Anda di halaman 1dari 2

Identitas Buku

Judul buku : Tapak Jejak


Penerbit : Mediakita
Penulis : Fiersa Besari
Tahun terbit : 2019
Jumlah halaman : 312
Nomor edisi terbit : ISBN 978 979 794 568 2

Prolog
Fiersa Besari, seorang yang akrab disapa ''Bung'' yang lahir di Bandung 3 Maret. Ia mengawali
karier sebagai musisi, sebelum akhirnya jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Selain menulis,
Bung juga aktif berkegiatan di alam terbuka. Berkelana menyusuri Indonesia dan melihat
realistis negeri ini. Hal itu membuat Bung gemar menyisipkan pesan humanisme dan sosial
dalam karya-karyanya yang bertema cinta dan kehidupan. April 2013, berawal dengan niat dan
tujuan yang berbeda, tiga pengelana memulai sebuah perjalanan menyusuri daerah-daerah di
Indonesia. Meski akhirnya, teman seperjalanan satu persatu memilih arah pulang, langkah yang
sudah dijejakkan harus diteruskan. Tapak Jejak akan melanjutkan perjalanan Arah Langkah,
mengunjungi daerah-daerah di wilayah Timur Indonesia, menelusuri keindahan alam, budaya,
dan tradisi, serta menembus dinding kegelisahan akan makna keluarga juga rumah.

Sinopsis
Dalam buku ini, Fiersa Besari menceritakan tentang silsilah keluarganya, mulai dari Ibu, Ayah,
Adik serta menceritakan tentang masa lalu dirinya sendiri. Melanjutkan kisah pengelanaan
menyusuri Indonesia, khususnya wilayah Indonesia Timur. Namun, berbeda pada buku
sebelumnya yaitu Arah Langkah di mana dia bertualang bersama dua kawannya, yaitu Annisa
atau lebih akrab dipanggil Prem dan satu kawannya lagi yaitu Baduy.

Karena dua kawannya ini diharuskan untuk kembali ke rutinitas masing-masing, membuat Fiersa
Besari menimbang ulang apakah harus melanjutkan pengelanaan ini seorang diri atau kembali
pulang bersama dua kawannya ini.

Setelah berpikir secara matang-matang, akhirnya Fiersa Besari tetap melanjutkan


pengelanaannya menyusuri Indonesia Timur seorang diri. Dan dua kawannya tersebut terpaksa
harus kembali. Meskipun Fiersa Besari sendirian melanjutkannya, dengan perbekalan yang mulai
menipis, ia pun tak gentar dan tetap percaya diri untuk melanjutkan pengelanaan.

Namun, inilah Indonesia dengan sejuta keindahannya. Selain alam, masyarakatnya pun memiliki
kerendahan hati yang indah. Ia sering dibantu dengan teman-teman sesama pecinta alam.
Sayangnya, terdapat pula sesuatu yang merasa bahwa masyarakat di wilayah Indonesia bagian
Timur tak merasakan keadilan terhadap mereka yang tinggal di pulau yang menjadi pusat ibu
kota.
Setelah waktu berlalu, berbagai tempat di wilayah Indonesia Timur telah ia sambangi meskipun
dengan segala keterbatasan yang dihadapi. Semakin ia jauh berkelana, semakin ia sadar pula,
bahwa sebenarnya jika tujuan berkelana untuk menyembuhkan patah hati adalah sesuatu yang
kurang tepat dilakukan, karena pada dasarnya jika hati tak ingin berdamai dengan kenyataan,
sejauh apapun pergi hal itu masih tetap akan terasa.

Maka hal yang hanya perlu dilakukan adalah mencoba berdamai dengan hati, dengan kenyataan
yang memang bukan yang kita ingini. Mencoba menjalani dengan ikhlas.

Epilog
Indonesia adalah negeri yang kaya, baik dari segi sumber daya manusia, maupun dari segi
kekayaan alam yang telah tersedia. Pengelanaan ini memiliki banyak hal yang mampu membuka
mata sehingga ia tak lagi menilai bahwa negeri ini bukan lagi digambarkan dengan kemacetan
dan hiruk pikuk manusia urban, tapi dilukiskan dengan alam dan lingkungannya yang kaya raya.

Rasa sedih ini bukan lagi ditimbulkan oleh patah hati karena dikhianati sang kekasih, melainkan
ditimbulkan oleh ketidakadlian yang dialami rakyat. Ikatan sesama manusia bukan lagi tentang
untung dan rugi, tapi tentang saling berbagi dan tolong-menolong.

Melalui pengelanaan ini pula kita akan mengetahui makna ''rumah'' yang sebenarnya. Rumah
adalah tempat kita menaruh hati. Untuk pulang, ikuti hati. Ia tak akan membawa ke tempat yang
salah. Terlebih ada seseorang yang selalu setia menanti kepulangan kita, yaitu keluarga terutama
''Ibu''.

Penilaian

Membaca novel yang mengangkat pengalaman hidup penulis adalah hal yang saya suka, terlebih
kita akan mengetahui bahwa hal itu memang telah terjadi, bukan sesuatu yang fiksi atau
dikarang.
Secara tidak langsung kita telah mengetahui sedikitnya kehidupan nyata masyarakat di wilayah
Timur Indonesia, jiwa nasionalis mereka yang tinggi, dan rasa tolong-menolong nya yang akan
membuat siapapun merasa terenyuh. Terlebih betapa kaya nya negeri ini dengan alam yang
begitu indah. Terima kasih Bung, karya nya begitu menginspirasi saya selaku pembaca.

Jika berbicara kekurangan novel ini, saya rasa novel ini terlalu mudah ditebak alur ceritanya.
Mungkin karena memang novel ini diangkat dari kisah pribadi penulis juga notabene nya harus
ditulis secara nyata.

Anda mungkin juga menyukai