Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BERPIKIR KRITIS DAN DEMOKRATIS

Guru Pembimbing :Drs. Mudrikatul Arafah

Kelompok 5

Dianah Syahirah

Ovilia Husna

Murni Indrawati

Salsa Anggun Rahmadani

SMA NEGERI 113 JAKARTA


2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya kepada

penyusun sehingga makalah yang berjudul “Berpikir Kritis Dalam Islam” ini dapat selesai pada

waktunya. Shalawat dan salam tak lupa pula kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW, Nabi yang membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang

penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Mudrikatul Arafah selaku guru

mata pelajaran pendidikan agama islam yang telah membimbing penyusun demi terselesainya

makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mengambil materi dari buku-buku yang

berkaitan dengan masalah-masalah berpikir kritis dalam Islam, terutama yang berkaitan dengan

Al-Qur’an dan Hadits.

Kami menyadari jika makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi

penyusunan maupun materinya. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran serta kritik pembaca

untuk memperbaiki makalah ini. Semoga apa yang kami sampaikan dalam makalah ini bisa

bermanfa’at dan menjadi ilmu baru bagi kalian semua. Amin.

Jakarta, 27 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Berpikir Kritis..............................................................................................4

B. Perbedaan Kritik dengan Kritis......................................................................................7

C. Ayat Al-Qur’an Serta Hadits Berkaitan Dengan Berpikir Kritis dan demokratis............11

D. Manfa’at Bepikir Secara Kritis.....................................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................................17

B. Saran............................................................................................................................18

C. Kritik...........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. datang tidak hanya membawa aqidah

keagamaan atau ketentuan moral dan etika yang menjadi dasar masyarakat semata-mata. Akan

tetapi Islam juga membawa syariat yang jelas mengatur manusia, perilakunya dan

hubungan antara satu dengan yang lainnya dalam segala aspek; baik bersifat individu, keluarga,

hubungan individu dengan masyarakat dan hubungan-hubungan yang lebih luas lagi.

Sejarah memperlihatkan bahwa Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir berhasil

mendirikan suatu sistem pemerintahan, kemudian pengaruhnya berkembang ke seluruh penjuru

dunia tanpa bantuan kekuasaan dan kekuatan banyak umat. Beliau berhasil menguasai pikiran,

keyakinan dan jiwa umatnya, bahkan mengadakan revolusi berpikir dalam jiwa bangsa-bangsa,

hanya berdasarkan Al-Qur’an yang setiap hurufnya telah menjadi hukum.

Berpikir merupakan fungsi dari akal yang dianugerahkan kepada manusia. Dengan

berpikir, manusia akan dapat memanfaatkan akalnya untuk memahami hakikat segala sesuatu.

Hakikat segala sesuatu adalah kebenaran, dan kebenaran yang sejati adalah Allah Swt. Dengan

berpikir, manusia akanmengenal Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Maka, berpikir adalah

awal perjalanan ibadah yang tanpa-Nya ibadah menjadi tak bernilai.

Jika berkaitan dengan ibadah tentuya sudah ada ketentuan yang terperinci dari Allah Swt.

Disamping itu, dalam menjalankan kehidupan ini, tentunya kita pasti menghadapi berbagai hal

yang harus dihadapi dengan sebaik-baiknya. Adapun solusi dalam kehidupan ini untuk

menghadapi berbagai masalah selain dengan ibadah yakni dengan musyawarah.Musyawarah

1
adalah suatu kelaziman fitrah manusia dan termasuk tuntutan stabilitas suatu masyarakat.

Musyawarah bukanlah tujuan pada asalnya, melainkan disyariatkan dalam agama islam untuk

mewujudkan keadilan di antara manusia dan juga untuk memilih perkara yang paling baik bagi

mereka sebagai perwujudan tujuan-tujuan syariat dan hukum-hukumnya.

Dalam Al-Qur’an banyak terdapatayat-ayat yang menyerukan manusia untuk

memperhatikan, merenung dan memikirkan penciptaan Allah baik yang di langit, bumi maupun

diantara keduanya. Dengan adanya hal ini, maka manusia dituntut agar mampu untuk berpikir

secara kritis terhadap penciptaan Allah serta memahami dan merenungkan apa makna yang

tersirat di dalamnya.

Selain dituntut untuk mampu berpikir secara kritis, manusia juga dituntut agar mampu

untuk bertindak secara demokratis.Pengertian dari demokrasi itu sendiri merupakan suatu paham

yang didalamnya mengandung asas-asas musyawarah yang pernah dilakukan Rasulullah

SAW.semasa hidup beliau dan diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’anul-Karim.

Indonesia juga merupakan negara demokrasi, akan tetapi demokrasi di Indonesia adalah

demokrasi pancasila yang didasarkan pada sila-sila yang terdapat dalam pancasila tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah hakikat dan manfaat dari berpikir secara kritis menurut Al-Qur’an ?

2. Ayat Al-Qur’an yang mana sajakah yang membahas berpikir secara kritis ?

3. Apa saja sikap dan perilaku terpuji yang dapat dikembangkan terkait dengan berpikir secara

kritis menurut Al-Qur’an ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :

2
1. Untuk mengetahui apa sajakah hakikat dan manfaat dari berpikir secara kritis dan demokratis

menurut ayat Al-Qur’an.

2. Untuk mengetahui ayat Al-Qur’an yang mana sajakah yang membahas tentang hakikat serta

manfaat dari berpikir secara kritis dan demokratis

3. Untuk mengetahui apa saja sikap dan perilaku terpuji yang dapat dikembangkan terkait dengan

berpikir kritis dan demokratis menurut ayat Al-Qur’an.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir adalah fungsi akal. Dengan berpikir, manusia memanfaatkan akalnya untuk

memehami hakikat segala sesuatu. Hakikat segala sesuatu adalah kebenaran, dan kebenaran yang

sejati adalah Allah Swt. Dengan berpikir, manusia bisa mendekatkan diri kepada-Nya. Maka,

berpikir adalah awal perjalanan ibadah yang tanpa-Nya ibadah menjadi tak bernilai. Definisi

tentang berpikir kritis disampaikan oleh Mustaji. Ia memberikan definisi bahwa berpikir kristis

adalah “berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatankeputusan tentang

apa yang harus dipercayai atau dilakukan”.

Dalam Islam, masa depan yang dimaksud bukan sekedar masa depan di dunia, tetapi

lebih jauh dari itu, yaitu di akhirat. Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi adalah orang yangpi

kirannya jauh ke masa depan di akhirat. Maksudnya, jika kita sudah tahu bahwa kebaikandan

keburukan akan menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita,harus ada

pertimbangan akal sehat. Jangan dilakukan perbuatan yang akan menempatkan kita di posisi

yang rendah di akhirat. “Berpikir sebelum bertindak”, itulah motto yang harus menjadi acuan

orang “cerdas”.

Sabda Rasulullah SAW

4
Artinya:

Dari Abu Ya‟la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw.

Beliau bersabda:

“Orang yang cerdas ialah orang yang mampu mengintrospeksi dirinya dan suka beramal

untukkehidupannya setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu

mengikutihawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan harapan kosong”. (HR. At

-Tirmizi dan beliau berkata: Hadis Hasan).

Dalam hadis ini Rasulullah menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas adalah orang

yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga kehidupanabadi

yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini. Tentu saja, hal itu sangat dipengaruhi oleh

keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat. Orang yang tidak meyakini

adanya hari pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir untuk menyiapkan diri dengan amal

apa pun. Jika indikasi “cerdas” dalam pandangan Rasulullah adalah jauhnya orientasi dan visi ke

depan (akhirat), maka pandangan-pandangan yang hanya terbatas pada dunia, menjadi pertanda

tindakan “bodoh” atau “jahil ” (Arab, kebodohan=jahiliyah). Bangsa Arab pra Islam dikatakan

jahiliyah bukan karena tidak bisa baca tulis, tetapi karenakelakuannya menyiratkan kebodohan,

yaitu menyembah berhala dan melakukan kejahatan-kejahatan.

Orang - orang tersebut dalam hadis di atas dikatakan sebagai orang “lemah”, karena tidak

mampu melawan nafsunya sendiri. Dengan demikian, orang-orang yang suka bertindak bodoh

adalah orang-orang lemah.Orang yang cerdas juga tahu bahwa kematian bisa datang kapan saja

tanpa diduga. Olehkarena itu, ia akan selalu bersegera melakukan kebaikan (amal saleh) tanpa

menunda.Rasulullah saw. bersabda:

5
Artinya:

Dan dari Abu Hurairah ra. yang berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara yaitu: Apa yang kalian tunggu

selainkemiskinan yang melalaikan, atau kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang

merusaktubuh, atau tua yang melemahkan, atau kematian yang cepat, atau Dajjal, maka ia

adalahseburuk buruknya makhluk yang dinantikan, ataukah kiamat, padahal hari kiamat itu

adalahsaat yang terbesar bencananya serta yang terpahit dideritanya?”

(HR. at-Tirmizi dan beliauberkata: Hadis hasan)

Dalam hadis di atas Rasulullah saw. mengingatkan kita supaya bersegera dan tidak menunda-

nunda untuk beramal salih. Rasulullah menyebut tujuh macam peristiwa yang buruk untuk

menyadarkan kita semua,

Pertama, kemiskinan yang membuat kita menjadi lalai kepada Allah karena sibuk

mencaripenghidupan (harta).

Kedua, kekayaan yang membuat kita menjadi sombong karena menganggap semua kekayaanitu

karena kehebatan kita.

Ketiga, sakit yang dapat membuat ketampanan dan kecantikan kita pudar, atau bahkan cacat.

Keempat, masa tua yang membuat kita menjadi lemah atau tak berdaya.

Kelima, kematian yang cepat karena usia/umur yang dimilikinya tidak memberi manfaat.

Keenam, datangnya dajjal yang dikatakan sebagai makhluk terburuk karena menjadi fitnahbagi

manusia.

Ketujuh, hari kiamat, bencana terdahsyat bagi orang yang mengalaminya. Jadi, berpikir

kritisdalam pandangan Rasulullah dalam dua hadis di atas adalah mengumpulkan bekal amal

6
salihsebanyak-banyaknya untuk kehidupan pasca kematian (akhirat), karena “dunia tempat

menanam dan akhirat memetik hasil (panen)”. Oleh karena itu, jika kita ingin memetik hasil

di akhirat, jangan lupa bercocok tanam di dunia ini dengan benih-benih yang unggul, yaitu amal

salih.

B. Perbedaan Kritik Dengan Kritis

Kritik sering kita definisikan menilai atau menghakimi. Menurut wikipedia, kritik adalah

masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan

pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Dengan kesimpulan,

kritik adalah hasil dari pengamatan yang diberikan untuk meningkatkan dan memperbaiki

perkerjaan.

Sedangkan kritis ialah berpikir secara analisis reduksi. Berpikir secara kritis berawal

dari sebuah pertanyaan. Misalkan, ada seorang guru sedang menerangkan materi yang diajarkan

kepada muridnya. Karena seorang murid itu tidak paham dengan apa yang diterangkan oleh si

guru tadi, maka si murid tersebut bertanya dengan rasa ingin tahunya. Nah, yang seperti itu bisa

juga kita sebut dengan berpikir kritis . karena pada hakikatnya berpikir itu adalah bertanya.

Orang yang sering bertanya maka dia sering berpikir. Dan pada intinya manusia itu diciptakan

untuk berpikir. Kenapa orang ingin belajar? Karena dia ingin berpikir.

Menurut nietszche salah seorang filsuf asal jerman, manusia dengan binatang itu pada

mulanya sama. Yang membedakan manusia dengan binatang ialah otak, dan otak itu

dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan potensi yang masing-masing manusia miliki. Kalau

manusia itu tidak mengembangkan potensinya, maka dia sama halnya dengan binatang. Dalam

7
Al-qur’an kita sering membaca atau mendengar kata-kata, afalaa ta’qiluun, afalaa tatazakkaruun,

afalaa tasykuruun, dan sebagainya hingga yang paling tertinggi ialah ulu al-bab. Semua itu kalau

kita artikan ada indikasi atau perintah Allah SWT, supaya kita berpikir. Berpikir yang tidak

hanya satu objek, tapi berbagai objek lainnya. Bagaimana konsep berpikir secara intelektualitas

itu?,

Sengaja saya mengambil tema di atas, karena saya ingin berusaha membangunkan orang-orang

yang sedang tertidur, dan menghidupkan kembali akal yang telah mati. Dalam artian, terjauh dari

apa yang namanya justifikasi dan terbodohi. Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa dalam

firman Allah SWT tercatat kata-kata ulul al-bab. Ulul Albab adalah istilah khusus yang dipakai

al-Qur’an untuk menyebut sekelompok manusia pilihan semacam intelektual. Istilah Ulul Albab

16 kali disebut dalam al-Qur’an. Namun, sejauh itu al-Qur’an sendiri tidak menjelaskan secara

definitive konsepnya tentang ulul albab. Ia hanya menyebutkan tanda-tandanya saja. Karena

itulah, para mufassir kemudian memberikan pengertian yang berbeda-beda tentang ulul albab.

Imam Nawawi, misalnya, menyebut bahwa ulul albab adalah mereka yang

berpengetahuan suci, tidak hanyut dalam derasnya arus. Dan yang terpenting, mereka mengerti,

menguasai dan mengamalkan ajaran Islam. Sementara itu, Ibn Mundzir menafsirkan bahwa ulul

albab sebagai orang yang bertaqwa kepada Allah, berpengetahuan tinggi dan mampu

menyesuaikan diri di segala lapisan masyarakat, elit ataupun marginal.

Ciri-ciri ulul albab yang disebut dalam al-Qur’an adalah,

Pertama, bersungguh-sungguh menggali ilmu pengetahuan. Menyelidiki dan mengamati semua

rahasia wahyu (al-Qur’an maupun gejala-gejal alam), menangkap hukum-hukum yang tersirat di

dalamnya, kemudian menerapkannya dalam masyarakat demi kebaikan bersama. "Sesungghnya,

dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda

8
kekuasaan Allah bagi ulul albab" (QS, Ali Imran, 190).

dalam al-Qur’an terdapat dua perintah; tafakur dan tasyakur. Tafakur adalah merenungkan serta

memikirkan semua kejadian yang timbul dalam alam semesta, kemudian menangkap hukum-

hukumnya yang dalam bahasa modern dikenal dengan istilah science. Sedang tasyakur adalah

memanfaatkan segala nikmat dan karunia Allah dengan akal pikiran, sehingga nikmat tersebut

semakin bertambah yang kemudian dikenal dengan istilah teknologi. Ulul Albab

menggabungkan

keduanya; memikirkan sekaligus mengembangkan dan memanfaatkan hasilnya, sehingga nikmat

Allah semakin bertambah (Jalaluddin Rahmad, 1988, 213). "Sesungguhnya, jika kamu

bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Jika kamu mengingkari (nikmat-

Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih"(QS, Ibrahim, 7).

Manusia akan mampu menemukan citra dirinya sebagai manusia, serta mampu menaklukkan

jagat raya bila mau berpikir dan berdzikir. Berpengetahuan tinggi serta menguasai teknologi.

"Jika kamu mampu menembus (melintasi) penjuruu langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu

tidak akan mampu menembusnya, kecuali dengan kekuatan (teknologi)" (QS, Ar-Rahman, 33).

Kedua, selalu berpegang pada kebaikan dan keadilan. Ulul Albab mampu memisahkan yang

baik dari yang jahat, untuk kemudian memilih yang baik. Selalu berpegang dan mempertahankan

kebaikan tersebut walau sendirian dan walau kejahatan didukung banyak orang. "Tidak sama

yang buruk (jahat) dengan baik (benar), meskipun kuantitas yang jahat mengagumkan dirimu.

Bertaqwalah hai ulul albab, agar kamu beruntung" (QS, Al-Maidah, 100)

Dalam masyarakat, Ulul Albab tampil bagai seorang "nabi". Ia tidak hanya asyik dalam acara

ritual atau tenggelam dalam perpustakan; sebaliknya tampil dihadapan umat. Bertabligh untuk

memperbaiki ketidakberesan yang terjadi di tengah- tengah masyarakat, memberikan peringatan

9
bila terjadi ketimpangan dan memprotesnya bila terjadi ketidak-adilan dan kesewenang-

wenangan.

Ketiga, teliti dan kritis dalam menerima informasi, teori, proporsisi ataupun dalil yang

dikemukakan orang lain. Bagai sosok mujtahid, ulul albab tidak mau taqlid pada orang lain,

sehingga ia tidak mau menelan mentah-mentah apa yang diberikan orang lain, atau gampang

mempercayainya sebelum terlebih dahulu mengecek kebenarannya. "Yang mengikuti perkataan

lalu mengikuti yang paling baik dan benar, mereka itulah yang diberi petunjuk oleh Allah, dan

mereka itulah ulul albab" (QS, Az-Zumar, 18).

Keempat, sanggup mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu. Sejarah adalah penafsiran

nyata dari suatu bentuk kehidupan. Dengan memahami sejarah kemudian membandingkan

dengan kejadian masa sekarang, ulul albab akan mampu membuat prediksi masa depan, sehingga

mereka mampu membuat persiapan untuk menyambut kemungkinan- kemungkinan yang bakal

terjadi.

Sampai pada ciri-ciri ini, ulul albab tidak ada bedanya dengan intelektual yang lain. Tapi bila

dilanjutkan, maka ada nilai tambah yang dimilikinya yang tidak dimiliki oleh seorang intelektual

biasa.

Kelima, tidak takut kepada siapapun, kecuali Allah semata. Sadar bahwa semua perbuatan

manusia akan dimintai pertanggungan jawab, dengan bekal ilmunya, ulul albab tidak mau

berbuat semena-mena. Tidak mau menjual ilmu demi kepentingan pribadi (menuruti ambisi

politik atau materi).

10
C. Ayat Al-Qur’an Serta Hadits Berkaitan Dengan Berpikir Kritis dan Demokratis

 Surah Al Imran (3) : 159

‫ّللاِ ِمنَ َر ْح َمة فَبِ َما‬


َ ‫ت‬ َ ‫ت َولَ ْو لَ ُه ْم ِل ْن‬ ًّ َ‫ظ ف‬
َ ‫ظا ُك ْن‬ َ ‫غ ِلي‬ ِ ‫ْف َح ْو ِل َك ِم ْن ال ْنفَضُّوا ْالقَ ْل‬
َ ‫ب‬ ُ ‫ع ْن ُه ْم فَاع‬
َ

‫َوشَا ِو ْر ُه ْم لَ ُه ْم َوا ْست َ ْغ ِف ْر‬

ْ ‫ت فَإِذَا‬
‫األم ِر فِي‬ َ ‫علَى فَتَ َو َك ْل‬
َ ‫عزَ ْم‬ َ ُّ‫( ْال ُمت َ َو ِ ِّكلِينَ ي ُِحب‬١٥٩)
َ ‫ّللاَ ِإ َن‬
َ ِ‫ّللا‬
Artinya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.

Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari

sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah

membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS Ali Imran : 159)

 Penjelasan

Surah Ali Imran Ayat 159 menyebutkan tiga hal secara berurutan untuk

dilakukan sebelum bermusyawarah, yaitu sebagai berikut

1. Bersikap lemah lembut. Orang yang melakukan musyawarah harus menghindari tutur kata

yang kasar serta sikap keras kepala. Jika tidak,maka mitra musyawarah akan pergi menghindar.

2. Memberi maaf dan bersedia membuka diri. Kecerahan pikiran hanya dapat hadir bersamaan

dengan sirnanya kekerasan hati serta kedengkian dan dendam.

11
3. Memohon ampunan Allah sebagai pengiring dalam bertekad, kemudian bertawakal kepada-

Nya atas keputusan yang dicapai yang diharapkan dari musyawarah adalah mufakat untuk

kebenaran karena Nabi Muhammad saw.

 Surah Al Imran (3) : 190-191

ِ ‫ت خ َْل‬
‫ق فِي ِإ َن‬ ِ ‫س َم َاوا‬ ِ ‫ف َو ْاأل َ ْر‬
َ ‫ض ال‬ ِ ‫اختِ ََل‬ ِ ‫ِألُو ِلي ََل َيات َوالنَ َه‬
ْ ‫ار اللَ ْي ِل َو‬

ِ ‫ْاأل َ ْلبَا‬
‫ب‬
Artinya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang

terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (190)

َ‫ّللاَ يَ ْذ ُك ُرونَ الَذِين‬ ِ ‫ت خ َْل‬


َ ‫ق فِي َويَتَفَ َك ُرونَ ُجنُوبِ ِه ْم َو َعلَى َوقُعُودًا قِيَا ًما‬ ِ ‫س َم َاوا‬
َ ‫ال‬

ِ ‫ت َما َربَنَا َو ْاأل َ ْر‬


‫ض‬ َ ‫اط ًَل َهذَا َخلَ ْق‬ َ َ‫َعذ‬
ُ ‫اب فَ ِقنَا‬
ِ َ‫س ْب َحان ََك ب‬

ِ َ‫الن‬
‫ار‬
Artinya:

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan

berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya

Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka

peliharalah Kami dari siksa neraka.” (191)

• Uraian dan Tafsir ayat

Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta

keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan malam

secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita

12
dan cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang

ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah,

kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.

Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khaliq tersusun dengan sangat tertib.Bukan hanya semata

dijadikan, tetapi setiap saat nampak hidup.Semua bergerak menurut aturan.

Silih bergantinya malam dan siang, besar pengaruhnya atas hidup kita dan segala yang

bernyawa.Kadang-kadang malam terasa panjang dan sebaliknya.Musim pun silih

berganti.Musim dingin, panas, gugur, dan semi.Demikian juga hujan dan panas.Semua ini

menjadi tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah bagi orang yang berpikir.Bahwa tidaklah

semuanya terjadi dengan sendirinya.Pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.

• Isi Kandungan

Pada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya memiliki kandungan hukum yaitu Allah

mewajibkan kepada umatnya untuk menuntu ilmu dan memerintahkan untuk mempergunakan

pikiran kita untuk merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami ketetapan-ketetapan

yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan) serta pergantian siang dan

malam. Yang demkian ini menjadi tanda-tanda bagi orang yang berpikir, bahwa semua ini

tidaklah terjadi dengan sendirinya. Kemudian dari hasil berpikir tersebut, manusia hendaknya

merenungkan dan menganalisa semua yang ada di alam semesta ini, sehingga akan tercipta ilmu

pengetahuan

13
D. Manfaat Berpikir Secara Kritis

1. Memiliki banyak alternatif jawaban dan ide kreatif

Membiasakan diri berpikir kritis akan melatih Anda memiliki kemampuan untuk berpikir jernih

dan rasional. Dimana Anda juga akan dapat berpikir secara mandiri dan reflektif. Berpikir dan

bertindak reflektif adalah tindakan dan pikiran yang tidak Anda rencanakan, terjadi secara

spontan dan begitu saja, secara refleks otak Anda akan memikirkan suatu hal serta melakukan

hal-hal lain tanpa perlu Anda memikirkan atau menyuruh otak Anda untuk memikirkan secara

ulang. Terbiasa berpikir kritis juga akan membuat Anda memiliki banyak alternatif jawaban serta

ide-ide kreatif. Jika Anda mempunyai suatu masalah, Anda tidak hanya terpaku pada satu jalan

keluar atau penyelesaian, Anda akan memiliki banyak opsi atau pilihan penyelesaian masalah

tersebut. Berpikir kritis akan membuat Anda memiliki banyak ide-ide kreatif dan inovatif serta

out of the box.

2. Mudah memahami sudut pandang orang lain

Berpikir kritis membuat pikiran dan otak Anda lebih fleksibel. Anda tidak akan terlalu kaku

dalam berpikir atas pendapat atau ide-ide dari orang lain. Anda lebih mudah untuk menerima

pendapat orang lain dan persepsi yang berbeda dari persepsi Anda sendiri. Hal ini memang tidak

mudah untuk dilakukan, namun jika Anda telah terbiasa untuk berpikir kritis, maka dengan

sendirinya, secara spontanitas, hal ini akan mudah untuk Anda lakukan. Keuntungan lain dari

memiliki pikiran yang lebih fleksibel dari berpikir kritis adalah Anda lebih mudah memahami

sudut pandang orang lain. Tidak terlalu terpaku pada pendapat Anda sendiri, dan lebih terbuka

terhadap pemikiran, ide, atau pendapat orang lain.

14
3. Menjadi rekan kerja yang baik

Lebih banyak manfaat-manfaat lain yang bisa Anda peroleh karena berpikir kritis. Dan

manfaat-manfaat itu pada umumnya saling berkaitan. Misalnya saja Anda lebih mudah, terbuka,

menerima, serta tidak kaku dalam menerima pendapat orang lain, Anda tentu kaan lebih

dihormati oleh rekan kerja Anda. Karena Anda mau menerima pendapat orang lain dengan

pikiran terbuka. Maka rekan kerja Anda pasti akan menganggap Anda sebagai rekan kerja yang

baik. Di dalam lingkungan kerja, hal lain yang penting selain pekerjaan dan hubungan dengan

atasan adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini tentu saja dipengaruhi oleh rekan-rekan

kerja Anda. Jika hubungan Anda baik dengan rekan kerja, situasi lingkungan kerja juga akan

lebih baik dan lebih kondusif serta produktif dalam bekerja.

4. Lebih Mandiri

Berpikir kritis membuat Anda mampu berpikir lebih mandiri, artinya tidak harus selalu

mengandalkan orang lain. Saat dihadapkan pada situasi yang rumit dan sulit serta harus segera

mengambil keputusan, Anda tidak perlu menunggu seseorang yang Anda anggap mampu

menyelesaikan masalah, karena Anda sendiri juga mampu menyelesaikan masalah tersebut.

Dengan memiliki pikiran yang kritis, Anda dapat memunculkan ide-ide, gagasan, serta saran-

saran penyelesaian masalah yang baik. Dengan berpikir kritis, akan melatih otak Anda untuk

berpikir lebih kritis, tajam, kreatif, serta inovatif.

5. Sering menemukan peluang baru

15
Dengan berpikir kritis, lebih memungkinkan Anda untuk menemukan peluang-peluang baru

dalam segala hal, bisa dalam pekerjaan maupun bisnis atau usaha Anda. Berpikir kritis membuat

pikiran Anda lebih tajam dalam menganalisa suatu masalah atau keadaan. Tentu saja hal ini akan

berdampak pada kewaspadaan Anda itu sendiri. Untuk menemukan peluang, dibutuhkan pikiran

yang tajam serta mampu menganalisa peluang yang ada pada suatu keadaan. Berpikir kritis akan

menguntungkan Anda, karena Anda akan lebih cepat dalam menemukan peluang tersebut jika

dibandingkan dengan orang yang tidak terbiasa berpikir kritis.

6. Meminimalkan salah persepsi

Salah persepsi akan sering terjadi bila Anda tidak terbiasa berpikir kritis. Saat Anda

menerima sebuah pernyataan dari orang lain dan orang lain tersebut juga percaya akan

pernyataan tersebut maka jika Anda memiliki pemikiran yang kritis Anda akan mencari

kebenaran akan persepsi tersebut. Anda tidak akan mudah salah dalam sebuah persepsi yang

belum tentu benar hanya dengan orang lain mengatakan hal tersebut adalah benar. Saat Anda

tahu sebuah persepsi dari orang lain tersebut salah Anda akan membantu bukan hanya diri Anda

tapi juga orang tersebut. Dengan semakin Anda berpikir kritis hal ini akan meminimalkan salah

persepsi.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Q.S. Ali 'Imran /3:190

menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,

mengandung tanda-tanda kebesaran Allah Swt.

2. Orang-orang yang berakal dalam ayat yang ke-191 adalah orang-orang yang senantiasa

mengingat Allah Swt. dalam segala keadaan

3. Tidak ada satu pun ciptaan Allah Swt. yang sia-sia, semuanya mengandung makna,

manfaat, dan pelajaran berharga bagi orang yang mau merenungkannya

4. Orang yang cerdas menurut Rasulullah adalah orang yang berpikir jauh ke depan, sampai

pada kehidupan di akhirat kemudian mengisi hidupnya sebagai bekal kehidupan kedua itu

5. Pentingnya mengadakan perenungan tentang ayat-ayat Allah Swt. dalam

al-Qur'an untuk mendapatkan pemahaman yang utuh dan menemukan makna yang

tersembunyi.

6. Pentingnya mengadakan perenungan tentang ayat-ayat kauniyah (alam semesta) untuk

mendapat inspirasi dalam mengembangkan IPTEK

7. Pentingnya mengadakan penelitian terhadap fenomena alam semesta untuk mengungkap

misteri-misteri yang terdapat pada aneka ragam makhluk ciptaan Allah Swt

B. Saran

17
Di kehidupan ini, kita perlu menanamkan sifat berpikir kritis. Dengan berpikir secara kritis,

kita akan senantiasa bersyukur atas apa yang telah diberikan. Dalam menjalankan kehidupan

ini, tentunya kita pasti menghadapi berbagai hal yang harus dihadapi dengan sebaik-baiknya.

Adapun solusi dalam kehidupan ini untuk menghadapi berbagai masalah selain dengan

ibadah yakni dengan berpikir secara kritis, hingga menemukan solusi yang tepat.

C. Kritik

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu Penyusun

meminta pembaca agar dapat memberikan kritik yang membangun untuk perbaikan

kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Feishal Ghozali, Sholeh Dimyathi (2015). Buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti, Jakarta: Pusat Kurikulum dan perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Nasikin, H.M (2013). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dr. Zakir Naik, Prof. Dr. Shalah Shawi, Syaikh Abdul Majid Subh (2016). Mereka Bertanya

Islam Menjawab, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Fauzan, Shalah (2017). Panduan Lengkap Membenahi Akidah, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka

Utama.

Harjoni (2016). Agama Islam Dalam Pandangan Filosofis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Filsaime, Dennis (2010). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif, Jakarta: PT.Grafindo.

Schwartz, David (2010). Berpikir dan Berjiwa Besar, Jakarta: PT. Grafindo.

Nurlailah (2013). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VII Berbasis Pendidikan

Karakter Bangsa, Bandung: Yrama Widya.

Nurlailah (2013). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XI Kurikulum 2013.
Bandung: Yrama Widya.

Saifudin (2015). The mazing Al-Qur’an Cordoba. Bandung: Cordoba Internasional Indonesia.

Sabid, Sayid, Aqidah Islam: Pola Hidup Manusia Beriman (terj.), Moh.Abdal Rathomy,
Bandung, cet.ke-12.

19

Anda mungkin juga menyukai