Anda di halaman 1dari 5

Nama : Elvia Labittha

Kelas / No. Absen : XI KGS 2 / 11

RESENSI
Novel yang Berjudul
“Finn”

Sampul Tampak Depan Sampul Tampak Belakang

Identitas Buku:
 Judul Buku: Finn
 Penulis : Honey Dee
 Editor : Anastasia Aemilia & Putri Wardhani
 Desain Sampul : Liffi Wongsoa
 Genre : Metropop
 Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
 Tahun Terbit : 2019
 Cetakan : Pertama
 ISBN Buku : 9786020634689
 Jumlah Halaman : 312 Halaman
 Panjang Buku : 20cm
 Harga : IDR 89.000 (P. Jawa)
Sinopsis :
Novel ini bercerita tentang Liz, mahasiswa semester dua yang memutuskan untuk kabur dari
rumahnya di Jakarta ke Balikpapan untuk bekerja, tetapi sebenarnya Liz hanya ingin kabur
dari keadaan di sana setelah kematian adiknya, Arthur yang mengidap autisme. Kematian
Arthur adalah sebuah tragedi. Sejak adiknya meninggal dalam sebuah kecelakaan, hidup Liz
dan keluarganya seakan ikut mati. Tidak ada kehangatan maupun kebahagiaan yang tersisa.
Da sering diabaikan, karena mereka menganggap kematian Arthur merupakan kesalahannya.
Liz akhirnya merencanakan pelarian dan nekat menerima tawaran bekerja yang diperolehnya
dari Facebook sebagai pengasuh sekaligus terapis Autisme pada seorang laki-laki bernama
Andika Gautama di Balikpapan.
Merawat Finn ternyata tidak semudah mengurus Arthur dahulu. Dengan tubuh remaja dan
kurangnya Finn dalam mendapatkan terapi, membuat Liz harus bekerja ekstra untuk
merawatnya agar setidaknya dia bisa mandiri. Selama ini hanya Bu Montik, ibu Finn yang
melatih Finn tanpa didukung suami dan tenaga profesional, membuat hidup Finn terkadang
begitu mengenaskan, apalagi setelah Bu Monik meninggal. Tetapi Finn adalah kunci baginya
untuk memaafkan dirinya sendiri setelah kematian Arthur, dan dia akan mengerahkan segala
cara untuk merawatnya.
Finn menderita autisme sejak lahir. Sebenarnya Finn sudah menunjukkan banyak kemajuan
berkat asuhan dan kesabaran ibunya, Ibu Montik. Namun kematian Ibu Montik memberikan
kesedihan mendalam bagi Finn. Hidupnya yang teratur menjadi kacau karena tidak adanya
Ibu Montik di sisinya. Sementara Pak Agus, ayahnya tidak menyukai Finn. Dia selalu
memukul Finn jika Finn tantrum. Bahkan seringkali mengikat Finn di dalam kamar.
Untungnya Andika menjaganya setiap kali ayahnya melampiaskan amarah.
Tiba-tiba orang tua Liz datang ke Balikpapan untuk menemui Liz, mereka sadar bahwa
selama ini mereka juga telah kehilangan Liz. Ia sedih dan kecewa kenapa saat ini orang
tuanya baru menyadarinya, ia pun menolak saat diajak kembali ke Jakarta.
Andika ternyata menaruh rasa kepada Liz, karena setelah Liz tahu kekurangan yang ada pada
dirinya, Liz tetap memberikan perhatian dan dukungan. Di sisi lain ternyata Finn juga
menyukai Liz karena Finn menganggap Liz sebagai pengganti sosok ibunya dengan segala
perhatian yang telah Liz berikan. Hal ini disadari oleh Liz, saat ia melihat lukisan Finn yang
penuh dengan gambar dirinya. Ia mulai mengurangi kontak fisik dan kedekatannya dengan
Finn. Finn merasa cemburu ketika Liz menjadi lebih dekat dengan Andika, ia
mengekspresikan rasa cemburunya dengan tantrum.
Semakin lama Liz tidak tahan melihat Pak Agus menganiaya Finn ketika tantrum, akhirnya
Liz mengajak Andika dan Finn untuk ke Jakarta. Finn membutuhkan kehidupan yang lebih
layak dari sekadar kamar, mendapat pengobatan, bersekolah, dan memiliki masa depan yang
lebih baik. Mereka segera berkemas-kemas dan menghiraukan Pak Agus yang mencegah
Dika pergi. Nantinya Dika akan memberi pengertian kepada ayahnya setelah keadaan sudah
mulai membaik.
Mereka mulai kehidupan baru di Jakarta, Liz dan keluarganya kembali hidup serta merasakan
kembali hangatnya harmoni keluarga, Finn mengisi kehadiran Arthur dalam keluarga Liz,
sementara itu Andika datang dua kali setiap minggu untuk mengunjungi Finn di tengah
kesibukan karirnya bekerja di Oilco, perusahaan baru tempatnya bekerja.

Kutipan :
“ Setahuku, dua orang bermasalah bisa saling memberi kekuatan." Dia menyeringai. "Dua
hati yang patah bisa saling memperbaiki untuk belajar menyembuhkan diri Bersama ” - Liza
“ Saya harus melindungi kepala sekalipun kata Ayah Agus di dalam kepala saya tidak ada
apa-apa. Ini cara untuk tetap hidup “ – Finn
“ Sebenarnya ada yang lebih buruk daripada kematian, yaitu hidup tanpa harapan “ – Liza
“ Autisme bukan kelainan jiwa. Saat kondisi nggak sesuai dengan apa yang diinginkan, dia
juga bisa ngamuk dan protes. Tantrum jadi satu-satunya cara dia komunikasi “ – Liza
“ Laki-laki itu egois, Liz. Meluapkan kemarahan lebih mudah daripada mengakui merasa
bersalah “ - Dika

Kelebihan :
 Alur cerita yang berjalan cepat
Novel Finn memiliki alur cerita yang berjalan cepat. Pembaca bisa merasakan kisah
ini mengalir dan hanyut bersama arus ceritanya. Gaya penulisannya nyaman untuk
dibaca, pilihan kata serta gaya bahasanya ringan sehingga mudah untuk dimengerti.
 Catatan kaki
Penulis menyertakan catatan kaki untuk penjelasan istilah asing, sehingga pembaca
bisa sekaligus belajar kosakata baru sembari membaca kisah ini.
 Menggunakan dua sudut pandang
Kisah ini ditulis dengan menggunakan dua sudut pandang, yakni sudut pandang Liz
dan Finn, sehingga pembaca dapat merasa ikut terlibat dalam hidup mereka.
 Desain sampul yang menarik
Perpaduan antara ilustrasi dan warna yang dipilih tidak hanya sekadar indah, tetapi
juga penuh makna.
 Kisah romansa
Romansa tipis-tipis yang membuat pembaca menjadi ikut merasa hanyut dalam cerita,
ditambah keseruan plot cerita saat tokoh terlibat cinta segitiga.

Kekurangan :
 Tidak ada gambar ilustrasi.
Novel ini tidak memiliki gambar ilustrasi, sehingga dirasa kurang memperjelas cerita
narasi.
 Isu sensitif autisme.
Banyak pembaca yang bisa percaya begitu saja kepada informasi tentang autisme
yang disajikan oleh Honey Dee melalui tokoh Liz. Pasalnya dokter yang dikutip
dalam buku ini, memiliki reputasi yang buruk. Penulis kurang melakukan riset secara
mendalam untuk menulis isu yang sensitif seperti ini.

Tentang Penulis :
Honey Dee telah menerbitkan beberapa buku dan aktif menulis bebas di Wattpad dan akun
media sosialnya. Di antaranya adalah Rooftop Buddies, Little Love, Nasty Glacie, dan
beberapa buku yang diterbitkan secara self publishing : Twisted Serenade dan A Redemption.
Menurutnya, menulis membuatnya lebih hidup dan berguna. Selain itu, menulis merupakan
kegiatan yang bisa membuatnya abadi. Karena khawatir akan dilupakan, Honey Dee
membuat horcrux dalam bentuk tulisan agar dia terus bisa memberi pengaruh pada dunia
bahkan setelah pindah ke planet lain.
Untung mengenalnya lebih banyak, kalian bisa stalking akun media sosialnya di Twitter,
Instagram, dan Wattpad dengan nama akun yang sama @honeydee1710. Namun, berhati-
hatilah, dia punya selera humor yang eksentrik.
Audeamus!

Pesan Moral :
Dari kisah ini kita dapat belajar untuk tidak hanya mengandalkan nekat ketika dalam keadaan
terdesak. Kita tetap perlu berbekal informasi yang akan menjadi pegangan kita ke depannya.
Jadi, kita perlu mempelajari segala sesuatunya dengan detail, dan menimbang segala
kelebihan serta kekurangan atas aksi yang akan kita lakukan. Jangan menjadi ceroboh dengan
bermodalkan nekat dan keberanian saja.
Dari kisah Finn ini, kita bisa mengetahui juga bahwa anak-anak yang berkebutuhan khusus
sesungguhnya memiliki bakat yang luar biasa jika mereka bisa dimengerti dan diberi
perhatian. Mereka bukan sakit, tetapi mereka unik. Layaknya semua manusia, memiliki
keunikannya masing-masing.
Kisah ini juga menyampaikan pesan bahwasanya orang tua tidak selalu benar. Hal ini adalah
realita yang kerap dilupakan oleh banyak orang, bahkan dapat dianggap tabu oleh sejumlah
orang. Padahal, orang tua juga manusia biasa yang tidak selalu melakukan hal terbaik bagi
anaknya.

Penutup:
Novel Finn adalah karya sastra yang direkomendasikan kepada remaja dan dewasa, karena
novel ini memiliki rating usia 17 keatas, selain itu mengangkat topik yang jarang tersentuh
yaitu autisme. Novel ini memiliki segi karakter yang kuat dan cenderung lebih dewasa,
alurnya sulit ditebak, serta endingnya yang lebih realistis.

Anda mungkin juga menyukai