifikasi dan terbodohi. Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa dalam
firman Allah SWT tercatat kata-kata ulul al-bab. Ulul Albab adalah istilah khusus yang dipakai
al-Qur’an untuk menyebut sekelompok manusia pilihan semacam intelektual. Istilah Ulul Albab
16 kali disebut dalam al-Qur’an. Namun, sejauh itu al-Qur’an sendiri tidak menjelaskan secara
definitive konsepnya tentang ulul albab. Ia hanya menyebutkan tanda-tandanya saja. Karena
itulah, para mufassir kemudian memberikan pengertian yang berbeda-beda tentang ulul albab.
Imam Nawawi, misalnya, menyebut bahwa ulul albab adalah mereka yang
berpengetahuan suci, tidak hanyut dalam derasnya arus. Dan yang terpenting, mereka mengerti,
menguasai dan mengamalkan ajaran Islam. Sementara itu, Ibn Mundzir menafsirkan bahwa ulul
albab sebagai orang yang bertaqwa kepada Allah, berpengetahuan tinggi dan mampu
rahasia wahyu (al-Qur’an maupun gejala-gejal alam), menangkap hukum-hukum yang tersirat di
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
8
kekuasaan Allah bagi ulul albab" (QS, Ali Imran, 190).
dalam al-Qur’an terdapat dua perintah; tafakur dan tasyakur. Tafakur adalah merenungkan serta
memikirkan semua kejadian yang timbul dalam alam semesta, kemudian menangkap hukum-
hukumnya yang dalam bahasa modern dikenal dengan istilah science. Sedang tasyakur adalah
memanfaatkan segala nikmat dan karunia Allah dengan akal pikiran, sehingga nikmat tersebut
semakin bertambah yang kemudian dikenal dengan istilah teknologi. Ulul Albab
menggabungkan
Allah semakin bertambah (Jalaluddin Rahmad, 1988, 213). "Sesungguhnya, jika kamu
bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Jika kamu mengingkari (nikmat-
Manusia akan mampu menemukan citra dirinya sebagai manusia, serta mampu menaklukkan
jagat raya bila mau berpikir dan berdzikir. Berpengetahuan tinggi serta menguasai teknologi.
"Jika kamu mampu menembus (melintasi) penjuruu langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu
tidak akan mampu menembusnya, kecuali dengan kekuatan (teknologi)" (QS, Ar-Rahman, 33).
Kedua, selalu berpegang pada kebaikan dan keadilan. Ulul Albab mampu memisahkan yang
baik dari yang jahat, untuk kemudian memilih yang baik. Selalu berpegang dan mempertahankan
kebaikan tersebut walau sendirian dan walau kejahatan didukung banyak orang. "Tidak sama
yang buruk (jahat) dengan baik (benar), meskipun kuantitas yang jahat mengagumkan dirimu.
Bertaqwalah hai ulul albab, agar kamu beruntung" (QS, Al-Maidah, 100)
Dalam masyarakat, Ulul Albab tampil bagai seorang "nabi". Ia tidak hanya asyik dalam acara
ritual atau tenggelam dalam perpustakan; sebaliknya tampil dihadapan umat. Bertabligh untuk
9
bila terjadi ketimpangan dan memprotesnya bila terjadi ketidak-adilan dan kesewenang-
wenangan.
Ketiga, teliti dan kritis dalam menerima informasi, teori, proporsisi ataupun dalil yang
dikemukakan orang lain. Bagai sosok mujtahid, ulul albab tidak mau taqlid pada orang lain,
sehingga ia tidak mau menelan mentah-mentah apa yang diberikan orang lain, atau gampang
lalu mengikuti yang paling baik dan benar, mereka itulah yang diberi petunjuk oleh Allah, dan
Keempat, sanggup mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu. Sejarah adalah penafsiran
nyata dari suatu bentuk kehidupan. Dengan memahami sejarah kemudian membandingkan
dengan kejadian masa sekarang, ulul albab akan mampu membuat prediksi masa depan, sehingga
mereka mampu membuat persiapan untuk menyambut kemungkinan- kemungkinan yang bakal
terjadi.
Sampai pada ciri-ciri ini, ulul albab tidak ada bedanya dengan intelektual yang lain. Tapi bila
dilanjutkan, maka ada nilai tambah yang dimilikinya yang tidak dimiliki oleh seorang intelektual
biasa.
Kelima, tidak takut kepada siapapun, kecuali Allah semata. Sadar bahwa semua perbuatan
manusia akan dimintai pertanggungan jawab, dengan bekal ilmunya, ulul albab tidak mau
berbuat semena-mena. Tidak mau menjual ilmu demi kepentingan pribadi (menuruti ambisi
10
C. Ayat Al-Qur’an Serta Hadits Berkaitan Dengan Berpikir Kritis dan Demokratis
ْ ت فَإِذَا
األم ِر فِي َ علَى فَتَ َو َك ْل
َ عزَ ْم َ ُّ( ْال ُمت َ َو ِ ِّكلِينَ ي ُِحب١٥٩)
َ ّللاَ ِإ َن
َ ِّللا
Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
Penjelasan
Surah Ali Imran Ayat 159 menyebutkan tiga hal secara berurutan untuk
1. Bersikap lemah lembut. Orang yang melakukan musyawarah harus menghindari tutur kata
yang kasar serta sikap keras kepala. Jika tidak,maka mitra musyawarah akan pergi menghindar.
2. Memberi maaf dan bersedia membuka diri. Kecerahan pikiran hanya dapat hadir bersamaan
11
3. Memohon ampunan Allah sebagai pengiring dalam bertekad, kemudian bertawakal kepada-
Nya atas keputusan yang dicapai yang diharapkan dari musyawarah adalah mufakat untuk
ِ ت خ َْل
ق فِي ِإ َن ِ س َم َاوا ِ ف َو ْاأل َ ْر
َ ض ال ِ اختِ ََل ِ ِألُو ِلي ََل َيات َوالنَ َه
ْ ار اللَ ْي ِل َو
ِ ْاأل َ ْلبَا
ب
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
ِ َالن
ار
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta
keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan malam
secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita
12
dan cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang
ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah,
Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khaliq tersusun dengan sangat tertib.Bukan hanya semata
Silih bergantinya malam dan siang, besar pengaruhnya atas hidup kita dan segala yang
berganti.Musim dingin, panas, gugur, dan semi.Demikian juga hujan dan panas.Semua ini
menjadi tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah bagi orang yang berpikir.Bahwa tidaklah
semuanya terjadi dengan sendirinya.Pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.
• Isi Kandungan
Pada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya memiliki kandungan hukum yaitu Allah
mewajibkan kepada umatnya untuk menuntu ilmu dan memerintahkan untuk mempergunakan
pikiran kita untuk merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami ketetapan-ketetapan
yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan) serta pergantian siang dan
malam. Yang demkian ini menjadi tanda-tanda bagi orang yang berpikir, bahwa semua ini
tidaklah terjadi dengan sendirinya. Kemudian dari hasil berpikir tersebut, manusia hendaknya
merenungkan dan menganalisa semua yang ada di alam semesta ini, sehingga akan tercipta ilmu
pengetahuan
13
D. Manfaat Berpikir Secara Kritis
Membiasakan diri berpikir kritis akan melatih Anda memiliki kemampuan untuk berpikir jernih
dan rasional. Dimana Anda juga akan dapat berpikir secara mandiri dan reflektif. Berpikir dan
bertindak reflektif adalah tindakan dan pikiran yang tidak Anda rencanakan, terjadi secara
spontan dan begitu saja, secara refleks otak Anda akan memikirkan suatu hal serta melakukan
hal-hal lain tanpa perlu Anda memikirkan atau menyuruh otak Anda untuk memikirkan secara
ulang. Terbiasa berpikir kritis juga akan membuat Anda memiliki banyak alternatif jawaban serta
ide-ide kreatif. Jika Anda mempunyai suatu masalah, Anda tidak hanya terpaku pada satu jalan
keluar atau penyelesaian, Anda akan memiliki banyak opsi atau pilihan penyelesaian masalah
tersebut. Berpikir kritis akan membuat Anda memiliki banyak ide-ide kreatif dan inovatif serta
Berpikir kritis membuat pikiran dan otak Anda lebih fleksibel. Anda tidak akan terlalu kaku
dalam berpikir atas pendapat atau ide-ide dari orang lain. Anda lebih mudah untuk menerima
pendapat orang lain dan persepsi yang berbeda dari persepsi Anda sendiri. Hal ini memang tidak
mudah untuk dilakukan, namun jika Anda telah terbiasa untuk berpikir kritis, maka dengan
sendirinya, secara spontanitas, hal ini akan mudah untuk Anda lakukan. Keuntungan lain dari
memiliki pikiran yang lebih fleksibel dari berpikir kritis adalah Anda lebih mudah memahami
sudut pandang orang lain. Tidak terlalu terpaku pada pendapat Anda sendiri, dan lebih terbuka
14
3. Menjadi rekan kerja yang baik
Lebih banyak manfaat-manfaat lain yang bisa Anda peroleh karena berpikir kritis. Dan
manfaat-manfaat itu pada umumnya saling berkaitan. Misalnya saja Anda lebih mudah, terbuka,
menerima, serta tidak kaku dalam menerima pendapat orang lain, Anda tentu kaan lebih
dihormati oleh rekan kerja Anda. Karena Anda mau menerima pendapat orang lain dengan
pikiran terbuka. Maka rekan kerja Anda pasti akan menganggap Anda sebagai rekan kerja yang
baik. Di dalam lingkungan kerja, hal lain yang penting selain pekerjaan dan hubungan dengan
atasan adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini tentu saja dipengaruhi oleh rekan-rekan
kerja Anda. Jika hubungan Anda baik dengan rekan kerja, situasi lingkungan kerja juga akan
4. Lebih Mandiri
Berpikir kritis membuat Anda mampu berpikir lebih mandiri, artinya tidak harus selalu
mengandalkan orang lain. Saat dihadapkan pada situasi yang rumit dan sulit serta harus segera
mengambil keputusan, Anda tidak perlu menunggu seseorang yang Anda anggap mampu
menyelesaikan masalah, karena Anda sendiri juga mampu menyelesaikan masalah tersebut.
Dengan memiliki pikiran yang kritis, Anda dapat memunculkan ide-ide, gagasan, serta saran-
saran penyelesaian masalah yang baik. Dengan berpikir kritis, akan melatih otak Anda untuk
15
Dengan berpikir kritis, lebih memungkinkan Anda untuk menemukan peluang-peluang baru
dalam segala hal, bisa dalam pekerjaan maupun bisnis atau usaha Anda. Berpikir kritis membuat
pikiran Anda lebih tajam dalam menganalisa suatu masalah atau keadaan. Tentu saja hal ini akan
berdampak pada kewaspadaan Anda itu sendiri. Untuk menemukan peluang, dibutuhkan pikiran
yang tajam serta mampu menganalisa peluang yang ada pada suatu keadaan. Berpikir kritis akan
menguntungkan Anda, karena Anda akan lebih cepat dalam menemukan peluang tersebut jika
Salah persepsi akan sering terjadi bila Anda tidak terbiasa berpikir kritis. Saat Anda
menerima sebuah pernyataan dari orang lain dan orang lain tersebut juga percaya akan
pernyataan tersebut maka jika Anda memiliki pemikiran yang kritis Anda akan mencari
kebenaran akan persepsi tersebut. Anda tidak akan mudah salah dalam sebuah persepsi yang
belum tentu benar hanya dengan orang lain mengatakan hal tersebut adalah benar. Saat Anda
tahu sebuah persepsi dari orang lain tersebut salah Anda akan membantu bukan hanya diri Anda
tapi juga orang tersebut. Dengan semakin Anda berpikir kritis hal ini akan meminimalkan salah
persepsi.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
2. Orang-orang yang berakal dalam ayat yang ke-191 adalah orang-orang yang senantiasa
3. Tidak ada satu pun ciptaan Allah Swt. yang sia-sia, semuanya mengandung makna,
4. Orang yang cerdas menurut Rasulullah adalah orang yang berpikir jauh ke depan, sampai
pada kehidupan di akhirat kemudian mengisi hidupnya sebagai bekal kehidupan kedua itu
al-Qur'an untuk mendapatkan pemahaman yang utuh dan menemukan makna yang
tersembunyi.
misteri-misteri yang terdapat pada aneka ragam makhluk ciptaan Allah Swt
B. Saran
17
Di kehidupan ini, kita perlu menanamkan sifat berpikir kritis. Dengan berpikir secara kritis,
kita akan senantiasa bersyukur atas apa yang telah diberikan. Dalam menjalankan kehidupan
ini, tentunya kita pasti menghadapi berbagai hal yang harus dihadapi dengan sebaik-baiknya.
Adapun solusi dalam kehidupan ini untuk menghadapi berbagai masalah selain dengan
ibadah yakni dengan berpikir secara kritis, hingga menemukan solusi yang tepat.
C. Kritik
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu Penyusun
meminta pembaca agar dapat memberikan kritik yang membangun untuk perbaikan
kedepannya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Feishal Ghozali, Sholeh Dimyathi (2015). Buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi
Nasikin, H.M (2013). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dr. Zakir Naik, Prof. Dr. Shalah Shawi, Syaikh Abdul Majid Subh (2016). Mereka Bertanya
Fauzan, Shalah (2017). Panduan Lengkap Membenahi Akidah, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama.
Harjoni (2016). Agama Islam Dalam Pandangan Filosofis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Filsaime, Dennis (2010). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif, Jakarta: PT.Grafindo.
Schwartz, David (2010). Berpikir dan Berjiwa Besar, Jakarta: PT. Grafindo.
Nurlailah (2013). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VII Berbasis Pendidikan
Nurlailah (2013). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XI Kurikulum 2013.
Bandung: Yrama Widya.
Saifudin (2015). The mazing Al-Qur’an Cordoba. Bandung: Cordoba Internasional Indonesia.
Sabid, Sayid, Aqidah Islam: Pola Hidup Manusia Beriman (terj.), Moh.Abdal Rathomy,
Bandung, cet.ke-12.
19