Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS NOVEL “RENTANG KISAH”

Oleh :

TETTI YUIANINGSIH

XII-MIPA 6

33

SMAN 1 KREMBUNG

2021/2022
A. Identitas Novel

Judul Buku : Rentang Kisah

Penulis : Gita Savitri Devi

Tebal Buku : 207 halaman

Penerbit : Gagas Media\

Tahun Terbit : 2017

Tempat terbit : Ciganjur-Jagakarsa Jakarta Selatan

B. Sinopsis
Buku yang berjudul Rentang Kisah karya Gita Savitri ini bercerita tentang
masakecil Gita Savitri dan berbagai fenomena kehidupan dengan banyak pelajaran
berharga bagi Gita. Gita kecil bukanlah sosok yang senang dengan orang tua.
Terutama ibunya.Gita kecil melihat ibunya sebagai sosok diktator dan menakutkan.
Segala arahan dariibu harus selalu ia turuti. Kalau tidak, ibunya bisa marah besar.
Kemarahan itu yangmembuat Gita kecil takut sekaligus membenci ibunya.
Terkadang, Gita iri denganteman-teman sebayanya yang bisa terlihat harmonis dan
akrab dengan kedua orang tuamereka. Gita tidak bisa demikian. Satu-satunya hal bisa
Gita lakukan adalah menurutisemua perintah ibunya. Alhasil, Gita sudah disibukkan
dengan berbagai macam kursus sesuai arahan sang ibu. Kegiatan kursus Gita tersebut
selalu diantar jemput oleh ibunya. Jarang bagi Gita untuk bisa nongkrong cantik
bersama teman-temannya.
Suatu saat, Gita sudah lulus SMA. Dunia perkuliahan sudah menanti di
depanmata. Gita yang sampai saat itu masih belum memiliki cita-cita, merasa bingung
dengan jurusan apa yang ingin ia tempuh. Ia bukan tipe rajin belajar. Bahkan,
Gitamerasa bahwa dirinya tidak tahu bagaimana cara belajar yang benar. Akhirnya
iamengikuti pendapat orang yaitu memilih jurusan kuliah berdasarkan passion yang
dimiliki. Walaupun, Gita lagi-lagi bingung dengan apa passion yang dia sukai
sekarang.
Setelah perenungan panjang, Gita memutuskan untuk mengambil jurusan
desain grafis di ITB melihat hobinya yang senang menggambar. Gita
memfokuskandiri dengan belajar soal-soal latihan masuk perguruan tinggi. Setelah
belajar keras danmengikuti seleksi nasional, Gita berhasil mendapatkan kampus
impiannya.
“Kamu mau kuliah di ITB atau di Jerman?” tanya ibu setelah mengetahui
pengumuman hasil seleksi. Gita terkejut, setelah ia bersusah payah belajar untuk
masuk universitas serta setelah Gita menentukan pilihannya, ibu justru bereaksi lain.
Bukan diberi selamat atau apa kek. Padahal udah susah-susah belajar. Gerutu Gita
dalam hati.
Gita kembali dilanda kebingungan. Ibunya memberi pilihan yang sulit. ITB
sudah di depan mata. Sedangkan Jerman terlihat menarik untuk dicoba. Melihat ayah
dan ibunya yang dahulu juga tinggal di Jerman, Gita memilih Jerman dan melepaskan
ITB. Sayangnya, nasib Gita tidak sebaik itu. Ibunya telah memperoleh informasi dari
sales X tentang perkuliahan di Jerman yang menerima mahasiswa minimal berusia 18
tahun. Saat itu usia Gita baru menginjak 17 tahun. Sebenarnya Jerman menerima
mahasiswa di bawah usia 17 tahun tapi segala bentuk persetujuan administrasi
harusatas nama wali atau penanggung jawab dari mahasiswa. Akan merepotkan jika
apa-apaharus minta tanda tangan ayah. Padahal ayahnya sedang sibuk bekerja di luar
negeri. Keputusan akhirnya, Gita harus menelan pil pahit dengan menunggu selama
setahun dirumah sebelum benar-benar berangkat ke Jerman. Waktu senggang selama
setahun sempat Gita keluhkan. Lambat laun, Gita mulai menerima waktu
senggangnya. Ia menghabiskan waktu untuk bersantai dan nongkrong bersama teman-
temannya. Waktu senggang yang dulu tidak bisa ia rasakan karena disibukkan dengan
kursus ini-itu.
Setahun berlalu. Gita benar-benar berangkat ke Jerman. Gita mengalami
culture shock berupa sistem pendidikan di Jerman. Sistem pendidikan di Jerman
memang berbeda dengan yang ada di Indonesia. Di Jerman, calon mahasiswa harus
menempuh Studienkolleg beserta tes tulisnya selama dua tahun sebagai syarat masuk
perkuliahan di Jerman. Pelajaran yang ditempuh di Studienkolleg antara lain materi
pelajaran SMA. Bedanya, di Jerman kita dituntut untuk menguasai konsep dan alasan
bagaimana suatu rumus dapat terbentuk. Jadi, pelajaran nampak luar biasa sulit bagi
Gita. Gita banyak melahap latihan soal selama di Jerman karena jika tes
Studienkolleg-nya tidak lulus, bukan hanya ia tidak diterima masuk perkuliahan di
sana melainkan dipulangkan ke Indonesia. Mengapa harus menghafalkan banyak
rumus kalau beberapa rumus berasal dari satu turunan yang sama?
Masalah lain yang dihadapi Gita ketika kali pertama di Jerman adalah
penguasaan bahasa Jerman. Gita memang sudah mengenal bahasa Jerman semenjak
kelas 2 SMA dengan mengikuti kursus bahasa Jerman. Tapi hal itu tidak membantu
Gita ketika benar-benar terjun ke bumi Jerman. Alhasil, di samping mengikuti
program Studienkolleg, Gita berlatih keras untuk menguasa bahasa Jerman. Di
samping kebutuhan sosial dan pembelajaran, bahasa Jerman juga menjadi syarat bagi
mahasiswa baru untuk berkuliah di Jerman karena bahasa pengantar kuliah di Jerman
adalah bahasa Jerman sendiri. Pada akhirnya, Gita dapat melalui beberapa tes dengan
nilai sangat baik. Di samping itu, Gita berhasil masuk universitas paling bergengsi di
Jermanyaitu Freie Universität Berlin jurusan Kimia Murni.
Kisahnya di Jerman terus berlanjut hingga tak terasa tujuh tahun berlalu.
Banyak pengalaman serta pelajaran yang Gita dapatkan selama tujuh tahun di tanah
rantai. Semua pengalaman itu tentunya mampu mengubah Gita menjadi pribadi yang
matang dan lebih baik. Tidak seperti dulu.

C. Tema
Tema yang terdapat dalam novel tersebut adalah “Perjalanan Hidup”
Karena, dalam novel tersebut, menceritakan mengenai cerita kehidupan si pengarang,
Gita Savitri Devi dari mulai ia kecil, hingga ia duduk di bangku perkuliahan. Dari
seorang Gitasav yang egois dan selalu memaksakan keinginannya, menjadi Gitasav
yang selalu menikmati setiap proses kehidupan, dan selalu mensyukuri semua yang
diberikan oleh Allah Swt

D. Tokoh dan Penokohan


a. Gita
Watak :
1) Tempramen
Bukti :
Aku yang memang agak tempramen ini, merasa nggak terima karena
selalu aja ada halangan tiap kali mau melakukan sesuatuyang kuinginkan.
2) Gampang marah
Bukti :
Aku gampang naik darah hanya karena hal-hal sepele.
3) Mengandalkan akal dan logika
Bukti :
Aku adalah tipe orang yang selalu mengandalkan akal dan logika.
4) Gigih
Bukti :
Gue harus selalu muter otak gimana caranya gue bisa dapet duit. Entah itu
kerja di pabrik, di kafe, atau kayak sekarang nih, gue menjadikan You
Tube sebagai source income.
5) Introvert
Bukti:
Yes, I am introvert. Untuk orang-orang yang tahu kalau gue seorang
introvert, mungkin mereka bingung melihat bagaimana gue mem-portray
diri gue di media social.
6) Bijak
Bukti :
Balik lagi, aku harus selalu sadar, pada dasarnya hidup yang aku miliki ini
bukan diisi dengan mengejar ini dan itu, tapi untukmenghadapi dan
menikmati keseruan yang dikasih sama Allah.
b. Ibu Gita
Watak :
1) Jutek
Bukti:
Raut juteknya dengan mudah menciutkan nyaliku.
2) Sayang dengan anaknya
Bukti:
Ibu bilang, dia lebih rela capek fisik ketimbang meperkerjakan laki-laki
asing untuk mengantar anaknya ke mana-mana. Waktunya, energinya,
pikirannya, dan seluruh hidupnya didedikasikan untuk aku dan adikku.
3) Penganut Islam yang kuat
Bukti:
Keluargaku adalah penganut Islam yang kuat. Dari dulu aku udahdiwanti-
wanti oleh ibuku supaya berhati-hati dalam memilih pasangan.
c. Ayah Gita
Watak :
1) Penganut Islam yang kuat
Bukti:
Keluargaku adalah penganut Islam yang kuat.
2) Pekerja keras
Bukti:
Dalam novel tersebut diceritakan bahwa Ayah Gita bekerja diluar negeri,
berpisah dan jarang bertemu dengan keluarganya, untuk menghidupi
keluarganya.
d. Paulus
Watak :
1) Pendiam
Bukti :
Setelah berkenalan, aku tahu Paulus orangnya pendiam. Dia lebih banyak
mendengar ketimbang ngomong.
2) Sabar dan lemah lembut
Bukti :
Selama ini aku melihat bagaimana sabarnya dia, bagaimana lembutnya hati
dan tutur katanya.
3) Taat beragama
Bukti :
Bagaimana dengan Paulus? Dia juga penganut Kristen yang taat.

E. Alur
Dalam novel ini, menggunakan alur campuran. Karena, penulis dalam novel ini
menceritakan mengenai perjalanan hidupnya mulai dari ia masih kecil, hingga saat ia
berkuliah di Jerman. Dimana, dalam hal ini, sesekali sang penulis saat menceritakan
dirinya ketika kuliah, juga menceritakan kembali kehidupannya di saat ia sedang
duduk di bangku kuliah, seakan-akan sang penulis membandingkan dirinya ketika
duduk di bangku SMA dengan dirinya yang telah duduk di bangku perkuliahan.
F. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah bagaimana penulis menempatkan dirinya dalam cerita, atau
dengan kata lain dari titik di mana penulis melihat cerita. Sudut pandang terbagi
menjadi dua; sudut pandang orang pertama, dan sudut pandang orang ketiga. Dalam
novel ini, penulis menempatkan dirinya sebagai sudut pandang orang pertama. Karena
dalam cerita ini penulis menggunakan “aku” yang menceritakan tentang perjalanan
hidup dirinya sendiri.

G. Amanat
a. Sekeras apa pun cobaan yang akan dihadapi nanti, sekeruh apapun lingkungan di
masa depan, harus tetap bisa berada di ruang tenang yang sudah dibangun dengan
susah payah.
b. Menikmati proses dan menikmati apapun yang hidup ini berikan.
c. Diri kita ada untuk disayang, untuk dirawat, untuk dijaga, diberi ilmu,ditinggikan
derajatnya. Bukan untuk dipecut dan disiksa oleh dirisendiri.
d. Harus selalu disadari, pada dasarnya hidup yang dimiliki bukan hanya diisi
dengan mengejar ini dan itu, tapi untuk menghadapi dan menikmati keseruan yang
diberikan Allah Swt.

H. Latar/Setting
a. Latar Tempat
1) Rumah
Bukti :
“Mi, biso ke rumah, dak? Di lehernyo Gita ado benjolan besak.Tolong
diperikso pacak?” jelas ibu pakai Bahasa Palembang.
Nggak lama setelah itu, Tante dating dan langsung memeriksaku. Leher
kiri ditekan-tekan. “Sakit, nggak?” tanyanya
2) Rumah Sakit Cipto Mangunkusum
Bukti :
Seperti yang direncanakan, keesokan harinya aku dan Ibu ke RumahSakit
Cipto Mangunkusumo, tempat tanteku bekerja.
3) Kolam renang Stadion Senayan
Bukti :
Sabtu itu, sesperti Sabtu sebelumnya, aku ada latihan renang dikolam
renang Stadion Senayan, menyusuri kolam sepanjang 25 meter dengan
gaya bebas.
4) Pameran pendidikan
Bukti :
Sementara, Ibu setelah mengantarku , langsung meuju pameran pendidikan
yang juga sedang berlangsung di Senayan.
5) Jalan Asia-Afrika
Bukti :
Akhirnya aku bisa jalan-jalan ke daerah-daerah gaul yang biasanya
didatangi anak Jakarta, dan bisa menikmati Jalan Asia-Afrika yang
ternyata indah kalau udah malam.
6) Berlin
Bukti :
Jalanan berlin nggak seramai Jakarta.
7) Studienkolleg
Bukti :
Di Studienkolleg sebenarnya hanya mengulang perlajaran yangsudah
pernah dipelajari di SMA.
8) Di depan ruang lecture di gedung kimia organic
Bukti :
Saat itu aku sedang menunggu kelas pagi di depan ruang lecture di gedung
kimia organic, aku membaca buku yang sebenarnya udah pernah kubaca
sebelumnya, biografi Nabi Muhammad Saw.
9) Masjid Palestina
Bukti :
Sabtu siang, 14 Februari di Masjid Palestina, terlihat banyak jamaah pria
dan wanita yang datang mendengarkan suatu ceramah.
b. Latar Waktu
1) Bulan Ramadhan
Bukti :
Saat itu, Bulan Ramadhan. Aku merasakan badanku jadi gampang lemas.
2) Sore hari
Bukti :
Di suatu sore, saat lagi santai sambal nonton TV- lebih tepatnya main hape
ditemani suara TV, ada sebuah program biografi seorang tokoh
internasional.
3) Minggu malam, 14 Juni 2009
Bukti :
Minggu malam, 14 Juni 2009. Aku nggak bisa tidur, jantung ini deg-
degan.
4) 31 Oktober 2010
Bukti :
31 Oktober 2010, untuk kali pertama aku menginjakkan kaki di negara
yang sudah kubayangkan setahun lamanya.
5) Jumat, 13 Februari 2015
Bukti :
Jumat, 13 Februari 2015. Aku melihat Paulus sudah terlalu siap untuk
menjadi seorang muslim.
6) Sabtu siang, 14 Februari
Bukti :
Sabtu siang, 14 Februari di Masjid Palestina, terlihat banyak jamaah pria
dan wanita yang datang mendengarkan suatu ceramah.
c. Latar Suasana
1) Menegangkan
Bukti :
Jantungku deg-degan, sudah kayak lagi naik roller-coaster ketika
mendengar langkah kakinya menuju kamarku.
2) Menyengkan
Bukti :
Perjuangan nggak sia-sia. Rasanya senang bukan main. Ini adalah
pembuktianku kepada diri sendiri.
3) Mengecewakan
Bukti :
Mendengar hal itu aku langsung bete. Aku yang lulus SMA umur 17 tahun
berarti nggak bisa langsung terbang ke Jerman untuk melanjutkan
pendidikan.
4) Sedih
Bukti :
Sedihnya luar biasa karena apa yang telah kami jalani selama ini nggak
ada gunanya.
5) Membingungkan
Bukti :
Tapi di tiga tahun itu juga, aku merasa hubungan kami nggak akan
berujung ke mana-mana. Beberapa teman-temanku sebenarnya udah
mengingatkan di awal hubungan, beda agama itu ujungnya akan pahit.
6) Mengharukan
Bukti :
Aku terbawa suasana. Menatap Paulus dan ustaz berdiri di depanku
dengan hape di tangan kanan yang mengambil detik demi detik momen
indah ini. Tanpa sadar air mata sudah mengalir ke pipiku yang langsung
cepat-cepat ku seka karena aku benci menangis di depan orang lain.
7) Menggembirakan
Bukti :
Suatu kegembiraan bagiku melihat orang yang kusayang memeluk agama
yang dirahmati Allah Swt.

I. Gaya Bahasa (Majas)


a. Majas Perbandingan
Majas perbandingan adalah pengungkapan yang membandingan dua hal yang
berbeda tapi sengaja dianggap sama.
Bukti :
 “Cum, gue mesti dirawat di rumah sakit, nih. Kata nya kena DBD.
Trombosit gue udah rendah banget ,” kata ku kepada seorang teman
sekelas, cumi namanya.” (Rentang Kisah Hal 14).
b. Majas Hiperbola
Majas hipebola adalah pengungkapan yang berlebih-lebihan atau
membesarbesarkan dari kenyataan yang sesungguhnya sehingga tidak masuk akal.
Bukti :
 “Usahanya setengah mati lho, ma.Nggak ada selamat atau apa gitu?”
keluhanku dalam hati. (Rentang Kisah,Hal 33)
c. Majas Personifikasi
Majas personifikasi ialah menggunakan gaya bahasa yang ungkapannya seakan
menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia.
Bukti :
 “Aku agak tercengang mendengar pertanyaan ibu.Dia bukan tipe orang
yang gampang memberi selamat.Namun saat itu aku sedang berada di atas
awan, harapanku mendapatkan apresiasi agak lebih besar dari biasanya.”
(Rentang Kisah hal 33)
d. Majas Klimaks
Majas klimaks mengutarakan maksud dengan mengatakan kata-kata yang
berturutturut yang memiliki hubungan hirarki.Dari yang sederhana menjadi yang
lebih kompleks.
Bukti :
 “ rasa kecewa, marah, dan bingung bercampurjadi satu. Aku merasa
kecewa dan marah besar karena dibohongi oleh orang yang sangat aku
percaya.Sedihnya luar biasa karena apa yang telah kami jalani selama ini
nggak ada gunanya.” (Rentang Kisah, Hal 76)
e. Majas Repetisi
Majas repetisi adalah majas pengulangan suatu kata dalam beberapa frasa dengan
tujuan menegaskan suatu maksud.
Bukti :
 “Aku masih ingat betul bagaimana sosoknya di mata ku kala itu.Ibu adalah
seseorang yang kerjaannya Cuma marahmarah.Apapun yang aku lakukan
selalu salah.Aku dinilainya nggak becus dan Cuma bisa bikin emosi.”
(Rentang Kisah, Hal 3)

Anda mungkin juga menyukai